Pembimbing :
Ibnu Muktasid, dr., Sp.A
Oleh:
Rafa” Assidiq
NPM : 1102014218
SARI PUSTAKA
Penulis
NIM : 1102014218
Judul
Nilai:
Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sari pustaka yang
berjudul,
Adapun sari pustaka ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Cilegon. Penulis
menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan sari pustaka ini masih jauh dari
sempurna, tetapi penulis mencoba untuk memberikan yang terbaik dengan segala
keterbatsan yang penulis miliki. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
2
Semoga Sari Pustaka ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
pada umunya dalam memberikan sumbang pikir dari perkembangan ilmu
kedokteran. Penulis menyadari bahwa sari pustaka ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga penyusunan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil
yang diharapkan.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Rafa” Assidiq
3
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
2.4 Patofisiologi.............................................................................................. 9
KESIMPULAN ..................................................................................................... 20
4
BAB I
PENDAHULUAN
Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada
anak, sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum
muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Campak
timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak.1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles. Campak
merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh virus dan
ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit Campak adalah demam
tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan/atau pilek
dan/atau mata merah (conjunctivitis). Penyakit ini akan sangat berbahaya bila
disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Manusia diperkirakan satu-satunya inang (reservoir),
walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penularan.
Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Measles. Nama
lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak. Morbili merupakan penyakit
yang sangat infeksius dan menular lewat udara melalui aktivitas bernafas, batuk,
atau bersin. Pada bayi dan balita, morbili dapat menimbulkan komplikasi yang
fatal, seperti pneumonia dan ensefalitis.5
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990-2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 per tahun demikian juga frekuensi terjadinya kejadian luar
biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality
6
rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita
campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.5
7
Salah satu strategi menekan mortalitas dan morbiditas penyakit morbili
adalah dengan vaksinasi. Namun, berdasarkan data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2007, ternyata cakupan imunisasi campak pada anak-
anak usia di bawah 6 tahun di Indonesia masih relatif lebih rendah (72,8%)
dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara yang sudah mencapai 84%.
Pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan tingkat insiden tertinggi
ketiga di Asia Tenggara. World Health Organization melaporkan sebanyak 6300
kasus terkonfirmasi Morbili di Indonesia sepanjang tahun 2013.5
2.3 Etiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama
dengan virus gondongan (mumps), virus parain_uenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).1
8
serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini jangka hidupnya pendek
(short survival time), yaitu kurang dari 2 jam.1
2.4 Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan
kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh
terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke- 14,
virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.1
9
2.5 Manifestasi Klinis
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi
setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:1
10
keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam,
sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.1
11
2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis
Anamnesis (Subjective)
1. Gejala prodromal berupa demam, malaise, gejala respirasi atas (pilek,
batuk), dan konjungtivitis.
2. Pada demam hari keempat, biasanya muncul lesi makula dan papula
eritem, yang dimulai pada kepala daerah perbatasan dahi rambut, di
belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka,
badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga.
3. Masa inkubasi 10-15 hari.
4. Belum mendapat imunisasi campak.5
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
1. Demam, konjungtivitis, limfadenopati general.
2. Pada orofaring ditemukan koplik spot sebelum munculnya eksantem.
3. Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem, dimulai pada
kepala pada daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, dan
menyebar secara sentrifugal dan ke bawah hingga muka, badan,
ekstremitas, dan mencapai kaki
4. Pada hari ketiga, lesi ini perlahan-lahan menghilang dengan urutan sesuai
urutan muncul, dengan warna sisa coklat kekuningan atau deskuamasi
ringan. Eksantem hilang dalam 4-6 hari.5
Gambar. Morbili
12
Sebaran ruam campak.
Sisi kiri gambar menunjukkan ruam awal yang menutupi kepala hingga bagian
atas badan, sisi kanan menunjukkan ruam yang terjadi selanjutnya, menutupi
hingga seluruh badan3
Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya tidak diperlukan. Pada pemeriksaan sitologi dapat
ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Pada kasus tertentu, mungkin
diperlukan pemeriksaan serologi IgM anti-Rubella untuk mengkonfirmasi
diagnosis.5
13
Penyulit
Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai
batuk.
Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda
ketika ruam muncul.
Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium
prodromal.
Demam scarlet ( scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan
demam tanpa konjungtivitis ataupun coryza.
14
Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam,
tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan
pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak.1
2.7 Tatalaksana
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah
baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai
setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A
dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi
terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian
komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu kali per hari
selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
Indikasi Rawat4
15
Pemantauan dan Konsultasi4
Minta ibu untuk segera membawa anaknya kembali dalam waktu dua hari
untuk melihat apakah luka pada mulut dan sakit mata anak sembuh, atau apabila
terdapat tanda bahaya.
2.8 Komplikasi
Faktor Risiko Terjadinya Komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih
kecil.
16
Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor
Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan
Anak dengan defisiensi vitamin
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:
2.9 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR
(Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun
2014, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat
dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15
bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR
17
ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak ataupun vaksin
MMR 0,5 mL subkutan.1
18
2.10 Prognosis
Prognosis pada umumnya baik karena penyakit ini merupakan penyakit
self-limiting disease.5 Campak merupakan self limited disease, namun sangat
infeksius. Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor
risiko yang mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang,
kematian mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat terjadi KLB
campak.1
19
BAB III
KESIMPULAN
Campak, morbili , measles, atau rubeola adalah penyakit virus akut yang
disebabkan oleh RNA virus genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae.
Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari
sebelum muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.
Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet. Masa inkubasi campak
berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari
tiga stadium, yaitu stadium prodromal, eksantema, dan konvalesens. Gejala
penyakit Campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash)
disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau mata merah (conjunctivitis).
Diagnosis umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4
jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Pada campak dengan
komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bakterial dapat diberi antibiotik.
Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasinya.
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR.
Prognosis pada umumnya baik karena penyakit ini merupakan penyakit self-
limiting disease.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Halim, RG. (2016). Campak pada Anak. CDK-238. 43 (3), 186-189.
2. Garna, H dan Nataprawira, HM (2014). Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed. Bandung: Departemen/SMF Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/RSUP Dr. Hasan
Sadikin. 501-502.
3. Tim Adaptasi Indonesia (2009). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. Jakarta: WHO. 180-183.
4. Pudjiadi, AH, et.al (2009). Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 33-35.
5. Tim Penyusun (2014). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Primer. Jakarta: IDAI. 22-25.
6. Farahdina S dan Wulan AJ. (2017). Morbili pada Anak Laki-laki Usia 31
bulan dengan Riwayat Imunisasi Campak pada Usia 10 Bulan. J Medula
Unila. 7 (1), 60-67.
7. Mariz. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Morbili. J Medula Unila. 4 (3),
40-45.
8. Mujiati, E., et. al. (2015). Faktor Risiko Kejadian Campak pada Anak Usia
1-14 Tahun di Kecamatan Metro Pusat Provinsi Lampung Tahun 2013-
2014. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 6 (2), 100-112.
9. Nurani, DS., et. al. (2012). Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di
Kota Cirebon Tahun 2004-2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1 (2),
293-304.
10. Giarsawan, N., et.al. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Campak di Wilayah Puskesmas Tejakula I Kecamatan Tejakula Kabupaten
Buleleng Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 4 (2), 140-145.
21