PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Degradasi kimia atau fisika dari komponen obat-obatan
kemungkinan dapat mengubah efek farmakologis obat tersebut,
menghasilkan perubahan efikasi dan resiko terjadinya toksisitas.
Sediaan farmasi yang digunakan dalam terapi penyakit tertentu
didasarkan atas efikasi dan keamanannya, sediaan tersebut harus stabil
dengan kualitas terjaga hingga waktu penggunaannya atau hingga
tanggal kadaluarsa yang ditetapkan. Sehingga pengetahuan akan faktor-
faktor yang mempengaruhi stabilitas obat-obatan dan pengatasannya
merupakan jaminan dalam menjaga kualitas obat (Yoshioka, 2002).
Berkurangnya kadar obat karena reaksi kimia yang menyebabkan
penurunan protein obat merupakan hal yang paling dimengerti dan
paling banyak dipelajari tentang ketidakstabilan obat. Salah satu reaksi
kimia yang menyebabkan degradasi obat-obatan adalah reaksi
hidrolisis. Hidrolisis merupakan suatu proses solvolisis dimana molekul
obat bereaksi dengan molekul air menghasilkan produk pecahan dari
konstitusi kimia yang berbeda. Obat-obatan dengan gugus ester dan
amida merupakan yang paling rentan mengalami reaksi hidrolisis
(Yoshioka, 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian degradasi hidrolisis?
2. Gugus fungsi yang mudah mengalami hidrolisis?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis ?
4. Mekanisme degradasi hidrolisis terjadi?
5. Contoh obat yang mengalami hidrolisis?
6. Apa akibat dari degradasi hidrolisis?
7. Cara pencegahan dan solusi hidrolisis?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
asam lemah dengan basa kuat bersifat basa di dalam larutan dan OH-
yang dihasilkan melalui hidrolisis parsial garam tersebut dapat
bertindak sebagai katalis dan menyebabkan terjadinya dekomposisi.
Mekanisme hidrolisis dapat dikatalis oleh asam dan basa
(Cairns,2004).
1. Hidrolisis Ester
Banyak obat-obatan mengandung gugus ester. Gugus ini
biasanya dibentuk dari asam karboksilat, karbomat, sulfomat
dengan berbagai jenis alkohol. Gugus ini terhidrolisis melalui
reaksi nukleofilik attack dari ion hidroksida di dalam air
(Yoshioka,2002).
3
adanya muatan pada atom C tetangga. Laju hidrolisis dari semua
jenis ester yang berikatan dengan poli (butilen tartrat) tidaklah
sama. Ikatan ester yang berdekatan dengan muatan negatif
kurang reaktif untuk menyebabkan serangn ion hidroksida
daripada gugus ester yang berjauhan dengan muatan negatif
karboksilat (Yoshioka,2002).
2. Hidrolisis Amida
Ikatan amida merupakan ikatan yang umum ditemukan
dalam molekul obat. Ikatan amida kurang rentan mengalami
hidrolisis dibanding ikatan ester karena karbon karbonil pada
amida kurang elektrofilik (ikatan karbon dengan nitrogen
dianggap sebagai ikatan ganda) dan gugus amin sebagai leaving
group, merupakan leaving group lemah. Obat-obatan seperti
paracetamol, kloramfenikol, linkomisin, indometacin, dan
sulfacetamida semuanya dikenal menghasilkan amina dan asam
melalui reaksi hidrolisis (Yoshioka,2002).
3. Hidrolisis β-Laktam
4
Antibiotik β-Laktam termasuk penisilin dan safalosporin,
mengalami reaksi hidrolisis yang cepat dibanding senyawa amida
lainnya. Hal ini paling banyak disebabkan faktor elektronik,
konformasi rantai cincin (cincin 4 inti bergabung dengan cincin
5/6 inti), dan karakter ikatan ganda yang lebih rendah diantara
karbon pada karbonil dengannitrogen amida (Yoshioka, 2002).
Pemecahan cincin β-Laktam merupakan reaksi hidrolisis
dengan katalis basa oleh air. Kemungkinan melibatkan reaksi
elektrofilik pada gugus karbonil dan nukleofilik pada atom
nitrogen pada cincin β-Laktam (Servais, 2001). Turunan asam
karboksilat seperti amida diketahui rentan terhadap serangan
bahan-bahan nukleofilik. Nukleofilik dan basa dapat bertindak
sebagai salah satu katalis pemindahan hasil pada pecahnya cincin
β-Laktam (Connor, 1992).
5
D. Mekanime Reaksi Hidrolisis
Reaksi Hidrolisis terjadi ketika suatu asam bertemu dengan basa
yang akan menghasilkan garam dan air yang merubah pH dari
campuran tersebut. Dalam reaksi hidrolisis, terjadi penarikan H+ dan
OH- dari senyawa asam dan basa. H+ dan OH- berikatan menjadi air.
Sedangkan pembentuk senyawa asam dan basa yang lain bersatu
membentuk dari garam campuran asam basa tersebut. Garam tersebut
dapat bersifat asam atau basa atau netral tergantung dari sifat-sifat para
campurannya apakan asam kuat, asam lemah, basa kuat, basa lemah
(Prayoga, 2009).
Contohnya ketengikan disebabkan oleh adanya perubahan yang
terjadi dari reaksi dengan oksigen di udara sehingga disebut ketengikan
oksidatif. Off flavour dihasilkan oleh reaksi hidrolisis yang dikatalis
oleh enzim sehingga disebut ketengikan hidrolisis. Reaksi hidrolisis dan
efek absorpsi dapat dikurangi dengan penyimpanan dingin, transportasi
yang baik, pengemasan yang hati-hati dan sterilisasi sementara
ketengikan oksidatif tidak dapat dikurangi dengan merendahkan
temperatur ruang penyimpanan (Prayoga, 2009).
Pada reaksi hidrolisis akan dihasilkan gliserida dan asam lemak
bebas dengan rantai pendek (C4 - C12). Akibat yang ditimbulkan dari
reaksi ini adalah terjadinya perubahan bau dan rasa dari minyak atau
lemak, yaitu timbulnya rasa tengik. Ketengikan hirdrolisis disebabkan
oleh hidrolisis trigliserida, adanya uap air dan pembebasan asam lemak
bebas. Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan
kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat
sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut (Djatmiko dan
Pandjiwidjaja, 1984).
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa
tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh proses
otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Oto oksidasi
dimulai dengan pembentukan faktor-faktor yang dapat mempercepat
6
reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida,
logam-logam berat, dan enzim- enzim lipoksidase (Prayoga, 2009).
Penisilin asampenisiloat
7
Antibiotik penisilin dan sefaloporin tidak cukup stabil untuk
disediakan dalam bentuk terlarut di dalam larutan berair. Kedua
antibiotika tersebut tersedia dalam bentuk serbuk kering, yang
direkonstitusi sesaat sebelum disalurkan oleh farmasis. Larutan
(suspensi) yang disalurkan harus disimpan didalam lemari es dan
dibuang setelah 7 hari. Produk cincin terbuka (asam penisiloat) tidak
aktif sebagai antibiotika (Cairns, 2004).
Kloramfenikol
Kloramfenikol mempunyai rumus kimia yang cukup sederhana
yaitu 1-(p- nitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol.
8
6. Pada suhu 25 C dan pH 6, memiliki waktu paruh hampir 3
tahun. Yang menjadi penyebab utama terjadinya degradasi
kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrolitik pada
lingkaran amida. Laju reaksinya berlangsung di bawah orde pertama
dan tidak tergantung pada kekuatan ionik media (Connors, 1992).
Berlangsungnya hidrolisis kloramfenikol terkatalisis asam
umum atau basa umum, tetapi pada kisaran pH 2 sampai 7, laju
reaksinya tidak tergantung pH. Spesies pengkatalisasi adalah asam
umum atau basa umum yang terdapat pada larutan dapar yang
digunakan; khususnya pada ion monohidrogen fosfat, asam asetat
tidak terdisosiasi, serta ion asam monohidrogen dan dihidrogen sitrat
dapat mengkatalisis proses degradasi. Di bawah pH 2, hidrolisis
terkatalisis ion hidrogen spesifik memegang peranan besar pada
terjadinya degradasi kloramfenikol. Obat ini sangat tidak stabil
dalam suasana basa, dan reaksinya terlihat terkatalisis baik asam
maupun basa spesifik (Connors,1992).
Jalur utama degradasi kloramfenikol adalah hidrolisis ikatan
amida, membentuk amida yang sesuai dan asam dikloroasetat
(Connors, 1992).
9
kloramfenikol tidak tergantung kekuatan ionik, dan tidak
terpengaruh oleh konsentrasi ion dihidrogen fosfat, dengan
demikian aktivitas katalisisnya dianggap berasal dari aksi ion
monohidrogen fosfat sebagai katalisis basa umum. (Connors,
1992).
Aspirin
Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi.
Sebagaimana bentuk ester aromatik pada umumnya. Aspirin
mempunyai gugus rawan yang sangat peka, dengan kata lain,
aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh hidrolisis dan proses
pemindahan hasil yang lain, profil laju pH nya terkesan sebagai
reaksi hidrolisis terhatifis asam spesifik dan basa spesifik.
Ditambah bentuk kurva yang sigmoid sebagai hasil dari hidrolisis
antar aspirin (Gisvold, wilson 1982).
Aspirin merupakan senyawa bersifat asam yang dapat
disintetis dari asam salisilat yang diisolasikan dengan asetil
klorida atau anhidrida asam asetat yang persamaan reaksi
kimianya (Gisvold, wilson 1982).
Ceftazidime
Ceftazidime merupakan turunan sefalosporin generasi
ketiga. Ceftazidime memiliki spektrum aktivitas yang luas, dan
peningkatan aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa. Obat ini
biasanya digunakan untuk pengobatan infeksi saluran empedu,
tulang dan persendian, cystic fibrosis (infeksi saluran pernafasan),
endophthalmitis, infeksi saluran nafas akut, melioidosis,
meningitis, peritonitis, pneumonia, dan infeksi saluran kemih.
Namun seperti turunan sefalosporin lainnya, ceftazidime relatif
tidak stabil dalam media air. Gugus β-laktam tidak stabil dalam
air karena rentan terhidrolisis baik dengan katalis asam ataupun
basa (Servais, 2001).
10
Gambar 8. Struktur molekul ceftazidime
11
pemberiaan ini untuk menjaga suhu ruang tetap sejuk atau jika
menggunakan pompa bermotor pasien hendaknya menghindari
aktivitas berlebih di ruang terbuka terutama pada saat musim panas.
Kecepatan hidrolisis ceftazidime pada larutan dengan pH yang
berbedamenunjukkan laju reaksi semakin menigkat seiring
peningkatan pH. Menurut Servais (2001) pH dari larutan tidak boleh
lebih dari 10, pada pH tersebut terjadi degradasi dengan sangat cepat
(Gambar 9 C). Akumulasi dari produk alkali hasil degradasi
kemungkinan menyebabkan peningkatan pH sehingga meningkatkan
laju hidrolisis (Al- Omari,dkk,2000).
12
dikarenakan terjadinya tumbukan intra dan intermolekuler. Semakin
banyak molekul dalam larutan semakin besar pula kemungkinan
terjadinya tumbukan yang akan meningkatkan laju degradasi
(Servais, 2001).
Diazepam
13
Gambar 11. Struktur Kimia Diazepam
I
I
14
II
III IV
15
diazepam oleh hidrolisis dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
16
farmasinya juga bersifat tidak stabil, terutama terhadap
kelembaban dan suhu. Berdasarkan struktur kimia dari quinapril
hidroklorida :
17
Al-Omari (2000) melakukan uji stabilitas enalapril maleat
dalam eksipien yang berbeda yaitu eksipien yang bersifat asam
(asam palmitat trigliserida) dan eksipien yang bersifat basa
(sodium bikarbonat) terhadap pengaruh pH dan kelembaban.
Enalapril maleat dalam bentuk tunggal atau dengan adanya asam
palmitat trigliserida bentuk degradan yang utama adalah 21%
diketopiperazin sedangkan bentuk lainnya 2,6% enalaprilat melalui
reaksi dehidrasi dan dilanjutkan dengan intramolekul siklisasi.
Kemungkinan degradasi yang terjadi disebabkan oleh interaksi
antara zat aktif (enalapril maleat) dengan eksipiennya. Sedangkan
enalapril maleat dalam eksipien basa (sodium bikarbonat)
menghasilkan degradan utama enalaprilat (14,9%) dan
diketopiperazin dalam konsentrasi yang lebih kecil (0,1%) melalui
reaksi hidrolisis. Dimana reaksi hidrolisis ini terjadi pada gugus
ester yang terdapat dalam enalapril maleat menjadi gugus asam
karboksilat (enalaprilat) kemungkinan disebabkan serangan
nukleofilik katalis basa. Dalam reaksi ini, yang menjadi ujung
tombak adalah ion hidroksida (OH). Gugus asli terpolarisasi karena
oksigen terhadap karbon relatif bersifat elektronegatif. Maka disini
sebagai langkah pertama darireaksi, nukleofil OH akan menyerang
gugus asli atom karbon (Connors, 1992).
18
Gambar : Reaksi hidrolisis enalapril maleat pada suasana basa
(eksipien basa).
19
obat cacingan yang berasal dari golongan benzimidazol yaitu
Albendazol (ALB), Febendazol (FEN), Mebendazol (MEB)
dengan katalis cahaya dan suhu yang ekstrim, dimana ketiga
sampel ini dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut etanol.
Didapatkan hasil bahwa sampel dalam etanolmengalami
hidrolisis terhadap pengaruh cahaya saja (photodegradation) dan
tidak mengalami hidrolisis terhadap pengaruh suhu
(thermaldegradation). Diduga bahwa hidrolisis yang terjadi akibat
adanya pengaruh air dalam pelarut etanol dengan cahaya sebagai
katalis. Adapun tahapan reaksi yang terjadi yaitu pertama-tama
senyawa induk (sampel) mengalami reaksi demetilasi pada gugus
esternya kemudian dilanjutkan dengan terjadinya reaksi
dekarboksilasi (Connors, 1992). Tahapan reaksinya dapat dilihat
pada gambar:
20
G. Cara Mencegah Hidrolisis
1. Mengetahui pH dimana stabilitas maksimumnya
2. Penggunaan larutan dapar pada konstanta seminimal mungkin
3. Penyimpanan dilakukan pada temperatur kamar
4. Mengontrol kadar air
5. Kompleksasi, laju hidrolisis dapat dipengaruhi dengan
pembentukan kompleks.
6. Surfaktan, meningkatkan kestabilan sediaan.
7. Modifikasi struktur kimia, penambahan substituen tertentu
menyebabkan penurunan laju hidrolisis.
8. Garam dan ester, mengurangi kelarutan sediaan melalaui
pembentukan garam atau ester yang sukar larut.
Jenis pelarut, penggantian air sebagian atau seluruhnya dengan
pelarut yang konstanta dielektriknya lebih rendah menyebabkan
kecepatan hidrolisis ester menurun
21
BAB III
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Al- Omari, M.M., M.K Abdelah, A.A. Badwan, and A.M.Y. Jaber. 2000.
Effect of the drug matrix on the stability of enalapril maleate in tablet
formulations. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis 25
(2001) 893-902.
Gisvold, Wilson, 1982, Kimia Farmasi dan Medicine Organik Edisi VIII
Bagian II, Semarang Press, Semarang.
23
Shaikh, R.H, and Ali A.S 1996. Stability Of Pharmaceutical
Formulations, Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences Vol.9(2),
July 1996, pp.83-86.
24