MAKALAH
SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
NAMA KELOMPOK:
AQILAH
NURJANNAH M.S
DESAK NYOMAN PUTRIANI
1
[Type here]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan tugas “SISTEM
INFORMASI KEPERAWATAN” ke dalam bentuk makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
2
[Type here]
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1. PENDAHULUAN
Kesimpulan .......................................................................................
Saran.................................................................................................
3
[Type here]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem informasi adalah sekumpulan fungsi yang bekerja secara bersamasama
didalam mengelola, mengumpulkan, menyimpan, memproses, serta melakukan
pendistribusian informasi. Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer maka
mempunyai kesan bahwa seluruh sistem terkomputerisasi dianggap sebagai sistem
informasi, dan sebaliknya bahwa sistem informasi harus selalu berbasis pada sistem
pengolahan data berbantuan komputer. Namun bertolak dari pengertian tersebut,
beberapa ahli berpendapat bahwa sistem informasi tidak harus selalu dikaitkan dengan
pengolahan data berdasarkan komputer. Hal ini didukung oleh Simkin Mark G yang
mendefinisikan sistem informasi sebagai sekumpulan elemen yang bekerja secara
bersama-sama baik secara manual ataupun berbasis komputer dalam melaksanakan
pengolahan data yang berupa pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan data untuk
menghasilkan informasi.
Sejak ditetapkannya Indonesia Sehat 2010 sebagai visi Kesehatan, maka
Indonesia telah menetapkan pembaharuan kebijakan dalam pembangunan kesehatan,
yaitu paradigma sehat yang inti pokoknya adalah menekankan pentingnya kesehatan
sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan sebagai titik
sentral pembangunan nasional (Budiharto,dkk , 2006). Sehubungan dengan hal ini maka
perlu dikembangkan sistem informasi kesehatan nasional dan kesehatan daerah yang
terpadu yang mampu menghasilkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan lengkap,
sehingga mampu menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan, khususnya bagi
institusi pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit dan puskesmas.
Smart card merupakan salah satu pengembangan sistem informasi kesehatan yang
telah dikembangkan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropah. Smart card,
seperti artinya yaitu sebuah kartu cerdas yang di pegang oleh klien dan tenaga kesehatan
untuk dapat mengakses dengan mudah data kesehatan klien secara akurat. Pelayanan
kesehatan yang bervisi maju serta mengedepankan kenyamanan, dilakukan
pengembangan “Aplikasi Pelayanan Kesehatan” dengan berbasis pada smart card. Studi
yang dilakukan kali ini merupakan upaya untuk mengembangkan pendayagunaan salah
4
[Type here]
satu aplikasi teknologi informasi, khususnya smart card ke dalam sistem pelayanan
kesehatan yang ada di Indonesia. Sistem Aplikasi yang dikembangkan ini diproyeksikan
untuk mendayagunakan penggunaan smart card dalam manajemen sumber daya di sebuah
unit pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit atau Klinik baik yang berdiri sendiri atau
yang berada di dalam suatu institusi, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat,
tepat dan berfungsi tinggi, yang membuat suasana suatu unit pelayanan kesehatan lebih
maju dan terkontrol dalam sistem informasi yang memadai (Sarinanto, dkk, 2002).
Dalam pengelolaan Rumah Sakit misalnya, telah umum digunakan kartu rumah
sakit yang lebih merupakan kartu pengenal pasien yang terdiri atas informasi umum yang
sangat dasar meliputi identitas pasien yang merupakan media verifikasi terhadap catatan
pasien di database suatu rumah sakit. Akan tetapi selama ini yang dapat disimpan di kartu
adalah catatan secara manual (tampilan visual pada kartu) atau kode pasien yang biasanya
statis, dan hanya berisi informasi singkat. Seiring dengan kemajuan Teknologi informasi,
pengelolaan informasi di dalam suatu institusi seperti Rumah Sakit, khususnya dengan
skala besar sudah semakin berkembang. Jika jumlah pasien dan transaksi (baik mengenai
perawatan kesehatan maupun finansial) semakin membesar maka untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan diperlukan efisiensi dan efektifitas di berbagai sendi.
Berkaitan dengan hal ini, jika ada kartu yang dapat langsung mengisikan data / informasi
pasien ke komputer dan langsung dapat mengadakan transaksi secara elektronis untuk
mengisikan data-data penting maka akan lebih memudahkan pengelola Rumah Sakit
untuk memberikan pelayanan. Disamping itu juga memberi keuntungan bagi pasien
rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dengan data yang berkesinambungan pada
rumah sakit yang dirujuk (Sarinanto, dkk, 2002) .
5
[Type here]
6
[Type here]
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aplikasi Smart Card Dalam Dunia Kesehatan
Aplikasi sistem smartcard di Indonesia sudah dilakukan. Hal ini terlihat pada
berbagai aktivitas sehari-hari, khususnya aktivitas bisnis. Banyak orang memakai
smartcard untuk berbagai kebutuhan finansial dengan berbagai aplikasi yang ditawarkan
oleh penyedia jasa tersebut, misalnya dunia perbankan. Bidang pendidikan juga tidak
tidak mau ketinggalan, dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kepada perserta
didik beberapa perguruan tinggi negeri atau swasta terkemuka sudah melaunching
pemakaian smartcard ini.
Pemakaian smartcard di Indonesia pada bidang kesehatan masih sangat terbatas.
Menurut beberapa media, Rumah Sakit Fatmawati Jakarta merupakan salah satu
pengguna teknilogi ini meskipun pengguanaannya masih dalam tahap trial dan fitur yang
masih sangat sederhana.
Alur transaksi untuk proses rawat jalan pada kelima sistem tersebut berjalan sebagai
berikut (Sariasih,1999) :
1. Pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan membawa smartcard.
2. Pasien memasukkan smartcard miliknya ke card reader (CAD) yang terhubung ke
komputer. Kemudian ia memasukkan nilai PIN yang hanya diketahui oleh pemilik
smartcard tersebut.
3. Dokter yang memeriksa akan memasukkan juga smartcard profesionalnya ke dalam
card reader yang terhubung ke komputer. Dokter itu juga memasukkan nilai PIN yang
hanya diketahui olehnya.
4. Perangkat lunak aplikasi akan melakukan otentikasi pengguna dengan mengecek
apakah nilai PIN yang ada pada smartcard sama dengan nilai PIN yang
dimasukkannya.
5. Jika nilai PIN benar maka dokter dapat membaca ringkasan sejarah rekam medis
pasien dan keterangan alergi terhadap beberapa obat tertentu. Untuk beberapa dengan
menggunakan kunci publik perangkat lunak aplikasi kesehatan, atau dengan
menggunakan kunci simetris perangkat lunak aplikasi kesehatan. Sehingga ketika data
tertentu akan dibaca maka data tersebut didekripsi dahulu dengan menggunakan kunci
7
[Type here]
privat perangkat lunak aplikasi kesehatan bagi yang menggunakan mekanisme enkripsi
kunci asimetris, atau kunci simetris perangkat lunak aplikasi kesehatan bagi yang
menggunakan mekanisme enkripsi kunci simetris. Kemudian data hasil dekripsi
ditampilkan pada layar. Tetapi terdapat juga sistem yang tidak melakukan enkripsi
terlebih dahulu terhadap data reka medis yang disimpan di dalam smartcard.
6. Dokter melakukan pemeriksaan. Setelah melakukan pemeriksaan dokter akan
menambahkan data rekam medis dan tindakan medis lain (misalkan pemeriksaan
darah, rontgen, pemeriksaan radiologi, dan sebagainya) ke dalam smartcard. Sebelum
data disimpan, data tersebut dapat dienkripsi dahulu dengan kunci yang dimiliki oleh
perangkat lunak aplikasi kesehatan atau data rekam medis tersebut dapat juga tidak
dienkripsi.
7. Setelah menambah data rekam medis, dokter menandatangani data rekam medis
tersebut dan time stamp penambahan data, kemudian tanda tangan tersebut disimpan
di dalam smart card (tetapi ada beberapa sistem juga yang tidak mendukung tanda
tangan digital).
8. Penambahan data rekam medis dicatat dan disimpan dalam basis data rumah sakit.
9. Proses pengobatan selesai, pasien meninggalkan tempat pemeriksaan dengan
membawa serta smartcard miliknya.
8
[Type here]
tersebut mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan
sistem rekam medis berbasis kertas yang ada sekarang.
2. Rumah sakit yang mengimplementasikan sistem smartcard kesehatan adalah rumah
sakit yang memiliki kondisi :
a) Sudah terhubung ke jaringan komputer.
b) Memiliki PC dan card reader yang terhubung dengan PC tersebut untuk membaca
dan menulis data ke/dari smartcard.
c) Sumber daya manusia yang dapat menggunakan aplikasi komputer.
d) Memiliki modal keuangan yang cukup untuk mengimplementasikan sistem
smartcard kesehatan.
Kebutuhan-kebutuhan umum smartcard kesehatan yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia, yang dapat didefinisikan dari sistem smartcard kesehatan yang telah
dibandingkan dan kondisi sistem rekam medis Indonesia, adalah sebagai berikut :
1. Hal-hal yang harus didukung oleh sistem smartcard kesehatan :
a) Terdapat card centre sebagai pihak yang mengeluarkan smartcard dan menyimpan
data-data sebagai berikut : identitas smartcard, identitas pemilik, data rekam medis
dan sertifikat digital. Informasi ini bersifat rahasia dan digunakan jika smartcard
kesehatan hilang. Card centre merupakan basis data terpusat berisi data rekam
medis seumur hidup setiap pemilik smartcard. Pihak-pihak yang membaca
informasi dalam smartcard dapat diyakini keabsahannya (authenticity).
b) Informasi dalam smartcard hanya boleh diketahui oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (yaitu pemilik smartcard, dokter yang merawat, staf rumah sakit,
apoteker), sehingga kerahasiaannya (confidentiality) terjamin.
c) Pengubahan informasi dalam smartcard harus ditandatangani oleh pihak yang dapat
melakukan pengubahan yaitu dokter yang merawat. Artinya orang itu adalah benar-
benar pihak yang berwenang (authenticity) untuk melakukan pengubahan.
d) Informasi dalam smartcard tidak bisa diubah-ubah oleh pihak-pihak yang tidak
berwenang contoh : pemilik smartcard, perusahaan asuransi, staf rumah sakit yang
tidak berwewenang), sehingga keutuhannya (integrity) terjamin.
e) Ada bukti sah yang tidak dapat disangkal (non-repudiation) untuk pihak-pihak yang
menambah, membuat, atau melakukan koreksi terhadap informasi dalam smartcard.
9
[Type here]
f) Dalam keadaan darurat, data rekam medis dalam smartcard pasien dapat langsung
terbaca.
g) Boleh atau tidaknya pasien mengerti akan isi dari pada rekam medis adalah amat
tergantung pada kesanggupan pasien untuk mendengar informasi mengenai
penyakit yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya, oleh sebab itu tidak semua
informasi dalam smartcard dapat diakses oleh si pemilik smartcard.
h) Dokter dari suatu poliklinik tertentu tidak dapat mengakses informasi rekam medis
milik poliklinik-poliklinik lain, kecuali apabila informasi rekam medis poliklinik-
poliklinik lain tersebut memiliki status dapat dibaca oleh dokter yang merawat dari
poliklinik tertentu tersebut. Sebagai contoh : dokter dari poliklinik THT tidak boleh
membaca data rekam medis poliklinik ginekologi yang tidak berhubungan dengan
kebutuhannya.
i) Pasien yang kehilangan smartcard kesehatannya dapat dengan mudah memperoleh
kembali smartcard kesehatan baru lengkap dengan data rekam medis yang disimpan
dalam smartcard yang lama.
j) Rumah sakit yang sedang melakukan pengobatan dapat meminta data rekam medis
pasiennya kepada rumah sakit lain
k) Dokter dapat mendiagnosa ulang data rekam medis yang dibuatnya secara online
dari mana saja.
10
[Type here]
11
[Type here]
menginterpretasikan data, serta menyimpan data tersebut secara aman. Apalagi dengan
perkembangan algoritma kriptografi, data yang disimpan akan dienkripsi terlebih dahulu,
sehingga tidak mudah dibaca oleh pihak yang tidak berwenang/berhak (Sariasih, 1999).
Sistem yang dikembangkan ini disebut Smart Card Health System (SCHS),
(Kardas & Tunali, 2006). Mempunyai dua kartu cerdas yaitu untuk pasien dan
profesional kesehatan. Dokter menggunakan kartu mereka untuk disahkan di sistem
sedangkan kartu pasien meliputi kesehatan umum pemilik informasi yang dapat diakses
tanpa koneksi database. Pusat database di rumah sakit / institusi layanan kesehatan
lainnya untuk menyimpan data kesehatan yang mempunyai interkoneksi pada tiap
ruangan, sehingga dapat menjadi input data pasien ketika berada dalam ruangan tersebut.
12
[Type here]
informasi termasuk tanggal resep itu, klinik, daftar obat-obatan, persetujuan negara
informasi dan data yang dokter lagi terkait yang (Dokter ID, nama dan nama keluarga).
Selain data pasien, dokter juga mempunyai kartu pasangan dari kartu pasien
tersebut dimana ia uga mempunyai ID, PIN kartu, nama, nama pasien, departemen di
rumah sakit, alamat, rumah, kantor dan nomor telepon mobile disimpan sebagai informasi
pribadi.
13
[Type here]
berisi informasi, smartcard juga berisi sistem operasi yang mengendalikan seluruh
proses yang terjadi di smartcard.
3. Lebih sulit untuk ditiru daripada kartu magnetik
Kartu magnetik mempunyai pita magnetik pada permukaaannya. Peng-copy-an
terhadap kartu magnetik dilakukan dengan meng-copy pita magnetik tersebut ke
kartu lain. Pada smartcard peng-copy-an terhadap kartu sulit dilakukan, ini
disebabkan karena setiap kartu memiliki nomor seri yang unik, tidak ada 2 buah
kartu yang memiliki nomor seri yang sama. Jika pengaman dari kartu dilakukan
dengan menghitung hash dari nomor seri kartu, maka peng-copy-an kartu tidak
mungkin dilakukan.
4. Dapat melakukan banyak fungsi di berbagai area industri
Walapun kartu magnetik telah banyak dimanfaatkan di berbagai sektor, misalnya
sektor perbankan dan sektor telekomunikasi, tetapi fungsi yang dapat dilakukan
terbatas atau disebut single function. Karena keistimewaan yang dimiliki oleh
smartcard, yaitu dalam hal kapasitas simpan dan kemampuan untuk melakukan
proses, smartcard menawarkan skema multi-function, yaitu satu kartu untuk berbagai
layanan.
5. Selalu mengalami evolusi (sesuai dengan perkembangan chip komputer dan
memori).
Smartcard mempunyai standar mikroprosesor 8-bit, namun saat ini mulai
dikembangkan mikroprosesor 32-bit yang mempunyai keuntungan, yaitu
memungkinkan melakukan pemrograman dengan menggunakan bahasa tingkat tinggi
dan meningkatkan kekuatan komputasi untuk fungsi matematika yang kompleks.
Dan yang paling penting, peningkatan MIPS (million instruction per second)
memungkinkan industri smartcard memanfaatkan kemajuan teknologi biometri dan
kriptografi.
14
[Type here]
15
[Type here]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Smartcard merupakan salah satu aplikasi teknologi informasi yang paling diminati
di masa mendatang pada berbagai bidang kehidupan, khususnya bidang kesehatan. Selain
mempunyai fungsi menyimpan, transfer dan pengolahan data dengan akurat, ia juga
mempunyai sisi praktis dan efisien sehingga dapat dibawa kemana-mana. Smartcard juga
dilindungi sebuah sistem yang dapat menjamin keamanan dari data di dalamnya.
Pemakaian smartcard di Indonesia masih terbatas, khususnya dibidang kesehatan
dan keperawatan walaupun sangat memungkinkan dapat digunakan dalam proses
pelayanan kesehatan. Selain SDM yang kurang, sarana dan prasarana serta pendanaan
belum menunjang untuk dilakukannya sistem ini.
3.2 Saran
Sangat penting menciptakan kondisi dimana sistem informasi kesehatan berbasis
teknologi sangat diperlukan sabagai alat yang tepat pada pengambilan keputusan yang
tepat dan akurat bagi pemegang kebijakan, untuk itu perlu kiranya sosialisasi yang
berkelanjutan melalui media yang paling akontabel yaitu riset dan penelitian tentang
teknologi ini, khususnya smartcard.
Penelitian berkelanjutan yang bersifat eksperimen pada aplikasi smartcard
dibidang keperawatan dapat dijadikan sebagai pilot projek untuk menilai tingkat
keberhasilan dan efektivitas pemakaian di lapangan. Tentunya ditambah dengan sistem
evaluasi yang valid dan reliabel sebagai alat koreksi bagi penyempurnaan aplikasi sistem
ini di masa-masa mendatang pada dunia keperawatan.
16
[Type here]
DAFTAR PUSTAKA
Alfitri, Nadia, dkk. 2007. Aplikasi Smart Card Untuk Electronic Medical Record (EMR) Smart
Card Application for Electronic Medical Record diakses tanggal 29 oktober 2017
17