Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya sehingga
makalah ini terselesaikan.Makalah ini disusun berdasarkan rencana yang akan didirikan yang
didalamnya memuat latar belakang, pembahasan dan tujuan serta keterangan-keterangan lain
tentang PRINSIP PRINSIP METODOLOGI FILSAFAT ILMU ALFRED JULES AYER
Dengan selesainya makalah ini saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tamamul
Imam, M.Phil selaku dosen mata kuliah FILSAFAT ILMU, yang telah memberikan
bimbingan belajar dan kepada Kelompok 4 yang telah bekerja sama dalam pembuatan
makalah ini, dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini saya sudah berusaha
semaksimal mungkin. Mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan - kesalahan atau
kekurangan. Saya ucapakan terimakasih.

Serang, 02 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………….………………………………………………….i
Daftar Isi……………………….………………………….…………………………..ii
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………….……………………………………………1
Tujuan Penulisan…………………...……………………………………………...2
Rumusan Masalah……………………...………………………………….……3
Sistematika Penulisan………………………….……………………….……3
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertian Metodologi………………………………………….….4
Prinsip Metodologi menurut Alfred Jules Ayer……………..…………...................4

BAB III : PENUTUP


Kesimpulan……….…………………………………………………………….6
Saran…………………………………………………………………………………6
Daftar Pustaka………………………………………...………………..6

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembahasan tentang “ILMU FILSAFAT tentang PRINSIP PRINSIP
METODOLOGI” merupakan ilmu yang mempelajari tentang metode-metode berarti
penelitian, metode ilmiah, hipotesis, uraian ilmiah. Peneliti diharapkan dapat mengerti
seberapa pentingnya ilmu filsafat.
Dengan membaca makalah diharapkan pembaca dapat mengetahui seberapa pentingnya
belajar filsafat ilmu,serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembacanya.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Agar kita lebih mengetahui pandangan tentang prinsip prinsip metodologi dari Ilmuwan
dunia
Agar kita lebih mengetahui dan mengerti tentang prinsip prinsip metodologi
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang prinsip prinsip metodologi
Mengetahui lebih jelas tentang pandangan prinsip metodologi dari Alfred Jules Ayer

1.3 RUMUSAN MASALAH


Apa pengertian dari Metodologi ?
Bagaimana pandangan tentang prinsip prinsip metodologi menurut Alfred Jules
Ayer ?

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi:
BAB I : PENDAHULUAN Menyajikan latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan
masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN Membahas tentang pengertian Metodologi, pandangan tentang
PRINSIP PRINSIP METODOLOGI menurut Alfred Jules Ayer, pandangan tentang PRINSIP
PRINSIP METODOLOGI menurut Karl Raimund Popper
BAB III : PENUTUP Menyajikan tentang kesimpulan,saran dan daftar pustaka

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Metodologi
Metodologi bisa diartikan ilmu yang mempelajari tentang metode-metode. Berasal
dari bahasa yunani yaitu methodos. Methodos Menurut Anton Bakker (1984) metode
adalah cara bertindak menurut aturan tertentu.
Pengertian metode berbeda dengan metodologi dimana metode adalah suatu cara atau
jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga memiliki sifat yang
praktis. Metodologi disebut juga sebagai science of method yaitu ilmu yang
membicarakan tentang cara atau petunjuk yang praktis di dalam penelitian, sehingga
metodologi penelitian membahas konsep teoretis sebagai metode. Metodologi dapat
pula dikatakan membahas tentang dasar filsafat dari ilmu metode penelitian, karena
metodologi belum memiliki langkah praktis. Bagi sebagian besar jenis ilmu
Metodologi merupakan dasar filsafat ilmu dari suatu metode, atau langkah praktis dari
suatu penelitian.
Kaelan, 2005 berpendapat bahwa ‘seorang peneliti dapat memilih suatu metode
dengan dasar filosofis tertentu, yang konsekuensinya diikuti dengan metode penelitian
yang konsisten dengan metode yang dipilihnya.
Suparlan Supartono, 2005 perpendapat bahwa metodologi adalah pengkajian
mengenai bentuk dan model metode, aturan yang dipakai dalam kegiatan ilmu
pengetahuan.metodelogi bersifat umum dan metode bersifat lebih khusus.
Peter R, Senn berpendapat bahwa metode adalah suatu prosedut atau cara
mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah sistematis sedangkan suatu pengkajian
dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut.

4
2.2 PRINSIP METODOLOGI menurut ALFRED JULES AYER
Ajaran terpenting dari Alfred Jules Ayer yang terkait dengan masalah metodologi dalam
prinsip verifikasi. Ayer termasuk salah satu penganut Positivisme Logika yang muncul
setelah Moritz Schlik. Positivisme logic berprinsip sesuatu yang tidak dapat diukur itu tidak
mempunyai makna. Dengan demikian makna sebuah proposisi tergantung apakah kita dapat
melakukan verifikasi terhadap proposisi yang bersangkutan’. (Rizal Mustansyir, dkk.,2001)
Walaupun tokoh Positivisme Logik secara umum menerima prinsip verifikasi sebagai tolak
ukur untuk menentukan konsep tentang makna, namun mereka membuat rincian yang cukup
berbeda mengenai prinsip verifikasi itu sendiri. Prinsip verifikasi itu merupakan pengandaian
untuk melengkapi suatu kriteria, sehingga melalui kriteria tersebut dapat ditentukan apakah
suatu kalimat mengandung makna atau tidak.

Alfred Jules Ayer adalah salah satu filsuf dari Inggris yang digolongkan pada penganut
positivism logis dalam filsafat bahasa. Ayer yang dilahirkan pada tahun 1910, menjalani pendidikan
tingginya di Eton dan Oxford University. Kemudian ia melanjutkan kuliah diUniversity ofVienna
dibawah bimbingan Schlick dan Carnap. Dua orang filsuf ini merupakananggota lingkaran Wina yang
cukup berpengaruh. Lingkaran Wina (Wiener Kreis) merupakan sekelompok filsuf yang beraliran
positivisme logis. Oleh karena itu, tidak mengherankan jikaAyer memilih konsentrasi aliran
filsafatpositivisme logis ketika kuliah di Wina, Austria. Pada tahun 1933hingga 1940 Ayer menjadi
dosen filsafat di Christ Church (College), Oxford. Pada tahun 1936 iamenghasilkan karya yang
terkenal yaitu
Language, Truth and Logic
. Pada tahun 1946 iamenjadi Profesor dalam bidang logika.Buku yang ditulis oleh Ayer
tersebutmerupakan salah satu bukuyang berpengaruh di dunia filsafat abad 20, dan dengan sangat
gamblang menggambarkanpandangannya yang radikal. Pada edisi kedua yang terbit tahun L946, Ayer
merevisi beberapapendapatnya, namun dari sisi esensi tidaklah berubah. Ayer menyebut pandangan
filosofinyasebagai empirisme logis yang merupakan varian dari positivisme logis. Dia sangat
dipengaruhioleh pemikiran beberapa filsuf terdahulu, diantaranya adalah pemikiran Bertrand Russel
tentanganalisis logis, pemikiran Ludwig Wittgenstein periode pertama, dan terutama pemikiran
peloporempirisme yaitu George Berkeley dan David Hume.Menurut Kaelan (1998:137), Ayer
memiliki corak pemikiran tersendiri untuk menciptakanklarifikasi dan ketelitian dalam bidang filsafat.
Pemikiran Ayer mengintrodusir positivisme logisdari lingkungan Wina dan disintesakan dengan
metode yang digunakan oleh Moore dan Russel.Seperti telah diketahui, lingkaran Wina menaruh

5
perhatian besar pada peran ilmu pengetahuandan matematika dalam filsafat dan menentang hal-hal
yang metafisis. Mereka inginmenetapkan sebuah norma yang jelas yang dapat membedakan
ungkapan-ungkapan yang

bermakna dari yangtidak bermakna. Jadi bagi mereka kriteria untuk menilai sebuah ungkapan
bukanlah dari benar atau tidak benar, melainkan dari bermakna atau tidak bermakna. Darisinilah
kemudian diajukan prinsip yang dengan prinsip verifikasi. Prinsip verifikasi inilah yangkemudian
menjadi salah satu poin penting dari pemikiran Ayer. Pokok-pokok pemikiran Ayer termasuk
mengenai prinsip verifikasi-selanjutnya akan dibahas dalam subbab berikut.

Setelah dipaparkan sedikit mengenai latar belakang kemunculan pandangan filosofis dariAyer, berikut
ini akan disampaikan beberapa prinsip penting dari pemikiran Ayer.

A). Prinsip Verifikasi


Dalam bukuLanguage, Truth and Logic sangat jelas terlihat doktrin Ayer yang utamaadalah
mengenai prinsip verifikasi. Kemunculan prinsipini dapat ditelusuri mulai dari tahap awal
kemunculan filsuf yang berpaham positivistik. Para filsuf ini terpesona oleh metode sains dalamdunia
fisika baru yang mengkritik fisika klasik Newtonian. Dalam konsep ilmu fisika – seperti yang
diajukan oleh Einstein -"waktu yang absolut" hanya akan memilliki makna jika dapatdiverifikasi
melalui operasi eksperimental. Dalam konteks ini konsep fisika dapat dijelaskandalam kerangka
operasi fisis atau melalui prosedur yang akan memverifikasinya. Definisisemacam ini disebut sebagai
definisi operasional (Charlesworth, 1956:130). Prinsip inilah yangkemudian mempengaruhi
pandangan penganut positivisme logis. Menurut mereka
"the meaningof propositions consists in itsverification”
Schlick (Charlesworth, 1956:131) menerjemahkanverifikasi sebagai observasi empiris secara
langsung. Hal ini membawa konsekuensi hanyaproposisi yang mengandung (menunjuk) objek yang
bisa diamatilah yang bermakna. Proposisiseperti ini oleh Schlick disebut sebagai
protocol sentences
.Lalu bagaimana dengan proposisiyang mengacu pada kejadian dimasa lalu atau prediksimengenai
masa depan? Mengacu pada prinsip verifikasi tersebut, bisa dipastikan bahwaproposisi semacam itu
bagi penganut positivismelogis dinilai tidak bermakna. OIeh karena itu,penting kiranya untuk
mendefinisikan verifikasi dalam makna luas atau yang oleh Ayer disebut'lunak'yaitu
jikalau suatu proposisi mengandung suatu kemungkinan bagi pengalaman ataupengalaman yang
memungkinkan
. Berbeda dengan verifikasi dalam arti ketat, yaitu
sejauhkebenaran suatu proposisi itu didukung oleh pengalaman secara nyata
(Kaelan, 1998:139).Proposisi mengenai kejadian masa lalu dapat digolongkan sebagai proposisi yang

6
dapatdiverifikasi secara lunak.Ayer kemudian memperkenalkan adanya proposisi empiris dan analitis.
Kedua konseptersebut perlu dipahami, karena dalam kenyataanya terdapat proposisi atau ungkapan
yangtidak berdasar pada data empiris, sepefti proposisi matematika dan logika. Sebagai contohadalah
proposisi yang menyatakan bahwa bujursangkar memiliki empat sisi yang sama, atau 2+ 2 = 4.
Proposisi semacam ini dapat dibutikan kebenarannya tanpa harus melalui prosesverifikasi empiris.
Proposisi inilah yang disebut sebagai proposisi analitis, yaitu proposisi yangtidak memiliki referensi
faktual, tetapi benar dan bermakna secara definisi dan memverifikasidiri sendiri (Charlesworth,
1959:131). Proposisi seperti ini bersifat tautologis. Penentuankebenaran di dalamnya sangat
tergantung pada makna simbol bahasa yang digunakannya.Sebaliknya proposisi empiris adalah
proposisi yang dapat dibuktikan kebermaknaannya karenamerupakan pernyataan yang mengandung
realitas inderawi atau dapat diverifikasi melaluipengamatan empiris.

Ayer mengakui adanya batas-batas yang berlaku untuk prinsip verifikasi. Pertama,ungkapan bahasa
tidak perlu harus diverifikasi secara langsung, namun dapat pula melaluikesaksian seseorang yang
dapat dipercaya. Kedua, ungkapan bahasa itu disebut bermaknatidak harus diverifikasi secara faktual,
namun jika ungkapan bahasa itu secara prinsip memilikikemungkinan untuk diverifikasi. Ketiga,
verifikasi juga dapat dilakukan sebagian saja. Hal ini banyak dilakukan di bidang ilmu alam dan fisika
(Kaelan, 1999:140).Dari ulasan yang telah dipaparkan sebelumnya terlihatbahwa prinsip verifikasi
melalui pembuktian berdasarkan pengalaman inderawi ini merupakan pokok pikiran utama dari Ayer.
Hal ini kemudian membawa konsekuensi bahwa ungkapan-ungkapan metafisis adalah
tidak bermakna, sehingga Ayer berpandangan negatif (bahkan menolak) ungkapan metafisik.

B). Eliminasi Metafisika


Seperti yang telah diketahui, bahwa berdasarkan prinsip verifikasi, suatu proposisi
dikatakan bermakna jika secara empiris dapat diverifikasi atau mengandung sebuah definisi bahasa.
Konsekuensi utama yang timbul akibat prinsip verifikasi adalah apa yang disebut oleh Ayer sebagai
eliminasi metafisika. Sebagai contoh, proposisi mengenai objektivitas pengatahuan manusia, atau
tentang keabadian jiwa, atau bahkan eksistensi tuhan, dinilai tidak dapat diverifikasi secara empiris
dan juga secara analitis, karena tidak ada keadaan (state of affairs)yang relevan untuk menjadikannya
benar atau salah. Proposisi metafisik menurut Ayer tidak bermakna atau nonsense. Pandangan Ayer
yang bersifat empiristik yang hanya mengacu pada akal sehat telah membuatnya anti terhadap
sesuatu yang bersifat non-sense. Metafisika, etika, teologi dan estetika dinyatakan tidak dapat
diobservasi lebih lanjut untuk diverifikasi (Pablo,2012).Dari sini kemudian muncul pernyataan,
bahwapan dangan filosofis Ayer merupakan filsafat tanpa metaflsika (Charlesworth, 1956: 136).
Tugas utama dari filsafat salah satunya adalah untuk memaparkan dan mengeliminasi kebingungan
metafisis yang ada pada pemikiran manusia sehari-hari dan terutama pada pemikiran ilmiah. Menurut

7
Ayer, pertentangan antara kaum realis dan idealis yang selama in terjadi sebagai sesuatu yang fiktif
karena melibatkan interpretasi yang bersifat metafisis. Cara yang bisa digunakan untuk memecahkan
kebuntuan tersebut adalah dengan menggunakan analisis terhadap struktur bahasa yang digunakan.
Bagi Ayer sangat jelas bahwa filsafat tidak hanya berkepentingan untuk menunjukan adanya
ketaksaan dari bahasa biasa dan sains, tetapi yang lebih penting adalah untuk mereformasinya dengan
memformulasikan definisi operasional. Selanjutnya Ayer mengaskan bahwa tujuan dari analisis
filosofis adalah untuk membimbing kita kepada pandangan positivistik terhadap dunia. Dengan kata
lain filsafat mempersiapkan jalan bagi pandangan ilmiah terhadap dunia.

C ). Teori Etika Emotif


Pandangan filosofis Ayer menentang hal-hal yang bersifat metafisik melalui prinsip
verifikasinya. Hal ini membawa konsekuensi juga terhadap kemungkinan untuk mengeliminasi etika,
karena proposisi yang terkait dengan etika menjadi tidak bermakna (meaningless) jika mengacu pada
prinsip verifikasi. Proposisi yang mengandung nilai-nilai etis sulit untuk diuji menggunakan prinsip
verifikasi. Proposisi semacam ini bersifat normatif atau non-indikatif serta tidak bersifat deskriptif
melainkan preskriptif. Terkait dengan persoalan etika ini, lalu Ayer mengajukan teori emotif etika.
Ayer sendiri sebenarnya bukan ahli etika, namun ia 'terpaksa' untuk juga memikirkan hal tersebut
karena jika tidak prinsip verifikasinya bisa gugur.Menurut teori ini, proposisi etis tidak memiliki
makna

deskriptif melainkan mengandung makna emotif. Proposisi seperti ini mengekpresikan sikap/perilaku
dari penutur dan akan merangsang munculnya sikap/perilaku yang sama pada mitra tuturnya.
Proposisi etis haruslah mengandung makna faktual. Menurut pandangan Ayer (Suseno, 2000) kata-
kata moral itu tidak memiliki makna kognitif, melainkan bersifat emotif.Kata-kata itu
mengungkapkan suatu perasaan dan ingin menghasilkan perasaan yang sama pada orang lain. Namun
ini menuai kritik, karena teori ini tidak menyediakan kriteria untuk membedakan antara sikap moral
dengan sikap lainnya

D ). Kritik terhadap Positivisme Logis


Positivisme logis yang dianut oleh Ayer tidak lepas dari berbagai kritik yang datang dari
beberapa filsuf lain. Kritik pertama datang dari W. V Quine yang mengajukan teori ketidabertentuan
makna. Teori ini mengatakan bahwa makna suatu kata tidak bisa ditentukan oleh pengamatan empiris,
karena tidak ada persetujuan yang bersifat apriori-universal melainkan terbatas pada spasio-temporal
(Pablo, 2009).Kritik berikutnya datang dari Karl Popper terutama mengenai masalah garis batas
antara pernyataan yang bermakna dan pernyataan yang tidak bermakna. Popper menekankan bahwa
prinsip verifikasi bukanlah satu-satunya tolok ukur untuk menentukan kebenaran-kebenaran yang

8
bersifat umum,terutama dalam ilmu pengetahuan. Menurutnya, suatu ungkapan metafisis bukan saja
bermakna, tetapi dapat juga benar meskipun baru menjadi ilmiah kalau sudah diujidan dites. Popper
mengajukan prinsip falsifikasi sebagai lawan dari prinsip verifikasi. Prinsip dari Popper terdiri atas
dua prinsip utama, yaitu testability dan falsifiability

Prinsip pertama menyatakan bahwa pernyataan ilmiah harus bisa diuji kebenarnya melalui metode
empiris. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pernyatan tersebut bisa dibuktikan
kesalahannya atau tidak. Inilah yang membedakan Popper dengan filsuf di lingkaran Wina -termasuk
Ayer -yang menggagas prinsip verifikasi (Iduyasa, 2012). Kritik berikutnya datang dari ahli linguistik
strukturalis, Ferdinand de Saussure. Ia berpendapat bahwa suatu pernyataan harus memiliki hubungan
korespondensi antara konsep linguistik dengan realitas ekstra linguistik (Pablo, 2009). Dengan kata
lain de Saussure tidak sependapat bahwa kebermaknaan hanya ditentukan oleh verifikasi secara
empiris.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Metodologi bisa diartikan ilmu yang mempelajari tentang metode-metode. Berasal dari
bahasa yunani yaitu methodos. Methodos berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis, uraian
ilmiah. Prinsip verifikasi merupakan pengandaian untuk melengkapi suatu kriteria, sehingga
melalui kriteria tersebut dapat ditentukan apakah suatu kalimat mengandung makna atau
tidak.

3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang yang menjadi pokok pembahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, demi sempurnanya makalah
ini dan penulisan makalah di kesempatan- kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Charlesworth, Maxwell John. 1959. " A. J. Ayer: The Verification Principle" dalam Philosophy and
Linguistic Analysis. Pittsburg : Duquesne University.Iduyasa, Emkamujib. 2Al2. "Konjektur dan
Falsifikasi Karl Popper" dalam blog Kabrasa, diaksesdari

10
http://katarasakita.blogspot.com/2012/04/falsifrkashkarhpooper.html. padatanggal 5 Pebruari
2013.Kaelan, M.S. 1998. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta:
PenerbitParadigma.Pablo, Bona. 2009. "Positivisme Logis Alfred Jules Ayer" dalam blog Aqidah
Filsafat Surabaya

11

Anda mungkin juga menyukai