Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PEDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG TULIP
RUMAH SAKIT PARU JEMBER

Oleh

Dimas Wiyo Setiaji, S.Kep


NIM 182311101156

PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar


Pengertian aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri,
berjalan dan bekerja merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu
tersebut dimana kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang
kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem
musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Potter & Perry,
2005).
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas, dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang
dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial di antaranya. Beberapa klien
mengalami kemunduran dan selanjutnya berada diantara rentang mobilisasi-
imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan
berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Potter & Perry, 2005).
Keterbatasan dalam kemandirian pergerakan fisik pada tubuh dalam satu
ekstremitas atau lebih (NANDA, 2014).

B. Etiologi
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
6. Pengobatan
7. Terapi pembatasan gerak
8. Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
9. IMT diatas 75% sesuai dengan usia
10. Kerusakan sensori persepsi
11. Nyeri, tidak nyaman
12. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
13. Depresi mood dan cemas
14. Keengganan untuk memulai gerak
15. Gaya hidup menetap, tidak fit
16. Malnutrisi umum dan spesifik
17. Kehilangan integrasi struktur tulang
18. Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
19. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
20. Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang
tepat disesuaikan dengan umur.
(NANDA, 2014)

C. Tanda dan Gejala


1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa
otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan
metabolisme kalsium;
b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban
kerja jantung, dan pembentukan thrombus;
c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea
setelah beraktifitas;
d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan
(seperti konstipasi);
e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi
saluran perkemihan dan batu ginjal;
f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan
anoksia jaringan;
g. neurosensori: sensori deprivation;
2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang
paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam
siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4. Pergerakan tidak terkoordinasi
5. Penurunan waktu reaksi (lambat)
(Mubarak, 2007)

D. Patofisiologi dan Clinical Pathway


1. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular,
meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligamen, tendon, kartilago, dan
saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai
sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik.
Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan
otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari
otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama
jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontraindikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran
skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan
dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot
yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot
adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang (Potter & Perry,
2005).
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan
relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya
aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus
otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan
terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler
(tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium,
berperan dalam pembentukan sel darah merah (Potter & Perry, 2005).

2. Clinical Pathway

Faktor pencetus (asma, bronkitis kronis, emfisema)

PPOK

Perubahan anatomis parenkim paru

Pembesaran alveoli

Hipertropi kelenjar mukosa

Penyempitan saluran udara secara periodik

Ekspansi paru menurun

Oksigen ke jaringan ↓

Kompensasi tubuh untuk memenuhi Suplai O2 ke jaringan ↓


kebutuhan O2 dengan meningkatkan
frekuensi pernapasan Metabolisme anaerob
Kontraksi otot pernapasan,
penggunaan energi untuk pernapasan↑ Asidosis metabolik

↑ kerja napas ATP ↓

Fatigue Kelemahan

↓ kekuatan otot
Intoleransi
aktivitas Gangguan mobilitas Gangguan mobilitas
fisik diatas tempat tidur
E. Penatalaksanaan Medis
1. Salicylates dan nonsteroid yang berfungsi sebagai anti inflamasi untuk
mengatasi peradangan, anti piretik untuk menormalkan suhu tubuh,
dan fungsi analgesik untuk pereda nyeri;
2. Aspirin digunakan untuk mengatasi rasa sakit (analgesik), mengatasi
demam (antipiretik) dan mengatasi peradangan (antiinflamasi);
3. Suntikan intraarticular streroid pada ras nyeri yang hebat;
4. Analgestic (Tylenol, Darvon);
5. Menggunakan alat bantu yang dapat mengurangi bobot pada
persendian (tongkat, kursi roda, kruk);
6.Istirahat;
7.Latihan;
8.Melindungi persendian;
9.Pembedahan
a. Arthroskopi untuk membuang sisa-sia tulang rawan atau tulang;
b. Memperbaiki bangun sendi (osteotomi);
c. Fusi (arthrodesis);
d. Penggantian sendi.
(Potter & Perry, 2005)

E. Penatalaksanaan Keperawatan
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus. ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh
seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri otot (Potter & Perry,
2006). Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot;
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan;
3. Mencegah kekakuan pada sendi;
4. Merangsang sirkulasi darah;
5. Mencegah.kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
Manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan;
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot;
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi;
4. Memperlancar sirkulasi darah;
5. Memperbaiki tonus otot;
6. Meningkatkan mobilisasi sendi;
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian;
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian;
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjutAbduksi, yaitu gerakan menjauhi
dari garis tengah tubuh;
4. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh;
5. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang;
6. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian;
7. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian;
8. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah;
9. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas;
10. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama.

F. Diagnosa Keperawatan (PES)


a. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan
ketidakmampuan melakukan mobilitas fisik ditandai dengan
klien tampak dibantu dalam melakukan aktivitasnya;
b. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot ditandai dengan klien tampak dibantu
ketika hendak melakukan mobilisasi;
c. Gangguan mobilitas diatas tempat tidur (215) berhubungan
dengatun insufisiensi kekuatan otot ditandai dengan klien
tampak dibantu oleh keluarganya untuk bergerak.
d. Fatigue (00093) berhubungan dengan penurunan dalam
penggunaan tenaga fisik ditandai dengan klien tampak
kelelahan ketika melakukan mobilisasi yang minimal;
(NANDA, 2014)
1. Perencanaan/Nursing Care Plan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Intoleransi aktivitas 1. Toleransi Increase Training: Strength Training
1. Bantu mengembangkan program latihan kekuatan yang sesuai
(00092) berhubungan terhadap
dengan tingkat kebugaran otot, hambatan muskuloskeletal seperti
dengan ketidakmampuan aktivitas
2. Daya tahan ROM, miring kanan dn kiri;
melakukan mobilitas
3. Energi 2. Spesifikkan tingkat resistensi, jumlah pengulangan, jumlah latihan,
fisik ditandai dengan
psikomotor dan frekuensi dari sesi latihan menurut level kebugaran dan ada
klien tampak dibantu
atau tidaknya faktor risiko;
dalam melakukan 3. Instruksikan untuk beristirahat sejenak setiap selesai latihan, jika
aktivitasnya diperlukan.
Assistance with Personal Care
1. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri;
2. Monitor kebutuhan klien terkait alat kebersihan diri, alat bantu
berpakaian, berdandan, eliminasi, dan makan;
3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari sampai
batas kemampuan klien.

2. Gangguan mobilitas fisik 1. Ambulasi Improvement Exercises


2. Pergerakan 1. Gali hambatan dalam melakukan hambatan;
(00085) berhubungan
3. Keseimbangan 2. Dukung klien untuk memulai dan melanjutkan latihan sepeti ROM,
dengan kekakuan sendi 4. Pergerakan
miring kanan dan kiri;
ditandai dengan klien sendi 3. Dampingi klien pada saat mengembangkan program latihan untuk
tampak dibantu ketika 5. Kemampuan memenuhi kebutuhannya;
4. Lakukan latihan bersama klien, jika diperlukan;
hendak melakukan berpindah
5. Instruksikan klien terkait frekuensi, durasi dan intensitas program
mobilisasi
latihan yang diinginkan.
Exercise Therapy: Motion
1. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap sendi;
2. Jelaskan pada klien dan keluarga mengenai manfaat dan tujuan
melakukan latihan sendi;
3. Instruksikan klien/keluarga cara melakukan latihan ROM aktif atau
pasif.
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik. Kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus;
2. Pastikan perawatan analgesik bagi klien dilakukan dengan
pemantauan yag ketat
3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
3. Gangguan mobilitas 1. Posisi tubuh: Care Bedrest
1. Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring;
diatas tempat tidur (215) berinisiatif
2. Posisikan sesuai body alignment yang tepat;
berhubungan dengatun sendiri 3. Ajarkan latihan di tempat tidur dengan cara yang tepat.
2. Koordinasi Fall Prevention
insufisiensi kekuatan
1. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien yang
pergerakan
otot ditandai dengan
mungkin meningkatakan potensi jatuh pada lingkungan tertentu;
klien tampak dibantu 2. Bantu ambulasi klien yang memiliki ketidakseimbangan;
3. Kunci kursi roda, tempat tidur atau brankar selama melakukan
oleh keluarganya untuk
pemindahan klien;
bergerak
4. Letakkan benda-benda dalam jangkauan yang mudah bagi klien.
4. Fatigue (00093) 1. Kelelahan: Nutrient Management
1. Tentukan status gizi klien dan kemampuan klien untuk memenuhi
berhubungan dengan efek yang
kebutuhan gizi;
penurunan dalam mengganggu
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
2. Tingkat
penggunaan tenaga fisik
klien;
kelelahan
ditandai dengan klien 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
tampak kelelahan ketika memenuhi persyaratan gizi.
Improvement of Sleep
melakukan mobilisasi
1. Tentukan pola tidur/aktivitas klien;
yang minimal 2. Perkirakan tidur/siklus bangun klien dalam perencanaan
perawatan;
3. Sesuaikan lingkungan (misalnya cahaya, kebisingan, suhu, dan
tempat tidur) untuk menigkatkan tidur.
G. Daftar Pustaka
Bulechek, et all. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Oxford: Elsevier.
Herdman, T.H. & Kamitsuru S. (2014). Nursing Diagnoses Definitions and Classification. Oxford: Wiley Blackwell.
Moorhead, et all. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford: Elsevier.
Mubarak, Wahit Iqbal. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori & Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai