Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini tanaman cabai rawit mudah ditemukan dilingkungan
sekitar kita, karena dilihat dari segi penanamannya sangat mudah untuk
dilakukan dan pertumbuhannya cukup cepat. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini kami memilih tumbuhan cabai rawit untuk dijadikan objek
penelitian.
Tanaman cabai rawit dalam bahasa latinnya capsicum frustescens
L. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik, yang mempunyai daerah
kering dan ditemukan pada ketinggian 0,5 – 1,250 m diatas permukaan
laut. Bagi masyarakat indonesia, buah cabai merupakan salah satu bahan
yang tidak bisa dipisahkan dengan makanan sehari-hari. Didalam cabai
rawit tiap 100gr mengandung 103 kalori energi, 4,7gr protein, 2,4gr
lemak, 19,9gr karbohidrat, 45mg kalsium, 85mg fosfor, 11,050SI Vitamin
A, dan 70mg Vitamin C. Selain itu buah nya juga mengandung
kapsaisin,kapsantin,karotenoid,alkaloid atsiri,resin,minyak
menguap,Vitamin A dan C. Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai
yang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah serta pemati rasa kulit.
Biji cabai rawit mengandung solanine,solamidine,solamargine,solasodine,
solsomine dan steroid.
Tumbuhan cabai yang mulanya kecil tumbuh menjadi besar dengan
seiring berjalannya waktu dan perlakuan yang diperolehnya. Pertumbuhan
yang dialami oleh tumbuhan cabai umumnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya adalah pemberian nutrisi seperti pupuk.

1.2 Pembatasan Masalah


Dalam penelitian ini, peneliti tidak membahas semua masalah yang
ditemukan, tetapi peneliti hanya membatasi dua masalah saja, yaitu yang

1
pertama masalah pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan cabai rawit
dan yang kedua pengaruh jenis pupuk terhadap pertumbuhan cabai rawit.

1.3 Identifikasi Variabel

1.3.1 Variabel Bebas

a) Variabel bebas : tanah dan pupuk.


b) Definisi operasional variabel bebas :
Jenis tanah dibedakan pada setiap pot yang telah diisi biji tanaman
cabai rawit. Tanah yang digunakan berjenis tanah gembur, pasir dan
lumpur.
Jenis pupuk yaitu NPK dan pupuk kandang.

1.3.2 Variabel Kontrol

a) Variabel kontrol :
- Intensitas cahaya
- Suhu
- Jenis tanaman cabai
- Kelembapan
- Air
b) Definisi operasional variabel kontrol : semua variabel kontrol
diperlakukan sama.

1.3.3 Variabel Terikat

a) Variabel Terikat : kecepatan pertumbuhan tanaman cabai rawit

b) Definisi operasional variabel terikat : pertumbuhan tanaman cabai


rawit diukur setiap hari menggunakan mistar.

1.4 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat menarik suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah jenis tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai rawit?
2. Apakah jenis pupuk mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai rawit?

2
1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian
a) Manfaat Penelitian
Melatih cara berpikir kritis dan ilmiah serta mengasah kemampuan
bereksperimen secara ilmiah.
b) Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh jenis tanah dan jenis air terhadap
pertumbuhan tanaman cabai rawit.

1.6 Lokasi dan Waktu Kegiatan


a) Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Majasem, Cirebon
b) Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan dimulai pada hari Sabtu, 24 mei 2014

1.7 Hipotesa
Jenis tanah dan jenis pupuk mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai
rawit.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan tumbuhan adalah


pertambahan ukuran (massa,panjang) secara kuantitatif yang dihasilkan dari
pertambahan jumlah sel dan bersifat irreversible (tidak dapat kembali).
Perkembangan adalah proses menuju kedewasaaan secara kualitatif terhadap
pengembangan tubuh organisme.

Cabai rawit atau cabai kathur, adalah buah dan tumbuhan anggota
genusCapsicum, dengan kerajaan plantae termasuk kedalam family solanaceae
dan termasuk spesies frutescens. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer
sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia
dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipinasiling labuyo, dan di
Thailandphrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang
menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris
ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird's eye chili pepper. Buah cabai rawit
berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya
lebih kecil daripada varietas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena
kepedasannya mencapai 50.000 - 100.000 pada skala Scoville.

Cabai rawit (Capsicum frutescen) ditemukan oleh suku Indian, Amerika


Selatan, sebelum abad ke-16. Setelah itu bangsa Portugis dan Spanyol gencar
memperdagangkan komoditi ini ke seantero dunia. Perkembangan pengobatan
dengan menggunakan cabai berukuran kecil ini sebenarnya sudah lama terjadi.
Penelitian modern tentang penggunaan cabai rawit sebagai obat dilakukan
pertama kali oleh seorang ahli botani bernama John Gerard, penulis buku History
of Herbal, pada tahun 1597. Lalu, pada tahun 1652, Dr. Nicholas Culpeper,
alumnus Cambridge University, Inggris, melakukan penelitian yang sama. Ia
menyebutkan bahwa cabai rawit dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi,
melancarkan pencernaan dan urin, serta mengeluarkan batu ginjal. Seorang ahli
tanaman obat dan pengobat tradisional dari AS, Dr. John R. Christopher,

4
menjelaskan bahwa cabai rawit memiliki banyak kegunaan yang belum diketahui
oleh masyarakat. Ketidaktahuan tersebut terjadi karena persepsi masyarakat yang
menganggap cabai rawit sangat pedas dan menjadi berbahaya jika digunakan
sebagai obat. Itu sebabnya, penggunaan cabai rawit lebih berkembang sebagai
bumbu masakan dibandingkan dengan untuk pengobatan.

Zat Kandungan Pada Cabe Rawit Kandungan cabai rawit yang kerap
digunakan sebagai obat adalah capsaicin. Sifat dari zat yang tidak larut dalam air
ini memberikan rasa pedas dan panas yang tak hanya dapat dirasakan tubuh, tapi
juga kulit. Zat tersebut memiliki kekuatan untuk mengontrol rasa sakit. Rasa
panas ini, dalam beberapa literatur disebutkan akan memberikan efek pada
jaringan yang berhubungan langsung dengan zat P dan mencegah akumulasi dari
zat tersebut. Zat P ini berfungsi sebagai pemberi pesan rasa sakit dalam tubuh
kepada saraf penerima yang kemudian disampaikan kepada otak. Makanya,
aktivitas capsaicin dalam mengobati rasa sakit cukup baik. Sebab, zat ini hanya
berpengaruh pada satu jenis saraf penerima rasa sakit saja. Memicu Endorphin Di
sisi lain, capsaicin juga bisa memicu pembentukan hormon endorphin yang
diproduksi oleh otak. Hormon endorphin akan terbentuk bila tubuh berada dalam
kondisi bahagia atau senang. Keluarnya hormon tersebut akibat suatu rangsangan
secara tidak langsung dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Pada saat inilah
reseptor pada saraf dapat memberikan rasa nyaman pada bagian tubuh yang sakit.
Itu sebabnya, dalam buku panduan tentang tanaman obat karangan James A.
Duke, Ph.D., disebutkan bahwa capsaicin telah terbukti efektif dalam
menghilangkan rasa sakit. Pada penelitian lain disebutkan, selain baik untuk
menghilangkan rasa nyeri akibat sakit kepala, capsaicin juga berguna untuk
mengatasi arthritis atau radang sendi. Penggunaan cabai rawit sebagai pengobatan
tradisional telah dikenal di Cina, India, Jepang, dan Korea. Di Cina dan Jepang,
ramuan cabai rawit digunakan sebagai stimulan bagi orang yang mengalami
gangguan pencernaan. Pada orang dengan gangguan pencernaan, cabai rawit akan
meringankan keluhan tersebut dengan merangsang jalan kelenjar saliva (air liur)
dan sekresi pada perut. Capsaicin dipercaya membentuk kembali jaringan pada
perut dan membantu gerakan peristaltik pada usus besar dengan menstimulasi
sekresi lambung. Dengan begitu, tubuh dapat membuang sisa makanan hasil

5
pencernaan dengan lancar dan membentuk asam hidroklorit guna mencerna
sarinya.

Namun selain itu cabai rawit juga dapat melancarkan sirkulasi darah dan
meredakan pembengkakan yang terjadi pada pembuluh darah vena. Pembuluh
darah vena berbeda dengan arteri yang memiliki diameter yang lebih sempit,
sehingga lebih mudah menjadi bengkak. Tanaman ini dapat pula mencegah
pembekuan darah karena bersifat antikoagulan. Mencegah Serangan Jantung
Karena mengandung vitamin C serta bioflavonoid, seperti yang dikatakan Dr.
Richard Schzul, pengajar pada School of Natural Healing di Springville, Amerika
Serikat, cabai rawit dapat mencegah serangan jantung. Dua kandungan tersebut
mampu memperkuat dinding pembuluh darah vena serta dapat mengembalikan
elastisitas pembuluh darah.

Menurut beberapa penelitian, pencegahan terhadap serangan jantung lewat


cabai rawit ini sama baiknya dengan pengobatan modern. Dengan cabai rawit,
rasa sakit pada angina pectoris saat otot jantung kekurangan darah, dapat hilang.
Capsaicin dapat dengan mudah masuk ke meridian jantung, lalu memompa darah
dan nutrisi ke otot jantung. Itu berarti cabai rawit memiliki kandungan nutrisi
yang baik untuk kesehatan jantung. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada
Journal of Idaho Observer pada bulan Mei 2003 oleh para dokter di Pantai Barat
Amerika membuktikan bahwa sebuah jaringan di jantung dapat hidup dan terus
berkembang hanya dengan pemberian ekstrak cabai rawit.

Menurut Wahyu Suprapto, seorang ahli tanaman obat, ekstrak cabai rawit
bisa didapat melalui proses penghalusan menggunakan blender Tapi
bagaimanapun juga jika kita mengkonsumsi berlebihan maka bukan sembuh dari
penyakit tapi malah akan menimbulkan penyakit seperti sakit perut dan sariawan,
jadi konsumsilah secukupnya.

6
Selain itu manfaat lain yang sangat berguna bagi manusia dari tanaman
cabai rawit ini diantaranya :

 Mengandung vitamin C yang lebih tinggi daripada kandungan vitamin C


yang ada pada buah jeruk, bahkan kandungan yang ada pada cabai rawit
ini 3 kali lipat daripada buah jeruk.
 Mengobati batuk berdahak, karena dalam cabai rawit terdapat kandungan
zat yang bersifat tonik.
 Membantu pembakaran zat makanan, khususnya lemak dan kolesterol.
Sehingga bagi mereka yang sedang menjalankan program pengendalian
berat badan sangat disarankan untuk menyantap cabai rawit ini.

7
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama (spesies)


yang hidup di tempat yang sama dan memiliki kemampuan bereproduksi di
antara sesamanya.

Populasi = Tanaman cabai

3.2 Sample

Sample merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang


sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu
sendiri.

Sample = Tanaman cabai rawit

3.3 Variabel
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas : tanah dan pupuk.

3.3.2 Variabel Kontrol


Variabel kontrol :
- Intensitas cahaya
- Suhu
- Jenis tanaman cabai
- Kelembapan
- Air

3.3.3 Variabel Terikat

Variabel Terikat : kecepatan pertumbuhan tanaman cabai rawit

8
3.4 Langkah – langkah Penelitian

3.4.1 Alat dan Bahan


3.4.1.1 Alat
 Pot
 Sekop
 Penggaris
 Alat tulis
 Benang
3.4.1.2 Bahan
 Biji cabai rawit
 Tanah (gembur, lumpur dan pasir)
 Pupuk (NPK dan pupuk kandang)
 Air
3.4.2 Cara kerja

3.4.2.1 Cara menanam cabai rawit dimedia tanah gembur :


1. Sediakan 2 buah pot yang telah dilubangi
2. Masukkan kedalam pot pertama tanah gembur yang telah
dicampur dengan pupuk NPK dan pot yang kedua diisi tanah
yang telah dicampur dengan pupuk kandang.
3. Bibit cabai rawit di celupkan ke dalam hormon atonic
4. Setelah itu bibit di taburkan diatas tanah gembur tersebut
5. Siram setiap pagi dan sore hari

3.4.2.2 Cara menanam cabai rawit dimedia pasir:

1. Sediakan 2 buah pot yang telah dilubangi


2. Masukkan kedalam pot pertama pasir yang telah dicampur
dengan pupuk NPK dan pot yang kedua diisi tanah yang telah
dicampur dengan pupuk kandang.
3. Bibit cabai rawit di celupkan ke dalam hormon atonic
4. Setelah itu bibit di taburkan diatas tanah gembur tersebut
5. Siram setiap pagi dan sore hari

9
3.4.2.3 Cara menanam cabai rawit dimedia lumpur :

1. Sediakan 2 buah pot yang telah dilubangi


2. Masukkan kedalam pot pertama lumpur yang telah dicampur
dengan pupuk NPK dan pot yang kedua diisi tanah yang telah
dicampur dengan pupuk kandang.
3. Bibit cabai rawit di celupkan ke dalam hormon atonic
4. Setelah itu bibit di taburkan diatas tanah gembur tersebut
5. Siram setiap pagi dan sore hari

10
BAB IV

DATA HASIL PENGAMATAN

Hari penanaman (24 Mei 2014)dengan 6 pot yang ditanami cabai rawit.

Hari pertama (25 Mei 2014) : belum ada perubahan


Hari kedua (26 Mei 2014) : belum ada perubahan
Hari ketiga (27 Mei 2014) : sudah ada perubahan, sudah mulai
tumbuh tunas biji
Hari keempat (28 Mei 2014) : pertumbuhan tunas mulai memanjang
Hari kelima (29 Mei 2014) : terus mengalami pemanjangan tunas
Hari keenam (30 Mei 2014) : sudah mulai pertumbuhan batang dan
daun yang sangat cepat
pertumbuhannya.
Hari ketujuh /seminggu (31 Mei 2014) : pada tanaman cabe rawit saat
memasuki umur seminggu sudah
terlihat perpanjangan batang serta
daun.

Tabel Pengamatan
 Tabel pengukuran pertumbuhan tanaman cabe rawit setelah penanaman
dengan media tanah gembur dan menggunakan pupuk kandang.

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pertumbuhan - - 0,2cm 0,5cm 0,8cm 1cm 2,3cm 3,1cm 4,3cm 4,9cm

11
 Tabel pengukuran pertumbuhan tanaman cabe rawit setelah penanaman
dengan media pasir menggunakan pupuk NPK

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pertumbuhan - - - - 0,1cm 0,4cm 0,7cm 0,9cm 1,1cm 1,4cm

 Tabel pengukuran pertumbuhan tanaman cabe rawit setelah penanaman


dengan media lumpur menggunakan pupuk NPK

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pertumbuhan - - - - - 0,2cm 0,4cm 0,8cm 1,3cm 1,7cm

12
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
tanaman cabe rawit pada tanah gembur yang dicampur dengan pupuk kandang
lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan denngan menggunakan media tanah
lumpur dan pasir yang hanya diberi pupuk NPK.
Pada tahap pertumbuhan cabe rawit membutuhkan cahaya untuk proses
pertumbuhannya. Dalam menanam tanaman cabai rawit harus memilih biji yang
unggul juga dilengkapi dengan perawatan yang baik. Seperti penyiraman dengan
air serta pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang.

13

Anda mungkin juga menyukai