Lap Akhir Biotek Tipus Kultur Anther Dan Embrio Rescue
Lap Akhir Biotek Tipus Kultur Anther Dan Embrio Rescue
Lap Akhir Biotek Tipus Kultur Anther Dan Embrio Rescue
sehingga kultur anther berarti teknik kultur jaringan yang mengikutsertakan polen
haploid (tanaman yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan kromosom
gamet, tergolong dua kategori yaitu monoploid adalah tanaman dengan jumlah
kromosom setengah dari spesies diploid dan polihaploid adalah tanaman dengan
salah satu teknik dasar penerapan bioteknologi untuk pemuliaan tanaman. Dari
kolkhisin atau melalui fusi protoplas akan diperoleh tanaman 100% homozigot
(Wijayani, 1994).
membuat tanaman homozigot , toleran terhadap garam tinggi di tanah dan kondisi
dengan menggunakan teknik kultur invitro anther dan pollen. Anther diperoleh
dari tunas bunga dan dapat dikulturkan pada medium padat atau cair sehingga
terjadi embriogenesis. Selain itu pollen juga dapat diambil secara aseptik dan
memunculkan sifat resesif unggul yang pada kondisi normal tidak akan muncul
karena tertutup oleh sifat dominan, kecilnya persentase regenerasi, albino, tidak
hasil akhir kultur anther adalah kondisi pertumbuhan tanaman donor seperti
yang digunakan berasal dari pembungaan awal), dan tingkat perkembangan pollen
(Hendaryono, 2004).
mikrospora, komposisi media, pra perlakuan anther, sumber, kondisi, dan umur
tanaman dimana anther diambil. Media yang biasa digunakan untuk kultur
jaringan adalah media MS yang mana media ini mengandung jumlah hara
organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman.
Medium ini sudah digunakan banyak orang karena karena medium ini cocok
Produksi kalus dan embrio somatik dari kultur anther dan pollen telah
berhasil dilakukan pada berbagai spesies. Yang menarik disini adalah produksi
embrio haploid yaitu embrio yang hanya memiliki satu sel dari pasangan
kromosom normal. Ini dihasilkan dari jaringan gametofitik pada anther. Jumlah
Embyo rescue merupakan salah satu cara untuk melindungi embrio yang
bermasalah dan embrio tersebut tidak dapat diselamatkan dan ditanam secara
terbentuk gugur saat embrio belum matang, terbentuk buah dengan endosperm
yang kecil atau terbentuk buah dengan embrio yang kecil dan lemah. Kondisi
embrio dengan endosperm kecil atau embrio kecil dan lemah seringkali tidak
diselamatkan dan ditanam secara aseptis dalam media buatan sehingga dapat
muda ini dikenal dengan sebutan penyelamatan embrio (embryo rescue). Tujuan
mengkulturkan embrio muda ini adalah menanam embrio yang terdapat pada buah
muda sebelum buah tersebut gugur (mencegah kerusakan embrio akibat buah
Embrio). Kondisi seperti ini biasanya sering dijumpai pada buah hasil persilangan,
dimana absisi buah kerap kali dijumpai setelah penyerbukan dan pembuahan.
Masalah yang dihadapi oleh embrio meliputi masalah eksternal yaitu, tidak
masalah yang terdapat di dalam genetik embrio itu sendiri, yang memungkinkan
fertilisasi dengan cara invitro bila ovary embryo tidak berkembang, atau dengan
menyelamatkan embryo yang telah terbentuk dari ovary atau buah yang masih
muda(Wetter,1991).
panjang,. Selain itu ada juga beberapa jenis tanaman yang bisa menghasilkan biji
tersebut, maka biji tanaman ini dapat dikecambahkan secara invitro. Dormansi
fisik dapat dipatahkan dengan cara mengisolasi embrio dari biji lalu
tanaman haploid lewat penyelamatan embrio hasil persilangan antar jenis tertentu,
Salah satu cara yang dilakukan untuk memperoleh tanaman haploid adalah
silangan antar spesies tertentu. persilangan ini mengakibatkan embrio gugur (buah
gugur) sebelum buah tersebut dewasa. Hasil silangan ini (buah haploid) tidak akan
dapat diperoleh apabila buah muda tersebut tidak diselamatkan dengan cara
rescue) ini secara invitro. Mencegah gugurnya buah (embrio) pada buah,
Gugurnya buah sebelum buah tersebut dewasa sangat umum ditemukan pada
silangan ini dengan cara memanen buah muda hasil persilangan sebelum buah
spesies seringkali menghasilkan buah dengan endosperm yang miskin atau embrio
lemah dan berukuran kecil. Biji-biji dengan kondisi demikian seringkali sulit
Sherrington, 1984)