Anda di halaman 1dari 15

BALA KESELAMATAN

Tokoh Sentral : William Booth

William Booth (lahir di Sneinton, Nottingham, Inggris, 10 April 1829 – meninggal di


Hadley Wood, London, Inggris, 20 Agustus 1912 pada umur 83 tahun) adalah pendeta Metodist
berkewarganegaraan Britania Raya yang mendirikan Bala Keselamatan dan menjadi pemimpin
pertama (1878-1912). Pergerakan Kristen, dengan struktur dan pemerintahan mirip militer -
tetapi tidak dengan persenjataan fisik - didirikan pada tahun 1865, yang menyebar dari London,
England, ke banyak tempat di dunia dan dikenal menjadi penyalur bantuan kemanusiaan
terbesar.

William dilahirkan di Sneinton, Nottingham, Inggris, anak laki satu-satu dari empat
anak yang selamat dari Samuel Booth dan Mary Moss. Pada saat itu, ayahnya dapat
digolongkan sebagai orang kaya, tetapi pada masa muda anak-anak Booth, karena investasi
buruk yang dilakukan ayahnya, keluarganya menjadi miskin dan ayah William menjadi
seorang alkoholik.

Pada tahun 1842, Samuel Booth, yang pada saat itu telah jatuh bangkrut, tidak dapat
membiayai sekolah anaknya, dan William yang berusia 13 tahun pada saat itu adalah seorang
pemagang di sebuah rumah lelang. Samuel Booth meninggal dunia pada tahun yang sama.

Pada usia 13 tahun William dikirim untuk magang di sebuah pegadaian. Booth tidak
menyukai pekerjaan ini, dan karena itu seringkali murung dan kesepian. Hiburan satu-satunya
adalah agama. Namun dalam pekerjaan itu pula ia memperoleh pengalaman dan kesadaran
tentang arti kemiskinan yang dialami banyak orang. Booth yang muda juga sadar betapa orang-
orang miskin ini seringkali mengalami penghinaan dan nista dari orang-orang lain. Pada usia
remajanya itu pula Booth menjadi Kristen dan seringkali berusaha mengajak orang-orang lain
untuk menjadi Kristen juga.

Setelah magangnya selesai, Booth pindah ke London dan di sana kembali ia bekerja di
sebuah rumah gadai. Ia bergabung dengan sebuah Gereja Metodis dan belakangan memutuskan
untuk menjadi pendeta.

William Booth menikah dengan Catherine Mumford yang dilahirkan di Ashbourne,


Derby, pada tanggal 17 Januari 1829. Sejak masa kecilnya, Catherine adalah seorang anak
perempuan yang bersungguh-sungguh dan sensitif. Catherine dibesarkan dalam keluarga
Kristen, dan pada usia 12 tahun ia telah membaca seluruh Alkitab sebanyak 8 kali. Namun baru
pada usia 16 tahun, setelah mengalami pergumulan iman, Catherine merasa benar-benar
percaya.

Suatu kali William Booth datang dan berkhotbah di gereja Catherine. Segera mereka
saling jatuh cinta dan bertunangan. Mereka menikah pada tanggal 16 Juni 1855 dalam sebuah
upacara yang sangat sederhana. Setelah menikah William Booth menjadi seorang pengkhotbah
keliling yang berkelana di seluruh Inggris, sambil berkhotbah kepada siapa saja yang mau
mendengarkannya. Namun Booth merasa ia harus melakukan lebih daripada itu. Karena itu
Booth kembali ke London bersama keluarganya, dan melepaskan jabatannya sebagai seorang
pendeta Metodis dan menjadi pengkhotbah keliling.

Pada suatu hari pada tahun 1865, Booth berada di East End di London, berkhotbah
kepada sekumpulan orang di jalan-jalan. Di luar sebuah pub yang bernama Blind Beggar,
beberapa misionaris mendengarkan Booth berbicara dan tertarik oleh khotbahnya yang sangat
mengesankan. Karena itu, mereka meminta Booth untuk memimpin serangkaian kebaktian
kebangunan rohani yang sedang mereka selenggarakan di sebuah tenda besar. Booth segera
sadar bahwa inilah yang selama ini dicari-carinya. Karena itu, ia pun segera mendirikan
gerakannya sendiri yang dinamainya “Misi Kristen.”

Pertemuan-pertemuan di malam hari diselenggarakan di sebuah gudang tua, dan


mereka seringkali dilempari batu dan petasan lewat jendelanya oleh para pengacau. Pelan-
pelan Booth berhasil mendirikan pos-pos pekabaran Injil namun hasil pekerjaannya tetap
belum memuaskan. “Misi Kristen” hanyalah satu di antara 500 organisasi amal dan keagamaan
yang berusaha menolong orang-orang miskin di East End. Baru pada tahun 1878, setelah nama
Misi Kristen diganti menjadi Bala Keselamatan, organisasi ini mulai berkembang.
Sejarah Bala Keselamatan

Aliran Bala Keselamatan ini dimulai oleh William Booth, seorang pendeta Gereja
Metodis. Booth dilahirkan di Nottingham, Inggris pada tahun 1829 dalam sebuah keluarga
kontraktor bangunan kecil yang jatuh bangkrut. Karena itulah sejak kecil ia terpaksa harus ikut
menopang keuangan keluarganya. Pada usia 13 tahun William dikirim untuk magang di sebuah
pegadaian. Setelah magangnya selesai, Booth pindah ke London dan di sana kembali ia bekerja
di sebuah rumah gadai. Ia bergabung dengan sebuah Gereja Metodis dan belakangan
memutuskan untuk menjadi pendeta.

William Booth menikah dengan Catherine Mumford yang dilahirkan di Ashbourne,


Derby, pada tanggal 17 Januari 1829. Mereka menikah pada tanggal 16 Juni 1855 dalam sebuah
upacara yang sangat sederhana. Setelah menikah William Booth menjadi seorang pengkhotbah
keliling yang berkelana di seluruh Inggris, sambil berkhotbah kepada siapa saja yang mau
mendengarkannya. Namun Booth merasa ia harus melakukan lebih daripada itu. Karena itu
Booth kembali ke London bersama keluarganya, dan melepaskan jabatannya sebagai seorang
pendeta Metodis dan menjadi pengkhotbah keliling.

Pada suatu hari pada tahun 1865, Booth berada di East End di London, berkhotbah
kepada sekumpulan orang di jalan-jalan. Di luar sebuah pub yang bernama Blind Beggar,
beberapa misionaris mendengarkan Booth berbicara dan tertarik oleh khotbahnya yang sangat
mengesankan. Karena itu, mereka meminta Booth untuk memimpin serangkaian kebaktian
kebangunan rohani yang sedang mereka selenggarakan di sebuah tenda besar. Booth segera
sadar bahwa inilah yang selama ini dicari-carinya. Karena itu, ia pun segera mendirikan
gerakannya sendiri yang dinamainya “Misi Kristen.”

Pertemuan-pertemuan di malam hari diselenggarakan di sebuah gudang tua, dan


mereka seringkali dilempari batu dan petasan lewat jendelanya oleh para pengacau. Pelan-
pelan Booth berhasil mendirikan pos-pos pekabaran Injil namun hasil pekerjaannya tetap
belum memuaskan. “Misi Kristen” hanyalah satu di antara 500 organisasi amal dan keagamaan
yang berusaha menolong orang-orang miskin di East End. Baru pada tahun 1878, setelah nama
Misi Kristen diganti menjadi Bala Keselamatan, organisasi ini mulai berkembang.

Catherine mulai membantu pelayanan gereja di Brighouse. Ia mulai dengan mengajar


di sekolah Minggu karena pada waktu itu perempuan tidak biasa diizinkan berbicara di
pertemuan-pertemuan orang dewasa. Catherine mempunyai minat khusus untuk berbicara
kepada para pecandu alkohol. Di rumah, Catherine membesarkan 8 orang anaknya di dalam
iman Kristen, hingga dua orang di antaranya mencapai kedudukan sebagai Jenderal di dalam
Bala Keselamatan.

Ketika Booth mulai berkhotbah keliling kepada orang-orang miskin, Catherine


berbicara kepada orang-orang kaya untuk mengimbau mereka mendukung secara finansial
pelayanan yang mereka lakukan. Ketika Booth menjadi Jenderal, Catherine dikenal sebagai
“Ibu Pasukan.” Ia menjadi tenaga pendorong utama yang menimbulkan banyak perubahan
dalam gerakan ini, merancang bendera, topi untuk kaum perempuan dan berbagai pemikiran
untuk Bala Keselamatan.

Bala Keselamatan di Indonesia dimulai oleh dua Opsir (pendeta) berkebangsaan


Belanda yaitu Staff Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf van Emmerik. Keduanya
berlayar dari Amsterdam dengan menumpang Kapal Api Soerabaja dan tiba di Tanjung Priuk,
Jakarta pada tanggal 24 November 1894. Tanggal bersejarah ini kemudian dikukuhkan menjadi
tanggal dimulainya Bala Keselamatan di Indonesia.

Kedua perintis diterima Gubernur Jenderal van der Wijck di istana Bogor pada tanggal
3 Desember 1894 dan disarankan agar memulai pelayanan di Purwerejo, Jawa Tengah.
Kemudian keduanya tiba di kota sejuk itu tanggal 18 Desember 1894. Sesuai arti namanya
Purwerejo yaitu awal kemakmuran, keduanya percaya bahwa Tuhan akan memberkati
pelayanannya, membawa terang dan keselamatan Kristus kepada sesamanya di Indonesia.
Keyakinannya itu menjadi kenyataan, dari waktu ke waktu pelayanan Bala Keselamatan terus
berkembang dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia.

Di Indonesia, Bala Keselamatan dimulai di Sapuran, sebuah desa sejuk yang terletak di
atas ketinggian 800 m dari permukaan laut dan berada di antara Gunung Sindoro dan Gunung
Sumbing. Dari desa kecil yang berjarak 37 km dari Purwerejo ini Bala Keselamatan
mengembangkan pelayanannya di Indonesia dan saat ini telah mencapai 21 propinsi, mulai dari
Nangroe Aceh Darusalam sampai ke Papua. Oleh karena kehendak Tuhan dan karena masih
banyaknya orang perlu diselamatkan dan ditolong, maka Bala Keselamatan akan terus
melayani sampai maranatha tiba.
Ajaran Bala Keselamatan

Teologi Bala Keselamatan didasarkan pada dua pokok pemikiran: (1) bahwa pertobatan
adalah sesuatu yang mutlak dalam kehidupan orang Kristen. Orang harus percaya bahwa ia
dilahirkan dalam kuasa dosa warisan dan kelepasan hanya bisa diperoleh dengan
menerima anugerah Kristus pada salib; (2) setelah pertobatan orang cenderung tetap berdosa,
tetapi Allah menawarkan kesempurnaan di dalam anugerah-Nya. Melalui anugerah itu, kasih
Allah bagi manusia dan kasih manusia terhadap Allah membersihkan sisa-sisa keakuan dan
kesombongannya.

Teologi revivalis (kebangunan rohani) yang berkembang di Amerika Serikat juga


sangat memengaruhi William Booth dan Catherine. Itulah sebabnya, sejak awal mereka telah
merencanakan untuk mengembangkan sayap organisasi mereka ke Amerika Serikat. Mereka
yakin bahwa cara khotbah mereka akan lebih diterima di sana daripada di Inggris, di mana
orang cenderung menolak bentuk-bentuk Kekristenan yang berbeda. Bala Keselamatan
berusaha menciptakan suasana Kristen yang tidak terlalu "menggereja" karena mereka merasa
bahwa suasana seperti itu tidak akan membuat orang-orang yang tidak terbiasa ke gereja betah.
Gereja adalah untuk orang-orang kelas menengah yang formal dan sok, sementara misi Bala
Keselamatan ditujukan kepada kaum buruh dengan masalah-masalah mereka yang riil sehari-
hari. Semangat untuk tidak "menggereja" ini telah menyebabkan Bala Keselamatan tidak
mempraktikkan sakramen, yakni baptisan dan perjamuan kudus. Bagi mereka, baptisan cukup
dilambangkan dengan janji yang sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Sementara perjamuan
kudus tidak diselenggarakan karena kekuatiran bahwa hal itu akan menimbulkan keinginan
untuk minum-minum di antara mereka yang telah meninggalkan alkohol.

Teologi Bala Keselamatan didasarkan pada teologi para Reformator dengan modifikasi
di sana-sini. Booth, misalnya, menyatakan “Kami percaya akan keselamatan yang dipahami
dalam gaya lama (old-fashioned salvation). Pemahaman kami tentang keselamatan sama
dengan apa yang diajarkan di dalam Alkitab dan diberitakan oleh Luther, Wesley,
dan Whitefield."

Salah seorang tokoh Bala Keselamatan, yang bernama Taiz, mengajarkan


tentang teologi kesucian seperti yang dikembangkan oleh Wesley. Taiz menyatakan bahwa
Booth percaya bahwa Allah dapat membebaskan semua orang dari berbagai pengaruh dosa dan
bentuk yang negatif. Jadi, pada akhir abad ke-19, Bala Keselamatan menekankan “pengalaman
pengudusan pribadi yang mendalam, yang diisi oleh kuasa roh dan pengabdian kepada
pelayanan Kristen ... Roh Kudus akan dicurahkan dan Injil disebarkan di seluruh dunia. Kristus
akan kembali pada abad milenium ini dan akan mengakhiri sejarah.”

Teologi Whitfield yang diterima oleh Bala Keselamatan adalah


ajaran predestinasi Calvin. Menurut ajaran ini, Allah itu Maha kuasa dan karenanya Ia pasti
telah menetapkan sejak kekekalan, bahwa sebagian orang – yakni mereka yang terpilih – akan
diselamatkan, sementara yang lainnya, yang tidak terpilih, akan dihukum. Oleh karena itu,
Kristus mati untuk orang-orang pilihan saja, dan bukan untuk semua orang, sehingga anugerah
Allah tidak bisa ditolak, dan orang percaya, sekali ia bertobat, tidak akan pernah jatuh dari
anugerah Allah. Pemikiran ini sangat bertentangan dengan ajaran John Wesley yang
menekankan kehendak bebas, sehingga konon pada abad ke-18 John Wesley pernah berkata
kepada Whitfield, “Allahmu adalah iblisku.”

Di luar prinsip-prinsip teologi yang abstrak, pribadi Catherine yang sabar, murah hati,
peka dan organisator yang efisien dalam mengatur uang dan orang lain menjadi unsur yang
penting dalam organisasi Bala Keselamatan.

Dengan menggabungkan latar belakang Metodis William Booth dengan ajaran Calvin, maka
para tokoh Bala Keselamatan merumuskan 11 butir doktrin sbb.:

1. Kami percaya bahwa Kitab Suci, yang terdiri atas Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru diberikan oleh ilham Allah dan bahwa hanya kedua kitab itu sajalah yang menjadi
dasar aturan Ilahi bagi iman dan praktik kristiani.
2. Kami percaya bahwa hanya ada satu Allah yang sempurna dan tidak terbatas di dalam
kesempurnaannya, Sang Pencipta, Pemelihara, dan Pemerintah dari segala sesuatu, dan
hanya Dialah satu-satunya yang layak disembah.
3. Kami percaya bahwa Allah dikenal dalam tiga pribadi – Bapa, Anak, dan Roh Kudus,
yang hakikatnya tidak terpisah-pisahkan dan setara di dalam kuasa dan kemuliaan-Nya.
4. Kami percaya bahwa di dalam pribadi Yesus Kristus, hakikat ilahi dan manusiawi
dipersatukan, sehingga Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati.
5. Kami percaya bahwa leluhur kita yang pertama diciptakan dalam keadaan tanpa dosa,
tetapi karena ketidaktaatannya mereka kehilangan kemurnian dan kebahagiaan mereka,
dan sebagai akibat dari kejatuhan mereka, semua orang telah menjadi berdosa, sama
sekali kehilangan kemuliaannya, dan karenanya sama-sama terkena murka Allah.
6. Kami percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus, melalui kematian-Nya telah melakukan
penebusan bagi seluruh dunia sehingga barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan
diselamatkan.
7. Kami percaya bahwa pertobatan kepada Allah, iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus,
dan kelahiran kembali melalui Roh Kudus, adalah perlu bagi keselamatan.
8. Kami percaya bahwa kita dibenarkan oleh anugerah melalui iman kepada Tuhan kita
Yesus Kristus dan bahwa ia yang percaya kepadanya mempunyai saksi di dalam Diri-
Nya.
9. Kami percaya bahwa kelanjutan keadaan keselamatan tergantung kepada iman yang
terus-menerus taat kepada Kristus.
10. Kami percaya bahwa adalah hak semua orang percaya untuk sepenuhnya dikuduskan
dan bahwa seluruh roh, jiwa, dan tubuh mereka dapat dipertahankan tidak bercacat
hingga kedatangan kembali Tuhan kita Yesus Kristus.
11. Kami percaya akan keabadian jiwa, kebangkitan tubuh, penghakiman umum pada akhir
zaman, kebahagiaan kekal dari orang-orang yang benar, dan penghukuman kekal dari
orang-orang yang jahat.
Organisasi Bala Keselamatan

Gereja Bala Keselamatan memiliki bentuk sistem hierarki yang hampir sama dengan
pola sistem kemiliteran. Kelompok gereja ini menggunakan pakaian seragam yang mirip
dengan dinas militer, serta dilengkapi dengan pangkat-pangkat kemiliteran dari prajurit sampai
dengan jendral. Saat ini ada 9 pangkat, dimulai dari yang tertinggi : jendral, kepala staf,
komisioner, kolonel, letnan kolonel, mayor, kapten, letnan, dan kadet atau prajurit. Meskipun
secara umum sistem hierarki Gereja Bala Keselamatan mirip dengan sistem kemiliteran, tetapi
dalam tingkah lakunya secara pribadi seolah-olah seperti suatu keluarga dala bentuk dan
aturannya sesuai dengan ajaran-ajaran dari Alkitab tentang kasih dan persatuan.

Gereja Bala Keselamatan sangat mengacu pada sejarah reformasi Anglikan dan
Metodis di Inggris. Selain itu, Bala Keselamatan juga kuat dipengaruhi oleh gerakan injii
seperti aliran Kongregasionalis, Baptis, dan Quaker.

Gereja Bala Keselamatan telah mengembangkan suatu organisasi yang mempunyai


banyak persamaan dengan gereja-gereja yang mengikuti sistem “Epsikopalisme”. Gereja ini
memberikan kebebasan dan menempatkan kekuatan sentralnya di kantor-kantor pusat
teritorialnya. Hal ini disebabkan karena sebagian sifat-sifat dari para perintis Bala Keselamatan
dan sebagian lagi karena kaum Metodis yang menggunnakan tata pemerintahan yang agak
sama. Jadi prinsip Bala Keselamatan dalam hal penyesuaian dari langkah-langkah yang
diambilnya memberikan dasar yang baik untuk pengorganisasian gereja.

Catatan ini penting untuk memahami kelahiran Bala Keselamatan serta seperangkat
sistem hierarki gereja bergaya militer dan peristilahan di dalam jabatan gerejawinya. Bala
Keselamatan tidak pernah menyatakan bahwa mereka sajalah yang merupakan satu-satunya
gereja yang benar, semua orang beriman boleh menerima roh dan bersaksi mengenai hal itu.
Kristus tidaklah meninggalkan tata cara tertentu yang diikuti oleh para pengikutnya. Dengan
demikian, Bala Keselamatan lebih menyesuaikan sistem hieraki mereka berdasarkan
kebutuhan zaman.

Bagian-bagian penting dalam penyelenggaran gereja ini adalah Korps, Divisi, dan
Teritori (Command). Korps merupakan sejumlah prajurit (anggota jemaat) dan rekrut yang
berkumpul dan bekerja sama di bawah pemeliharaan dan pimpinan seorang Opsir Berkuasa.
Sebuah Korps biasanya memiliki gedung gereja dimana mereka bertemu dan pekerjaannya ada
pada daerah tertentu. Sejumlah Korps yang digabungkan disebut sebagai Divisi atau Distrik.
Kepemimpinan dilaksanakan oleh seorang Komandan Divisi atau Opsir Divisi. Apabila
Distrik, maka kepemimpinan dilaksanakan oleh Opsir Distrik. Teritori ditetapkan menurut
lingkungan daerah di dunia ini yang ada di bawah pimpinan seorang Komandan Teritorial.

Jabatan-jabatan umum di suatu kantor pusat teritorial antara lain :

- Komandan Teritorial : bertanggung jawab atas kelangsungan pekerjaan atau pelayanan


gereja Bala Keselamatan di seluruh wilayahnya
- Sep Sekretaris : bertanggung jawab atas pekerjaan di kantor pusat dan membantu
mengawasi seluruh pekerjaan dalam teritori
- Sekretaris Lapangan : bertanggung jawab atas opsir-opsir lapangan dan kebutuhan
mereka

Jabatan-jabatan utama di suatu kantor pusat divisi antara lain :


- Komandan Divisi : bertanggung jawab atas pekerjaan dalam divisi tersebut
- Sekretaris Orang Muda dan Anak- Anak : bertanggung jawab kepada komandan divisi
atas pekerjaan di kalangan anak-anak dan orang muda
- Chancellor : bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan di kalangan orang dewasa

Statistik di Indonesia :
- Jumlah jemaat : 267 korps
- Jumlah anggota jemaat : 15.710 jiwa
- Jumlah hamba Tuhan : 664 perwira, 46 kadet, 26.061 prajurit senior, 7.640 prajurit
junior

Badan Pengurus :
- Komandan Teritorial : Kolonel Ribut Basuki Kartodarsono
- Kepala Sekretaris : Kolonel Ross R. Gower
Praktek Ibadah

Bala Keselamatan adalah bagian integral dari Gereja Kristen universal, meskipun
berbeda dalam strutktur organisasi dan tata cara ibadahnya.

Intisari ibadah dalam Bala Keselamatan adalah menyembah dan mengagungkan Tuhan
serta tunduk pada segala perintah-Nya. Tempat-tempat ibadah Bala Keselamatan di Indonesia
biasanya disebut korps dan posluar, yang di Indonesia lazim disebut gereja, adalah sebuah
tempat ibadah/gereja Kristen yang terbuka bagi semua orang, tanpa terkecuali dan diskriminasi,
yaitu mereka yang ingin beribadah kepada Tuhan dan memuliakan-Nya.

Tempat-tempat ibadah Bala Keselamatan melaksanakan pelayanan ibadah pada setiap


hari Minggu dan juga hari-hari lain sesuai jadwal yang telah ditentukan, seperti ibadah doa,
pemahaman alkitab, ibadah kaum pria, ibadah kaum wanita, ibadah kaum lanjut usia, ibadah
keluarga dan pertemuan-pertemuan lainnya.

Tata ibadah dan suasananya diatur sedemikian rupa, sederhana dan rileks, yang
didalamnya meliputi nyanyian pujian kepada Tuhan, doa, membacaan Alkitab, khotbah,
pengakuan iman, kesaksian jemaat dan isian acara lainnya seperti drama atau yang lain-lainnya.
Nyanyian-nyanyian pujian dalam ibadah Bala Keselamatan biasanya diiringi oleh brass band,
band musik kontemporer dengan piano, keyboard, gitar dan drum, musik tradisional atau tanpa
musik. Juga ada kelompok paduan suara atau vocal group yang mengambil bagian dalam
ibadah.

Di lingkungan gereja ini, setiap hari minggu diadakan dua jenis kebaktian, yaitu
kebaktian kesucian untuk mengantar umat (yang sudah Kristen atau warga Bala Keselamatan)
dan kebaktian tebusan untuk mengajak orang-orang yang belum bertobat untuk menerima
penebusan Kristus. Kebaktian tebusan ini sering disebut sebagai ibadah “Bangku Kosong”,
dimana orang-orang yang belum bertobat diundang untuk maju ke depan altar untuk duduk
pada sebuah kursi kemudian melakukan prosesi pengakuan dosa di hadapan umat dan
pemimpin ibadah. Selain itu, ada juga berbagai kegiatan penginjilan, seperti “Kebaktian Luar”
yaitu penginjilan di tempat terbuka yang diiringi musik.

Gereja Bala Keselamatan tidak mengakui dan melayankan kegiatan sakramen baptisan
dan perjamuan kudus. Gereja ini tidak menjalankan kedua sakramen tersebut karena bagi
mereka baptisan cukup dilambangkan dengan janji yang sungguh-sungguh di hadapan Tuham.
Sementara perjamuan kudus tidak dilayankan karena kekuatiran bahwa hal tersebut akan
menimbulkan keinginan minum-minum di antara umat yang telah meninggalkan minum
minuman beralkohol.

Liturgi Ibadah Gereja Bala Keselamatan :

- Ibadah
- Ucapan selamat datang oleh : Bapak Gembala / Bapak Mayor
- Doa Tahbisan Ibadah oleh Bapak Gembala
- Puji-pujian di ambil dari lagu yang semangat
- Doa pembukaan
- Puji-pujian terdiri dari satu judul lagu sekaligus dengan ayat-ayatnya, contoh
ayat 1, 2, 3 dan 4. Sesudah ayat 1 dinyanyikan tanpa tepuk tangan di saat
koornya tanpa komentar langsung tepuk tangan bersama dan diselingi kesaksian
1 ayat lagu 1 kesaksian
- Doa syafaat
- Puji-pujian / persembahan
- Doa untuk firman Allah
- Pemberitaan firman Allah
- Doa sesudah firman Allah
- Doa penutup

Praktek dari Gereja Bala Keselamatan :


- Pekerjaan Di antara Anak-anak
Sejak berdirinya Bala Keselamatan di Indonesia pekerjaan diantara anak-anak telah
menjadi salah satu bagian terpenting dari Bala Keselamatan di bidang kerohanian.
Yang menjadi tujuan pokok Bala Keselamatan bekerja diantara anak-anak ialah untuk
menolong mereka mengenai Tuhan pada waktu mereka masih muda, melatih serta
memajukan kehidupan kerohanian mereka. Anak-anak yang berusia 3-7 tahun
mendapat pelajaran agama yang sederhana, kemudian bila mereka ingin melanjutkan
pelajaran, mereka dapat melanjutkan ke bagian Prajurit Muda kemudian dilanjutkan
lagi dengan Kadet Korps yang anggota-anggotanya terdiri dari mereka yang berusia 13
tahun ke atas. Bukan saja pelajaran agama yang diberikan, tetapi juga paduan suara,
musik serta kerajinan tangan.
- Kaum Wanita
Sebelum Bala Keselamatan didirikan, Pembangun merasa bahwa wanita juga
mempunyai kemampuan untuk pengabaran Injil seperti juga kaum pria. Oleh sebab itu,
setelah Bala Keselamatan didirikan, maka kaum wanita pun diikutsertakan serta
diberikan hak yang sama dengan kaum pria untuk mengabarkan Injil serta tugas
lainnya. Untuk tujuan ini Bala Keselamatan berusaha keras melatih dan memajukan
kaum wanita dengan beberapa cara. Di Indonesia dan negara lain ada suatu
Persekutuan Kaum Wanita yang terdiri dari kaum wanita, baik yang sudah maupun
yang belum berumah tangga, untuk berkumpul agar memperoleh beberapa macam
pelajaran seperti: pelajaran Alkitab, pelajaran mengurus rumah tangga, merawat anak-
anak, merawat orang-orang sakit serta mendidik anak-anak.Semua ini akan menolong
mereka untuk ikut serta dengan giat menyebarkan Injil di rumah mereka sendiri, di
tetangga atau dimana pun mereka berada. Pelayanan kaum wanita menyediakan
kegiatan dan ibadah serta aktivitas lain yang didasarkan pada empat tujuan pelayanan
kaum wanita International, yaitu Perhimpunan Kaum Wanita, yang diresmikan tahun
1907. Empat tujuan adalah: ibadah, pendidikan, persekutuan dan pelayanan. Misi
pelayanan kaum wanita adalah untuk: membawa kaum wanita kepada pengetahuan
tentang Yesus Kristus, menggiatkan potensi penuh kaum wanita dalam mempengaruhi
keluarga, sahabat dan masyarakat, memperlengkapi kaum wanita untuk bertumbuh
dalam pengetahuan pribadi dan ketrampilan hidup, serta menangani persoalan yang
mempengaruhi kaum wanita dan keluarga mereka di dunia

- Penginjilan lainnya
Bagi Bala Keselamatan, Penginjilan bukan hanya terbatas di dalam ruangan kebaktian
saja. Ada penginjilan di dalam dan penginjilan di luar. Penginjilan ke luar merupakan
suatu bagian yang terpenting. Kebaktian luar, majalah-majalah, kunjungan rumah,
mengunjungi orang sakit baik di rumah maupun di rumah sakit merupakan tugas yang
tidak pernah berhenti dalam kegiatan Bala Keselamatan.

- Sosial
Pekerjaan sosial Bala Keselamatan dimulai pada tahun 1902 di Semarang. Pada tahun
itu di Jawa Tengah terjadi bencana banjir dan kelaparan yang menyebabkan beribu-ribu
orang mengungsi ke Semarang. Dengan dibukanya tempat penampungan orang-orang
miskin di Bugangan, Semarang, Bala Keselamatan memulai pekerjaan sosialnya dan
sampai sekarang pekerjaan tersebut masih dilanjutkan di tempat tersebut.
Perumahan bagi orang-orang tidak mampu ini diikuti dengan pembukaan panti asuhan,
perumahan ibu dan bayi, rumah sakit; perkumpulan orang-orang yang menderita kusta;
dan lain sebagainya.

- Bidang Literatur/Kepustakaan
“Berita Keselamatan,” majalah resmi Bala Keselamatan di Indonesia dan diterbitkan
satu bulan satu kali. Tujuan penerbitan majalah ini sejalan dengan titik sasaran
penerbitan Bala Keselamatan pada umumnya, yaitu mengabarkan Injil, memberikan
bacaan rohani kepada orang-orang Kristen dan memperkenalkan Bala Keselamatan
kepada masyarakat. Majalah ini diterbitkan untuk pertama kalinya pada tanggal 1
Januari 1900 dan mengalami 3 kali penggantian nama. Mula pertama terbit dengan
nama “Kabar Selamat,” kemudian diubah menjadi “Pemberita Peperangan” dan mulai
tahun 1950 menggunakan nama “Berita Keselamatan” sampai dengan tahun 1957,
majalah ini terbit dalam dua edisi: berisi bahasa Indonesia dan bahasa Belanda.

Pelayanan Bala Keselamatan di Indonesia meliputi pelayanan gerejani, sosial,


pendidikan, kesehatan, perlindungan anak dan anti perdagangan manusia
(antitrafficking) :
1. Pelayanan Bidang Kerohanian: meliputi pelayanan yang berhubungan dengan
kehidupan spritualiatas individu seperti pelayanan ibadah yang dilaksanakan baik
di gereja (korps) maupun di rumah-rumah jemaat, atau di tempat-tempat terbuka.
Khusus untuk pelayanan gereja terdiri dari 2 jenis ibadah yaitu ibadah kesucian dan
tebusan.
2. Pelayanan Bidang Pendidikan: meliputi lembaga-lembaga pendidikan (sekolah
formal) yang terdiri dari : PAUD-TK-SD-SMP-SMA-SMK-Sekolah Tinggi
Teologi (STT) dan Sekolah Keperawatan (STIKES), dan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan (Pusdiklat), yaitu sekolah untuk calon pendeta Bala Keselamatan.
3. Pelayanan Bidang Medis: bergerak di bidang kesehatan mulai dari klinik, rumah
sakit, dan pos pelayanan kesehatan.
4. Pelayanan Bidang Sosial: melayani di bidang perumahan ibu dan anak (pelayanan
untuk ibu hamil tanpa suami dan anak yang dilahirkannya), panti wreda (PSTW),
panti asuhan (PSAA) putera dan puteri, panti karya, pengembangan masyarakat,
gawat darurat bencana, program HIV/AIDS dan aksi-aksi peduli sesama lainnya.
Gereja yang termasuk aliran Bala Keselamatan :

- Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Jakarta


- Gereja Bala Keselamatan Korps 2 Jakarta
- Gereja Bala Keselamatan Bandung
- Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Surabaya
- Gereja Bala Keselamatan Korps 3 Surabaya
- Gereja Bala Keselamatan Korps 2 Semarang
- Gereja Bala Keselamatan Korps 3 Semarang

Anda mungkin juga menyukai