Resum Firda
Resum Firda
LAPORAN KASUS
GINGIVEKTOMI
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Firda Aziza
G4B017004
peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh beberapa faktor baik lokal maupun
sistemik. Faktor yang paling sering yaitu adalah faktor lokal berupa plak bakteri.
ligamen periodontal dan tulang alveolar. Gingiva yang sehat memiliki ciri-ciri
seperti kerah baju. Sedangkan gingiva yang meradang memiliki tampilan klinis
Perawatan periodontal diawali dengan terapi fase pertama (non bedah) yang
meliputi pembersihan karang gigi (scaling) baik supra mupun subgingiva. Gingiva
yang hiperplasi dengan kondisi terjadi perubahan warna, edema, dan infiltrasi seluler
dapat dibersihkan deposit kalkulusnya terlebih dahulu dengan syarat hiperplasi tidak
fibrotik dan tidak mengecil setelah dilakukan scaling atau pembesaran gingiva
gingiva pada sisi lateral poket untuk menghilangkan poket dan peradangan tersebut.
Harapannya dengan prosedur ini akan didapatkan kondisi gingiva yang sesuai
A. Struktur Gingiva
Gingiva merupakan jaringan lunak pendukung gigi yang mengelilingi gigi dan
dibawahnya terhadap pengaruh lingkungan ronga mulut. Gingiva yang normal dan
tidak ada kelainan akan tampak berwarna merah muda (coral-pink) akibat suplai
darah dan sel-sel epitel berkeratin dengan ketajaman warna yang bervariasi
behubungan dengan pigmentasi kulit. Bentuknya seperti kerah baju dengan kontur
bagian interdental yang lancip dan lebarnya tergantung dari kontak proksimal antar
gigi geligi. Memiliki konsistensi kenyal dan tidak dapat digerakkan, serta terdapat
tekstur stippling seperti kulit jeruk yang kasar dan terlihat jelas apabila gingiva
2011):
b. Margin gingiva: merupakan batas tepi gingiva yang halus dan membentuk
lekukan sedalam 1-2 mm di sekeliling leher gigi. Gigiva ini tidak melekat
pada gigi
stippling seperti kulit jeruk dengan lebar bervariasi antara 0-9 mm.
alveolar dibawahnya
E
D
C
B
A
B. Pembesaran Gingiva
Salah satu kelainan pada jaringan periodontal yaitu berupa inflamasi pada
gingiva yang berujung pada pembesaran gingiva. Pembesaran gingiva yang disebut
yang berlebihan. Kondisi ini merupakan dampak dari beberapa penyakit gingiva
serta ada kemungkinan dari kondisi atau penyakit sistemik. Pembesaran gingiva
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama jika sudah mempengaruhi fungsi
2009):
bersifat inflamasi atau non inflamasi dan kombinasi keduanya. Inflamasi yang
mengenai jaringan gingiva disebut gingivitis. Gingivitis ini disebabkan oleh faktor
primer dan sekunder. Faktor primernya berupa plak, sedangkan faktor sekundernya
dibagi menjadi 2 yaitu faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal tersebu merupakan
predisposisi akumulasi plak seperti, restorasi yang tidak rata, karies, peranti
ortodonsia, peranti gigi tiruan lepasan yang tidak baik, susunan gigi geligi yang
berjejal, kebersihan rongga mulut yang kurang, sisa makanan yang tertinggal, dan
Tanda klinis pembesaran gingiva karena proses inflamasi, akan tampak adanya
interdental serta margin gingiva dengan warna kemerahan. Tekstur gingiva menjadi
halus dan licin mengkilat dengan konsistensi lunak, edema, fibrotik, biasanya
disertai perdarahan, terbentuknya poket. Pada kondisi akut dan akut eksaserbasi
biasanya terdapat rasa sakit, sedangkan pada kondisi kronis tidak ada (Newman dkk.,
2012).
2008):
a. Gingivitis akut
gingiva yang lunak. Selain itu akan tampak debris berwarna keabuan, serta
terjadi pembentukan membran yang terdiri dari bakteri, leukosit
b. Gingivitis kronis
1. Lokal, yaitu pembesaran gingiva yang terbatas pada satu gigi atau
sekelompok gigi
5. Diffuse, meliputi bagian tepi gingiva, gingiva cekat dan papilla interdental
bertangkai
C. Gingivektomi
sempurna, menjadikan lapang pandang area kerja lebih luas untuk pembersihan
deposit kalkulus, dan dapat memperbaiki anatomi gingiva dengan baik (Ruhadi dan
Aini, 2005).
metode yang paling dianjurkan adalah operasi dengan scalpel (Newman dkk., 2012).
4. Adanya kerusakan furkasi tanpa disertai cacat tulang di mana terdapat daerah
6. Flap perikoronal.
1. Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal dari pertautan
mukogingiva.
3. Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan dibedah.
6. Apabila gingiva cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia (sehingga jika
kontur dan bentuk tepi gingiva yang normal baik secara anatomis maupun
fisiologis. Adapun prosedur gingivektomi menurut Fedi dkk. (2004), adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan asepsis lalu anestesi lokal dengan teknik blok atau infiltrasi
menandai dinding luar jaringan gingiva dengan pocket marker untuk membuat
dilakukan.
3. Membuat eksisi yang dilakukan sedikit lebih ke apikal dari titik-titik tersebut
dengan pisau bermata lebar seperti kirkland atau blade No. 15. Eksisi membentuk
sudut kurang lebih 450 terhadap akar gigi dan dilakukan dari daerah
interproksimal.
Gambar 4. Eksisi gingiva
5. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan scaling dan
permukaan akar lebih mudah dicapai dan memperluas lapang pandang operator
dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan permukaan akar pada tahap ini
8. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril atau
lingual, dan palatal serta hubungkan dengan dresing yang telah terpasang di
daerah interproksimal. Seluruh daerah luka ditutup dengan dresing dengan tanpa
mengganggu oklusi atau daerah perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi
10. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu sampai
jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien. Epitel
akan menutupi luka dengan kecepatan 0,5 mm per hari setelah hilangnya
11. Setelah dressing terakhir dilepas, bersihkan gigi dengan brush dan instruksikan
regenerasi dan maturasi (Fedi dkk, 2004). Penyembuhan dimulai dari setelah 12-24
jam, sel epitel penyembuhan luka mulai migrasi ke arah atas jaringan granulasi.
selama 4 minggu pertama proses keratinisasi akan berkurang, dan akan tidak tampak
A. Identitas
1. Nama : Ny. Turisem
2. Usia : 38 tahun
B. Pemerikasaan Subjektif
1. Chief complain: Pasien datang ingin memeriksakan gusinya yang bengkak dibagian
depan bawah
2. Present Ilness: Gusi pasien bengkak sudah lama karena banyaknya karang gigi
4. Past medical history: Pasien pernah melakukan operasi pengangkatan tumor parotis
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan ekstraoral: Tidak ada kelainan.
2. Pemeriksaan intraoral: Terlihat adanya pembesaran gingiva pada gigi kaninus anterior
rahang bawah hingga kaninus gigi 33-32-31-41-42-43. BOP negatif. Kedalaman poket
D. Diagnosis
Gingival enlargement et causa gingivitis kronis
E. Rencana Perawatan
Gingivektomi pada gingiva gigi 33-32-31-41-42-43
F. Prognosis Perawatan
Baik
G. Prosedur Perawatan
1. Menyiapkan alat dan bahan
a. Alat
1) Diagnostic set
2) Spuit
3) Gunting mukosa
4) Pinset anatomis
5) Pinset chirurgis
6) Periodontal probe
8) Spatula stainless
b. Bahan
1) Tampon steril
2) Kasa
3) Cotton roll
4) Povidone Iodine
6) Pehacaine
7) Syiringe
anastesi infiltrasi pada gingiva gigi 33-32-31-41-42-43 bagian bukal dan gingiva
bagian lingual. Tunggu sampai bahan anestesi bekerja. Cek kerja obat anestesi dengan
sonde.
4. Menandai daerah yang akan dieksisi menggunakan poket marker dengan menekan
bagian runcing dari alat tersebut ke gingiva agar didapatkan bleeding point. Dapat
nomor 15 dengan posisi bevel mengahadap ke jaringan 45o. Pemotongan dimulai dari
interdental bagian distal gigi 43 lalu meluas hingga margin gingiva mengarah ke
apikal pada bleeding point mengikuti kontur gingiva. Selanjutnya eksisi diteruskan
hingga interdental gigi kaninus regio yang lain dengan eksisi secara continue (tidak
putus-putus).
6. Melakukan deep dengan kassa steril untuk mengontrol perdarahan agar tidak
7. Melakukan gingivoplasti yaitu merapikan hasil eksisi gingiva dan membentuk tepi
8. Melakukan spooling dengan larutan povidone iodine pada area kerja lalu menekan
daerah kerja menggunakan kassa steril yang telah dibasahi selama 2-3 menit untuk
9. Medikasi
a. Tidak makan dan minum atau berkumur selama 1 jam paska pembedahan
b. Tidak makan dan minum yang panas ataupun merokok selama 24 jam
Andriani, I., 2019, Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi, Mutiara Medika,
9(1): 69-73.
Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, diterjemahkan oleh Lilian
Juwono, EGC, Jakarta.
Herijulianti, 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung
Gigi, EGC, Jakarta.
Newman M.G., Takei H.H., Carranza F.A., Clinical Periodontology 11th Edition,
Philadelphia, WB Saunders Co. 2012; 74- 94.
Nield-Gehrig, Jill S., Willman, Donald E., 2011, Foundation of Periodontics for the Dental
Hygienist Third Edition, Amerika Serikat, Wolters Kluwer Health.
Rosad, 2008, Gingivitis Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut, Puspa Swara, Jakarta.
Ruhadi, I., Aini, I., 2005, Kekambuhan Gingivitis setelah Gingivektomi, Dent. J, 38(3): 108-
111.