Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN STUDI KASUS

DIETETIC INTERNSHIP KLINIK STASE ILMU PENYAKIT DALAM


PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN DEWASA DENGAN
DIAGNOSA MYASTHENIA GRAVIS, PNEUMONIA CAP ON THORAX EC
KLEBSIELLA SP. DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUANG 24A
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
Meilany Purnamasari Sudardjo
180070100111009

PROGRAM STUDI PROFESI DIETISIEN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

DIETETIC INTERNSHIP KLINIK STASE ILMU PENYAKIT DALAM


PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN DEWASA DENGAN
DIAGNOSA MYASTHENIA GRAVIS, PNEUMONIA CAP ON THORAX EC
KLEBSIELLA SP. DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUANG 24A
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:

Meilany Purnamasari Sudardjo

180070100111009

Telah Mendapat Persetujuan pada : 10 April 2019

Clinical Instructure Dosen Pembimbing

Sukarlin, S.Tr.Gz Inggita Kusumastuty, S.Gz., M.Biomed


NIP. 197408091999032005 NIP. 19820402 200604 2001

Mengetahui,
Kepala Instalasi Gizi, Ketua Program Studi Profesi Dietisien

Ruliana SST, M.MKes Laksmi Karunia Tanuwijaya, S.Gz., M.Biomed


NIP. 19680305 199003 2 004 NIP. 1982 0814 200812 2 004

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Myasthenia gravis atau selanjutnya disingkat MG merupakan suatu penyakit
autoimun dari neuromuscular junction (NMJ) yang disebabkan oleh antibodi yang
menyerang komponen dari membran postsinaptik, mengganggu transmisi
neuromuskular, dan menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rangka. Gangguan
yang terjadi dapat berupa gangguan otot secara umum maupun dapat terlokalisasi pada
suatu otot tertentu. Keterlibatan dari otot bulbar dan otot pernapasan dapat
menyebabkan kematian. Patogenesis MG tergantung pada target dan isotipe dari
antibodi tersebut. Myasthenia gravis dapat menyebabkan kelemahan pada kelopak
mata dan otot-otot mata pada hingga 90% kasus; setengah dari pasien tersebut
menunjukkan gejala okular yang terisolasi seperti ptosis dan/atau hanya diplopia
(Philips WD and Vincent 2016).

Gejala yang paling serius dari MG adalah kesulitan bernafas. Pasien myasthenic
dengan insufisiensi pernapasan atau ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan
napas paten dikatakan krisis. Kelumpuhan vokal dapat menghambat jalan napas, tetapi
lebih umum saluran udara terhambat oleh sekresi pasien yang tidak dapat dikeluarkan
karena batuk terlalu lemah (Chairunnisa, dkk, 2016). Miastenia crisis merupakan
komplikasi dari myasthenia gravis yang ditandai dengan memburuknya kelemahan otot
dan dapat mengakibatkan kegagalan pernapasan yang mengancam kehidupan. Faktor
pemicu umum miasthenia crisis adalah infeksi salah satunya adalah pneumonia
(Stevenson, 2016).

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru


(alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat
(Pamungkas, 2012). Pneumonia komunitas atau community acquired pneumonia
(CAP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai dan mempunyai
dampak yang signifikan di seluruh dunia, terutama pada populasi usia lanjut.
Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia) adalah pneumonia yang
terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit (Joseph JG, 2006). Klebsiella pneumonia

1
merupakan bakteri gram negatif berukuran 2,0 – 3,0 x 0,6 µm, merupakan flora normal
pada saluran usus dan pernafasan, hidup fakultatif anaerob. Klebsiella pneumonia
mempunyai kapsul yang besar sehingga pada kultur koloninya terlihat sangat mukoid.
Klebsiella pneumonia menyebabkan infeksi pada paru-paru misalnya pneumonia,
infeksi saluran kemih, dan sepsis pada penderita dengan daya tahan tubuh yang lemah
(Brooks et al., 2007 dan Ramsey, 2011).

Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa
darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh
tidak dapat menggunakan insulin dengan benar. Hiperglikemia atau kenaikan kadar
gula darah adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes (ADA, 2010). Diabetes
mellitus menyebabkan gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam
sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat
fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah
(Lathifah, 2017). Hiperglikemia juga bisa terjadi karena merupakan respons metabolik
yang paling menonjol setelah terjadi stres atau trauma (Bergman, 2011).

2
BAB II

NUTRITIONAL CARE PROCESS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal MRS : 05/03/209
Tanggal Pengkajian : 09/03/2019
No.Registrasi : 1907xxxx
Ruang : 24 A/11A
Diagnosa Medis : Myasthenia Gravis, Pneumonia CAP on Thorax
ec Klebsiella sp. dan Diabetes Mellitus Tipe 2.
2. ASSESSMENT
A. Antropometri
Tabel 2.1 Hasil Pengkajian Data Antropometri
Data Antropometri Interpretasi
Lila : 25,2 cm Status Gizi Kurang
% LiLa = LiLa actual/LiLa Persentil
= 82%
TL : 46,7 cm
Rumus Chumlae :
TBE = 84,88 + (1,83xTL) – (0,24xU)
TBE = 153,5 cm
BBI = (TB-100)
BBI = 53,5 kg

3
B. Biokimia
Sebelum intervensi, data biokimia yang di dapatkan adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Hasil Pengkajian Data Laboratorium
Data Hasil Nilai Normal Interpretasi
05/03/2019
Elektrolit
Natrium 134 mmol/L 136-145 Normal
Kalium 4,25 mmol/L 3,5-5 Normal
Klorida 105 mmol/L 98-100 Normal
Hematologi
Hemoglobin 13,9 g/dL 13,4-17,7 Normal
Eritrosit 4,87. 106/μL 4,0-5,5 Normal
Leukosit 21,82. 103/μL 4,3-10,3 Tinggi
Hematokrit 40,80% 40-47 Normal
Trombosit 319. 103/μL 170-380 Normal
MCV 83,80 fL 80-93 Normal
MCH 28,50 pg 27-31 Normal
MCHC 34,10 g/dL 32-36 Normal
RDW 12,70% 11,5-14,5 Normal
MPV 10,1 fL 6,5-11 Normal
Eosinophil 0,0% 0-6% Normal
Basophil 0,1% 0-2 Normal
Neutorfil 96,3% 51-67 Tinggi
Limfosit 2% 25-33 Rendah
Monosit 1,6% 2-5 Rendah
Faal Hati
SGOT 16 u/L 0-40 Normal
SGPT 39 u/L 0-41 Normal

4
Albumin 3,51 g/dL 3,5-5,0 Normal
Metabolisme KH
GDS 293 mg/dL <200 Tinggi
Faal Ginjal
Ureum 47,3 mg/dL 16,6-48,5 Normal
Kreatinin 0,50 mg/dL < 1,2 Normal
Analisa Gas Darah
pH 7,35 7,35-7,45 Normal
PCO2 54,4 mmHg 35 Tinggi
PO2 97,1 mmHg 80-100 Normal
HCO3 25,7 mmol/L 21-28 Normal
Kelebihan Basa 1,4 mmol/L (-3) - 3 Normal
Saturasi O2 97% >95% Normal
07/03/2019
Analisa Gas Darah
pH 7,38 7,35-7,45 Normal
PCO2 51 mmHg 35 Tinggi
PO2 199,3 mmHg 80-100 Tinggi
HCO3 27 mmol/L 21-28 Normal
Kelebihan Basa 2,8 mmol/L (-3) - 3 Normal
Saturasi O2 99,3% >95% Normal
Metabolisme KH
GDS 206 mg/dL <200 Tinggi
Hb-A1c 8% <5,7% Tinggi
Sumber : Catatan Rekam Medis R.24A, RSUD Dr.Saiful Anwar Malang,
2019.
Interpretasi hasil data laboratorium adalah sebagai berikut:
- Leukosit dan Neutorfil tinggi serta limfosit mengindikasikan adanya
infeksi bakteri dan parasit (Kemenkes, 2011). Pneumonia adalah

5
penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
(Pamungkas, 2012).
- Monosit rendah dapat disebabkan karena mengkonsumsi obat
imunosupresan atau sekelompok obat yang digunakan untuk menekan
respon imun seperti untuk mengatasi penyakit autoimun (Kemenkes,
2011). Myasthenia gravis atau selanjutnya disingkat MG merupakan
suatu penyakit autoimun dari neuromuscular junction (NMJ) yang
disebabkan oleh antibodi yang menyerang komponen dari membran
postsinaptik, mengganggu transmisi neuromuskular, dan
menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rangka (Philips WD and
Vincent 2016).
- Resistensi insulin menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel dan digunakan sel tersebut untuk sumber energi, sehingga kadar
glukosa darah meningkat. Hal ini yang menyebabkan pasien memiliki
GDS tinggi (Immanuel, 2013). Hb-A1c tinggi menunjukkan kadar
glukosa darah pasien selama 2-3 bulan terakhir tidak membaik
(Dwikayana, dkk, 2016).
- Peningkatan nilai PO2 dapat terjadi karena adanya peningkatan
penghantaran O2 oleh alat bantu pernafasan (Kemenkes, 2011).
Pasien mendapatkan bantuan pernafasan dari tabung dan regulator
oksigen (nasal prongs).
- Peningkatan PCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan
fungsi pusat pernafasan (Kemenkes, 2011).
C. Fisik/Klinis
Pasien MRS pada tanggal 04/03/19 ke ruang ICU dan merupakan rujukan
dari RS Panti Nirmala. Pasien masuk ke ruang IPD 24A pada tanggal
09/03/19. Berikut merupakan hasil pengamatan fisik klinis pasien:

6
Tabel 2.3 Hasil Pengkajian Data Fisik/Klinis
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Tanggal 04/03/19
Kesadaran 4-x-6 on ventilator 4-5-6 Stupor
Tekanan 135/65 mmHg 120/80 mmHg Prehipertensi
Darah
Nadi 104x/menit 60-100x/menit Tinggi
RR 28x/menit 12-20x/menit Tinggi
Suhu 36,4°C 36,1-37,2°C Normal
- Sulit menelan (+) Sulit mengunyah (+)
- Mual (-)
- Muntah (-)
- Sesak (+)
- Banyak lendir di mulut yang susah dikeluarkan
Tanggal 09/03/19
Kesadaran 4-5-6 4-5-6 Compos Mentis
Tekanan 100/60 mmHg 120/80 mmHg Rendah
Darah
Nadi 88x/menit 60-100x/menit Normal
RR 20x/menit 12-20x/menit Normal
Suhu 36,7°C 36,1-37,2°C Normal
- Penurunan nafsu makan
- Sulit menelan (+) Sulit mengunyah (+)
- Mual (-)
- Muntah (-)
- Sesak (+)
- Banyak lendir di mulut yang susah dikeluarkan
Sumber : Catatan Rekam Medis R.24A, RSUD Dr.Saiful Anwar Malang,
2019.

7
Interpretasi hasil data fisik/klinis adalah sebagai berikut:
- Kelemahan dari otot masseter (otot wajah diantara tulang pipi dan
rahang bawah) dapat membuat pasien sulit menutup mulut.
Kelemahan otot faring, lidah dan laring menyebabkan pasien
kesulitan menelan dan berbicara (Romi, dkk, 2005). Pasien kesulitan
mengunyah karena memiliki gigi yang tidak lengkap.
- Kelemahan otot pernafasan membuat pasien tidak memiliki
kemampuan untuk mempertahankan jalan napas. Selain itu, saluran
udara terhambat oleh sekresi lendir pasien yang tidak dapat
dikeluarkan karena batuk yang terlalu lemah, sehingga menyebabkan
pasien sesak napas. (Chairunnisa, dkk, 2016).
- Selain itu, pneumonia yang diderita pasien menimbulkan adanya
peradangan pada paru-paru, bakteri merusak sel epitel dan sel goblet
(sel penghasil mucus) yang menyebabkan masuknya cairan ke dalam
rongga alveoli paru. Hal ini mengakibatkan terganggunya pertukaran
gas dan suplai O2 dalam tubuh terganggu (Zainul dan Malik, 2015).
Adanya infeksi dapat menyebabkan peningkatan nadi dan RR
(Pamungkas, 2012).
D. Dietary Assessment
a. Riwayat Gizi Dahulu
Berdasarkan hasil penggalian data diperoleh hasil SQ-FFQ pasien
sebagai berikut :
Tabel 2.4 Hasil Pengkajian Data SQ-FFQ
Frekuensi Berat Porsi
Jml
Makanan Tdk
Hari Minggu Bulan Gram URT g/hari
Pernah
Makanan Pokok
Nasi 2 150 3 ctg 300
Mie 1 85 1 bks 2,8
Roti 1 35 1 lmbr 1,2
Biskuit 2 18 3 bh 36
Singkong 1 50 1 ptg 7,1
kcl

8
Kentang 3 45 3 sdm 19,3
Ubi 1 150 1 bh 21,4
sdg
Oats 1 35 4 sdm 35
Protein Hewani
Ayam 2 30 1 ptg 2
kcl
Daging Sapi 2 40 1 ptg 2,7
kcl
Jeroan babat 2 20 ½ ptg 1,3
kcl
Telur Ayam 2 60 1 btr 17,1
Telur Asin 1 60 2
Ikan Segar 2 70 1 ptg 20
bsr
Ikan Asin 1 10 1 ptg 1,4
kcl
Protein Nabati
Tahu 4 40 1 bh 22,9
sdg
Tempe 3 50 1 bh 21,4
sdg
Tempe Gembus 1 100 2 bh 100
sdg
Kacang Tanah 3 20 2 sdm 8,6
Kacang Hijau V
Sayur
Bayam 3 45 3 irus 19,3
Kangkung 3 45 3 irus 19,3
Gambas 3 20 1 sdm 8,6
Wortel 5 30 3 sdm 21,4
Labu siam 3 50 1 bh kcl 21,4
Kacang panjang 3 30 2 sdm 12,9
Terong 4 60 4 ptg 34,9
Tomat 2 50 1 bh 14,9
sdg
Buah
Jeruk V
Pisang 2 100 1 bh 200
Buah Naga 1 80 1 bh 80
sdg
Apel 2 100 1 bh 28,6
sdg

9
Pir 2 120 1 bh 34,3
sdg
Susu dan Olahannya
Susu Sapi (Hilo) 1 35 4 sdm 35
Susu Kental Manis V
Susu Full Cream V
Keju V
Yoghurt V
Lemak/Minyak
Minyak Kelapa 3 5 1 sdm 15
Sawit
Mentega V
Santan 3 10 1 sdm 1
Lainnya
Agar-agar V
Gula 2 5 ½ sdm 10
Kopi V
Teh 1 100 1 cngkr 14,3
Gorengan V
Garam 3 1 1/3 sdt 3

- Makanan pokok utama adalah nasi yang dikonsumsi 3x/hari sebanyak


3 centong rice cooker/kali makan (150gr), oats 1x/hari setiap pagi 4
sdm (35gr), biskuit 2x/hari @5 keping (45gr), roti @1 lembar 35gr
(1x/bulan), mie instan @1 bks (1x/bulan), singkong @50 gr dan ubi
@150gr 1x/mg, kentang @45 gr 3x/mg.
- Sumber makanan hewani yang biasanya dikonsumsi adalah ayam
@30 gr, daging sapi @40gr, jeroan @20gr 2x/bulan, telur ayam @60
gr 2x/mg dan telur asin @60gr 1x/bulan. Ikan segar @70gr 2x/mg dan
ikan asin @10gr 1x/mg.
- Lauk nabati yang biasa dikonsumsi adalah tahu @40gr 4x/mg, tempe
@50gr 3x/mg, tempe gembus @100gr 1x/hari dan kacang tanah
@20gr 3x/mg.
- Sayuran yang biasa dikonsumsi adalah bayam dan kangkung @45gr
3x/mg, gambas @20gr 3x/mg, wortel @30gr 5x/mg, labu siam @50gr

10
3x/mg, kacang panjang @30gr 3x/mg, terong @60gr 4x/mg dan
tomat @50gr 2x/mg.
- Buah yang paling sering dikonsumsi adalah pisang @100gr 2x/hari
dan buah naga @80gr 1x/hari. Selain itu, apel @100gr dan pir
@120gr 2x/mg.
- Pasien rutin meminum susu hilo gold yang dikonsumsi bersamaan
dengan oats setiap pagi, yaitu @35 gr 1x/hari.
- Pengolahan makanan yang paling sering pasien konsumsi adalah
digoreng, pasien kurang mengkonsumsi lauk hewani karena sulitnya
mengunyah makanan tersebut, pasien tidak mengkonsumsi kopi,
jamu dan minuman bersoda.
- Sebelum sakit pasien menyiapkan makanannya sendiri.

Berikut merupakan hasil analisis SQ-FFQ Pasien :

Tabel 2.5 Hasil Analisis SQ-FFQ


Zat Gizi Hasil FQ-SSQ AKG Asupan Kategori
(%) (WNPG, 2004)
Energi (kkal) 1706,1 1550 110% Baik
Protein (g) 61,3 56 109,5% Baik
Lemak (g) 44 43 102,3% Baik
KH (g) 283,2 252 112,9% Lebih

b. Riwayat Gizi Sekarang


Pada saat dilakukan pengamatan pasien mendapatkan diet cair DM
lewat NGT, yaitu 6x200cc. Berikut merupakan hasil recall pada
tanggal 09/03/19:

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

a. Energi Basal = 25 kkal/kgBBI


= 1332,5 kkal

11
Faktor Koreksi :
Umur 70 tahun = 20% x 1332,5 kkal
= 266,5
Aktivitas Fisik = 10% x 1332,5 kkal
= 133,3
Stress Metabolik = 20% x 1332,5 kkal
= 266,5
TEE = Energi basal + (AF + FS – koreksi umur)
TEE = 1332,5 + (133,3 + 266,5 – 266,5)
TEE = 1465,8 kkal.
b. Protein = 20% x kebutuhan energi total
= 20% x 1465,8 kkal
= 293,2 kkal = 73,3 gram
c. Lemak = 25% x kebutuhan energi total
= 25% x 1465,8 kkal
= 366,5 kkal = 40,7 gram
d. Karbohidrat = 55% x kebutuhan energi total
= 55% x 1465,8 kkal
= 806,2 kkal = 201,5 gram

Tabel 2.6 Hasil Analaisis Recall


Zat Gizi Hasil Recall Kebutuhan Asupan Kategori
(%) (WNPG, 2004)
Energi 1206,4 1465,8 82,3% Baik
(kkal)
Protein (g) 51,4 73,3 70,1% Kurang
Lemak (g) 51,4 40,7 126,3% Lebih
KH (g) 139,9 201,5 69,4% Kurang

12
E. Obat
Berikut merupakan jenis obat yang diberikan kepada pasien :
Jenis Fungsi Efek Samping Interaksi dengan
Obat Makanan
Tanggal 05/03/19 (Pada saat MRS) s.d 08/03/19
IV Antibiotik Konstipasi/sembelit -
Meropene untuk infeksi , diare, mual,
m 3x19 bakteri muntah, candidiasis
mg oral, peradangan
pada lidah
IV Treatment Stomatitis, mual, Mengandung sukrosa
Fluimucil untuk penyakit muntah dan diare.
3x300 mg saluran Diminum setelah
pernafasan makan karena
(hipersekresi mengiritasi
mucus yang lambung.
kental)
IV Menurunkan Diare, mual, Dikonsumsi bersamaan
Omeprazo kadar asam muntah, dengan Ekstrak Hypericum
le 1x40 mg lambung menurunkan kadar perforatum L dapat
magnesium menurunkan kadar
omeprazole
PO Neuromuscular Mual, muntah, -
Mestinon Disorder Drugs diare, peningkatan
6x60 mg untuk air liur dan lendir di
Myasthenia saluran nafas.
Gravis Diminum setelah
(mengurangi makan karena

13
kelemahan mengiritasi
otot) lambung.
Tanggal 09/03/19
Infus NS Resusitasi Detak jantung -
cairan cepat, demam,
elektrolit gatal/ruam, iritasi,
masalah pernafasan
IV Antibiotik Konstipasi/sembelit -
Meropene untuk infeksi , diare, mual,
m 3x19 bakteri muntah, candidiasis
mg oral, peradangan
pada lidah
IV Treatment Stomatitis, mual, Mengandung sukrosa
Fluimucil untuk penyakit muntah dan diare
3x300 mg saluran
pernafasan
(hipersekresi
mucus yang
kental)
PO Mengontrol Diare, mual, Makanan dapat
Metformin gula darah muntah, abdominal mengurangi konsentrasi
2x500 mg tinggi pain. dan memperhambat
penyerapan. Konsumsi
bersamaan dengan alkohol
dapat meningkatkan resiko
hipoglikemia dan asidosis
laktat.
Menurunkan absorbsi vit
B12
(Sumber: MIMS, 2016).

14
F. Sosial Ekonomi
- Pasien berusia 70 tahun, sebelum sakit bekerja dengan membuka
warung nasi pecel di rumah.
- Pasien memiliki 6 orang anak.
- Sebelum sakit pasien tinggal bersama suaminya.
- Pasien tidak pernah berolahraga.
- Pasien belum pernah mendapatkan edukasi terkait diet diabetes
mellitus.
G. Riwayat Personal
a. Penyakit dahulu :
- Pada bulan Agustus-Oktober 2018 pasien sering mengeluh sakit
punggung, sulit berbicara dan kelopak mata sulit membuka. Pada
bulan Oktober 2018 pasien di diagnosa Myasthenia Gravis.
b. Riwayat penyakit keluarga : -
c. Riwayat penyakit sekarang :
- 7 hari SMRS pasien mengalami sesak nafas, lemas, sulit berbicara
dan menelan, bingung dan banyak lendir dari mulut yang sulit
dikeluarkan.
- Pada tanggal 25/02/19 pasien MRS Panti Nirmala dan masuk ICU
pada tanggal 26/02/19 dengan diagnosis pneumonia dan
hiperglikemia.
- Pada tanggal 27/02/19 dilakukan pemeriksaan sputum, yaitu
pneumonia akibat klebsiella sp.
- Pasien MRS Dr. Saiful Anwar pada tanggal 05/03/19 berdasarkan
rujukan dari RS Panti Nirmala karena tidak ada alat untuk terapi
plasma exchange. Pasien di diagnosis Myasthenia Crisis on
Ventilator, Pneumonia CAP on Thorax ec Klebsiella sp. dan
Hiperglikemia.
- Tanggal 09/03/19 pasien di diagnosis Diabetes Mellitus tipe II.

15
3. DIAGNOSA
NI – 5.7.1 Kekurangan intake protein berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan zat gizi karena infeksi ditandai dengan hasil recall asupan protein
(70,1%) kurang dari kebutuhan.
NI – 5.8.1 Kekurangan intake karbohidrat berkaitan dengan kandungan
karbohidrat pada makanan cair DM tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
ditandai dengan hasil recall asupan karbohidrat (69,4%) kurang dari
kebutuhan.
NI – 5.6.2 Kelebihan intake lemak berkaitan dengan kandungan lemak pada
makanan cair DM tidak sesuai dengan kebutuhan pasien ditandai dengan
hasil recall asupan lemak (126,3%) berlebih.
NI – 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (protein) berkaitan
dengan adanya infeksi (pneumonia) ditandai dengan nilai laboratorium
leukosit dan netrofil tinggi.
NI – 5.4 Penurunan kebutuhan zat gizi spesifik (karbohidrat sederhana)
berkaitan dengan diabetes mellitus tipe II ditandai dengan hasil laboratorium
GDS (206 mg/dL) dan Hb-A1c (8%) tinggi.
4. RENCANA INTERVENSI
A. Terapi Diet
ND – 1.1 Makanan dan Snack. Memberikan asupan sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan pasien dengan memberikan diet DM TP 1500
dengan bentuk makanan lunak.
a. Tujuan Diet
- Memenuhi kebutuhan gizi pasien yang disesuaikan dengan keadaan
pasien.
- Meningkatkan asupan protein pasien untuk membantu proses
penyembuhan dari infeksi dengan memberikan diet DM TP.
- Membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien dengan
memberikan diet DM.

16
b. Prinsip Diet
- Tinggi protein
- Rendah karbohidrat sederhana
c. Syarat Diet
1. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien untuk Diabetes
Melitus jenis kelamin perempuan, yaitu 25kkal/kgBBI dengan
mempertimbangkan faktor koreksi usia pasien 70 tahun (20%),
aktivitas pasien dalam keadaan istirahat (10%) dan faktor stress
metabolik karena adanya infeksi pneumonia (20%).
2. Protein yang diberikan tinggi, yaitu 20% dari total kebutuhan
energi untuk melawan infeksi (Perkeni, 2015 dan Rusell, 2011).
3. Lemak 25% dari kebutuhan energi total untuk memenuhi
kebutuhan pasien, dengan proporsi lemak jenuh < 7%, lemak
tidak jenuh ganda < 10% dan sisanya lemak tidak jenuh tunggal.
Konsumsi kolesterol dianjurkan <200 mg/hari (Perkeni, 2015).
4. Karbohidrat 55% dari kebutuhan energi untuk memenuhi
kebutuhan pasien (Perkeni, 2015).
5. Penggunaan gula murni tidak boleh >5% dari kebutuhan energi
total (Wahyuningsih, 2013).
6. Vitamin A diberikan 500 mg/hari, vitamin C diberikan 75
mg/hari, vitamin E 15 mg/hari sebagai antioksidan untuk
mengurangi stres oksidatif dan untuk meningkatkan antibodi dan
mempercepat proses penyembuhan (AKG, 2013, Rusell, 2004
dan Bergman 2011).
7. Pemberian bentuk makanan kepada pasien dilakukan secara
bertahap, yaitu cair, makanan saring + cair DM dan DM 1500 TP
(lunak).

17
d. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Energi Basal = 25 kkal/kgBBI
= 1332,5 kkal
Faktor Koreksi :
Umur 70 tahun = 20% x 1332,5 kkal
= 266,5
Aktivitas Fisik = 10% x 1332,5 kkal
= 133,3
Stress Metabolik = 20% x 1332,5 kkal = 266,5
TEE = Energi basal + (AF + FS – koreksi umur)
TEE = 1332,5 + (133,3 + 266,5 – 266,5) = 1465,8 kkal.
Protein = 20% x kebutuhan energi total
= 73,3 gram
Lemak = 25% x kebutuhan energi total
= 40,7 gram
Karbohidrat = 55% x kebutuhan energi total
= 201,5 gram
B. Terapi Edukasi
E-1 Edukasi pada keluarga pasien terkait pemberian diet DM untuk di
rumah sakit dan diet yang dianjurkan untuk diterapkan saat pasien di
rumah.
a. Waktu Edukasi
Hari Kamis, 14/03/109
b. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien (anak pasien)
c. Tujuan
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien terkait
tujuan dari pemberian diet DM TP yang sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan pasien (daya terima pasien).

18
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien terkait
makanan yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari oleh pasien pada
saat pasien keluar dari Rumah Sakit yang disesuaikan dengan keadaan
pasien.
d. Media
Leaflet
e. Metode
Ceramah dan tanya jawab
f. Durasi
20 menit
g. Tempat
Ruang 24A kamar 11 bed A
h. Materi
- Tujuan pemberian diet DM
- Makanan yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari disertai dengan
contoh menu dan URT.
C. Kolaborasi
RC – 1 Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam penentuan diet,
monitoring fisik klinis dan nilai laboratorium.
a. Tujuan
Meningkatkan status kesehatan pasien melalui kolaborasi dalam
pemberian diet, obat dan terapi medis lain.
b. Target Kolaborasi
Dokter, perawat dan farmasi
c. Bentuk Kolaborasi
- Pengukuran TTV pasien (tekanan darah, nadi, RR dan suhu pasien)
sebagai monitoring fisik dan klinis termasuk keluhan seperti mual,
muntah, kesulitan menelan dan sesak nafas.
- Waktu pemberian obat pasien

19
5. Rencana Monitoring dan Evaluasi
a. FH – 1.2 Intake makanan dan minuman
b. BD – 1.1 Keseimbangan asam basa
c. BD – 1.5 Profil glukosa
d. BD – 1.6 Profil Inflamasi
e. PD – 1.1 Pemeriksaan fisik terkait gizi
f. FH – 4.1 Pengetahuan makanan dan gizi

Parameter Target Cara Waktu


Monitoring Pelaksanaan
Dietary Asupan makanan Observasi Setiap hari
FH – 1.2 Intake terpenuhi 80% langsung,
makanan dan kebutuhan melihat sisa
minuman makanan dan
recall 24 jam
Biokimia Nilai laboratorium Melihat hasil Setiap di
BD – 1.1 mendekati/mencapai laboratorium adakan
Keseimbangan nilai normal pada rekam pemeriksaan
asam basa medis pasien laboratorium
BD – 1.5 Profil
glukosa
BD – 1.6 Profil
Inflamasi
Fisik Klinis Tanda vital pasien Observasi Setiap hari
PD – 1.1 normal dan tidak ada langsung dan
Pemeriksaan fisik keluhan yang melihat rekam
klinis (TD, RR, mempengaruhi medis pasien
Nadi, Suhu), mual, asupan makan
muntah, kesulitan
menelan, sesak
nafas
Ekologi Respon keluarga baik Mereview ulang Saat
FH – 4.1 dan bersedia materi yang pelaksanaan
Pengetahuan menjalankan diet telah diberikan edukasi
makanan dan gizi sesuai dengan yang dan tanya jawab
dianjurkan dengan keluarga
pasien

20
BAB III

HASIL

1. Monitoring Evaluasi Antropometri


Pemeriksaan antropometri dilakukan pada saat skrining gizi. Karena
keadaan pasien yang tidak memungkinkan untuk ditimbang berat badan dan
diukur tinggi badannya, maka pengukuran antropometri dilakukan dengan cara
mengukur lingkar lengan atas pasien untuk mengetahui status gizi pasien dan
diukur tinggi lutut pasien untuk mengetahui estimasi tinggi badan pasien
(Handayani et al, 2015). Namun, kelemahan dari pengukuran LiLA adalah
perubahan LiLA memerlukan waktu lama, sehingga tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan status gizi jangka pendek dan pengukuran LiLA
tidak dapat dijadikan alat pemantau status gizi (Sebire, 2001). Oleh karena itu,
tidak dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap antropometri pasien.
Tabel 3.1 Hasil Monitoring Evaluasi Antropometri
Sebelum
Pemeriksaan Intervensi 10/03/19 11/03/19 12/03/19
(09/03/19)
LiLA 25,2 cm - - -
TL 46,7 cm - - -
TBE 153,5 cm - - -
BBI 53,5 kg - - -

21
2. Monitoring Evaluasi Pemeriksaan Biokimia
Berikut merupakan hasil pemeriksaan laboratorium setelah diberikannya
intervensi,
Tabel 3.2 Hasil Monitoring dan Evaluasi Biokimia
Nilai
Pemeriksaan 05/03/19 07/03/19 09/03/19 12/03/19
Normal
Elektrolit
134
Natrium 136-145 - - -
mmol/L
4,25
Kalium 3,5-5 - - -
mmol/L
105
Klorida 98-100 - - -
mmol/L
Hematologi
12,2 11,30
Hemoglobin 13,4-17,7 13,9 g/dL -
g/dL g/dL
4,87. 4,35. 3,87.
Eritrosit 4,0-5,5 -
106/μL 106/μL 106/μL
21,82. 14,98. 12,68.
Leukosit 4,3-10,3 -
103/μL 103/μL 103/μL
Hematokrit 40-47 40,80% - 37,10% 33,8%
319. 398. 374.
Trombosit 170-380 -
103/μL 103/μL 103/μL
MCV 80-93 83,80 fL - 85,30 fL 87,30 fL
MCH 27-31 28,50 pg - 28 pg 29,20 pg
34,10 32,90 33,4
MCHC 32-36 -
g/dL g/dL g/dL
RDW 11,5-14,5 12,70% - 13,20% -
MPV 6,5-11 10,1 fL - - -
Eosinophil 0-6% 0,0% - 2,3% 2,7%
Basophil 0-2 0,1% - 0,1% 0,1%
Neutorfil 51-67 96,3% - 6,3% 72,3%
Limfosit 25-33 2% - 26,4% 18,6%
Monosit 2-5 1,6% - 8,2% 6,3%
Faal Hati
SGOT 0-40 16 u/L - - -
SGPT 0-41 39 u/L - - -
Albumin 3,5-5,0 3,51 g/dL - - -
Metabolisme KH
129
GDP <200 - - -
mg/dL

22
293 206 212
GDS <200 -
mg/dL mg/dL mg/dL
Hb-A1c <5,7 - 8% - -
Faal Ginjal
47,3
Ureum 16,6-48,5 - - -
mg/dL
0,50
Kreatinin < 1,2 - - -
mg/dL
Analisa Gas Darah
pH 7,35-7,45 7,35 7,38 7,36 7,34
54,4 51 34,7 49,9
PCO2 35
mmHg mmHg mmHg mmHg
97,1 199,3 79,3 104,8
PO2 80-100
mmHg mmHg mmHg mmHg
25,7 27 19,7 23,9
HCO3 21-28
mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L
Kelebihan 1,4 2,8 -6 -0,7
(-3) - 3
Basa mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L
Saturasi O2 >95% 97% 99,3% 99,9% 97,5%

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis data laboratorium terakhir, yaitu tanggal
09/03/19 menunjukkan bahwa kadar gula darah, leukosit, trombosit dan
monosit pasien masih tinggi. Namun pada tanggal 12/03/19 hasil lab
menunjukkan kadar GDP normal.
3. Monitoring Evaluasi Pemeriksaan Fisik Klinis
Pemeriksaan fisik/klinis dimonitor setiap hari mulai dari sebelum intervensi
sampai dengan pengamatan terakhir. Berikut merupakan hasil monitoring
evaluasi fisik dan klinis :

23
Tabel 3.3 Hasil Monitoring dan Evaluasi Fisik Klinis
Sebelum
Pemeriksaan Intervensi 10/03/19 11/03/19 12/03/19
(09/03/19)
Kesadaran GCS 4-5-6 GCS 4-5-6 GCS 4-5-6 GCS 4-5-6
(compos (compos (compos (compos
mentis) mentis) mentis) mentis)
Tekanan 100/60 mmHg 110/60 mmHg 110/60 mmHg 120/70 mmHg
Darah
Nadi 88x/menit 88x/menit 78x/menit 80x/menit
RR 20x/menit 18x/menit 20x/menit 20x/menit
Suhu 36,7°C 36,8°C 36,8°C 36°C
Keluhan - Kesulitan - Kesulitan - Kesulitan - Kesulitan
berbicara berbicara berbicara (- berbicara (-
(+) (+) ) )
- Kesulitan - Kesulitan - Kesulitan - Kesulitan
menelan menelan menelan (-) menelan (-)
dan dan - Kesulitan - Kesulitan
mengunyah mengunyah mengunyah mengunyah
(+) (+) (+) (+)
- Sesak nafas - Sesak nafas - Sesak nafas - Sesak nafas
(+) (-) (-) (-)
- Batuk (+) - Batuk (+) - Batuk (+) - Batuk (-)
- Mual (-) - Mual (-) - Mual (-) - Mual (-)
- Muntah (-) - Muntah (-) - Muntah (-) - Muntah (-)
- Penurunan Penurunan - Penurunan Penurunan
nafsu nafsu makan nafsu nafsu makan (-
makan (+) (+) makan (-) )

4. Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi


Monitoring dan evaluasi asupan pada pasien dilakukan dengan cara
pengamatan langsung dan recall 24 jam. Pengamatan dimulai pada tanggal
10/03/19 sampai dengan 12/03/19. Dilakukan perubahan dalam pemesanan diet
dan prinsip diet serta bentuk makanan, yaitu dari bentuk cair menjadi makanan
saring I. Berikut merupakan daftar rencana diet sebelum dan selama intervensi
berlangsung :

24
Tabel 3.4 Daftar Rencana Diet
Sebelum 10/03/19 11/03/19 12/03/19 13/03/19
Intervensi
Diet yang Cair DM Makanan Makanan DM NP 1500 DM TP 1500
Direncanakan (6x200cc) Saring I + 200 Saring I + Lunak Lunak
cc cair DM 200 cc cair (puasa)
DM
Diet yang Cair DM Makanan Makanan DM NP 1500 DM TP 1500
Diberikan (6x200cc) Saring I + 200 Saring I + Lunak Lunak
cc cair DM 200 cc cair (puasa)
DM

Sebelum dilakukan intervensi pasien diberikan diet cair DM karena


ketidakmampuan pasien menelan dan adanya sesak nafas. Setelah itu, pasien
diberikan makan secara bertahap mulai dari diet makanan saring I + cair DM
dan diet DM NP 1500 lunak karena kondisi pasien yang sudah mulai bisa
menelan tetapi mengalami kesulitan mengunyah karena gigi yang tidak
lengkap. Berikut merupakan hasil monitoring asupan energi dan zat gizi pasien
sebelum dan sesudah intervensi selama 3 hari monev :
Tabel 3.5 Hasil Monitoring Evaluasi Total Asupan
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (g) (g) (g)
Kebutuhan 1465,8 73,3 40,7 201,5
Sebelum
Asupan 1206,4 51,4 51,4 228,1
Intervensi
(09/03/19) % Asupan 82,3% 70,1% 126,3% 69,4%
1 1059 25,1 24,4 181,5
% Asupan 72,2% 34,2% 59,9% 90%
2 1213,1
27 24,5 217,3
Monev % Asupan 82,8%
36,8% 60,2% 107,8%
3 1043,1 48,9 38,3 130,9
% Asupan 71,2% 66,7% 94,1% 65%
4 1025,2 55,2 31,1 137,3
% Asupan 70% 75,3% 76,4% 68,1%
(Sumber: Hasil Data Terolah, 2019)

25
a. Energi
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Sebelum 10/03/2019 11/03/2019 12/03/2019 13/03/2019
Intervensi

Kebutuhan Asupan

Gambar 3.1 Tingkat Asupan Energi


Grafik di atas menunjukkan bahwa asupan pada monev hari pertama
sampai dengan keempat masih dibawah kebutuhan. Asupan pasien sebelum
intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan asupan pada saat monev, hal
ini disebabkan karena sebelum intervensi pasien diberikan diet cair DM
yang dimasukkan melalui selang NGT, sehingga makanan masuk 100%.
Sedangkan hari pertama dan kedua pasien diberikan diet makanan saring I
+ cair DM dan terjadi peningkatan asupan dari hari pertama monev ke hari
kedua monev. Namun, hari ketiga mengalami penurunan asupan karena
pasien dipuasakan mulai dari pukul 21.00-05.00 dan 07.00-09.00 karena
akan dilakukan tes gula darah.
b. Protein

Protein
80
60
40
20
0
Sebelum 10/03/2019 11/03/2019 12/03/2019 13/03/2019
Intervensi

Kebutuhan Asupan

Gambar 3.2 Tingkat Asupan Protein

26
Grafik diatas menunjukkan bahwa asupan protein menurun dari
sebelum diberikan intervensi, hal ini juga disebabkan karena pasien
sebelumnya diberikan diet cair DM melalui selang NGT yang 100%
makanan masuk. Hari pertama sampai dengan hari keempat monev asupan
protein kurang dari kebutuhan, hal ini disebabkan karena kebutuhan protein
pasien meningkat, namun diet yang diberikan tidak tinggi protein. Namun,
setiap hari setelah diberikan intervensi pasien mengalami peningkatan
asupan protein dan pada hari keempat intervensi mendekati kebutuhan
karena sudah diberikan diet tinggi protein.
c. Lemak

Lemak
60

40

20

0
Sebelum 10/03/2019 11/03/2019 12/03/2019 13/03/2019
Intervensi

Kebutuhan Asupan

Gambar 3.3 Tingkat Asupan Lemak


Grafik diatas menunjukkan bahwa asupan lemak pada hari pertama
sampai dengan keempat monev kurang dari kebutuhan. Hal ini disebabkan
karena pasien tidak pernah menghabiskan semua makanan yang telah
disajikan. Selain itu, hari pertama dan kedua monev diet pasien masih saring
I + cair DM, hari ketiga dan keempat diet pasien adalah makanan lunak,
sehingga asupan lemak pasien meningkat walaupun belum memenuhi
kebutuhan karena makanan tidak 100% dikonsumsi.

27
d. Karbohidrat

Karbohidrat
250
200
150
100
50
0
Sebelum 10/03/2019 11/03/2019 12/03/2019 13/03/2019
Intervensi

Kebutuhan Asupan

Gambar 3.4 Tingkat Asupan Karbohidrat


Grafik diatas menunjukkan bahwa asupan karbohidrat pada monev
hari ke-3 dan ke-4 menurun, hal ini disebabkan karena pada hari ke-1 dan
ke-2 monev pasien diberikan diet makanan saring I yang terdiri dari bubur
halus dan juruh saja (gula jawa + gula pasir) yang merupakan sumber
karbohidrat, selain itu pasien juga diberikan diet cair DM.
5. Monitoring Evaluasi Edukasi
Monitoring evaluasi edukasi dengan keluarga pasien dilakukan dengan
cara merivew kembali materi yang telah disampaikan terkait makanan yang
perlu dianjurkan, dibatasi dan dihindari, serta terkait bahan makanan penukar :
Tabel 3.6 Monitoring Evaluasi Edukasi Pasien
Sebelum Edukasi Setelah Edukasi
Keluarga pasien belum mengetahui Keluarga dapat mengetahui prinsip
prinsip diet DM, bahan makanan diet DM, bahan makanan yang
yang dianjurkan, dibatasi dan dianjurkan, dibatasi dan dihindari
dihindari. dengan cara mereview kembali
materi yang telah disampaikan.

28
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien merupakan seorang perempuan yang berusia 70 tahun dan memiliki


pekerjaan sebagai penjual nasi pecel. Pasien memiliki 6 orang anak dan sebelum sakit
pasien tinggal bersama suaminya. Pasien tidak memiliki riwayat sakit berat
sebelumnya, pada bulan Agustus 2018 pasien sering mengeluh sakit di bagian
punggung, dan mulai kesulitan berbicara. Kemudian, kelopak mata pasien mulai sulit
terbuka. Kemudian pada bulan Oktober pasien di diagnosa Myasthenia Gravis. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Berdasarkan hasil SQ-FFQ pasien memiliki
kebiasaan sarapan menggunakan oats dan susu setiap hari, kemudian pasien sering
memakan biskuit sebagai cemilan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa
asupan karbohidrat pasien berlebih, yaitu 112,9% apabila dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG).

7 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas, lemas, sulit
berbicara dan menelan, kebingungan dan banyak lendir di mulut yang sulit dikeluarkan.
Pada tanggal 25/02/2019 pasien masuk rumah sakit Panti Nirmala dengan diagnosis
pneumonia dan hiperglikemia, kemudian tanggal 26/02/19 pasien masuk ke ruang ICU.
Pada tanggal 27/02/19 hasil sputum menunjukkan bahwa bakteri penyebab pneumonia
adalah klebsiella sp. Tanggal 04/03/19 pasien dirujuk ke rumah sakit dr. Saiful Anwar
karena tidak tersedia alat terapi plasma exchange dan masuk tanggal 05/03/19 dengan
diagnosis Myasthenia Crisis on Ventilator. Tanggal 09/03/19 pasien masuk ke ruang
IPD 24A dan dilakukkan skrinning menggunakan alat yang tersedia di RSSA dengan
keluhan mengalami penurunan berat badan karena berkurangnya asupan yang
diakibatkan karena terjadinya penurunan nafsu makan, sehingga memperoleh skor >2.
Selain itu, dilakukan skrining menggunakan Nutritional Risk Screening (NRS-2002)
sebagai pembanding dan diperoleh skor 3 karena asupan makan 50-75% dari kebutuhan
dan menderita pneumonia berat. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skrining gizi
diperlukan adanya asuhan gizi pada pasien dengan melakukan assessment hingga

29
dilakukan monitoring evaluasi terhadap antropometri, biokimia, fisik/klinis dan asupan
pasien.

A. Antropometri
Assessment pertama dilakukan dengan mengukur antropometri pasien,
yaitu dengan melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan pasien
untuk mengetahui status gizi pasien. Namun, karena keadaan pasien yang
lemas dan sesak nafas tidak memungkinkan pasien untuk bangun dari tempat
tidur. Oleh karena itu, dalam menentukkan status gizi pasien dilakukan
dengan mengukur Lingkar Lengan Atas pasien. Selain itu, dilakukan
pengukuran panjang lutut untuk mengetahui tinggi badan estimasi dari pasien
(Handayani et al, 2015). Karena perubahan LiLA memerlukan waktu lama,
sehingga tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
jangka pendek dan pengukuran LiLA tidak dapat dijadikan alat pemantau
status gizi menyebabkan tidak bisa dilakukannya monitoring evaluasi untuk
antropometri (Sebire, 2001).
B. Biokimia
Pemeriksaan biokimia pasien meliputi pemeriksaan elektrolit,
hematologi, faal hati, faal ginjal, mentabolisme karbohidrat dan analisa gas
darah. Berdasarkan hasil pemeriksaan sebelum intervensi menunjukkan
bahwa kadar Leukosit dan Neutorfil tinggi serta limfosit mengindikasikan
adanya infeksi bakteri dan parasit (Kemenkes, 2011). Pneumonia adalah
penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
(Pamungkas, 2012). Monosit rendah dapat disebabkan karena mengkonsumsi
obat imunosupresan atau sekelompok obat yang digunakan untuk menekan
respon imun seperti untuk mengatasi penyakit autoimun (Kemenkes, 2011).
Myasthenia gravis atau selanjutnya disingkat MG merupakan suatu penyakit
autoimun dari neuromuscular junction (NMJ) yang disebabkan oleh antibodi
yang menyerang komponen dari membran postsinaptik, mengganggu

30
transmisi neuromuskular, dan menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot
rangka (Philips WD and Vincent 2016).
Resistensi insulin menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel dan digunakan sel tersebut untuk sumber energi, sehingga kadar glukosa
darah meningkat. Hal ini yang menyebabkan pasien memiliki GDS tinggi
(Immanuel, 2013). Hb-A1c tinggi menunjukkan kadar glukosa darah pasien
selama 2-3 bulan terakhir tidak membaik (Dwikayana, dkk, 2016).
Peningkatan nilai PO2 dapat terjadi karena adanya peningkatan penghantaran
O2 oleh alat bantu pernafasan (Kemenkes, 2011). Pasien mendapatkan
bantuan pernafasan dari tabung dan regulator oksigen (nasal prongs).
Peningkatan PCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi
pusat pernafasan (Kemenkes, 2011).
C. Fisik Klinis
Monitoring dan evaluasi fisik klinis dilakukan dengan melihat tanda
vital dan keluhan pasien yang dapat mempengaruhi asupan makan pasien.
Hari pertama pengamatan atau sebelum intervensi sampai dengan monev hari
ke-3 pasien dalam keadaaan compos mentis. Tekanan darah, nadi, respiratory
rate dan suhu pasien dalam keadaan stabil. Keluhan utama pasien yang
mempengaruhi asupan makannya adalah sesak nafas dan kesulitan menelan.
Kelemahan dari otot masseter (otot wajah diantara tulang pipi dan rahang
bawah) dapat membuat pasien sulit menutup mulut. Kelemahan otot faring,
lidah dan laring menyebabkan pasien kesulitan menelan dan berbicara (Romi,
dkk, 2005). Tanggal 09/03/19 siang pasien sudah mulai diberikan diet
makanan saring I untuk melatih otot rahang namun masih belum bisa
maksimal, sehingga sebagian besar makanan dimasukan ke dalam selang
NGT sampai dengan tanggal 10/03/19. Namun, pada tanggal 11/03/19 pasien
sudah bisa makan lewat mulut. Kondisi pasien setiap hari mulai membaik,
yaitu sudah tidak ada keluhan mual, muntah, sesak nafas dan kesulitan
menelan. Sehingga, bentuk makan pasien ditingkatkan secara bertahap.

31
Namun, karena pasien lansia dan sudah tidak memiliki gigi yang lengkap
maka pasien memiliki kesulitan mengunyah.
D. Dietary
Pengukuran asupan pasien dilakukan mulai dari sebelum intervensi,
yaitu dengan melakukan recall 24 jam pada tanggal 09/03/19. Pasien
diberikan diet cair sotika dan memperoleh hasil lemak dan karbohidrat tinggi
apabila dibandingkan dengan kebutuhan pasien. Pasien memiliki keluhan
sesak nafas dan kesulitan untuk menelan, sehingga makanan diberikan
melalui NGT.
Monitoring dan evaluasi dilakukan mulai pada tanggal 10 s.d 13 maret
2019, diet diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
pasien. Tanggal 10/03/19 pasien diberikan diet makanan saring I + cair DM
untuk melatih otot rahang pasien, namun karena masih kesulitan menelan
makanan sebagian besar diberikan melalui NGT dan sedikit lewat mulut.
hasil analisis menunjukkan bahwa asupan makan pasien energy, protein dan
lemak kurang, sedangkan karbohidrat cukup. Tanggal 11/03/19 pasien masih
diberikan diet makanan saring I + cair DM, pasien tidak kesulitan menelan
dan sudah mulai bisa makan lewat mulut. Berdasarkan hasil analisi asupan
hari ke-2 menunjukkan bahwa adanya peningkatan asupan, meskipun asupan
protein dan lemak masih kurang dari kebutuhan. Tanggal 12/03/19 pasien
sudah diberikan makanan biasa dengan diet DM 1500 NP. Namun, karena
akan dilakukan pemeriksaan gula darah pasien dipuasakan mulai dari pukul
22.00-05.00 dan pukul 07.00-09.00. Oleh karena itu, pasien tidak diberikan
makan pagi. Dan pada saat dilakukan observasi, pasien tidak mengkonsumi
apapun sampai makan siang. Sehingga, hasil monev hari ke-3 menunjukkan
bahwa asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien kurang. Hasil
monev asupan tanggal 13/03/19 pasien mengalami peningkatan asupan
walaupun masih belum memenuhi kebutuhan karena pasien tidak
menghabiskan makananya karena merasa kenyang.

32
Perhitungan kebutuhan energi pasien menggunakan rumus dari
consensus DM, yaitu 25kkal/kgBBI untuk pasien berjenis kelamin
perempuan. Berat badan yang digunakan adalah berat badan ideal, yang
dihitung dengan menggunakan rumus Broca untuk pasien yang berusia >40
tahun. Faktor koreksi yang digunakan yaitu usia pasien 70 tahun dikurangi
20%, aktivitas fisik pasien, yaitu dalam keadaan istirahat ditambah 10% dan
stress metabolik untuk penyakit infeksi ditambah 20% (Perkeni, 2015).
Kebutuhan protein pasien diberikan tinggi, yaitu 20% dari total
kebutuhan energi pasien. Hal ini disebabkan karena pasien memiliki penyakit
infeksi sehingga diperlukan asupan protein yang tinggi untuk meningkatkan
antibodi dan mempercepat proses penyembuhan (Rusell, 2011).
Kebutuhan lemak pasien sebesar 25% dari total kebutuhan energi
pasien dengan proporsi lemak jenuh <7%, lemak tidak jenuh ganda <10%
dan sisanya lemak tidak jenuh tunggal. Serta konsumsi kolesterol dianjurkan
<200mg/hari (Perkeni, 2015).
Kebutuhan karbohidrat pasien diberikan sebesar 55% karena perlu
adanya pembatasan asupan karbohidrat sederhana, sehingga penggunaan
gula murni juga tidak boleh >5% dari kebutuhan energy total (Wahyuningsih,
2013 dan Perkeni, 2015).
E. Edukasi
Pasien dan keluarga sebelumnya belum pernah mendapatkan edukasi
terkait diet diabetes mellitus karena pasien di diagnosa menderita diabetes
mellitus pada tanggal 09/03/19 atau pada saat pasien masuk rumah sakit.
Sebelumnya pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit keluarga diabetes
mellitus. Oleh karena itu, materi edukasi yang diberikan terkait tujuan diet
DM dan makanan apa saja yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari.

33
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
A. Assessment
- Hasil skrinning pasien menggunakan alat skrining RSSA dan
menggunakan NRS-2002 menunjukkan bahwa pasien berisiko malnutrisi.
- Pengukuran antropometri pasien menggunakan LiLA dan TL karena pasien
yang tidak bisa berdiri serta tidak ingat berat badan dan tinggi badan
terakhir. Status gizi pasien berdasarkan LiLA adalah gizi kurang.\
- Pemeriksaan laboratorium pasien menunjukkan bahwa gula darah dan
HbA-1c tinggi. Serta leukosit dan neutrophil pasien tinggi karena adanya
infeksi dari pneumonia.
- Kondisi fisik klinis pasien yaitu kondisi pasien yang tidak bisa menelan
makanan dan sesak nafas.
- Riwayat gizi dahulu pasien menunjukkan bahwa pasien kelebihan asupan
karbohidrat.
B. Diagnosis
NI – 2.5 Intake enteral kurang optimal berkaitan dengan penyakit
diabetes mellitus 2 yang diderita pasien namun diberikan diet cair SOTIKA
ditandai dengan hasil recall asupan lemak dan karbohidrat berlebih.
NI – 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (protein) berkaitan
dengan adanya infeksi (pneumonia) ditandai dengan nilai laboratorium
leukosit dan netrofil tinggi.
NI – 5.8.2 Kelebihan intake karbohidrat berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan terkait makanan dan gizi ditandai dengan asupan karbohidrat
berdasarkan SQ-FFQ berlebih (112,9%).
C. Intervensi
ND – 1.1 Makanan dan Snack
1. Makanan saring I + cair DM
2. Makanan saring I + cair DM

34
3. DM NP 1500 (L)
4. DM TP 1500 (L)
D. Hasil Monitoring dan Evaluasi
- Tidak dilakukan monitoring terhadap LiLA karena perubahannya
membutuhkan waktu yang lama.
- Hasil laboratorium menunjukkan bahwa gula darah dan leukosit
pasien masih tinggi.
- Hari kedua monev pasien sudah mulai bisa makan lewat mulut. hari
ketiga dan keempat pasien sudah tidak mengalami kesulitan menelan
dan tidak sesak nafas, namun kesulitan mengunyah karena gigi yang
tidak lengkap sehingga diet diberikan lunak.
- Asupan makan pasien meningkat setiap hari meskipun belum
mencapai kebutuhan.
2. Saran
- Memastikan kembali diet yang diberikan pada pasien dan bentuk makanan
sesuai dengan keadaan pasien, sehingga memenuhi kebutuhannya,

35
DAFTAR PUSTAKA

1. ADA, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus Diabetes Care


USA. 27 : 55
2. Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2007. Jawetz, Melnick and
Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23, Alih Bahasa oleh Mudihardi,
E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan
Alimsardjono, L. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 163, 170,
225-31, 253.
3. Chairunnisa, Nurul Hidayah., Zanariah, Zam., Saputra, Oktadoni dan
Karyanto. 2016. Myasthenia Gravis pada Pasien Laki-laki 39 Tahun dengan
Sesak Napas. J Medula Unila, Volume 6: Nomor 1.
4. Dwikayana, I. M., Subawa, A. N. and Yasa, I. W. P. S. (2016) ‘GAMBARAN
HbA1c PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI
ULKUS KAKI DIABETIK DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP
SANGLAH DENPASAR PERIODE APRIL- SEPTEMBER’, E-Jurnal
Medika, 5(7), pp. 1–6.
5. Joseph JG, Hillary RB. The context of geriatric care. In: Joseph JG, editor.
Handbook of Geriatric Asessment edisi 4. Massachusetts: Jones and Bartlett
publishers inc; 2006. p.3-11.
6. Lathifah, Nur Lailatul. 2017. Hubungan Durasi Penyakit dan Kadar Gula
Darah dengan Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 5 (2): 231-239.
7. MIMS. 2016. Informasi Obat, Informasi Ringkas Produk Obat. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
8. Pamungkas Dian Rahayu, 2012. Analisis Faktor Risiko Pneumonia pada
Balita di 4 Provinsi di Wilayah Indonesia Timur. Skripsi, Jakarta, FKM UI.
9. Phillips WD, Vincent A. Pathogenesis of myasthenia gravis: update on
disease types, models, and mechanisms. F1000Research. 2016; 5(1):1513.

36
10. Romi, Gilhus, Aarli. Myasthenia gravis: clinical, immunological, and
therapeutic advances. Acta Neurol Scand. 2005; 111(2):134-41.
11. Russell L. 2011. The importance of patients nutritional status in wound
healing. Br J Nurs.10(6):44-9.
12. William, Stevenson. 2016. Myasthenic Crisis Care Up to Date. J. Kedokteran
Meditek, Volume 22, No.60.
13. Bergman EA, Hawk SN. Diseases of the Respiratory System. Dalam: Nelms
M, Sucher K, Lacey K, Roth SL. Editor. Nutrition Therapy and
Pathophysiology. Ed 2. Wadsworth : Cangange Learning 2011:648-681.
14. Sebire NJ, Jolly M, Harris J, Regan L, Robinson S. Is maternal underweight
really is risk factor for adverse pregnancy outcome. BJOG: An International
Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2001; 108 (1): 61- 6.

37
Lampiran 1. Hasi Analisis Dietery Assessment Pasien
Recall Sebelum Intervensi (09/03/19)
Jumlah Energy Water Protein Fat Carbohydr.
Menu Makanan
(g) (kkal) (g) (g) (g) (g)
Tepung susu
140
skim
Cair DM Minyak kelapa 48 1206,4 - 51,4 51,4 139,9
6x200cc
Gula pasir 48
Juice buah 240
Total 1206,4 - 51,4 51,4 139,9
Kebutuhan 1465,8 0 73,3 40,7 201,5
% Asupan 82,3% 0 70,1% 126,3% 69,4%

38
Recall Monev Hari ke-1 (10/0319)
dietary
Jumlah Energy Water Protein Fat Carbohydr.
Menu Makanan fiber
(g) (kkal) (g) (g) (g) (g)
(g)
Siang
Bubur Saring Tepung Beras 23 83 0 1,5 0,1 18,3 0,2
Gula Pasir 10 38,7 0 0 0 10 0
Juruh
Gula Merah 15 56,4 0 0 0 14,6 0
Makanan Enteral Cair DM 61 201 0 7 8 24 0
Sore
Bubur Saring Tepung Beras 23 83 0 1,5 0,1 18,3 0,2
Gula Pasir 10 38,7 0 0 0 10 0
Juruh
Gula Merah 15 56,4 0 0 0 14,6 0
Makanan Enteral Cair DM 61 201 0 7 8 24 0
Pagi
Bubur Saring Tepung Beras 15 54,1 0 1 0,1 11,9 0,1
Gula Pasir 5 19,3 0 0 0 5 0
Juruh
Gula Merah 7 26,3 0 0 0 6,8 0
Makanan Enteral Cair DM 61 201 0 7 8 24 0
Total 1059 0 25,1 24,4 181,5 0,5
Kebutuhan 1465,8 0 73,3 40,7 201,5 22
Presentase 72,2% 34,2% 59,9% 90% 2,3%

39
Recall Monev Hari Ke-2 (11/03/19)
dietary
Jumlah Energy Water Protein Fat carbohydr.
Menu Makanan fiber
(g) (kkal) (g) (g) (g) (g)
(g)
Siang
Bubur Saring Tepung Beras 30 108,3 0 2 0,2 23,9 0,2
Gula Pasir 10 38,7 0 0 0 10 0
Juruh Gula Merah Tebu Belum
Dimurnikan 15 56,4 0 0 0 14,6 0
Makanan Enteral Cair DM 61 201 0 7 8 24 0
Sore
Bubur Saring Tepung Beras 30 108,3 0 2 0,2 23,9 0,2
Gula Pasir 10 38,7 0 0 0 10 0
Juruh Gula Merah Tebu Belum
Dimurnikan 15 56,4 0 0 0 14,6 0
Makanan Enteral Cair DM 61 201 0 7 8 24 0
Pagi
Bubur Saring Tepung Beras 30 108,3 0 2 0,2 23,9 0,2
Gula Pasir 10 38,7 0 0 0 10 0
Juruh Gula Merah Tebu Belum
Dimurnikan 15 56,4 0 0 0 14,6 0
Makanan Enteral Cair DM 61 201 0 7 8 24 0
Jumlah 1213,1 0 27 24,5 217,3 0,7
Kebutuhan 1465,8 0 73,3 40,7 201,5 22
Presentase 82,8% 36,8% 60,2% 107,8% 3,2%

40
Recall Monev Hari Ke-3 (12/03/19)
dietary
Jumlah Energy Water Protein Fat carbohydr.
Menu Makanan fiber
(g) (kkal) (g) (g) (g) (g)
(g)
Sore
Nasi Tim Beras Putih Giling 38 137,1 0 2,5 0,2 30,2 0,3
Daging Empal Daging Sapi 40 107,6 0 10 7,2 0 0
Tahu Bacem Tahu 50 38 0 4,1 2,4 0,9 0,6
Kacang Panjang
20 7 0 0,4 0,1 1,6 0,6
Sayur Asem Mentah
Jakarta Labu Siam Mentah 20 4 0 0,2 0,1 0,9 0,3
Krai / Mentimun 10 1,3 0 0,1 0 0,3 0,1
Minyak Kelapa Sawit 5 43,1 0 0 5 0 0
Buah Pisang Kepok 75 86,9 0 0,6 0,2 23,4 1,7
Siang
Nasi Tim Beras Putih Giling 38 137,1 0 2,5 0,2 30,2 0,3
Telur bb kare Telur Ayam 60 93,1 0 7,6 6,4 0,7 0
Tempe bb kare Tempe Kedele Murni 30 59,7 0 5,7 2,3 5,1 0,4
Cah wortel Wortel 40 3,4 36 0,4 0,2 3,2 0,4
kacang kapri Kacang Kapri Mentah 10 8,4 0 0,5 0 1,6 0,6
Minyak Kelapa Sawit 5 43,1 0 0 5 0 0
Pagi
Nasi Tim Beras Putih Giling 38 137,1 0 2,5 0,2 30,2 0,3
Telur bb opor Telur Ayam 60 93,1 0 7,6 6,4 0,7 0
Tahu bb opor Tahu 50 38 0 4,1 2,4 0,9 0,6

41
Sambal gr labu
Labu Siam Mentah 25 5 0 0,2 0,1 1,1 0,3
siam
Total 1043,1 36 48,9 38,3 130,9 6,6
Kebutuhan 1465,8 0 73,3 40,7 201,5 22
% Asupan 71,2% 0% 66,7% 94,1% 65% 30%

Recall Monev Hari Ke-4 (13/03/19)


dietary
Jumlah Energy Water Protein Fat carbohydr.
Menu Makanan fiber
(g) (kkal) (g) (g) (g) (g)
(g)
Siang
Nasi Tim Beras Putih Giling 38 137,1 0 2,5 0,2 30,2 0,3
Ikan bb Serani Ikan Segar 40 39,2 0 7,2 1 0 0
Sate Tempe Tempe Kedele Murni 30 59,7 0 5,7 2,3 5,1 0,4
Bayam Segar 30 11,1 0 1,1 0,1 2,2 0,2
Sayur Bening Jagung Kuning Pipil
20 72,4 0 1,6 0,7 15,4 1,5
Lama
Buah Semangka 150 48 0 0,9 0,6 10,8 0,8
Sore
Nasi Tim Beras Putih Giling 25 90,2 0 1,7 0,2 19,9 0,2
Ayam Panggang Daging Ayam 50 142,4 0 13,4 9,4 0 0
Tahu Sup Tahu 25 19 0 2 1,2 0,5 0,3
Wortel 20 1,7 18 0,2 0,1 1,6 0,2
Sup Sehat Buncis Mentah 15 5,2 0 0,3 0 1,2 0,5
Kentang 15 13,9 0 0,3 0 3,2 0,2
Buah Pepaya 100 39 0 0,6 0,1 9,8 1,8

42
Pagi
Nasi Tim Beras Putih Giling 40 144,4 0 2,7 0,2 31,8 0,3
Bola-bola Daging Daging Sapi 40 107,6 0 10 7,2 0 0
Tahu Bacem Tahu 50 38 0 4,1 2,4 0,9 0,6
Cah Sayur Wortel 30 2,6 27 0,3 0,2 2,4 0,3
Wortel Buncis Buncis Mentah 30 10,5 0 0,6 0,1 2,4 1
Minyak Kelapa Sawit 5 43,1 0 0 5 0 0
Total 1025,2 45 55,2 31,1 137,3 8,5
Kebutuhan 1465,8 0 73,3 40,7 201,5 22
Asupan 70% - 75,3% 76,4% 68,1% 38,6%

43
Perencanaan Menu di Rumah
Jumlah Energy Protein Fat Carbohydr. Vit. A Vit. E Vit. C
Menu Makanan
(g) (kkal) (g) (g) (g) (µg) (mg) (mg)
Pagi
Beras Putih
Nasi Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0 0 0
Giling
Bakso Daging
40 148 9,4 12 0 4 0 0
Sapi
Sup Bakso Wortel 20 1,7 0,2 0,1 1,6 0 0
Labu Siam
20 4 0,2 0,1 0,9 5,8 0 1,2
Mentah
Tempe Tempe Kedele
40 79,6 7,6 3,1 6,8 0,4 0 0
Bacem Murni
Susu Susu Diabetasol 40 170,5 6,6 4,6 25,6
Siang
Beras Putih
Nasi Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0 0 0
Giling
Telur Rebus Telur Ayam 60 93,1 7,6 6,4 0,7 114 0 0
Tahu Square Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9 0 0 0
Wortel 10 0,9 0,1 0,1 0,8 0 0
Kembang Kool
Capcay 10 2,5 0,1 0 0,5 1,3 0 3,2
Mentah
Buncis Mentah 10 3,5 0,2 0 0,8 6,7 0 1
Pepaya 20 7,8 0,1 0 2 27 0 12,4
Smoothies Oats 5 20 0,7 0,5 3,4
Pisang Ambon 20 18,4 0,2 0,1 4,7 1,6 0 1,8
Sore

44
Beras Putih
Nasi Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0 0 0
Giling
Daging Ayam 40 114 10,8 7,6 0 15,6 0 0
Opor Ayam
Santan 3 2,1 0 0,2 0,1 0 0 0
Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9 0 0 0
Tumis Tahu Toge Kacang
10 6,1 0,7 0,3 0,5 0,1 0 0,8
Tauge Hijau Mentah
Sawi Hijau 10 1,5 0,2 0 0,2 30,3 0 2,5
Makaroni 25 88,3 3 0,4 17,7 0 0 0
Daging Ayam 10 28,5 2,7 1,9 0 3,9 0 0
Makaroni
Wortel 5 0,4 0,1 0 0,4 0 0
Schootel
Buncis Mentah 5 1,7 0,1 0 0,4 3,3 0 0,5
Telur Ayam 5 2,5 0,5 0 0,1 0 0 0
Gula Pasir 5 19,3 0 0 5 0 0 0
Total 1437 69,3 43,7 193,2 223,6 0 23,4
Kebutuhan 1465,8 73,3 40,7 201,5 500 15 75
% Asupan 98% 94,5% 107,4% 95,9% 44,7% 0% 31,2%

45
Leaflet Edukasi Gizi

46
Lampiran 2. Form Nutritional Care Process
NUTRITIONAL CARE PROCESS
Nama : Ny. S
Usia : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal MRS : 05/03/209
Tanggal Pengkajian : 09/03/2019
No.Registrasi : 1907xxxx
Ruang : 24 A/11A
Diagnosa Medis : Myasthenia Crisis on Ventilator, Pneumonia
CAP on Thorax ec Klebsiella sp. dan Diabetes Mellitus Tipe 2.

Assessment Monitoring
Diagnosa Intervensi
Data Dasar Sintesa Data Evaluasi
Antropometri Status Gizi Kurang NI – 2.3 Kekurangan ND – 1.1 Makanan FH – 1.2 Intake
Lila : 25,2 cm intake nutrisi enteral dan Snack. makanan dan
% LiLa = 82% berkaitan dengan Memberikan minuman
TL : 46,7 cm peningkatan kebutuhan zat asupan sesuai Asupan makanan
TBE = 153,5 cm gizi karena infeksi ditandai dengan keadaan terpenuhi 80%
BBI = 53,5 kg dengan hasil recall asupan dan kebutuhan kebutuhan
Biokimia - Leukosit dan Neutorfil protein (70,1%) dan pasien dengan
tinggi serta limfosit memberikan diet

47
Natrium 134 mmol/L mengindikasikan adanya karbohidrat (69,4%) kurang DM TP 1500 BD – 1.1
4,25 infeksi bakteri dan parasit dari kebutuhan. dengan bentuk Keseimbangan
Kalium (Kemenkes, 2011). makanan lunak. asam basa
mmol/L
Klorida 105 mmol/L Pneumonia adalah NI – 5.6.2 Kelebihan intake BD – 1.5 Profil
penyakit infeksi akut yang lemak berkaitan dengan E-1 Edukasi pada glukosa
Hemoglobin 13,9 g/dL
mengenai jaringan paru- kandungan lemak pada keluarga pasien BD – 1.6 Profil
Eritrosit 4,87. 106/μL paru (alveoli) makanan cair DM tidak terkait pemberian Inflamasi
21,82. (Pamungkas, 2012). sesuai dengan kebutuhan diet DM untuk di Nilai
Leukosit
103/μL - Monosit rendah dapat pasien ditandai dengan hasil rumah sakit dan diet laboratorium
disebabkan karena recall asupan lemak yang dianjurkan mendekati/menc
Hematokrit 40,80%
mengkonsumsi obat (126,3%) berlebih. untuk diterapkan apai nilai normal
Trombosit 319. 103/μL imunosupresan atau saat pasien di
MCV 83,80 fL sekelompok obat yang NI – 5.1 Peningkatan rumah. PD – 1.1
MCH 28,50 pg digunakan untuk menekan kebutuhan zat gizi tertentu Pemeriksaan
MCHC 34,10 g/dL respon imun seperti untuk (protein) berkaitan dengan fisik terkait gizi
RC – 1 Kolaborasi
mengatasi penyakit adanya infeksi (pneumonia) Tanda vital
RDW 12,70% dengan tenaga
autoimun (Kemenkes, ditandai dengan nilai pasien normal
MPV 10,1 fL kesehatan lain
2011). Myasthenia gravis laboratorium leukosit dan dan tidak ada
Eosinophil 0,00% dalam penentuan
atau selanjutnya disingkat netrofil tinggi. keluhan yang
diet, monitoring
Basophil 0,10% MG merupakan suatu mempengaruhi
fisik klinis dan nilai
Neutorfil 96,30% penyakit autoimun dari NI – 5.8.2 Kelebihan intake asupan makan
laboratorium.
Limfosit 2% neuromuscular junction karbohidrat berkaitan
(NMJ) yang disebabkan dengan kurangnya FH – 4.1
Monosit 1,60%
oleh antibodi yang pengetahuan terkait Pengetahuan
SGOT 16 u/L menyerang komponen dari makanan dan gizi ditandai makanan dan
SGPT 39 u/L membran postsinaptik, dengan asupan karbohidrat gizi
Albumin 3,51 g/dL mengganggu transmisi berdasarkan SQ-FFQ Respon keluarga
GDS 293 mg/dL neuromuskular, dan berlebih (112,9%). baik dan bersedia
menyebabkan kelemahan menjalankan diet
Ureum 47,3 mg/dL

48
Kreatinin 0,50 mg/dL dan kelelahan otot rangka sesuai dengan
pH 7,38 (Philips WD and Vincent yang dianjurkan
2016).
PCO2 51 mmHg
- Resistensi insulin
199,3 menyebabkan glukosa
PO2
mmHg tidak dapat masuk ke
HCO3 27 mmol/L dalam sel dan digunakan
Kelebihan sel tersebut untuk sumber
2,8 mmol/L energi, sehingga kadar
Basa
glukosa darah meningkat.
Saturasi O2 99,30% Hal ini yang menyebabkan
GDS 206 mg/dL pasien memiliki GDS
Hb-A1c 8% tinggi (Immanuel, 2013).
Hb-A1c tinggi
menunjukkan kadar
glukosa darah pasien
selama 2-3 bulan terakhir
tidak membaik
(Dwikayana, dkk, 2016).
- Peningkatan nilai PO2
dapat terjadi karena
adanya peningkatan
penghantaran O2 oleh alat
bantu pernafasan
(Kemenkes, 2011). Pasien
mendapatkan bantuan
pernafasan dari tabung dan
regulator oksigen (nasal
prongs).

49
- Peningkatan PCO2 dapat
terjadi pada gangguan
paru atau penurunan
fungsi pusat pernafasan
(Kemenkes, 2011).
Fisik/Klinis - Kelemahan dari otot
GCS 4-5-6 masseter (otot wajah
TD 100/60mmHg diantara tulang pipi dan
HR 88x/menit rahang bawah) dapat
RR 20x/menit membuat pasien sulit
Suhu 36,7°C menutup mulut.
- Penurunan nafsu makan Kelemahan otot faring,
- Sulit menelan (+) Sulit lidah dan laring
mengunyah (+) menyebabkan pasien
- Mual (-) kesulitan menelan dan
- Muntah (-) berbicara (Romi, dkk,
- Sesak (+) 2005). Pasien kesulitan
- Banyak lendir di mulut mengunyah karena
yang susah dikeluarkan memiliki gigi yang tidak
lengkap.
- Kelemahan otot
pernafasan membuat
pasien tidak memiliki
kemampuan untuk
mempertahankan jalan
napas. Selain itu, saluran
udara terhambat oleh
sekresi lendir pasien yang
tidak dapat dikeluarkan

50
karena batuk yang terlalu
lemah, sehingga
menyebabkan pasien sesak
napas. (Chairunnisa, dkk,
2016).
- Selain itu, pneumonia
yang diderita pasien
menimbulkan adanya
peradangan pada paru-
paru, bakteri merusak sel
epitel dan sel goblet (sel
penghasil mucus) yang
menyebabkan masuknya
cairan ke dalam rongga
alveoli paru. Hal ini
mengakibatkan
terganggunya pertukaran
gas dan suplai O2 dalam
tubuh terganggu (Zainul
dan Malik, 2015). Adanya
infeksi dapat
menyebabkan peningkatan
nadi dan RR (Pamungkas,
2012).
Dietery: Dahulu :
FFQ :
- Makanan pokok utama Asupan KH lebih dari
adalah nasi yang dikonsumsi kebutuhan
3x/hari sebanyak 3 centong

51
rice cooker/kali makan Sekarang :
(150gr), oats 1x/hari setiap
pagi 4 sdm (35gr), biskuit Asupan protein dan KH
2x/hari @5 keping (45gr), kurang dan asupan lemak
roti @1 lembar 35gr lebih dari kebutuhan.
(1x/bulan), mie instan @1
bks (1x/bulan), singkong
@50 gr dan ubi @150gr
1x/mg, kentang @45 gr
3x/mg.
- Sumber makanan hewani
yang biasanya dikonsumsi
adalah ayam @30 gr, daging
sapi @40gr, jeroan @20gr
2x/bulan, telur ayam @60 gr
2x/mg dan telur asin @60gr
1x/bulan. Ikan segar @70gr
2x/mg dan ikan asin @10gr
1x/mg.
- Lauk nabati yang biasa
dikonsumsi adalah tahu
@40gr 4x/mg, tempe @50gr
3x/mg, tempe gembus
@100gr 1x/hari dan kacang
tanah @20gr 3x/mg.
- Sayuran yang biasa
dikonsumsi adalah bayam
dan kangkung @45gr
3x/mg, gambas @20gr

52
3x/mg, wortel @30gr
5x/mg, labu siam @50gr
3x/mg, kacang panjang
@30gr 3x/mg, terong
@60gr 4x/mg dan tomat
@50gr 2x/mg.
- Buah yang paling sering
dikonsumsi adalah pisang
@100gr 2x/hari dan buah
naga @80gr 1x/hari. Selain
itu, apel @100gr dan pir
@120gr 2x/mg.
- Pasien rutin meminum susu
hilo gold yang dikonsumsi
bersamaan dengan oats
setiap pagi, yaitu @35 gr
1x/hari.
- Pengolahan makanan yang
paling sering pasien
konsumsi adalah digoreng,
pasien kurang
mengkonsumsi lauk hewani
karena sulitnya mengunyah
makanan tersebut, pasien
tidak mengkonsumsi kopi,
jamu dan minuman bersoda.
- Sebelum sakit pasien
menyiapkan makanannya
sendiri.

53
Hasil SQ-FFQ :
E : 1706,1 kkal (110%)
P : 61,3 g (109,5%)
L : 44 g (102,3%)
KH : 283,2 g (112,9%)
Hasil Recall:
E : 1206,4 kkal (82,3%)
P : 51,4 g (70,1%)
L : 51,44 g (126,3%)
KH : 139,9 g (69,4%)
Ekologi :
Sosial Ekonomi
- Pasien berusia 70 tahun,
sebelum sakit bekerja
dengan membuka warung
nasi pecel di rumah.
- Pasien memiliki 6 orang
anak.
- Sebelum sakit pasien tinggal
bersama suaminya.
- Pasien tidak pernah
berolahraga.
- Pasien belum pernah
mendapatkan edukasi terkait
diet diabetes mellitus.
d. Penyakit dahulu :
- Pada bulan Agustus-
Oktober 2018 pasien sering
mengeluh sakit punggung,

54
sulit berbicara dan kelopak
mata sulit membuka. Pada
bulan Oktober 2018 pasien
di diagnosa Myasthenia
Gravis.
e. Riwayat penyakit
sekarang :
- 7 hari SMRS pasien
mengalami sesak nafas,
lemas, sulit berbicara dan
menelan, bingung dan
banyak lendir dari mulut
yang sulit dikeluarkan.
- Pada tanggal 25/02/19
pasien MRS Panti Nirmala
dan masuk ICU pada tanggal
26/02/19 dengan diagnosis
pneumonia dan
hiperglikemia.
- Pada tanggal 27/02/19
dilakukan pemeriksaan
sputum, yaitu pneumonia
akibat klebsiella sp.
- Pasien MRS Dr. Saiful
Anwar pada tanggal
05/03/19 berdasarkan
rujukan dari RS Panti
Nirmala karena tidak ada
alat untuk terapi plasma

55
exchange. Pasien di
diagnosis Myasthenia Crisis
on Ventilator, Pneumonia
CAP on Thorax ec
Klebsiella sp. dan
Hiperglikemia.
- Tanggal 09/03/19 pasien di
diagnosis Diabetes Mellitus
tipe II.
f. Obat :
Meropenem 3x19 mg
Fluimucil 3x300 mg
Omeprazole 1x40 mg
Mestinon 6x60 mg

Form Rencana Monitoring Evaluasi


RENCANA MONITORING EVALUASI
Identifikasi Rencana
Tgl Antro Biokimia Fisik Klinis Dietary Edukasi
Masalah Baru Tindak Lanjut
10/03 - - - GCS 4-5-6 Recall 24 Jam Tujuan pemberian Asupan energi, Identifikasi
/19 (compos E = 1059 kkal diet DM, prinsip protein dan lemak penyebab
mentis) P= 25,1 gram diet DM, jenis kurang dari asupan energi,
- TD 110/60 L= 24,4 gram pengolahan bahan kebutuhan. protein dan
mmHg KH= 181,5 gram makanan, dan lemak kurang
- HR 88x/menit pemilihan bahan dari kebutuhan.
- RR 18x/menit makanan
- Suhu 36,8°C

56
11/03 - - - GCS 4-5-6 Recall 24 Jam Memberikan Asupan protein dan Identifikasi
/19 (compos E = 1213,1 kkal motivasi agar lemak kurang dari makanan yang
mentis) P= 27 gram pasien kebutuhan. menyebabkan
- TD 110/60 L= 24,5 gram meningkatkan asupan protein
mmHg KH= 217,3 gram asupannya dan lemak
- HR 78x/menit kurang dari
- RR 20x/menit kebutuhan.
- Suhu 36,8°C
12/03 - Hemoglobin 11,30 g/dL - GCS 4-5-6 Recall 24 Jam Memberikan Asupan energi, Identifikasi
/19 Eritrosit 3,87. 106/μL (compos E = 1043,1 kkal motivasi agar protein dan asupan energi,
mentis) P= 48,9 gram pasien karbohidrat kurang protein dan
Leukosit 12,68. 103/μL - TD 120/70 L= 38,3 gram meningkatkan dari kebutuhan. karbohidrat
Hematokrit 33,80% mmHg KH= 130,9 gram asupannya kurang dari
Trombosit 374. 103/μL - HR 80x/menit kebutuhan.
MCV 87,30 fL
- RR 20x/menit
- Suhu 36°C
MCH 29,20 pg
MCHC 33,4 g/dL
Eosinophil 2,70%
Basophil 0,10%
Neutorfil 72,30%
Limfosit 18,60%
Monosit 6,30%
GDP 129 mg/dL

57
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik Diet DM (Diabetes Mellitus)
Hari/Tanggal Kamis, 14 Maret 2019
Waktu 15 menit
Pemateri Meilany Purnamasari Sudardjo
Peserta/Sasaran Keluarga pasien di ruang IPD 24 A
Tujuan Tujuan umum :
Keluarga pasien dapat memahami bagaimana tatalaksana gizi
pada pasien dengan Diabetes Mellitus
Tujuan khusus :
1. Peserta dapat mengetahui prinsip diet Diabetes Meliitus
2. Peserta dapat mengetahui sumber bahan makanan yang
dianjurkan, dibatasi dan dihindari untuk diet Diabetes
Mellitus
3. Peserta dapat mengetahui contoh menu untuk diet
Diabetes Meliitus
Metode Ceramah dan tanya jawab
Media Power Point
Susunan Acara 10.00-10.10 Pembukaan oleh moderator
10.10-10.25 Penyampaian materi dari keperawatan
10.25-10.40 Penyampaian materi diet DM
10.40-10.45 Tanya jawab
10.45-10.50 Penutup dan Doa
Evaluasi Pre-post test (melalui pertanyaan lisan)
Pertanyaan:
1. Apa prinsip diet DM?
2. Bahan makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi
oleh penderita DM?
Hasil dari penyuuhan :
1. Audience menanyakan terkait sawo tidak diperbolehkan
tetapi tetangganya sembuh dengan mengkonsumsi sawo
setiap hari.
2. Audience menanyakan porsi makanan nasi untuk orang
sehat agar mencegah terjadinya DM.

58
MATERI PENYULUHAN

DIET DIABETES MELLITUS (DM)

A. Tujuan diet:
1. Membantu menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal
2. Menurunkan glukosa dalam urin menjadi negative
3. Menurunkan kadar kolesterol darah
4. Mencapai berat badan normal
5. Melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa
B. Makanan yang Baik di Makan
1. Sayuran dan buah-buahan golongan B dalam jumlah tertentu
C. Makanan yang Tidak Boleh dikonsumsi
1. Gula batu
2. Gula pasir
3. Gula jawa
4. Madu
5. Sirup
6. Selai
7. Susu kental manis
8. Kue manis
9. Dodol
10. Cake
11. Abon manis
12. Dendeng manis
D. Bumbu yang Harus Dibatasi
1. Kecap asin
2. Kecap manis
3. Petis
4. Saos tomat
5. Vetsin
E. Makanan yang Perlu Diperhitungkan
1. Nasi
2. Kentang
3. Singkong
4. Mie
5. Bihun
6. Ubi
7. Jenis tepung-tepungan

59
F. Contoh Menu
Jadwal Menu
Pagi Jam 06.30 - Nasi
- Telur ceplok (seminggu sekali)
- Tempe kering
- Sambel goreng manisa
- Teh pahit
Jam 09.30 - Teh pahit
- Pisang
Siang Jam 12.30 - Nasi
- Bandeng goreng
- Terik tahu
- Sayur asem kc.panjang daun so
- Sambel + lalap ketimun
Jam 15.30 - Teh pahit
- Pepaya
Sore Jam 18.30 - Nasi
- Daging bumbu
- Tempe bacem
- Sayur lodeh
- Lalap ketimun
Jam 21.30 atau sebelum tidur - Pisang/kentang
- Pepaya

G. Hal yang Harus Diketahui oleh Penderita Diabetes


1. Diit adalah cara pengobatan yang paling baik, untuk penderita diabetes
sebelum obat-obatan lain dimulai.
2. Penderita diabetes harus hidup teratur:
a. Menepati jam makan
b. Melakukan olahraga ringan setiap hari
c. Mengikuti jam kerja yang tidak berlebihan
d. Tidur yang cukup
3. Penderita diabetes harus melakukan kumur mulut setiap habis makan, karena
tidak boleh ada sisa makanan tertinggal di dalam rongga mulut (sumber
infeksi)
4. Olahraga ringan mulai 3x10 menit setiap hari pada saat 1 ½ jam setelah makan
agar glukosa darah lebih cepat menjadi normal.
5. Penderita dengan status gizi gemuk ditambahkan olahraga sedang duakali
sehari (pagi dan sore).

60

Anda mungkin juga menyukai