BAB I
PENDAHULUAN
للض ابلعح ع
اعبعغ ع: صنليَّ الع ععلعبينه عوعسلنعم عقاَعل
ععنن ابنن عععمعر اعنن عرعسبو عل ال ع
(ُ )روه ابو داود ابن ماَ جه والحاَ كم و صححه.ناعلىَ الن ععنز عوعجنل اعنلطَّلعق1
Artinya :
“Dari Ibn Umar bahwa Rasulullah SAW Bersabda : Perbuatan halal
yang sangat dibenci oleh Allah Azza Wajalla ialah thalak.” (H.R.
Abu Daud, Ibn Majah dan Hakim dan disyahkan olehnya).
Hadist ini sering dijadikan rujukan agar isteri atau suami berfikir lebih
jernih dalam menghadapi permasalahan hidup dan mau mencoba untuk
mempertahankan rumah tangganya.
Dalam menjalani kehidupan berumah tangga, tentu ada masalah-masalah
yang baru dijumpai, mulai dari kebiasaan-kebiasaan pasangan yang sebelumnya
tidak pernah diduga, setelah memasuki rumah tangga dengan sendirinya terbuka
juga.
Menikah bukan hanya menghimpun dua pribadi yang berbeda, akan tetapi
lebih dari itu, dan terkait dengan pihak keluarga masing-masing. Sehingga tidak
aneh jika terjadi percekcokan kecil hingga terjadi keributan-keributan yang
mewarnai mitos rumah tangga.
1
Imam Muhammad bin Ismail Al-kahlani, Subulussalam, (Bandung : Dahlan, 1985), Juz 3, h.
168
2
Artinya :
“ … Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada ibu
dengan cara yang ma’ruf …”(Q.S. Al-Baqarah/2 : 233)
Apabila masalah yang ada sudah tidak dapat lagi diselesaikan selain
dengan perceraian dan sampai terjadi keadaan demikian (tidak memberikan
nafkah), yang dilatar belakangi oleh banyak fakor-faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu diantaranya adalah semakin resah gelisahnya para lapisan masyarakat
khususnya kalangan kelas menengah ke bawah terhadap imbas dari kenaikan
harga Bahan Bakar Minyak yang berlangsung pada bulan Oktober tahun 2005
yang telah silam, dimana pemerintah memberikan kebijakan melalui Bantuan
Langsung Tunai, dengan alasan untuk mengurangi angka kemiskinan guna
mensejahterakan rakyat, itu pun belum tentu dari Bantuan Langsung Tunai
menjanjikan bahwa nasib rakyat akan sejahtera. Dengan demikian imbas kenaikan
harga, penulis pun merasa betapa beratnya beban yang harus dipikul oleh kepala
keluarga (suami). Selain itu juga faktor lain dimana suami tidak memberikan
nafkah adalah terjadinya pertengkaran, perselisihan yang terus-menerus dan
perbedaan kehendak (tabrakan ideologi) yang mengakibatkan tidak ada harapan
lagi untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.
Disinilah permasalahan kian bertumpuk, sementara apabila melihat pendapatan
sang suami sangat minim sekali, bahkan kebutuhan dan tuntutan keluarga pun
sudah tidak dapat dipungkiri lagi. 5
Permasalahannya adalah bagaimanakah apabila si suami tidak mampu
dalam menghadapi problematika rumah tangga tersebut (suami tidak lagi mampu
memenuhi kebutuhan nafkah sehari-hari terhadap isteri dan anak-anaknya, dan
pertengkaran pun tidak dapat diselesaikan dengan baik). Kemudian apakah dia
harus bercerai karena melihat kenyataan nasib suami seperti ini dan sangat sudah
tidak memungkinkan lagi untuk melangsungkan penghidupan keluarganya, atau
tetap masih mempertahankan perkawinannya sementara perselisihan dan
5
Ali Husain Muhammad Makki al-Amili., Perceraian Salah Siapa ? Bimbingan Islam dalam
mengatasi Problematika Rumah Tangga, (Jakarta : Lentera, 2001), cet. Ke-1, h.42
4
6
DEPAG RI,Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Serta Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004), h. 171
5
2. Tujuannya
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Memperoleh gambaran data dan informasi yang berkaitan dengan
judul skripsi ini.
2. Mengetahui prosedur perceraian di Pengadilan Agama Kota Sukabumi
3. Mengetahui secara praktek tentang penyelesaian perceraian karena
suami tidak memberikan nafkah di Pengadilan Agama Kota Sukabumi.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang meliputi sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN ; Membahas tentang masalah yang melatar belakangi
skripsi ini yang meliputi ; Latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, metode penelitian dan tujuannya serta
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG PERCERAIAN ; Menjelaskan
tentang ; pengertian perceraian dan dasar hukumnya, faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya perceraian, macam-macam perceraian
dan akibatnya.
BAB III SEKILAS TENTANG KEADAAN UMUM DI PENGADILAN
AGAMA KOTA SUKABUMI ; Merupakan sekilas tentang
Pengadilan Agama Kota Sukabumi sebagai objek penelitian yang
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG PERCERAIAN
karena walau bagaimanapun rasa cinta dan kasih sayang tidak lagi ada dalam
rumah tangga tersebut.1
Pada masa yang silam talak merupakan hak prerogatif (hak luar biasa
tentang hukum) bagi suami.2 Sehingga suami dapat menggunakan kapan saja
dan dimana saja, karena di zaman dahulu banyak disalahgunakan wewenang
talak. Sementara saat ini dengan dibentuknya hukum keluarga kontemporer
terdapat aturan-aturan pemakaiannya. Dengan kata lain hak talak itu tetap
berada di tangan suami, tetapi penggunaannya harus dilakukan di depan
pengadilan agama.3 Disisi lain isteri pun mempunyai hak untuk menginginkan
perceraian dari suaminya dengan membayar ‘iwad (tembusan) dengan cara
mengembalikan mahar yang pernah diberikan suami kepada isterinya, istilah
ini dikenal dalam fiqih yang disebut Khulu’.4
Adapun lebih jelasnya tentang pengertian talak menurut bahasa yaitu
diambil dari kata “itlaq” artinya melepaskan atau meninggalkan. Sedangkan
menurut istilah syara’ yaitu melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya
hubungan perkawinan.5 dalam pengertian hukum perkawinan bahwa talak
adalah ikrar suami dalam sidang pengadilan agama, yang menjadi salah satu
sebab putusnya perkawinan, ikrar ini harus diucapkan setelah sidang dibuka
berdasarkan penetapan pengadilan agama setelah terlebih dahulu mendengar
keterangan saksi-saksi, keluarga dan orang-orang yang dekat dengan kedua
belah pihak.
Dalam definisi lain, Al-Jaziri mendefinisikan bahwa talak menurut
istilah adalah :
1
Achmad Kuzari., Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,1995), cet.
Ke-1, h.148
2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1985),
cet. Ke-VIII, h. 768
3
Bahder Johan Nasution, et al., Hukum Perdata Islam Kompetensi Peradilan Agama Tentang
Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, dan Shadaqah, (Surabaya : Mandar Maju, 1997), cet. Ke-1,
h. 30
4
Ibid., h. 33
5
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung : Al-Ma’arif, 1994), Jilid 8, cet. Ke-9, h.9
10
2. Dasar Hukumnya
Aturan main perceraian (talak) dalam Islam telah diatur melalui
koridor-koridor Al-Qur’an dan As-Sunah. Dengan adanya aturan-aturan
perceraian dalam kedua sumber tadi (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dapat
dijadikan landasan bahwa agama Islam membolehkan perceraian, adapun
lebih jelasnya dalil yang menjelaskan tentang talak adalah sebagai berikut :
a. Allah SWT berfirman dalam surat At-Talaq ayat 1 menyebutkan :
يايها النبي اذا طلقتم النساء فطلقتمو هن لعدتهن واحصو العدة وا تقو
( ۱: ۶۵\ )الطلق... ا ربكم
Artinya : “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu
iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu”… (Q.S.
At-Talaq/65:1)
b. Surat Al-Baqarah ayat 229 dalam pernyatan-Nya menyebutkan :
Artinya :”Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan
cara yang baik “… (Q.S. Al-Baqarah/2 : 229)
c. Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah, Berbunyi :
: قال رسول ا صلى ا عليه وسلم: عن بن عمر رضى ا عنهما قال
ابغض الحل ل الى ا الطل ق )رواه ابو داود ابن ﻣا جه وصحه الحاكم
(ورجح ابو حاتم ارساله.4
Artinya : “Dari Ibnu Umar r.a. berkata : Rasulullah SAW, bersabda :
Diantara barang-barang yang halal yang dibenci oleh Allah
adalah talak.”
(Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, dan disahkan
oleh Hakim dan Abu Hatim menguatkan kemursalannya).
4
Muh Sjarief Sukandy, Tarjamah Bulugul Maram Fiqh Berdasarkan Hadist, (Bandung : Al-
Ma’arif,1976), cet. Ke-2, h.393
12
10
Aliy As’ad, Tarjamah Fathul Mu’in, ( Yogyakarta : Menara Kudus, 1979), Jilid 3, h. 140
11
Imron Abu Amar., op. cit., h. 60
12
Abdul Qadir Djaelani, Keluaga Sakinah, (Surabaya : Bina Ilmu, 1995), cet. Ke-1, h.331
13
Lihat, Kompilasi Hukum Islam, Pasal 119
16
17
lihat, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 14
18
BAB III
19
- Kel. Sindangsari
- Kel. Sindangrasa
- Kel. Tajur
- Kel. Katulampa
- Kel. Baranangsiang
- Kel. Sukasari
3. Kecamatan Bogor Utara
Untuk kecamatan Bogor Utara meliputi beberapa kelurahan
diantaranya :
- Kel. Bantarjati
- Kel. Tegalgundil
- Kel. Tanah baru
- Kel. Cimahpar
- Kel. CiLuar
- Kel. CiBuluh
- Kel. KedungHalang
- Kel. CiParigi
4. Kecamatan Bogor Tengah
Untuk kecamatan Bogor Tengah meliputi beberapa kelurahan
diantaranya :
- Kel. Paledang
- Kel. Gudang
- Kel. Babakan pasar
- Kel. Tegal lega
- Kel. Babakan
- Kel. Sempur
- Kel. Pabaton
- Kel. CiBogor
- Kel. Panaragan
26
BAB IV
29
18
Fachruddin., Wawancara Pribadi, Pengadilan Agama Bogor, 14 Agustus 2006
30
19
Mukti Arto., Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2004), cet. v, h. 59
32
21
Taufiq Hamami., Hukum Acara Perdata Agama Teori dan Praktenya dalam Proses
Peradilan Agama, (Jakarta : PT. Tata Nusa, 2004), h.125
34
mengatur dalam pasal 130 ayat (1) HIR dan pasal 154 ayat (1) R.Bg
menyebutkan bahwa :
“Bila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap,
maka Pengadilan Negeri (dibaca Pengadilan Agama berdasarkan
pasal 54 Undang-undang No. 7 Tahun 1989) dengan perantaraan
ketua berusaha mendamaikannya.”
22
Ibid., h. 165
35
2. Pembacaan gugatan
Pada tahap pembacaan surat gugatan (sidang pertama), ada
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi antara lain yaitu :
1) Penggugat tidak hadir, dan tergugat hadir
Apabila penggugat tidak hadir dalam sidang, sementara
tergugat hadir maka hakim dapat ; menyatakan bahwa
gugatan dinyatakan gugur, atau menunda persidangan selama
satu kali lagi untuk menyampaikan surat panggilan kepada
penggugat.
2) Tergugat tidak hadir dan Penggugat hadir
Jika saat persidangan awal penggugat hadir sementara
tergugat tidak hadir maka hakim dapat ; menunda
persidangan untuk melakukan penggilan satu kali lagi, atau
menjatuhkan putusan verstek, karena tergugat dinilai ghaib.
Selanjutnya jika tergugat telah dipanggil lagi untuk
kedua kalinya atau lebih dan juga tetap tidak memenuhi
panggilan tersebut. Maka dalam hal ini dapat dijatuhkan
putusan verstek.23
3) Tergugat tidak hadir dan tetapi mengirim surat jawaban
Peristiwa yang terjadi tergugat tidak hadir hanya saja ia
melayangkan surat jawaban maka surat jawaban tersebut
tidak perlu didiperhatikan dan dianggap tidak pernah ada,
kecuali jika surat itu berisi perlawanan (eksepsi) bahwa
Pengadilan Agama yang bersangkutan tidak berwenang
untuk mengadilinya, dalam hal ini maka eksepsi tersebut
23
Sirojudin., Wawancara Pribadi, Pengadilan Agama Bogor, 15 Agustus 2006
36
3. Jawaban Tergugat
24
Mukti Arto., op cit., h. 95
37
Jadi kiranya jelas inti sari dari pasal 121 ayat (2) jo pasal 132
(1) HIR. Bahwa tergugat dapat mengajukan jawaban secara tertulis
atau lisan, adapun prosedural pengajuan jawaban tersebut tergugat
harus hadir secara pribadi atau diwakilkan oleh kuasa hukumnya
ketika sidang berlangsung. Dan jika tergugat atau kuasa hukumnya
hadir, akan tetapi ia menyampaikan surat jawabannya maka jawaban
tersebut dianggap tidak diperhatikan (diacuhkan).25
4. Replik Penggugat
Pada tahapan selanjutnya tergugat menyampaikan
jawabannya, kemudian si penggugat diberikan kesempatan untuk
menanggapinya sesuai dengan pendapatnya. Hal ini dilakukan
mungkin penggugat akan tetap mempertahankan gugatannya dan
menghadirkan keterangan yang dipandang perlu untuk membuktikan
dalil-dalilnya, atau dimungkinkan penggugat merubah sikap dengan
membenarkan bantahan tergugat.26
5. Duplik Tergugat
Setelahnya penggugat mengutarakan repliknya, selanjutnya
majelis hakim memberikan kesempatan kepada tergugat untuk
25
Ibid., h. 100
26
Ibid., h. 108
38
27
Ibid., h. 108
28
Taufiq Hamami., op cit., h.198
29
Fachruddin., Wawancara Pribadi di Pengadilan Agama Bogor, Senin 14 Agustus 2006
39
31
Mukti Arto., op cit., h. 109
32
Hamami., op cit., h. 247
33
Mukti Arto., op cit., h. 229
42
Negeri Sipil), dan itu pun kenyataan yang penulis tahu bahwa gaji
tersebut sudah sangat menipis karena pengeluarannya lebih banyak
dari pada pendapatannya yang sangat minim.
Dengan keadaan yang sangat memprihatinkan ini, terutama
yang paling signifikan adalah kelangsungan hidup keluarga memang
sudah tak dapat dipungkiri lagi dan tidak bisa ditutup-tutupi lagi
atas kebutuhan hidup yang ada. Untuk itulah sudah sangat wajar
kalau tergugat memberikan posita (alasan-alasan) hukum yaitu
tergugat sudah tidak sanggup untuk membiayai kelangsungan hidup
terutama yang paling menonjol adalah pembiayaan bagi 4 (empat)
orang anak bawaan dari pihak penggugat.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan dan uraian yang penulis kemukakan pada bab-bab
terdahulu, baik dari kerangka teoritis dengan melalui pendekatan kepustakaan
maupun hasil dari lapangan. Maka penulis dalam hal ini dapat mengambil
kesimpulan sekaligus menjawab atas rumusan masalah, yaitu :
a. Salah satu faktor penyebab terjadinya perceraian adalah karena
seorang suami sudah tidak lagi menjalankan kewajiban sebagai suami
yaitu ia tidak memberikan nafkah terhadap isterinya. Hal ini
didasarkan atas hasil wawancara dengan pihak hakim Pengadilan
Agama Sukabumi, beliau menyatakan bahwa perceraian yang
diakibatkan karena suami tidak memberikan nafkah (nafkah lahir dan
nafkah bathin) terhadap isteri. Karenanya jikalau kepala keluarga
sudah tidak lagi dapat difungsikan sebagaimana status suami, yang
tentunya suamilah yang bertanggungjawab untuk memenuhi seluruh
kebutuhan-kebutuhan isteri dan anak-anaknya. Untuk itu kewajiban
suami dalam memberikan nafkah terhadap isteri dan sanak familinya
hukumnya wajib, dengan ketentuan harus sesuai dengan porsi (ukuran)
kemampuan suami. Selanjutnya dari ketidaksanggupan seorang suami
(tergugat) tidak memberikan lagi nafkah terhadap isteri dan familinya
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, paling tidak, ada point- point
yang perlu digaris besari yaitu ; pertama terjadinya tabrakan ideologi
antara penggugat dan tergugat dengan mempertahankan argumennya
masing-masing sehingga keretakan rumah tangga pun harus berakhir
51
2. Saran-saran
52