Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam telah menetapkan dasar-dasar dan menegakkansandaran untuk

membangun keluarga dan melindunginyadengan sesuatu yang besar.

Termasuk bagian daripermasalahan manusia adalah munculnya perselisihan

diantara mereka.1Timbulnya pertentangan ketikakeinginan saling berlawanan,

atau ketidak senangankarakter dengan hal yang ada di keluarga.2

Islam mengakui adanya kemungkinan terjadinya perselisihan suami

istri dan pertentangan dalam lingkungan keluarga, memberikan penyelesaian,

memberitahukan berbagai penyebabnya yang berjalan bersama peristiwa yang

terjadi.3 Islam tidak membiarkan dan mengabaikan atas permasalahan yang

timbul di dalam keluarga karena pengabaian tidak dapatmengatasi berbagai

kesulitan hidup sedikitpun.4 Dari sini Islam memandang kemungkinan yang

terjadi antara suami istri, dan memberikan obat yang manjur dalam setiap

keadaan.5

1
Hasan Ayyub,Penerjemah M. Abdul Ghoffar. Fiqh Keluarga. (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.2006),h.81
2
Al-Aziz Moh. Saifulloh, Fiqh Islam Lengkap,(Surabaya:Terbit Terang 2005),h.3
3
Satria Efendi,M.Zein,Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Analisis
Yurisprudensi dengan Pendekatan Usuliah.(Jakarta: Kencana.2004),h.130
4
Andi Fathi Abdullah, Ketika Suami Istri Hidup Bermasalah.(Jakarta: Gema Insani,
2005),h.61
5
Moerti Soeroso Hadiati, Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam Perspektif Yuridis
Virtimologis,( Jakarta:Sinar Medika 2010),h.51
2

Secara realita, sangat langka suatu pasangan suami istridalam

menjalani kehidupan rumah tangga selamahidupnya tanpa disertai dengan

problematika.6 Karenaitu, perbedaan adalah suatu bentuk keniscayaan yang

tidak bisa dihindari. Akan tetapi, kita tentu tidak dapatmenerima begitu saja,

atau membiarkan begitu sajaketika terjadi problematika dalam kehidupan

rumahtangga.7

Ketika permasalahan yang dihadapi suami istri belum kunjung

selesai, belum menemukan jalan keluar, maka Islam telah mengatur dengan

begitu rapi yaitu dengan mendatangkan dua hakam dari pihak suami

maupunistri yang berfungsi untuk memberikan solusi atau jalan tengah ketika

permasalahan itu sedang sulit dari pasangan suami istri.

Hakam adalah juru damai yang dikirim oleh dua belah pihak suami

istri apabila terjadi perselisihan antara keduannya, tanpa diketahui keadaan

siapa yang benar dan siapa yang salah di antara kedua istri tersebut.8 Dalam

Al-Qur’an Surat An- Nisa ayat 35 dapat dijadikan sebagai dasar hukum

pelaksanaan hakam. Allah SWTberfirman:

6
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam,cet.Ke-1.
(Jakarta: Remaja Rosdakarya.2010),h.140
7
Muhaimin Salim Abdul, Risalah Nikah,(Penuntut Perkawinan), (surabaya: Bintang
terang,1985),h.80
8
Slamet Abidin, H. Aminuddin, Fiqh Muamalah1 (Bandung: CV Pustaka
Setia,1999),h.189.
3

Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara


keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga
lakilaki dan seorang hakam dari keluarga perempua. Jika
kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscahnya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal (Qs. An Nisa:35)”9

Dalam Al-Qur’an tidak ada ayat yang menerangkan untukbercerai

ketika terjadi konflik dalam rumah tangga itu karenaperceraian sangat dibenci

Allah Swt, melainkan memberi jalankeluar dengan proses damai. 10 Islam juga

mengenal adanyatahkim, dalam ensiklopedi hukum Islam tahkim

adalahberlindungnya dua pihak yang bersengketa kepada orang yangmereka

sepakati dan disetujui serta rela menerima keputusannyauntuk menyelesaikan

persengketaan mereka.

Selama ini memang persoalan nusyuz terlalu dipandang

sebelahmata. Artinya nusyuz selalu saja dikaitkan dengan istri,

dengananggapan bahwa nusyuz merupakan sikap ketidak patuhan

istriterhadap suami.11Sedangkan bagi suami seakan–akanmasyarakat kurang

begitu mengetahui bahwa pada hakekatnyanusyuz tidak hanya datang dari

istri saja, suami pun bisadikatakan nusyuz apabila ia tidak memenuhi hak

dankewajibanya dalam rumah tangga.12

Dalam satu kasus yang penulis kutip dari Liputan6.com, Padang

- Kementerian Agama (Kemenag) Sumatera Barat mencatat

9
Al-Qur’an,Al-Qur’an dan terjemah,Yayasan penyelenggara penafsiran Al-
Qur’an,Departemen Agama RI,Jakarta 1978.h.109
10
AhmadMustofa Al-Maraghiy, Tafsir al maraghiy (jilid 5), Terjemahan K Anshori
Umar. Toha Putra , Semarang ,1988,h.49
11
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid V (Jakarta: PT Ichtiar baru van
hoeve, 1998), h.1750.
12
Sulaiman Rasjid,Fiqh Islam, cet. Ke -27. (Bandung: Sinar Baru Algensindo. 1978),h.91
4

18.270 perceraian dalam kurun 2013 hingga 2015. Kasus tertinggi di Kota

Padang sebanyak 3.058 dan terendah di Pesisir Selatan 467 kasus.

"Tingginya kasus perceraian selama tiga tahun terakhir disebabkan faktor

ekonomi lemah, sehingga menimbulkan masalah dalam rumah tangga seperti

cek-cok antara suami istri yang berujung perceraian," kata Staf Jabatan

Fungsional Umum (JFU) Bagian Pembinaan SDM Kepenghuluan,

Kemenag Sumbar, Januar, di Padang, seperti dilansir Antara, Selasa

(2/8/2016).

Ia menyebutkan golongan masyarakat yang banyak mengajukan perceraian

adalah dari kalangan masyarakat umum, dan bekerja di sektor informal.

"Kesulitan ekonomi yang dihadapi membuat rumah tangga tidak bisa

dipertahankan, meskipun dalam mediasi sudah disarankan untuk saling

berbagi dan melengkapi," kata dia. 

Penyebab lainnya adalah pasangan menikah di usia dini juga seiring

menyebabkan pertengkaran kecil dalam rumah tangga. Pertengkaran kecil

sebaiknya tidak dianggap remeh, apalagi jika watak keduanya (suami istri)

mudah tersinggung dan sulit untuk berdamai.

"Tentunya ini akan sangat mudah untuk mengeluarkan kata-kata yang

bernada perceraian," ujar dia. Ia menyebutkan pada 2013, kasus perceraian

tertinggi di Kota Padang mencapai 630 pasangan, kemudian Bukittinggi 493,

dan Payakumbuh 499 pasangan. Selanjutnya, perceraian terendah di Pesisir

Selatan dengan 150 pasangan, Agam 157, dan Pasaman 189 pasangan.
5

Pada 2014, kasus perceraian tertinggi masih di Kota Padang dengan 1.104

kasus, kemudian Bukittinggi 562 pasangan, dan Pariaman 551 pasangan.

Angka terendah di Pesisir Selatan dengan 134 pasangan, Agam 163 pasangan,

dan Pasaman 202 pasangan. Terakhir pada 2015, angka perceraian tertinggi

juga di Kota Padang dengan jumlah perceraian sebanyak 1.044 kasus,

kemudian Kota Payakumbuh 568, dan Pariaman 530 pasangan. Daerah

tingkat perceraian terendah yakni, Agam 166 pasangan, Pesisir Selatan 183

pasangan, serta Solok Selatan 194 pasangan. Sedangkan, kabupaten kota

lainnya seperti Tanahdatar, Sawahlunto, Solok, Padang Panjang, Sijunjung,

Dharmasraya, Pasaman Barat, dan Limapuluh Kota dengan jumlah

keseluruhan kasus sebanyak 12.898 pasangan.13

Dalam kasus lain hususnya di daerah Solok, penulis mencoba

mengutip dari SOLOK, HALUAN — Kasus cerai gugat (istri mengajukan

cerai pada suami) di wilayah Pengadilan Agama Solok masih mendominasi

dari tahun ke tahun.

Sepanjang tahun 2015 saja sedikitnya ada 400 orang melakukan

perceraian melalui Pengadilan Agama Solok. Semua itu didominasi cerai

gugat, ujar Ketua Pengadilan Agama Solok Dra, Burnalis, MA Ketika

dihubungi “Haluan” di kantornya Kamis (17/3), Burnalis menjelaskan, dari

jumlah kasus perceraian yang diajukan pihak perempuan umumnya berlatar

belakang ekonomi, ketidak sanggupan sang suami memberi nafkah istri selalu

13
https://www.liputan6.com/regional/read/2567094/18-ribu-pasangan-di-sumatera-barat-
bercerai
6

menjadi senjata bagi istri mengajukan perceraian walau dilakukan mediasi.

Kendati perceraian sangat dibenci Allah, namun jika memang suatu rumah

tangga tidak ada kecocokan, pintu cerai tetap terbuka dan pihak Pengadilan

Agama Solok tidak bisa menghentikan niat bagi pasangan yang mengajukan

cerai. “Ya hampir 6 bulan bahkan 1 tahun sang suami tidak memberi nafkah

istri bahkan tidak jelas rimbanya, wajar saja istri mengajukan cerai,” jelas

Burnalis. Namun demikian, lanjutnya, bagi pasangan yang masih muda

melakukan cerai, Pengadilan Agama tetap berupaya mendamaikan melalui

mediasi, kita punya mediator di PA Solok sebelum yang bersangkutan duduk

dikursi persidangan karena bisa saja hanya karena terbawa emosional

langsung mengajukan cerai.

Dari sejumlah permohonan yang masuk ke Pengadilan Agama

Solok, tidak serta merta langsung disidangkan oleh hakim. Tetap diawali dulu

dengan nasehat dan arahan melalui mediasi. Jika memang tidak ada pilihan

lain, ke 2 pasangan bersikeras minta cerai, baru dilakukan sidang oleh hakim.

Bahkan kata Burnalis, 2 menit sebelum ketok palu oleh hakim untuk diputus,

masih dibuka peluang untuk rujuk kembali.

Pengadilan Agama Solok yang membawahi 6 kecamatan, 2 di

kecamatan dalam wilayah Kota Solok dan 4 kecamatan dalam wilayah

Kabupaten Solok bagian Utara, jika dilihat dari data yang ada, perceraian itu

memang banyak dari Kabupaten Solok dengan tingkat ekonomi menegah ke-
7

bawah. Makanya tidak herran faktor ekonomi masih mendominasi penyebab

perceraian, dan buka karena istri tidak mau dimadu.14

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul

“Peran Hakam Dalam Menyelesaikan Nusyuz Suami IstriPerspektif

Hamka (Telaah Tafsir al-azhar surat an-Nisa ayat 34-35)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka

identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Banyaknya kasus Nusyuz suami-istri ditengah-tengah Masyarakat.

2. banyaknya kasus perceraian menurut data Kementerian Agama (Kemenag)

Sumatera Barat mencatat 18.270 perceraian dalam kurun 2013 hingga

2015 yang penulis kutip dari koran Liputan6.com Padang, dan khususnya

di daerah Solok sendiri pada tahun 2015 tercatat sekitar 400 kasus gugat

cerai berdasrkan penulis kutip dari koran Haluan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut : bagaimana peran Hakam

menyelesaikan nyusus suami istri menurut tafsir Hamka dan Mufassir lain,

dan perundang-umdangan di Indonesia.

14
https://www.harianhaluan.com/news/detail/50238/istri-dominasi-gugat-cerai-
di-solok
8

D. Batasan Maslah

Dalam pembahasan skripsi ini biar tidak terlalu melebar, maka

perlu adanya batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan Hakam dalam menyelesaikan Nusyuz suami-istri

menurut Hamka dan Mufassir lain.

2. Bagaimana peranan Hakam dalam menyelesaikan Nusyuz suami-istri

menurut Hamka dan hukum perundang-undangan di Indonesia.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

memaparkan tentang:

1. Peranan Hakam dalam menyelsaikan Nusyuz suami-istri menurut

Hamka dan Mufassir lain.

2. Peranan Hakam dalam menyelsaikan Nusyuz suami-istri menurut

Hamka dan hukum perundang-undangan di Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis

1. Diharapkan dapat memperdalam pengetahuan tentang Tafsir al-Azhar

karya HAMKA khususnya mengenai rumah tangga.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

mengatasi permasalahan dalam rumah tannga.


9

b. Secara Praktik

1. Sebagai masukan berupa koleksi pustak Fakultas Tarbiyah

Pendidikan Agama Islam STAI-SNI.

G. Penjelasan Judul

Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kekeliruan

pemahaman tehadap maksud yang terkandung dalam judul skripsi tersebut

serta agar lebih jelas sasaran yang di maksud oleh penulis, terlebih dahulu

perlu dijelaskan mengenai pembatasan masalah dan arti kata dari rangkaian

kalimat judul diatas.

Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain:

1. Peran

Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) adalah

pemain. Sedangkan menurut definisipara ahli menyatakan bahwa peran

adalah aspek dinamisdari kedudukan atau status. Seseorang melaksanakan

hakdan kewajiban, berarti telah mejalankan suatu peran.15

2. Hakam

Istilah hakam berasal dari Bahasa Arab yaitu alhakamuyang menurut

bahasa berarti wasit atau jurupenengah, dan kata al-hakamu identik dengan

15
W.J.S. Purwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta : Balai Pustaka, 2007),h.340
10

kata alfaishal.16dalam Kamus Bahasa Indonesia hakam berartiperantara,

pemisah, wasit.17

H. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini harus bersipat sistematis, didalam

penulisan proposal skripsi ini terdiri dari tiga bab yang isinya adalah sebagai

berikut :

Bab I: Pendahuluan, Bab ini berisi latar belakang, identifikasi

masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

Bab II: Kajian Teoretis. Ini nantinya akan dijadikan acuan untuk

menganalisis secara deduktif terhadap peran hakam dalam menyelsaikan

Nusus suami-istri menurut Hamka.

Bab III: Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang jenis

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

Bab IV yaitu berisikan tentang temuan penelitian, yang membahas

mengenai temuan umum dan temuan khusus.

Bab V berisi tentang saran dan kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

16
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir Arab- Indonesia, Surabaya:Pustaka
Progresif, 2002, hal. 309
17
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional & Balai Pustaka, Edisi ke III, 2003,
hal. 38

Anda mungkin juga menyukai