Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan


Upaya Pemicuan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dalam
Menanggulangi Stunting di Desa Juwet dan Desa Kaloran

Oleh:
1. dr. Krisnawati Intan S
2. dr. Atisomya Kinanthi
3. dr. Arizari Haj Rahmana
4. dr. Emma Ayu Lirani
5. dr. Ria Indah W
6. dr. Latifa Zulfa Shofiana

Pendamping :
dr. Danang Zulkifli

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


PUSKESMAS NGRONGGOT KABUPATEN NGANJUK
JAWA TIMUR
2019

0
A. LATAR BELAKANG

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk

merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan

metode pemicuan. Program STBM memiliki indikator outcome dan output.

Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan

penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan

perilaku. Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut :

a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi

dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di

sembarang tempat (ODF).

b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan

yang aman di rumah tangga.

c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas

(seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia

fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang

mencuci tangan dengan benar.

d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.

e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 (enam) strategi

nasional yang pada bulan September 2008 telah dikukuhkan melalui Kepmenkes

No.852/Menkes/SK/IX/2008. Dengan demikian, strategi ini menjadi acuan bagi

petugas kesehatan dan instansi yang terkait dalam penyusunan perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi total berbasis

1
masyarakat. Pada tahun 2014, naungan hukum pelaksanaan STBM diperkuat

dengan dikeluarkannya PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat. Dengan demikian, secara otomatis Kepmenkes

No.852/Menkes/SK/IX/2008 telah tidak berlaku lagi sejak terbitnya

PERMENKES ini.

PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)adalah semua perilaku kesehatan

yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh

anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki

peran aktif dalam aktivitas masyarakat.Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya

merupakan sebuah upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup

sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur

komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat

dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta

meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.

Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan

melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu –

individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat.

Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar

kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani

perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan

Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat

untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat

bisa mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan

2
menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan

meningkatkan kualitas hidup.

Manfaat PHBS Di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih

dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di

Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga

Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 (sepuluh) PHBS di Rumah

Tangga yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI ekslusif

3. Menimbang bayi dan balita

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

Untuk melaksanakan upaya-upaya tersebut Pemerintah mengarahkan

peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui

terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh

3
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil

dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal.

B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Penanganan stunting di Jawa Timur masih menjadi tugas yang harus

diselesaikan pemerintah provinsi. Angka stunting di Jawa Timur pada tahun

2018 mencapai 26,2%. Pada tahun ini setidaknya ada 12 kabupaten di Jawa

Timur yang harus mendapatkan perlakuan serius untuk mengentaskan

masalah stunting. Kabupaten tersebut adalah Bangkalan, Sampang,

Pamekasan, Sumenep, Jember, Bondowoso, Probolinggo, Nganjuk,

Lamongan, Malang, Trenggalek dan Kediri. Sehingga penanganan stunting

menjadi salah satu program prioritas Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk.

Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang

disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan

oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga

mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak

lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor

keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak

yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal

seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang

paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku,

4
lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.

Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya

ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan

fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di

masa depan.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting,

yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan

akses air bersih (Kementerian Kesehata RI., 2018). Stunting merupakan

ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap

kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan

hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja,

melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan

sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan

kreativitas di usia-usia produktif.

1) Pola Makan

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan

dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.Istilah ''Isi

Piringku'' dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh

sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati

maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.

2) Pola Asuh

5
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang

kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita. Dimulai

dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal

bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi

kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan

kandungan empat kali selama kehamilan.

Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan

berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya

ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.

Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan

juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya

dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.

3) Sanitasi dan Akses Air Bersih

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya

adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman

penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan

air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

C. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

Kegiatan dilakukan pada tanggal 4 April 2019 di Desa Juwet dan 27

Juni 2019 di desa Kaloran. Awalnya kamimengunjungi balai desa bertemu

dengan Kepala Desa, Tim Kesehatan Lingkungan Kabupaten Nganjuk dan

kepala dusun terkait.Kemudian kami disebar ke dusun-dusun untuk bertemu

masyarakat dan para kader setempat.

6
Masyarakat dan para kader yang hadir kemudian dibagi menjadi beberapa

kelompok. Tim Kesehatan Lingkungan Kabupaten Nganjuk dan Dokter Internsip

memberikan permainankelompok berupa penyusunan kartu-kartu yang telah

disediakan oleh Kementerian Kesehatan. Masyarakat sangat antusias terhadap

permainan tersebut. Permainan tersebut berupa rangkaian gambar yang

disatukan akan menjadi sebuah cerita sebab dan akibat. Permainan ini melatih

analisa para masyarakat dan kader bagaimana pola hidup bersih dan sehat yang

benar. Setelah permainan selesai, dilanjutkan dengan berdiskusi dan tanya jawab

kepada masyarakat serta diakhiri dengan Penyuluhan.

D. MONITORING DAN EVALUASI

Perwakilan masyarakat dan kader dari setiap dusun berkumpul di Balai

Desa setelah acara permainan dan penyuluhan selesai. Perwakilan tersebut

beserta pihak Desa dan Puskesmas melakukan Pleno tentang Pembahasan

Penanggulangan Stunting dan PHBS. Setiap kader nantinya akan melaporkan

kepada Bidan wilayah dan pihak Desa mengenai perkembangan permasalahan

yang ada di desa tersebut setiap 1x dalam 1 bulan serta mengadakan kegiatan

Posyandu Balita secara rutin dan aktif.

Komentar / Umpan Balik :

7
Nganjuk, 22 Juli
2019
Dokter Internsip Dokter
Pendamping

dr. Arizari Haj R/ dr. Emma Ayu L dr. Danang


Zulfikli

E. DOKUMENTASI KEGIATAN

Pleno Pemicuan STBM Dalam Rangka Penanggulangan Stunting di Desa Juwet

Permainan menggunakan flashcard sebagai media Pemicuan STBM di Desa Juwet


Permainan menggunakan flashcard sebagai media Pemicuan STBM di Desa Kaloran

Diskusi bersama Tim Kesehatan Lingkungan Kabupaten Nganjuk di Desa Kaloran

9
10

Anda mungkin juga menyukai