Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN

THEORY MIDDLE RANGE

MARIA S. DOROTHEA (1458 02719)

MERY Y. EGONG (1459 02719)

PANDE SUDANDIKA (1460 02719)

PETRONELA KANA (1461 02719)

RINCE FALLO (1462 02719)

SEBRIANA LAPAINALI (1463 02719)

ALIH JENJANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES MARANATHA KUPANG

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Middle range teori dapat didefenisikam sebagai serangkaian ide/gagasan yang saling
berhubungan dan berfokus pada satu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith
dan Liehr 2008).
Teori midlle range cukup spesifikuntuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup
umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan
prakte, middle range teori lebih banyak digunakan daripada grand teory dan dapat diuji
dalam pemikiran empiris. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan professional akan
berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset
keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.
Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari meta theory,
grand theory, middle theory dan practice theory. Model konseptual keperawatan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir
perawata sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan askep dalam praktek keperawatan.

1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep middle range theory dan beberapa
teori didalamnya yang dikembangkan oleh beberapa tokoh keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Middle Range

Middle range teori diperkenalkan oleh Robert Merton (1968) di lapangan sosiologi
untuk memberikan teori-teori yang cukup luas dan kompleks dan dapat di uji secara
empiris. Middle range teori juga menjadi penjembatan antara grand teori dengan praktik
keperawatan. Middle range teori adalah teori yang lebih konkrit dari teori-teori yang besar.
Biasanya terdiri dari beberapa konsep dan ditulis lebih konkrit dari tingkat grand teori.
Contoh middle range teori adalah Orlando: teori proses keperawatan deliberatif; Peplau:
teori hubungan interpersonal; Watson: teori caring (Fawcett, 2005).

Middle Range Theory adalah serangkaian ide/gagasan saling berhubungan dan


berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan. Teori ini menjelaskan
fenomena spesifik dan telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu praktek
keperawatan. Kajian analis teori transendensi diri menjelaskan bagaimana penuaan atau
mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk intra pribadi fokus pada
makna kehidupan.

2. Teori Keperawatan Menurut Katharine Kolcaba ( Teori Kenyamanan )


a. Riwayat Tokoh

Katharine Kolcaba lahir dan dididik di Cleveland, Ohio (Alligood, 2014). Pada tahun
1965, ia menerima diploma di bidang keperawatan dan praktek paruh waktu selama bertahun-
tahun dalam keperawatan medikal bedah, perawatan jangka panjang, dan home care sebelum
kembali melanjutkan pendidikan. Pada tahun 1987, ia lulus RN pada kelas MSN di Case
Western Reserve University (CWRU) FrancesPayne Bolton School of nursing, dengan
spesialisasi di gerontologi. Sementara sekolah Kolcaba bekerja juga sebagai kepala ruangan di
unit demensia. Dalam konteks praktek inilah dia mulai memikirkan teori tentang kenyamanan
pasien.

3
b. Konsep Teori

Konsep teori kenyaman yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba, dalam Alligood (2014)
menjelaskan tentang metapradigma meliputi:

1. Manusia
Teori Kolcaba menjelaskan bahwa manusia sebagai penerima asuhan keperawatan
mungkin dapat berupa individu, keluarga, institusi atau komunitas yang membutuhkan
asuhan keperawatan. Perawat mungkin juga bisa sebagai penerima intervensi terkait
kenyamana dilingkungan tempat kerja ketika ada inisiatif untuk meningkatkan kondisi
kerja (Kolcaba, Tilton & Drouin, 2006 dalam Alligood 2014). Setiap individu
menunjukkan respons holistik terhadap stimulus kompleks yang diterimanya yang akan
mempengaruhi keyamanan. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan dan harus dipenuhi oleh setiap individu (Kolcaba, 1994 dalam Alligood,
2014). Sehingga pencapaian keyamanan seorang individu akan memberikan kekuatan bagi
pasien dalam membentuk sikap kesadaran terkait kesehatan dirinya (Kolcaba & Kolcaba
1991; Kolcaba, 1994 dalam Alligood, 2014).
2. Lingkungan
Lingkungan adalah berbagai aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat
dimanipulasi oleh perawat, orang yang dicintai, atau institusi untuk meningkatkan
kenyamanan. Integritas institusi didasarkan oleh orientasi sistem nilai penerima asuhan
begitupun sama pentingnya dengan promosi kesehatan, asuhan holistik dalam konteks
keluarga dan pemberi asuhan (Kolcaba, 1997, 2001 dalam Allgood, 2014).
3. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, pemberi pelayanan asuhan
kesehatan atau komunitas dalam konteks individu atau kelompok. Pasien yang
menunjukkan kesadaran terkait kesehatan dirinya yang tinggi cenderung memiliki
kepuasan tersendiri dengan asuhan yang diperoleh (Kolcalba, 1997, 2001 dalam Alligood,
2014).
4. Keperawatan

4
Keperawatan adalah satu pengkajian kebutuhan kenyamanan yang intensif berupa intuisi
atau subjektif atau keduanya, membuat intervensi untuk memenuhi rasa nyaman, dan
evaluasi tingkat kenyamanan setelah implementasi diberikan kemudian membandingkan
dengan tujuan hasil yang diinginkan.Kenyaman adalah hasil holistik yang ingin dicapai
oleh setiap individu dan erat kaitannya dengan disiplin keperawatan (Kolcaba, 1994 dalam
Alligood, 2014).

Selanjutnya, Kolcaba mengembangkan teorinya dengan menggunakan teori keperawatan


sebelumnya untuk mengidentifikasi jenis kenyamanan (Kolcaba & Kolcaba, 1991, dalam
Alligood, 2014) :

1. Relief (kelegaan) merupakan kenyamanan yang diberikan perawat untuk membantu


kebutuhan pasien. Konsep ini berasal dari Orlando (1961).
2. Ease (ketentraman) merupakan kenyamanan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
dan harus dipertahankan selama asuhan keperawatan. Konsep ini berasal dari Henderson
(1966).
3. Transcendence dijabarkan dari hasil penelitian Paterson dan Zderad (1975) yang
menjelaskan bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi kesulitan.

Kolcaba menghubungkan jenis kenyamanan dari penelitian sebelumnya dengan empat konteks
kenyamanan berdasarkan asuhan keperawatan, yaitu konteks fisiologis, psikospritual,
sosiokultural, dan lingkungan.

Konten Teori Katharina Kolcaba

1. Health Care Needs


Kebutuhan perawatan kesehatan adalah kebutuhan kenyamanan yang berkembang dari satu
situasi stress dalam asuhan kesehatan yang tidak dapat dicapai dengan sistem dukungan
penerima secara umum (tradisional). Kebutuhan manusia dapat berupa kebutuhan fisiologis,
psikospiritual, sosiokultural, atau lingkungan. Hal ini dapat diidentifikasikan melalui
melakukan observasi, laporan verbal atau nonverbal, dan konsultasi keungan dan intervensi.
2. Comfort Interventions

5
Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan ditunjukan unutk mencapai
kebutuhan kenyamanan penerima asuhan, mencakup fisiologis, sosial, budaya, ekonomi,
psikologis, spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik.

3. Intervening Variables
Interaksi yang mempengaruhi persepsi penerima mengenai kenyamanan sepenuhnya. Hal ini
mencakup pengalaman sebelumnya, usia, sikap, status, emosional, latar belakang budaya,
sistem pendukung, prognosis, ekonomi, edukasi, dan keseluruhan elemen lainnya dari
pengalaman penerima. Variabel intervensi akan memberikan pengaruh kepada perencanaan
dan pencapaian intervensi asuhan keperawatan untuk pasien.
4. Comfort
Rasa nyaman adalah status yang diungkapkan atau dirasakan penerima terhadap intervensi
kenyamanan yang didapat. Hal ini merupakan pengalaman yang holistik dan memebrikan
kekuatan ketika seseorang membutuhkannya yang terdiri dari tiga bentuk kenyamanan
(relief, ease, dan trenscendence) dalam empat konteks (fisik, psikolo-spiritual, sosiokultural,
dan lingkungan).
5. Health –Seeking Behaviors
Perilaku mencari bantu menjabarkan tujuan hasil yang ingin dicapai tentang makna sehat,
yakni sikap penerima berkonsultasi mengenai kesehatannya dengan perawat.
6. Institutional Integrity
Perusahaan, komunitas, sekolah, rumah sakit, regional, negara bagian, dan negara yang
memiliki kualitas yang lengkap, utuh, berkembang, etik, dan tulus akan memiliki integritas
kelembagaan. Ketika institusi tersebut menunjukkan hal tersebut, hal ini akan menciptakan
dasar praktik dan kebijakan yang tepat.
7. Best Practices
Praktik terbaik diartikan sebagai intervensi yang diberikan petugas kesehatan sesuai dasar
keilmuan dan praktik untuk mendapatkan hasil yang terbaik unutk pasien dan keluarga.
8. Best Policies
Kebijakan terbaik institusi dan kebijakan regional dimulai dari adanya protokol prosedur dan
medis yang mudah untuk diakses, diperoleh, dan diberikan. Hal ini yang disebut sebagai
kebijakan yang baik.

6
Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis yaitu:
1. Induksi
Induksi terjadi setelah terjadi proses generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang
spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Ketika perawat mendalami tentang praktek
keperawatan dan keperawatan sebagai disiplin, perawat menjadi familiar dengan konsep
implisit atau eksplisit, term, proposisi,dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan.
2. Deduksi
Deduksi merupakan proses penyimpulan prinsip atau premis yang bersifat general
menjadi kesimpulan yang lebih spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Tahapan deduktif dari
perkembangan teori menghasilkan hubungan comfort dengan konsep lain untuk
menghasilkan sebuah teori.
3. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih
suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Kolcaba menambahkan
konsep integritas institusional dalm middle range theory. Kolcaba menambahkan line
empat dalam teori Murray, antara lain kekuatan penghambat membutuhkan perawatan
kesehatan, kukatan fasilitas adalah intervensi keperawatan, kekuatan interaksi merupakan
variabel-variabel yang mempengaruhi intervensi keperawatan.

2. Teori Keperawatan Menurut Eakes, Burke Dan Hainsworth (Chronic Sorrow)


a. Riwayat tokoh
1. Georgene Gaskill Eakes

Lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma keperawatan dari
sekolah keperawatan rumah sakit Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun
1977 dia lulus Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural
dan Technical State University. Eakes melanjutkan M.S.N pada University or North
Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D dari North Carolina State University
pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan utnuk studi masternya dan dari North
Carolina League untuk studi doktoralnya.Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke
untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi
mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret
A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth

7
2. Marry Lermann Burke
Lahir di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan
secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama kalinya saat diplima dari Good
Samaritan Hospital school of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti
sertifikat post graduate dari Children’s Medical Center di District Columbia.
3. Margaret A Hainsworth

Lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan


sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperawatan di
Brockville General Hospital dan lulus tahun 1953. Tahun 1959 dia pindah ke united State
dan menerima diploma keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia
melanjutkan pendidikan di Salve Regina College dan menerima bacalaurate dalam bidang
keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan mental psikiatrik
dari Boston College tahun1974. Dia menerima program doctor dari University
Connecticut tahun 1986. Tahun1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam
keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik.

b. Konsep Teori
Teori chronic sorrow merupakan middle range teori karena dalam teori ini membahas
tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat dari
penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode
manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah diaplikasikan
dalam praktik keperawatan.

1) Berduka kronis (chronic sorrow)


Berduka kronis (chronic sorrow) adalah suatu kesenjangan yang sedang berlangsung
sebagai akibat dari suatu kehilangan dengan karakteristik perspasif dan permanen.
Gejala berduka dapat tetrjadi berulang secara periodic dan gejala ini berpotensi
progesif (Alligood, 2014).
2) Kehilangan (Loss)

8
Kehilangan muncul Karena adanya ketidakseimbangan / perbedaan antara ideal dan
situasi atau pengalaman yang nyata . sebagai contoh anak yang sempurna dengan
anak kondisi kronik yang berbeda dengan ideal.

3) Peristiwa Pencetus (Triger Events)


Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan, dan kondisi yang menyebabkaan
perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau memperburuk perasaan
berduka (Alligood, 2014).
4) Metode Manajemen (Management Method)
Metode Manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan
kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga
kesehatan atau intervensi orang lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat
individu melemah bial efektif dalam mengatur perasaab bisa internal maupun
eksternal.
5) Inefektif Manajemen
Manajemen Inefektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan
ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow.
6) Effective Management
Manajemen efektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan kenyamanan
perasaan individual.
7) Strategi Manajemen
8) NCRCS meyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat
melakukan manajemen perasaan secara efektif .
 Konsep Utama Keperawatan Menurut Hansworth

1. Keperawatan
Praktik keperawatan memiliki lingkup praktik untuk mendiagnosa adanya chronic sorrow
untuk kemudian melakukan intervensi untuk mengatasinya. Peran utama perawat adalah
bersikap empati , memberi edukasi, serta merawat dan melakukan tindakan professional
lainnya.
2. Manusia

9
Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan . Manusia akan
membandingkan pengalamannya dengan idealismenya pribadi dan dengan orang-orang
disekitarnya. Meskipun pengalaman individu terhadap kehilangan bersifat unik, namun
namun erdapat komponen-komponen yang umumnya dapat diprediksi ada terikat
pengalaman kehilangan.
3. Kesehatan
Kesehatan seorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang tercipta setelah
kehilangan . Koping yang efektif menghasilkan respon normal terhadap kehilangan.
4. Lingkungan
Lingkungan pelayanan kesehatan merupakan tempat terjadinya interaksi individu dalam
konteks social dengan keluarga , social dan pekerjaan.
 Asumsi Teori

1. Clarity (kejelasan)

Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area klinik ketika terjadi
kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan antar konsep juga diartikan secara jelas hingga
menghasilkan pemahaman yang tepat. Sebagai contoh pemahaman bahwa Chronnic sorrow
memberikan kerangka berpikir dalam menghadapi dan memahami individu yang sedang
mengalami suatu kehilangan atau berduka yang memanjang . Dalam konsep chronic sorrow
terdapat antecenden atau hal-hal yang mendahului , triger event atau kejadian pemicu, dan
metode-metode manajemen baik internal, maupun eksternal. Metode-metode yang dipakai
bisa direspon secara efektif atau tidak efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kenyamanan. Apabila manajemen efektif , maka individu akan mengalami kenyamanan
dalam kondisi kroniknya dan sebaiknya apabila manajemen tidak efektif, maka individu akan
mengalami ketidaknyamanan jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal maupun
eksternal akan menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya manajemen yang tidak efektif
akan meningkatkan ketidaknyamanan dan intensitas dari duka cita yang kronis.

2. Simplicity (kesederahaan)

Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang berorientasi pada fase
berduka kronis. Teori berduka kronis (chronic sorrow) memperjelas pemahaman hubungan

10
antara variable dari konsep mayor yang dipaparkan. Melalui model ini, jelas bahwa berduka
kronis aalah siklus alami , menyebar dan berpotensi berkembang.Teori ini juga secara
sederhana menjelaskan subkonsep metode manajemen internal versus metode manajemen
eksternal. Selain itu teori ini secaa sederhana juga menjelaskan bahwa respon metode
manajemen yang dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary caregiver) menghasilkan
respon manajemen inefektif versus manajemen efektif.

Teori secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus mampu mengidentifikasi


dan memfasilitasi metode manajemen internal dan eksternal pasien. Perawat dan kelompok
pendukung lainnya lebih banyak berperan pada metode menejemen yang efektif untuk
mencegah chronic sorrow menjadi progrsif.

3. Generality ( Keumuman / generalisasi)

Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak yang
mengalami gangguan fisik atau kognitif . melalui pembuktian secara empiris, teori diperluas
untuk memasukan berbagai paengaruh aman dari kehilangan . teori ini menerapkan secara
jelas bagaimana rentang kehilangan dan dapat diaplikasikan untuk mempengaruhi individu
seperti halnya pemberian perawatan. Sebagai tambahan, teori ini berguna untuk berbagai
praktisi pelayanan kesehatan . dengan konsep ini, keunikan yang alami dari pengalaman
digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu . pemicu dan manajemennunik pada setiap
situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi yang lebih beragam.

Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan keperawatan
pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara umum kesedihan atau
berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat
diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.

4. Empirical Precision (Presisi Empiris)

Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan lebih mudah
bagi peneliti untuk mempelajari fenomena . dengan jumlah variable yang terbatas,
peneliti dapat melakukan generalisasi hipotesa berhubungan dengan studi pada intervensi
keperawatan yang meingkatkan efektivitas strategi menejemen pada berduka kronis.

11
Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan dasar pada praktik berdasarkan hasil
pembuktian (evidence based practice).

Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas
untuk penelitian lebih lanjut . Definisi yang jelas bukan dari berduka kronis membuat hal
ini dapat dipelajari pada individu dengan kehilangan yang beragam dan situasi yang
umumnya menghasilkan berduka kronis. Melalui penelitian yang lebih lanjut, peneliti
dapat memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik.

5. Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat)

Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialami seseorang
Karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting dalam aplikasi terutama pada
kasus-kasus penyakit kronis dan terminal. Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang
untuk mengatasi kesedihan atau berduka yang dialami sehingga mencegah chronic
sorrow yang berkelanjutan.

Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan pengalaman


yang berbeda berkaitan dengan penyakit kronis , tanggung jawab pemberi pelayanan,
hilangnya kesempurnaan dari anak atau kesedihan (Alligood, 2014).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Middle Range teori adalah suatu pengembangan teori pada tingkat yang lebih
kongkret daripada Grand Teori,karena pada Grand teori lebih berfokus pada fenomena
pusat dari disiplin ilmu seperti individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan
diri,kesatuan manusia, atau menjadi manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri dari
konsep-konsep dan pernyataan relasional yang menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan
Midle Range Theory diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel
terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih
kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut
Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin
praktik.

Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau dapat
pula bersumber dari hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari
pernyataan beberapa ahli. Mungkin ada hubungan yang eksplisit antara beberapa grand
teori dan middle range teori. Sebagai contoh, (middle range teori) Reed (1991)
transendensi-diri dan (1988) teori Barrett kekuasaan secara langsung terkait dengan Ilmu
Rogers dari Kesatuan Manusia. Teori Midle range lainnya mungkin tidak memiliki
hubungan langsung dengan grand teori. Dalam hal ini,asumsi-asumsi filosofis yang
mendasari middle range teori dapat berada pada tingkat paradigma, bukan dari Grand
Teori. Namun demikian, hubungan ini penting untuk menetapkan validitas sebagai teori.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat menambah wasasan bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna,oleh karena itu
saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Blais, kathleen koening dkk. 2006. Praktik keperawatan profesional. Jakarta : Kedokteran ECG

Basford, lynn dkk. 2006. Teori dan praktik keperawatan. Jakarta : Kedokteran ECG

Bermeb, audrey dkk. 2008. Fundamental of nursing. New Jersey : Pearson education

Kasron, Sahran dan Ohorella B Usman. 2016.Teori Keperawatan dan Tokohnya. Jakarta: CV.
Trans Info Medika

14

Anda mungkin juga menyukai