HIDROLISIS
1. Definisis hidrolisis ?
2. Gugus fungsi yang mudah mengalami hidrolisis ?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis ?
4. Cara pencegahan dan solusi hidrolisis ?
5. Contoh obat yang mengalami hidrolisis ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. HIDROLISIS
1. Definisi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O)
menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH-) melalui suatu
proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk memecah polimer
tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh bertahap (step-
growth polimerization) (Cairns, 2004).
Hidrolisis ester dan amida terjadi sebagai serangan nukleofilik pada
karbon gugus karbonil dan pemecahan lebih lanjut ikatan tunggal karbon-
oksigen atau karbon-nitrogen. Karbon pada gugus karbonil lebih positif
daripada yang diperkirakan akibat tingginya elektronegativitas oksigen yang
didekatnya. Pembagian elektron-elektron ikatan yang tidak seimbang
menyebabkan terjadinya polarisasi ikatan sehingga karbon bermuatan
positifparsial (δ+) , sedangkan oksigen bermuatan negattif parsial (δ-)
(Prayoga, 2009).
Reaksi hidrolisis berjalan cukup lambat, tetapi dengan adanya asam
atau basa, laju reaksi meningkat dan dapat terjadi dekomposisi yang
signifikan. Harus diingat bahwa setiap obat merupakan amin, yang bisa
dibuat menjadi terlarutkan air melalui pembentukan garam kloridanya.
Garam-garam basa lemah dan asam mineral kuat bersifat asam melalui
hidrolisis parsial dan H+ yang terbentuk melalui hidrolisis garam dapat
mengkatalisis reaksi hidrolisis di dalam obat itu sendiri. Sama halnya
dengan obat-obatan yang merupakan garam asam lemah dengan basa kuat
bersifat basa di dalam larutan dan OH- yang dihasilkan melalui hidrolisis
parsial garam tersebut dapat bertindak sebagai katalis dan menyebabkan
terjadinya dekomposisi. Mekanisme hidrolisis dapat dikatalis oleh asam dan
basa (Cairns, 2004).
b. Hidrolisis Amida
Ikatan amida merupakan ikatan yang umum ditemukan dalam
molekul obat. Ikatan amida kurang rentan mengalami hidrolisis
dibanding ikatan ester karena karbon karbonil pada amida kurang
elektrofilik (ikatan karbon dengan nitrogen dianggap sebagai ikatan
ganda) dan gugus amin sebagai leaving group, merupakan leaving group
lemah. Obat-obatan seperti paracetamol, kloramfenikol, linkomisin,
indometacin, dan sulfacetamida semuanya dikenal menghasilkan amina
dan asam melalui reaksi hidrolisis (Yoshioka, 2002).
c. Hidrolisis β-Laktam
Antibiotik golongan laktam seperti penisilin dan sefalosporin, yang
merupakan amida siklis atau laktam, mengalami pemecahan cincin siklik
karena reaksi hidrolisis(Yoshioka, 2002).
5. Solusi Hidrolisis
a. Formulasi obat pada pH stabilitas optimum
b. Penambahan pelarut non air
c. Mengontrol kadar air
d. Obat dibuat dalam bentuk sediaan solid (padat) (Yoshioka, 2002).
Reaksi Hidrolisis terjadi ketika suatu asam bertemu dengan basa yang
akan menghasilkan garam dan air yang merubah pH dari campuran tersebut.
Dalam reaksi hidrolisis, terjadi penarikan H+ dan OH- dari senyawa asam dan
basa. H+ dan OH- berikatan menjadi air. Sedangkan pembentuk senyawa asam
dan basa yang lain bersatu membentuk dari garam campuran asam basa
tersebut. Garam tersebut dapat bersifat asam atau basa atau netral tergantung
dari sifat-sifat para campurannya apakan asam kuat, asam lemah, basa kuat,
basa lemah (Prayoga, 2009).
Contohnya ketengikan disebabkan oleh adanya perubahan yang terjadi
dari reaksi dengan oksigen di udara sehingga disebut ketengikan oksidatif. Off
flavour dihasilkan oleh reaksi hidrolisis yang dikatalis oleh enzim sehingga
disebut ketengikan hidrolisis. Reaksi hidrolisis dan efek absorpsi dapat
dikurangi dengan penyimpanan dingin, transportasi yang baik, pengemasan
yang hati-hati dan sterilisasi sementara ketengikan oksidatif tidak dapat
dikurangi dengan merendahkan temperatur ruang penyimpanan (Prayoga,
2009).
Pada reaksi hidrolisis akan dihasilkan gliserida dan asam lemak bebas
dengan rantai pendek (C4 - C12). Akibat yang ditimbulkan dari reaksi ini
adalah terjadinya perubahan bau dan rasa dari minyak atau lemak, yaitu
timbulnya rasa tengik. Ketengikan hirdrolisis disebabkan oleh hidrolisis
trigliserida, adanya uap air dan pembebasan asam lemak bebas. Dalam reaksi
hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini
terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut
(Djatmiko dan Pandjiwidjaja, 1984).
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang
disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh proses otooksidasi radikal
asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Otooksidasi dimulai dengan
pembentukan faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya,
panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat, dan enzim-
enzim lipoksidase (Prayoga, 2009).
6
O
OH C
O
CH3 C O C CH3
+ O H2SO4 + CH3COOH
COOH CH3 C
O COOH
4. Ceftazidime
Ceftazidime merupakan turunan sefalosporin generasi ketiga.
Ceftazidime memiliki spektrum aktivitas yang luas, dan peningkatan
aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa. Obat ini biasanya digunakan
untuk pengobatan infeksi saluran empedu, tulang dan persendian, cystic
fibrosis (infeksi saluran pernafasan), endophthalmitis, infeksi saluran nafas
akut, melioidosis, meningitis, peritonitis, pneumonia, dan infeksi saluran
kemih. Namun seperti turunan sefalosporin lainnya, ceftazidime relatif tidak
stabil dalam media air. Gugus β-laktam tidak stabil dalam air karena rentan
terhidrolisis baik dengan katalis asam ataupun basa (Servais, 2001).
Gambar 9. Stabilitas ceftazidime dengan variasi suhu. (A) pengaruh waktu inkubasi
(larutan 12 %). (B) pengaruh kadar obat dalam larutan (24 h). (C) pengaruh pH
(larutan 12 %, inkubasi 24 h).
II
III IV
Gambar 13. Profil laju pH hidrolisis diazepam pada suhu 800C = 1,0
15
Gambar 14. Plot Arrhenius hidrolisis diazepam pada pH 0,93 . Tanda panah
berdiri menunjukkan titik suhu kamar
d
D Polietilen glikol 200 - 23,3e 8
40%
Etanol 10%
Benzil alkohol 1,5%
Asam benzoat 0,2%
Natrium benzoat 9,8%
Air secukupnya (q.s)
Keterangan :
d : tidak diberikan
Gambar 15. Plot arrhenius untuk degradasi diazepam dalam sistem pelarut
yang terdiri atas propilen glikol 40% , etanol 10%, benzil alkohol 1,5%, dan
air secukupnya. Tanda panah menunjukkan titik suhu kamar. Waktu paruh
diazepam 20 – 100 jam. ( untuk metabolit aktif, yaitu antara 36 – 200 jam ).
17
Gambar 21. Reaksi hidrolisis enalapril maleat pada suasana basa (eksipien
basa)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSAKA
Al- Omari, M.M., M.K Abdelah, A.A. Badwan, and A.M.Y. Jaber. 2000. Effect of
the drug matrix on the stability of enalapril maleate in tablet formulations.
Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis 25 (2001) 893-902.
Cairns, Donald, 2004, Intisari Kimia Farmasi, EGC, Jakarta.
Connors, K.A, 1992, Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, jilid 1, Penterjemah:
Drs. Didik Gunawan, IKIP Press, Semarang.
Djatmiko, B dan A. Pandjiwidjaja, 1984, Tehnologi Minyak dan Lemak I, IPB,
Bogor.
Gisvold, Wilson, 1982, Kimia Farmasi dan Medicine Organik Edisi VIII Bagian
II, Semarang Press, Semarang.
Harkness, Richard, 1989, Interaksi Obat, Bandung, ITB Press.
Hoffmann-La Roche, 2008, Product Monograph Valium (Diazepam),
Meadowpine Boulevard, Mississauga, Ontario.
Prayoga, K.J, 2009, Stabilitas Obat, Universitas Udayana, Bali.
Ragno G.A, dkk, 2006, Photo-and Thermal –Stability Studies on Benzimidazol
Anthelmintics by HPLC and GCMS, Chem. Pharm, Bull, 54(6) 802-806.
Servais, H and Paul M. Tulkens, 2001, Stability and Compatibility of Ceftadizim e
administered by Continous Infusion to Intensive care Patient. America n
Society for Microbiology, Antimicrobial Agents And Chemotherapy, p.26
43-2647 Vol. 45, No.9.
Shaikh, R.H, and Ali A.S 1996. Stability Of Pharmaceutical Formulations,
Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences Vol.9(2), July 1996, pp.83-86.
Yoshioka S and VJ Stella, 2002, Stability of Drugs and Dossage Form, New
York, Boston, Dordecht, Lond on, Moscow : kluwer Academic Publisher.