Anda di halaman 1dari 36

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK I

Penyusun :

Tim Kimia Anorganik

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenaan-Nya sehingga penyusunan dan
penulisan Penuntun Praktikum Kimia Anorganik I ini dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Salam dan doa tak lupa pula penulis haturkan kepada suri tauladan
kita, Nabi Muhammad SAW.
Selama melakukan penyusunan dan penulisan penuntun ini, penulis banyak
menghadapi tantangan dan hambatan. Kesemuanya itu dapat teratasi berkat bantuan
segala pihak dan terutama adalah ridho Allah SWT. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
turut memberikan andil dan membantu penulis hingga selesainya penyusunan Penuntun
Praktikum ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penuntun ini masih banyak menampilkan
kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
bagi perbaikan makalah ini dan menjadi masukan yang sangat berguna pada
kesempatan berikutnya.
Dan akhirnya, semoga penuntun ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
memberi sumbangsi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
kemaslahatan umat dan alam.

Kendari, September 2016

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERCOBAAN I Garam Mohr 1
PERCOBAAN II Kalium Nitrat 4
PERCOBAAN III Pembuatan Kalium Iodat 7
PERCOBAAN IV Pembuatan Natrium Tiosulfat 10
PERCOBAAN V Pembuatan Garam Kompleks Tetra Amin Tembaga 13
(II) Sulfat Monohidrat Cu(NH3)4.H2O Dan Garam
Rangkap Ammonium Tembaga (II) Sulfat
Heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

PERCOBAAN VI Pembuatan Terusi 16


PERCOBAAN VII Permurnian NaCl 19
PERCOBAAN VIII Pembuatan Kalium Trioksalato Aluminat 22
K3Al(C2O4).3H2O
PERCOBAAN IX Pembuatan Kalium Merkuri Iodida 24
K2HgI4.2H2O
PERCOBAAN X Reaksi Kation Logam Dengan Oksin 26
PERCOBAAN XI Kekuatan Asam Dalam Medium Air 30

ii
PERCOBAAN I
GARAM MOHR

1. Pendahuluan
Salah satu senyawa ferro yang sangat penting adalah garam besi (II) sulfat
yang juga popular dengan nama ferro sulfat. Garam ini dikenal dengan warna
hijau vitriol dan mempunyai rumus molekul terhidrat FeSO4.7H2O. Garam ini
mengkristal dalam membentuk monoklin dan berisomorf dengan garam Epson
atau garam Inggris MgSO4.7H2O.
Garam besi (II) sulfat ini dapat diperoleh dengan cara melarutkan
serbuk/bubuk besi atau senyawa besi (II) sulfat dalam sulfat encer. Setelah larutan
disaring dan diuapkan, maka akan terbentuk kristal yang berwarna hijau dari besi
(II) sulfat, untuk skala besar, sintesa garam ini dilakukan dengan mengoksidasi
secara perlahan-lahan garam besi (II) sulfida, FeS2 oleh udara yang mengandung
uap air.
Garam besi (II) sulfat dapat bergabung dengan garam-garam sulfat dari
garam alkali, membentuk suatu garam rangkap dengan rumus umum yang dapat
digambarkan sebagai M2Fe(SO4).6H2O, dimana M merupakan simbol dari logam-
logam, seperti K, Rb, Cs, atau NH4. Rumus ini merupakan gabungan dua garam
dengan anion yang sama atau identik yaitu M2SO4FeSO4.6H2O.
Untuk garam rangkap dengan M adalah NH4, yang dibuat dengan jumlah
mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat sama, maka hasil ini dikenal dengan
garam Mohr. Garam Mohr dibuat dengan mencampurkan kedua garam sulfat dari
besi (II) dan ammonium, di mana masing-masing garam dilarutkan sampai jenuh
pada besi (II) ditambahkan sedikit asam. Pada saat pendinginan hasil campuran
pada kedua garam di atas akan diperoleh kristal yang berwarna hijau kebiru-
biruan dengan bentuk monoklin. Garam Mohr tidak lain adalah garam rangkap
besi (II) ammonium sulfat dengan rumus molekul sebagai berikut :
(NH4)2FeSO46H2O atau (NH4)2(SO4)2.6H2O

1
Jika kristal garam Mohr dibandingkan dengan garam besi (II) sulfat atau
besi (II) khlorida, maka kristal garam Mohr jauh lebih stabil di udara, sedangkan
larutannya tidak mudah mengalami oksidasi oleh oksigen atmosfer.
Garam ini banyak digunakan pada bidang kimia analitik yaitu sebagai
pereaksi untuk membakukan larutan kalium permanganat atau kalium bikromat
dalam analisis secara volumetrik.
2. Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui teknik dan cara
pembuatan garam rangkap atau garam Mohr.
3. Alat yang Digunakan
1. Gelas Kimia
2. Batang Pengaduk
3. Corong
4. Erlenmeyer
5. Pemanas berupa Hot Plate atau burner elpiji dengan nyala sedang
1. Bahan yang Digunakan
1. Serbuk besi atau potongan paku
2. Asam Sulfat 10%
3. Amonia
2. Prosedur Kerja
1. Timbang 10 gram serbuk besi atau potongan-potongan paku dan larutkan
dengan 150 mL H2SO4 10%.
2. Panaskan larutan tersebut di atas
3. Saring dalam keadaan panas
4. Filtrasi hasil saringan, tambahkan asam sulfat.
5. Panaskan secara perlahan dan uapkan sampai terbentuk kristal lapisan
permukaan larutan (larutan A)
6. Dalam gelas kimia lain, masukkan 150 mL H2SO4 10% dan ammonia.

2
7. Uapkan sampai terbentuk larutan jenuh (ditandai dengan mulai tampaknya
dua fasa di dalam larutan) disebut larutan B.
8. Dalam keadaan panas, campurkan kedua larutan A dan larutan B kemudian
dinginkan.
9. Amatilah pembentukan kristal yang berwarna hijau muda.
10. Setelah terbentuk kristal sempurna, pisahkan dari cairannya.
11. Untuk mendapatkan garam Mohr yang mulai dapat dilakukan melalui
rekristalisasi, dengan melarutkan kembali kristal dengan sesedikit mungkin
aquades panas.
12. Timbang kristal garam Mohr yang anda peroleh dan hitung rendamennya.
3. Pengamatan
1. Berat serbuk besi/potongan paku = ……………. gram
2. Garam Mohr yang dihasilkan = ……………. gram
Berat = ……………. gram
Warna = …………….
Bentuk Kristal = …………….
3. Rendamen = ……………. %

3
PERCOBAAN II
KALIUM NITRAT

A. Pendahuluan
Kalium nitrat adalah suatu senyawa garam nitrat dari kalium dengan
rumus molekul KNO3. Senyawa ini dikenal orang dengan istilah sendawan,
sedangkan garam nitrat dari logam natrium dikenal sebagai sendawan Chili. Hal
ini disebabkan karena sumber terbesar akan garam nitrat adalah Chili, terutama
dalam bentuk natrium nitrat. Garam natrium nitrat mempunyai daya jual relatif
yang murah, yang kemungkinan bersifat hidroskopis dari garam ini. Oleh karena
itu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan dengan nilai jual relatif lebih tinggi,
garam natrium nitrat sebaiknya diubah ke bentuk garam kalium.
Garam kalium nitrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan kalium
khlorida, KCl yang ditemukan dalam mineral silvi, dengan natrium nitrat, NaNO3.
Jikalau larutan jenuh dari masing-masing reaksi tersebut saling dicampurkan,
makan terbentuk garam natrium khlorida, NaCl dan KNO3, karena larutan NaCl
di dalam pelarut air sangat kecil, maka garam tersebut akan mengalami
pengendapan, dan melalui penyaringan larutan KNO3 dapat dipisah dari NaCl.
Dengan mendinginkan filtrat tersebut secara perlahan, maka KNO3(aq) akan
mengalami proses kristalisasi, dan untuk memurnikan KNO3 yang dihasilkan
perlu rekristalisasi.
KCl(aq) + NaNO3(aq) NaCl(p) + KNO3(aq)
Kalium nitrat mengkristal dalam bentuk rhombik, tetapi jika dilakukan
penguapan pada larutannya secara perlahan-lahan di atas kaca arloji, maka akan
diperoleh bentuk rhombik hedral. Bentuk ini merupakan isomorf dari natrium
nitrat dan mineral kalsit.
Kalium nitrat mempunyai titik leleh relatif tinggi, yakni pada 336oC dan
pada suhu tinggi akan mengalami penguraian menjadi garam nitratnya di samping
oksigen. Jika garam melebur, maka hasil lebur merupakan oksidator kuat.

4
2KNO3(p) 2KNO2(p) + O2(g)
Belerang, karbon (arang), dan fosfor dapat terbakar (teroksidasi) dalam
leburan ini, dan hasil reaksi ini berturut-turut adalah garam kalium sulfat, kalium
karbonat, dan kalium fosfat.
Kegunaan kalium nitrat yang paling menonjol adalah sebagai bahan dasar
atau bahan pengisi dalam pembuatan mesiu. Di samping itu, garam ini juga
digunakan dalam proses pengolahan daging.
B. Maksud Percobaan
Percobaan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang teknik
dan proses pembuatan garam kalium nitrat dengan menggunakan bahan dasar
natrium nitrat.
C. Alat yang Digunakan
1. Gelas Kimia
2. Corong
3. Batang pengaduk
4. Penangas air
D. Bahan yang Digunakan
1. Kristal kalium khlorida
2. Natrium nitrat (teknis)
3. aquades
E. Prosedur Kerja
1. Timbanglah dengan teliti 15 gram kristal kalium khlorida.
2. Larutkan dengan 50 mL air panas di dalam gelas kimia 250 mL (larutan A).
3. Pada gelas kimia lainnya, larutkan 17 gram Kristal natrium nitrat dengan 50
mL air panas (larutan B).
4. Kedua larutan di atas dicampurkan sambil diaduk, dan diuapkan sampai
volume larutan menjadi separuhnya (+ 50 gram).
5. Larutan disaring dalam keadaan panas.

5
6. Filtrat yang diperoleh, kemudian diuapkan secara perlahan hingga volumenya
menjadi setengah.
7. Dinginkan dan perhatikan pembentukan kristal kalium nitrat.
8. Setelah pembentukan kristal sempurna, pisahkan kristal dari cairannya melalui
penyaringan dengan kertas saring.
9. Kristal yang terbentuk dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan
aquades, hingga cairannya bebas khlorida. (uji khlorida)
10. Keringkan, timbanglah kristal kalium nitrat yang diperoleh dan bandingkan
dengan berat bahan dasarnya (kalium khlorida), untuk mengetahui
rendamennya.
F. Pengamatan
1. Berat KCl =……………. gram
2. Berat NaNO3 =……………. gram
3. Kristal KNO3 yang terbentuk =……………. gram
Berwarna =…………….
Bentuk =…………….
Beratnya =…………….
4. Rendamen =……………. %

6
PERCOBAAN III
PEMBUATAN KALIUM IODAT

A. Pendahuluan
Senyawa kalium iodat (KIO3) adalah salah satu senyawa bentuk halogen
yang dapat teroksidasi menjadi periodat atau dapat juga teroksidasi menjadi iodat.
Sifat lain dari senyawa iodat (KIO3) adalah dapat diendapkan dengan HNO3 pekat
(konsentrasi 6 > M).
Proses oksidasi : 4KIO3 KI + 3KIO4
Proses oksidasi : KIO3 KIO2 + ½O2
Salah satu fungsi senyawa kalium iodat adalah merupakan bahan dasar
pembuatan iod pentaoksida seperti reaksi berikut:
240 oC
2KIO3 I2O5 + KIO2
H2O
Cepat Oksidasi yang dapat membentuk
peroksida K2O2 atau superperoksida KO2
I2O5 yang terbentuk merupakan zat pengoksidasi dalampenentuan gas
karbon monoksida yang membebaskan I2 seperti reaksi berikut
5CO + I2O5 I2 + 5CO2
I2 dapat dianalisis dengan proses titrasi iodometri sehingga eqivalennya
dengan gas CO dapat dianalisis

B. Maksud Percobaan
Percobaan ini dimaksud untuk memberi gambaran tentang proses pembuatan
kalium iodat
C. Alat Yang Digunakan
1. Labu alas bulat 100 mL

7
D. Bahan Yang Digunakan
2. Kalium klorat
3. Iodium
4. Asam nitrat pekat
5. KOH 10 %
6. Kalium tiosulfat 0,1 N
7. Larutan kanji

E . Prosedur Kerja
1. Timbanglah 6 gram KClO3 dan masukkan dalam labu alas bulat yang telah
diisi dengan 16 mL air hangat
2. Tambahkan 7 gram iodium dan 0,2 mL asam nitrat pekat
3. Pindahkan labu ke dalam kamar asam dan panaskan perlahan-lahan
4. Hentikan pemanasan ketika reaksi mulai berlangsung, tetapi panaskan setelah
reaksi mulai mereda
5. Tambahkan 0,2 gram iodium dan didihkan larutan untuk membuang kelebihan
klorida dan kelebihan iodium
6. Uapkan larutan sampai mulai membentuk kristal, kemudian dinginkan dan
pisahkan dari larutannya
7. Larutkan kembali kri tal tersebut dalam 30 mL air panas dan netralkan larutan
dari garam-garam asam yang mungkin terbentuk, dengan menambahkan
larutan KOH 10%
8. Dinginkan dan biarkan membentuk kristal.
9. Saring semua kristal dengan corong Buchner, lalu keringkan kristal diudara
bebas. Timbanglah dan hitung rendamennya.
2KClO3 + I2 2KIO3 + Cl2

8
Analisis Hasil
1. Timbanglah 1 gram kristal, tambahkan aquades dan encerkan sampai volumenya
100 mL.
2. Ambil 10 ml larutan ini dan tambahkan dengan 50 ml aquades, 2 gram KI dan %
ml H2SO4 2 N
3. Titrasi iodium yang bebas dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dan gunakan
larutan kanji sebagai indicator
KIO3 + 5KI dan 3H2SO4 3K2SO4 + 3I2 + 3H2O
4. Hitung rendamen persentase kemurnian dari produk.

9
PERCOBAAN IV
PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT

A. Pendahuluan
Asam tiosulfat kurang stabil pada temperatur kamar. Asam ini dapat
dipisahkan pada temperatur 78 oC dengan persamaan reaksi:
SO3 + H2S H2S2O3
Atau dari reaksi :
HO3SCl + H2S H2S2O3 + HCl
Molekul gas sulfurtrioksida (SO3) memiliki struktur segitiga datar yang
dapat mengalami resonansi dan melibatkan ikatan 𝜋p dan S – O.
O O- O

S S S

O- O O O O- O-

Adanya orbital p untuk ikatan dan orbital d kosong dari atom S


menyebabkan panjang ikatan S – O sangat pendek yaitu 1,43 oA.
Ion tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan
belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit sesuai
dengan persamaan reaksi :
S8 + 8SO3 S2O3-
dan
S2O4 + H2O S2O3= + H2SO3-
Ion tiosulfat memiliki struktur [ S & SO3]= dengan panjang gelombang
ikatan S = S dan S = O masing-masing 1,99 + 0,03 dan 1,48 + 0,06 oA. Panjang
ikatan S = S yang mendekati panjang ikatan S= O menunjukkan bahwa dalam
ikatan S = S juga terlibat adanya ikatan phi.

10
Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan di
bidang fotografi, di mana garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromide
yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi. Ion tiosulfat dapat membentuk kompleks
Ag(SO3)- dan Ag(S2O3)23-. Ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan
ion-ion logam lain.
Dalam percobaan ini akan dipelajari cara pembuatan natrium tiosulfat dari
reaksi sulfur dan natrium sulfit. Struktur molekul sulfur ada dua jenis, yaitu
berbentuk rhombik dan monoklin. Pada temperetur tersebut stabil dalam bentuk
monoklin, dan di atas temperature tersebut membentuk cincin yang mengandung
8 atom. Agar sulfur dapat bereaksi, makat harus dilakukan pemutusan cincin
terlebih dahulu. Oleh karena itu mekanisme reaksi yang melibatkan sulfur sangat
rumit.
B. Maksud Percobaan
Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifatnya.
C. Alat yang Digunakan
1. 1 set alat refluks
2. 1 buah batang pengaduk
3. 5 buah tabung reaksi
4. 1 set pembakar Bunzen
5. 1 buah cawan penguapan
D. Bahan yang Digunakan
1. Natrium sulfit anhidrat
2. Serbuk belerang
3. Natrium sulfit
4. Larutan iodium dalam kalium klorida
5. Larutan asam khlorida encer
6. Barium khlorida

11
E. Prosedur Kerja
a. Pembuatan natrium tiosulfat – 5 – hidrat
1. Siapkan alat refluks dan kemudian masukkan 100 gram natrium sulfit ke
dalam labu refluks.
2. Tambahkan 50 mL aquades dan 1,5 gram serbuk belerang kemudian
refluks selama 1 – 2 jam.
3. Setelah itu larutan dididinginkan dan disaring. Pindahkan filtrate ke dalam
cawan penguapan dan uapkan sampai volume larutan mejadi 10 mL.
4. Biarkan larutan menjadi dingin dan keringkan kristal yang terbentuk
dengan menekan kristal diantara dua kertas saring, dan kemudian kristal
ditimbang.
b. Mempelajari sifat natrium tiosulfat
1. Pengaruh pemanasan
Pemanasan beberapa kristal natrium tiosulfat – 5 – hidrat dalam
tabung reaksi. Lakukan juga terhadap kristal natrium sulfat – 10 – hidrat.
Bandingkan stabilitas termal dari kedua krital terebut.
2. Reaksi dengan Iod
Larutkan 2 – 3 gram natrium tiosulfat dalam 20 mL air. Dan
reaksikan dengan 2 – 3 mL larutan iod dengan larutan natrium tiosulfat
berlebih.
3. Reaksi dengan khlor
Reaksikan 2 – 3 mL larutan tiosulfat dengan air khlor berlebih.
Amati reaksi yang terjadi. Kemudian tambahkan asam khlorida encer dan
tambahkan lagi dengan barium khlorida.
4. Pengaruh asam encer
Reaksikan 3 mL natrium tiosulfat dengan asam khlorida encer
dengan volume yang sama. Setelah beberapa menit, amati isi tabung dan
bau yang ditimbulkan.

12
PERCOBAAN V
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II)
SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH3)4.H2O DAN GARAM
RANGKAP AMMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT
HEKSAHIDRAT Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

A. Pendahuluan
Dalam setiap kasus tembaga (ion Cu2+) jika membentuk senyawa
kompleks, maka kompleks tembaga mempunyai bilangan koordinasi enam, di
mana empat liga bertetangga dalam bidang segi empat dan dua ligan saling tegak
lurus bidang segi empat membentuk struktur oktahedral (sp3d2).
Sifat yang dimiliki senyawa kompleks tembaga pada umumnya
berinteraksi dengan bidang magnet, jadi bersifat paramagnetik. Hal ini disebabkan
karena atom pusat Cu2+ memiliki orbital e- d (3dz) yang hanya memiliki satu
elektron yang menyebabkan molekulnya terpengaruh terhadap medan magnet.
Secara umum molekul oktahedral digambarkan seperti kompleks Cu2+
tersebut.
e

a c

b d

f
Kompleks berbentuk octahedral ini ada yang berbentuk cis, trans atau
facila dan merdianol. Jika ligan A = b = c = d dan ligan e = f disebut isomer trans.
Isomer cis terbentuk apabila a = b = d = f dan e = c. Untuk isomer facial, maka
ligan a = b = f. Senyawa Cu(NH3)4SO4.H2O dan Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O
kemungkinan berisomer cis dan trans.

13
B. Maksud Percobaan
Percobaan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang proses
pembuatan kompleks tetra tembaga (II) sulfat monohidrat dan garam rangkap
ammonium tembaga (II) sulfat heksa hidrat.
C. Alat yang Digunakan
1. Gelas kimia
2. Gelas ukur
3. Corong
4. Erlenmeyer
5. Batang pengaduk
D. Bahan yang Digunakan
1. CuSO4.5H2O
2. Amonia
3. Etanol
4. Es batu
5. Ammonium sulfat
E. Prosedur Kerja
a. Pembuatan kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O
1. Timbanglah 7,5 gram CuSO4.5H2O (terusi)
2. Larutkan dengan campuran 11,3 mL ammonia pekat dan 7,5 mL aquades.
3. Tambahkan perlahan-lahan 11,3 mL etanol dan dinginkan dengan es batu.
4. Setelah terbentuk kristal, saring dengan kertas saring whatmann dan
keringkan kristal pada suhu kamar.
5. Hitung rendamennya.
b. Pembuatan garam rangkap Cu(SO4)2(NH4)2SO4.6H2O
1. Timbanglah 10 gram terusi dan masukkan ke dalam gelas kimia.
2. Larutkan dengan aquades dan tambahkan 6 gram ammonium sulfat,
aduklah sambil dipanaskan.

14
3. Uapkan larutan sampai volumenya 20 mL, lalu dinginkan dan biarkan
pada suhu kamar sampai terbentuk kristal.
4. Timbang kristal yang terbentuk, kemudian hitung rendamennya.
F. Pengamatan
a. Pembuatan kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O
1. Berat CuSO4.5H2O =……………..gram
2. Kristal Cu(NH3)4SO4.H2O
Berwarna =……………..
Bentuk =……………..
Beratnya =……………..gram
3. Rendamen =……………..%
b. Pembuatan kompleks Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O
1. Berat CuSO4.5H2O =……………..gram
2. Kristal Cu(NH3)4SO4.H2O
Berwarna =……………..
Bentuk =……………..
Beratnya =……………..gram
3. Rendamen =……………..%

15
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN TERUSI

A. Pendahuluan
Beberapa senyawa kimia dapat mengikat molekul-molekul air dapat pada
suhu kamar membentuk hidrat, dan senyawa-senyawa seperti itu disebut hidrat.
Umumnya senyawa hidrat ini akan melepaskan molekul airnya jika dipanaskan.
Meskipun penggabungan mokekul air tersebut berlangsung secara kimia.
Pada kenyataannya, molekul hidrat merupakan suatu persenyawaan kimia
dan bukan campuran. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan-alasan sebagai
berikut:
1. Molekul air terikat dalam senyawa dengan perbandingan tertentu misalnya
garam tembaga sulfat, CuSO4, kandungan molekul airnya adalah 36,07%.
2. Terdapat perbedaan sifat fisika antara senyawa dalam bentuk hidrat
anhidratnya. Bentuk molekul tembaga (II) sulfat hidrat misalnya adalah triklin
dan berwarna biru. Jika molekul air hidratnya dilepaskan dengan cara
pemanasan, maka molekul hidratnya akan berwarna putih, dengan bentuk
molekul monoklin. Proses pendinginan akan menyebabkan molekul anhidrat
tadi menyerap uap air di udara dan mengikat molekul air sebagai hidrat akan
terjadi kembali, sehingga warna senyawa akan berubah menjadi biru dengan
bentuk molekul triklin,
Suatu senyawa kadang-kadang dapat membentuk lebih dari satu macam
hidrat dengan tingkat kestabilan yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam
suatu suasana tertentu. Garam tembaga (II) sulfat dapat membentuk tiga macam
senyawa hidrat, yaitu:
1. Pentahidrat dengan rumus molekul CuSO4.5H2O
2. Trihidrat dengan rumus molekul CuSO4.3H2O
3. Monohidrat dengan rumus molekul CuSO4.H2O

16
Secara komersial, tembaga (II) sulfat umumnya dibuat dengan proses
oksida tembaga dalam larutan yang mengandung asam sulfat, atau dengan
mengoksidasi tembaga (II) sulfide di udara terbuka.
2Cu + 2H2SO4 + O2 2CuSO4 + 2H2O
2CuS + 2O2 CuSO4
Pada konsentrasi tinggi, senyawa tembaga umumnya bersifat racun.
Karena senyawa tembaga banyak digunakan sebagai insektisida dan fungisida.
Namun, suatu hal yang menarik karena pada daerah yang tanahnya kurang/tidak
mengandung tembaga, penyakit/kelainan pada tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Sebagai contoh di Australia, daerah-daerah seperti ternak domba mengalami
anemia, kelainan sistem saraf, dan kerusakan wolnya. Untuk mengatasi hal
tersebut hanya diperlukan sedikit tembaga.
Tembaga (II) sulfat pentahidrat, CuSO4.5H2O dikenal dengan sebutan biru
vitriol atau terusi. Senyawa ini sering digunakan sebagai larutan elektrolit dalam
proses elektrolisis untuk pemurnian tembaga. Juga digunakan dalam pengetikan
secara listrik (elektrotyping), bahan pengisi batu baterai, pada percetakan kain
mori/belacu, dan popular sebagai bubur Bordeaux untuk memusnahkan jamur
pada tanaman.
B. Maksud Percobaan
Percobaan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran proses pembuatan
serta mengetahui teknik pembuatan terusi.
C. Alat yang Digunakan
1. Gelas kimia 600 mL
2. Gelas ukur 100 mL
3. Gelas ukur 50 mL
D. Bahan yang Digunakan
1. Serbuk tembaga atau potongan kawat
2. H2SO4 pekat
3. HNO3 pekat
4. Kertas saring

17
E. Prosedur Kerja
1. Masukkan 50 mL air ke dalam gelas kimia
2. Tambahkan 8,5 mL H2SO4 pekat
3. Masukkan 5 gram serbuk tembaga
4. Pada tahap berikutnya kerjakan di dalam lemari asam atau di luar ruangan
laboratorium.
a. Tambahkan 25 mL HNO3 pekat
b. Aduk hingga semua tembaga larut
c. Panaskan, setelah gas berwarna coklat tua tidak keluar sehingga uap tidak
lagi berwarna coklat.
5. Saring ketika masih panas (jika masih terdapat tembaga yang tidak larut)
6. Simpan larutan hingga terbentuk kristal
7. Pisahkan kristal dengan penyaringan dan kering, anginkan
8. Cuci kristal dengan sedikit aquades, kemudian larutkan ke dalam sedikit air
(tahap 7) hingga terbentuk kristal kembali.
9. Timbang CuSO4 yang diperoleh.

18
PERCOBAAN VII
PERMURNIAN NaCl

A. Pendahuluan
Salah satu metode pemurnian adalah rekristalisasi. Metode ini berdasarkan
perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan dengan kotoran dalam suatu
pelarut tertentu. Pemurnian dengan metode ini banyak dilakukan pada industri
atau laboratorium untuk meningkatkan kualitas suatu zat.
Beberapa persyaratan suatu pelarut dapat dipakai dalam proses
rekristalisasi antara lain:
1. Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang
dimurnikan dengan zat pengotor.
2. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal.
3. Mudah dipisahkan dari kristal.
Dalam percobaan ini akan dipelajari cara memurnikan natrium klorida
yang berasal dari garam dapur dengan menggunakan air sebagai pelarutnya.
Natrium klorida (NaCl) merupakan komponen utama dari dalam garam dapur.
Komponen lainnya yang merupakan pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+,
Mg2+, Al3+, SO42-, dan Br-. Agar daya larut antara NaCl dengan zat pengotor
cukup besar, maka perlu dilakukan penambahan zat-zat tertentu. Zat-zat tambahan
itu akan membentuk senyawa terutama garam yang sukar larut dalam air, selain
itu rekristalisasi dapat dilakukan dengan cara menambahkan ion sejenis ke dalam
larutan zat yang akan dipisahkan.
B. Maksud Percobaan
Memahami prinsip pemurnian dan pengkrisalan garam dapur (NaCl).

19
C. Alat yang Digunakan
1. Timbangan
2. Gelas kimia 250 mL
3. Gelas ukur 50 mL
4. Pemanas Listrik/spritus
5. Corong
D. Bahan yang Digunakan
1. Kristal garam dapur pasaran
2. Serbuk kapur CaO 1 gram
3. Larutan Ba(OH)2 encer secukupnya
4. Larutan HCl
5. Aquades 150 mL
6. Asam sulfat pekat
7. (NH4)2CO3
E. Prosedur Kerja
a. Perlakuan awal
1. Panaskan 62,5 mL aquades dalam gelas kimia sampai mendidih.
2. Timbang 20 gram garam dapur, masukkan ke dalam air panas sambil di
aduk dan panaskan sampai mendidih dan kemudian disaring.
3. Larutan dibagi menjadi dua bagian untuk dilakukan kristalisasi menurut
prosedur di bawah ini.
b. Kristalisasi melalui penguapan
1. Ke dalam satu bagian larutan garam dapur di atas, ditambahkan 0,25 gram
kalsium oksida (CaO).
2. Tambahkan larutan Ba(OH)2 encer tetes demi tetes sampai tetes terakhir
tidak terbentuk endapan lagi.
3. Tambahkan tetes demi tetes sambil diaduk, 30 gram perliter larutan
(NH4)2CO3.

20
4. Saring larutan tersebut dan filtratnya dinetralkan dengan larutan HCl
encer. Kenetralan dites dengan kertas lakmus.
5. Uapkan larutan sampai kering, sehingga akan diperoleh kristal NaCl yang
warnanya lebih putih dari garam dapur.
6. Timbang kristal tersebut dan hitung rendamen kristalisasi yang telah
dilakukan.
c. Rekristalisasi melalui pengendapan
1. Satu bagian larutan yang lain dijenuhkan dengan gas hidrogen yang dapat
dibuat dengan cara mereaksikan garam dapur dengan asam sulfat pekat.
Penambahan gas dihentikan penambahan gelembung gas terakhir tidak
terjadi pembentukan kristal.
2. Timbang kristal tersebut dan hitung rendamen rekristalisasi NaCl yang
telah dilakukan. Amati dan bandingkan penampakan fisik kristal yang
diperoleh melalui cara b dan c.

21
PERCOBAAN VIII
PEMBUATAN KALIUM TRIOKSALATO ALUMINAT
K3Al(C2O4).3H2O

A. Pendahuluan
Aluminium adalah merupakan salah satu unsur golongan III A yang
berbeda pada perioda ketiga serta merupakan unsur golongan ligan dan dapat
membentuk senyawa oksida dan hidroksida amfoter.
Alumuinium dapat membentuk senyawa kompleks oktahedral seperti
misalnya Kalium Trioksalato Aluminat K3Al(C2O4).3H2O. Anion kompleksnya
berbentuk :
3-
O O
C
Al
C
O O

Senyawa kompleks tersebut memperlihatkan bahwa unsur trivalensi


seperti Al membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi enam. Anion
trioksalat berfungsi sebagai pelindung (zat pengkhelat) ion Al dapat bereaksi
dengan unsure atau senyawa lain. Kompleks netral ini larut dalam pelarut organik
seperti benzena, n-heksana, khloroform dan sebagainya, tetapi tidak larut dalam
pelarut polar seperti air. Pengendapan akan lebih baik apabila air yang digunakan
pada proses pengendapan adalah air yang mengalir.

B. Alat yang Digunakan


1. Gelas kimia 200 mL
2. Gelas ukur 100 mL
3. Corong Glasswool
4. Pemanas listrik

22
C. Bahan yang Digunakan
1. Serutan Aluminium
2. Kalium Hidrosida
3. Asam Oksalat
4. Etanol
5. KMnO4 0,1N
6. Alizarin
D. Prosedur Kerja
1. Timbanglah sekitar 1 gram serutan aluminium ke dalam gelas kimia 200 mL.
2. Tambahkan 30 mL larutan KOH 20% sedikit demi sedikit, biarkan berbuih
dengan hebat (terjadi pembebasan gas H2). Didihkan sampai semua
aluminium larut. Saring dengan glasswool.
3. Timbanglah kira-kira 14 gram oksalat dihidrat dan tambahkan sedikit demi
sedikit ke dalam 10 mL aquades panas.
4. Campurkan larutan pertama (point 2) ke dalam larutan panas asam oksalat,
lalu setelah diaduk saring dengan kertas saring Whatmann dan dinginkan
sampai suhu kamar.
5. Tambahkan 50 mL etanol dan lanjutkan pendinginan dalam air mengalir
sehingga kompleks terpisah sebagai prisma-prisma kecil yang tidak berwarna.
Pengocokan sesekali mungkin diperlukan untuk merangsang kristal. B
6. Cuci kristal yang terbentuk dengan etanol 50% dan akhirnya dengan etanol
murni.
7. Catat hasil yang anda dapatkan dan bandingkan dengan berat hasil teoritis
berdasarkan banyaknya aluminium yang digunakan.
E. Uji : Masukkan sedikit kristal ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
seidikit aquades (2 mL). perhatikan pH larutan dan cobalah endapkan
Al(OH)3 dengan Alizarin.

23
PERCOBAAN IX
PEMBUATAN KALIUM MERKURI IODIDA
K2HgI4.2H2O

A. Pendahuluan
Pemahaman thermodinamika kesetimbangan penting untuk memahami
keadaan kimiawi air raksa. Berdasarkan data potensial reduksi yaitu:
Hg22+ + 2e- 2Hg Eo = 0,798 V
Hg2+ + 2e- Hg Eo = 0,854 V
Jadi jelaslah bahwa hanya zat pengoksidasi yang memiliki potensial
oksidasi antara – 0,798V sampai – 0,848 yang dapat mengoksidasi Hg menjadi
Hg2+. Fenomena lain yang penting adanya proses kesetimbangan disproposional,
yaitu:
Hg2+ Hg + Hg2+ Eo = - 0,131 V
Di mana dari persamaan di atas memberikan penjelasan bahwa Hg sendiri
dengan mudah mereduksi Hg2+ menjadi Hg22+. Jadi pereaksi apapun yang
mereduksi keaktifan Hg2+ (dengan pengendapan atau pengompleksan) sampai
batas tertentu yang lebih besar jika pereaksi tersebut memurnikan Hg22+, akan
menyebabkan disproporsional Hg22+. Terdapat banyak pereaksi semacam di atas
OH-, S2-, CN-, dan sebagainya menyebabkan senyawa Hg22+ yang stabil sangat
sedikit jadi cenderung Hg menggunakan valensi +2 misalnya K2HgI4.2H2O.
B. Alat yang Digunakan
1. Gelas kimia
2. Corong
3. Erlenmeyer
C. Bahan yang Digunakan
1. Kalium Iodida
2. HgCl2

24
D. Prosedur Kerja
1. Endapkan merkuri iodida dengan menambahkan larutan KI (0,1 mol sama
dengan 16 gram KI dalam 150 mL aquades) ke dalam larutan HgCl2 (0,05 mol
= 13,5 gram HgCl2 dalam 150 mL aquades). Aduklah campuran tersebut.
2. Saring endapan merah yang terbentuk dengan kertas saring Whatman, cuci
dengan air panas dan biarkan endapan mengering.
3. Masukkan endapan yang telah kering ke dalam larutan KI (16 gram dalam
100 mL aquades) panaskan sambil diaduk.
4. Panaskan campuran di atas penangas air selama 30 menit, untuk menjenuhkan
larutan dengan merkuri iodida, aduklah sekali-sekali. Kelebihan merkuri
iodida dapat dihilangkan dengan jalan filtrasi.
5. Pindahkan larutan ke dalam cawan petri dan uapkan di atas penangas air,
selanjutnya masukkan ke dalam desikator yang berisi zat pengering CaCl2.
6. Biarkan beberapa jam (dapat semalam) sampai hampir kering. Untuk
mempercepat penguapan, rusakkan lapisan atas (kerak) kristal dengan
menggunakan batang pengaduk.
7. Setelah agak kering, kikislah residu pada cawan petri dan pindahkan ke atas
lembaran kertas saring, lalu keringkan lagi dalam desikator. Hasilnya adalah
kristal-kristal berwarna kuning pucat.
8. Timbanglah dan hitung rendamennya.

25
PERCOBAAN X
REAKSI KATION LOGAM DENGAN OKSIN

A. Pendahuluan
Senyawa dengan rumus molekul C9H7ON dikenal dengan nama oksin, tak
lain adalah 8-hidroksikuinolin dengan massa molekul relatif 145 g.mol-1.
Senyawa ini mempunyai struktur:

OH

8-hidrosiquinon
Oksin merupakan senyawa dengan bentuk kristal berwarna putih yang
melebur pada suhu 74 – 76 oC. Senyawa ini sulit larut di dalam air maupun di
dalam eter, tetapi larut baik dalam alkohol, khloroform, dan benzena. Dengan
adanya sedikit air, larutan yang awalnya tidak berwana akan mengalami
perubahan menjadi kekuningan.
Oksin adalah salah satu pereaksi pengendap bagi banyak logam. Logam-
logam divalent atau trivalent yang telah diendapkan oleh oksin, dapat
digambarkan dalam bentuk umum sebagai berikut:
M(C9H7ON)2 dan M(C9H7ON)3
Reaksi logam divalent dan trivalent dengan oksin dapat dipaparkan dalam
bentuk skema sebagai berikut :
O

M2+ + 2 M + 2H2+

N+ N

O H

26
Hasil reaksi yang diperoleh dari proses penggabungan antara kation logam
dengan oksin adalah suatu senyawa kompleks internal yang sifatnya tak larut
dalam air. Kompleks ini mempunyai nilai hasil kali kelarutan (Ksp) sekitar 10-12
dan 10-20. Akibatnya, senyawa ini dapat digunakan sebagai pengendap pada nilai
pH yang berbeda-beda serta dapat dilakukan pemisahan campuran logam yang
terkadung dalam cuplikan.
Kuantitas logam yang terendapkan dengan oksin, dapat ditentukan
berdasarkan reaksi-reaksi berikut:
M2+ + 2C9H7ON M(C9H7ON)2 + 2H+
M(C9H7ON)2 + 2HCl 2C9H7ON + 2MCl2
KBrO3 + 5KBr + 6HCl 6KCl + 3Br2 + 3H2O
C9H7ON + 2Br2 C9H7ONBr2 + 2HBr
Berdasarkan persamaan-persamaan reaksi di atas, tampak bahwa satu mol
kation M2+ ekivalen dengan dua mol oksin, sedangkan satu mol oksin ekivalen
dengan empat mol atom brom. Dengan demikian satu mol M2+ setara dengan
delapan mol Br. Jadi, massa ekivalen (ME) dari kation M2+ adalah sama dengan :
Ar M 2+
ME =
8
Dalam penyetaraan 1 mEk KBrO3 sebanding dengan 1 mEk Na2S2O3. Jadi
jika KBrO3 yang digunakan sebanyak a mEk sedangkan natrium tiosulfat adalah b
mEk, maka banyaknya KBrO3 yang bereaksi dengan natriumtiosulfat adalah (a–b)
mEk. Sama dengan mEk logam divalent M2+.
Dengan demikian banyaknya logam M2+ yang terkandung sampel dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
M2+ (mg) = (a – b).ME M2+
B. Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini adalah untuk mengamati reaksi pemisahan logam
dengan pereaksi pengendap oksin, dan sekaligus menentukan konsentrasi logam
yang terkandung dalam sampel.

27
C. Alat yang Digunakan
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Corong
4. Pemanas listrik
D. Bahan yang Digunakan
1. Logam nikel, tembaga, magnesium, dan besi.
2. Natrium asetat 0,1 M
3. Asam asetat 0,1 M
4. HCl 4 M
5. Larutan oksin 2%
6. KBr
7. KBrO3 0,1 N
8. KI 10%
9. Natrium Tiosulfat 0,1 N
10. Indikator Metil Orange 0,1%
11. Larutan Kanji 1%
E. Prosedur Kerja
1. Sebanyak 20 mL larutan logam netral (Ni, Cu, Mg, dan Fe) dipipet ke dalam
gelas kimia 400 mL. Ditambahkan sejumlah larutan garam natrium asetat 0,1
M dan larutan asam asetat 0,1 M, sehingga pH larutan mencapai 6 – 7.
Selanjutnya, ditambahkan setetes demi setetes larutan oksin 2% dalam alkohol
sambil diaduk, hingga terbentuk endapan.
2. Endapan yang terbentuk kemudian dipanaskan beberapa menit pada suhu 60 –
70 oC, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman. Endapan
dicuci dengan air panas, dan selanjutkan endapan dilarutkan dengan
menambahkan 50 mL larutan HCl 4M panas. Ditambahkan 0,5 gram KBr dan
2 – 3 tetes indikator MO. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan baku
KBrO3 0,1 N sampai terbentuk warna kuning muda. Perlu diperhatikan

28
bahwa, pengamatan terhadap perubahan warna indicator pada tahap ini cukup
sulit. Karena itu sebaiknya penambahan KBrO3 dilakukan secara berlebih.
3. Setelah dititrasi, larutan diencerkan dengan 25 mL HCl 2M. lalu dibiarkan
sekitar 2 menit di tempat tertutup. Kemudian ditambahkan dengan 10 mL
larutan KI 10% dan akhirnya dititrasi dengan larutan baku natriumtiosulfat
0,1N dengan menggunakan indikator amilum. Penambahan amilum dilakukan
setelah titik akhir hampir tercapai, yang ditandai dengan terbentuknya warna
kuning pucat. Berdasarkan jumlah titran natrium tiosulfat yang digunakan,
konsentrasi logam dapat dihitung.

29
PERCOBAAN XI
KEKUATAN ASAM DALAM MEDIUM AIR

A. Pendahuluan
Menurut Arrhenius, asam dapat didefinisikan sebagai senyawa hidrogen
yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi elektrolit dan menghasilkan
ion H+ sebagai satu-satunya ion positif. Untuk asam monobasis, definisi ini dapat
dinyatakan dalam reaksi berikut:
HA H+ + A-
H2O H+ + OH-
Reaksi ini masing-masing memiliki konstanta disosiasi, Ka (sering
dinamakan konstanta asam) dan Kw (sering dinamakan hasil kali ion air), yang
secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan:
H + [A − ]
Ka = (1)
[HA ]

dan
Kw = [H+] [OH-] (2)
Kekuatan suatu asam sering didefinisikan sebagai kemampuan asam itu
untuk menghasilkan ion H+, kekuatan asam akan makin besar bila kemampuan
asam itu untuk menghasilkan H+ makin besar. Dari persamaan (1) terlihat bahwa
[H+] makin besar bila Ka makin besar. Kemiripan kecenderungan antara kekuatan
asam dengan Ka sering digunakan sebagai alasan mengapa Ka digunakan sebagai
ukuran kekuatan asam.
Dalam percobaan ini, harga Ka beberapa asam monobasisi akan
ditentukan. Dalam pelaksanaannya, percobaan ini dilakukan dengan mengukur
[H+] larutan asam pada konsentrasi yang diketahui secara eksperimental. Cara
potensiometri merupakan salah satu cara terbaik untuk mengukur [H+] dalam
larutan. Dalam percobaan ini, akan digunakan pH meter yang dilengkapi dengan
elektroda gelas. Pada prinsipnya alat ini akan mengukur e.m.f (electromotive

30
force) yang timbul pada elektroda itu relative terhadap elektroda standar kalomel,
sehingga suatu hasil pengukuran pH tidak menggambarkan konsentrasi ion H+,
melainkan akan memberikan gambaran tentang aktifitas konsentrasi ion H+, yang
sering diberi notasi aH+.
Harga Ka yang ingin diukur dalam percobaan ini adalah konstanta asam
dalam besaran konsentrasi. Oleh karena itu, perlu mengkonversi aH+ ke dalam
[H+], dengan melibatkan koefisien aktifitas fH+. besarnya koefisien aktifitas rata-
rata dalam larutan fp ternyata persamaan Debye-Huckel berikut:
0,50 𝑍1 𝑍2 𝜇 1/2
-log fp = – 0,10𝜇 (3)
1+𝜇 1/2

Dengan Z1 dan Z2 masing-masing adalah jumlah muatan ion positif dan


ion negative. Sedangkan, kekuatan ion larutan didefiniskan sebagai berikut:
2
𝜇=½ 𝑖 𝑀𝑖 𝑍𝑖 (4)
Dengan Mi dan Zi masing-masing adalah molaritas dan muatan ion i.
selanjutnya aktifitas ion H+ didefinisikan sebagai:
aH+ = fp [H+] (5)
Oleh karena itu harga pH yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan
alat ukur pH-meter sesungguhnya adalah pH = -log aH+, dan konsentrasi H+
didapat dari :
Log [H+] = - pH – log fp (6)
Atau
0,50 𝑍1 𝑍2 𝜇 1/2
+
Log [H ] = - pH + – 0,10𝜇 (7)
1+𝜇 1/2

Persamaan (7) menunjukkan bahwa hubungan linier antara [H+] dan pH


hanya dapa dicapai bila larutan memiliki kekuatan ion 𝜇 yang konstan. Kekuatan
ion larutan dapat dijaga konstan selama pengkuruan, dengan menambahkan
elektrolit kuat dalam jumlah yang cukup dalam larutan (untuk keperluan
percobaan ini KNO3 0,10 M)

31
B. Alat yang Digunakan
1. pH-Meter 1 set
2. Pengaduk magnet
3. Gelas beker
4. Buret 50 mL
C. Bahan yang Digunakan
1. Larutan KNO3 0,2 M
2. Larutan NaOH 0,5 M
3. Larutan HCOOH 0,2 M
4. Larutan CH3COOH 0,2 M
5. Larutan C2H5COOH 0,2 M
6. Kristal asam oksalat
D. Prosedur
a. Standarisasi larutan NaOH dengan Larutan Asam
1. Timbang 1,26 gram kristal asam oksalat kemudian larutkan dengan
aquades dalam labu takar 100 mL dan encerkan sampai tanda batas.
2. Ambil 25 mL larutan ini dan tambahkan 1 – 2 tetes indikator fenolfthalein,
kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0,5 M yang akan distandarisasi.
Ulangi langkah ini sebanyak 3 kali, dan tentukan molaritas NaOH.
3. Dengan cara yang sama gunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi
untuk menstandarisasi larutan 0,2M HCOOH, CH3COOH, dan
C2H5COOH.
b. Penentuan Konstanta Asam Ka
1. Campurkan 90 mL aquades, 100 mL KNO3 0,2M dan 10 mL CH3COOH
0,2M dalam gelas beker ukuran 500 mL. Masukkan batang pengaduk
magnet ke dalam campuran itu dan celupkan gelas dari pH-meter yang
telah dikalibrasi untuk kisaran pH yang sesuai.
Perhatian : Mintalah bantuan asisten tentang cara pengukuran pH dengan
pH-Meter.

32
2. Siapkan larutan NaOH 0,5M dalam buret dengan ujung buret di atas
campuran tersebut. Sambil diaduk, tambakan larutan NaOH dari buret ke
dalam campuran, catatlah pH larutan setiap penambahan 2,0 mL dan
penambahan NaOH dihentikan pada jumlah 16 mL.
3. Lakukan percobaan serupa untuk HCOOH dan C2H5COOH.
4. Dari data percobaahn hitunglah I, [H+], [OH-]. Kemudian hitunglah pKa
semua asam yang dipelajari dengan rumus berikut ini, dan selanjutnya
hitung harga Ka rata-rata setiap asam (pKa = -log Ka).
0,50 𝑍1 𝑍2 𝜇 1/2 𝐶𝐴 +[𝐶𝐵 + 𝐻 + −[𝑂𝐻 − ]]
pKa = pH + – 0,10𝜇 + log
1+𝜇 1/2 𝐶𝐵 + 𝐻 + −[𝑂𝐻 − ]

dengan CA dan CB masing-masing adalah konsentrasi asam dan NaOH


yang digunakan.
Tugas.
1. Apakah perbedaan definisi asam menurut Arrhenius, menurut Brownsted, dan
menurut Lewis?
2. Bagaimanakah kekuatan asam dari asam-asam yang dipelajari di atas bila
dilarutkan dalam medium bukan air.

33

Anda mungkin juga menyukai