Makalah Sumber Daya Laut
Makalah Sumber Daya Laut
GEOGRAFI
Oleh :
MIFTAHUL JANNAH
SUSANTI AMELIA
HAKKI MATUL HUSNA
DZAKA WALI
KELAS : XI IPS 1
Kawasan pesisir dan laut Indonesia yang beriklim tropis, banyak ditumbuhi hutan
mangrove, terumbu karang, padang lamun (seagrass), dan rumput laut (seaweed).
Dengan kondisi pantai yang landai, kawasan pesisir Indonesia memiliki potensi budidaya
pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar di seluruh wilayah tanah air dan baru
dimanfaatkan untuk budidaya (ikan bandeng dan udang windu) sekitar 356.308 ha
(Ditjen Perikanan 1998). Jika kita dapat mengusahakan tambak seluas 500.000 ha
dengan target produksi 4 ton per ha per tahun, maka dapat diproduksi udang sebesar 2
juta ton per tahun. Dengan harga ekspor yang berlaku saat ini (US$ 10 per kilogram)
maka didapatkan devisa sebesar 20 milyar dolar per tahun. Kondisi perairan yang teduh
dan jernih karena terlindung dari pulau-pulau dan teluk juga memiliki potensi
pengembangan budidaya laut untuk berbagai jenis ikan (kerapu, kakap, beronang, dan
lain-lain), kerang-kerang dan rumput laut, yaitu masing-masing 3,1 juta ha, 971.000 ha,
dan 26.700 ha. Sementara itu, potensi produksi budidaya ikan dan kerang serta rumput
laut adalah 46.000 ton per tahun dan 482.400 ton per tahun. Dari keseluruhan potensi
produk budidaya laut tersebut, sampai saat ini hanya sekitar 35 persen yang sudah
direalisasikan. Potensi sumberdaya hayati (perikanan) laut lainnya yang dapat
dikembangkan adalah ekstrasi senyawa-senyawa bioaktif (natural products), seperti
squalence, omega-3, phycocolloids, biopolymers, dan sebagainya dari microalgae
(fitoplankton), macroalgae (rumput laut), mikroorganisme, dan invertebrata untuk
keperluan industri makanan sehat (healthy food), farmasi, kosmetik, dan industri berbasis
bioteknologi lainnya. Padahal bila dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki
potensi keanekaragaman hayati laut yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia,
pada tahun 1994 sudah meraup devisa dari industri bioteknologi kelautan sebesar 40
milyar dolar (Bank Dunia dan Cida,1995).
2. Degradasi Habitat
Degradasi adalah proses penurunan kualitas. Jadi degradasi habitat adalah proses
penurunan kualitas habitat/tempat tinggal mahluk hidup tertentu. Erosi pantai
merupakan kondisi dimana suatu habitat telah terdegradasi. Erosi pantai dapat dilihat
dari penurunan garis pantai. Erosi pantai terjadi karena proses alami dan tidak
alami. Proses alami terjadi karena adanya arus, angin, hujan, gelombang. Proses
tidak alami terjadi karena kegiatan manusia untuk membuka lahan hutan mangrove,
dan penambangan terumbu karang untuk kepentingan kontruksi jalan dan bangunan.
Kegiatan tersebut bisa menyebabkan degradasi habitat karena fungsi hutan mangrove
dan terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hantaman gelombang dan badai
telah rusak.
Degradasi terumbu karang terjadi karena kebutuhan manusia untuk
mengeksploitasi sumber pangan yaitu ikan-ikan karang, sumber bahan bangunan,
produk perdagangan yaitu ikan-ikan hias, anemon, dan soft coral, dan sebagai obyek
wisata. Sumber protein hewani dapat diperoleh dari ikan. Kebutuhan ini mendorong
manusia untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, yaitu
dengan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan (bom, potas, sianida).
Masuknya zat kimia yang mengendap di permukaan terumbu karang bisa
mengakibatkan pemutihan terumbu karang (Coral Bleaching).
3. Degradasi sumberdaya dan keanekaragaman hayati
Degradasi sumberdaya alam seperti penebangan hutan mangrove, rusaknya
terumbu karang, mengakibatkan hewan-hewan yang hidup di daerah tersebut
berkurang jenisnya dan lama kelamaan punah. Hilangnya jenis-jenis hewan atau
tumbuhan dalam rantai makanan bisa menyebabkan adanya gangguan pada
ekosistem.
Kegiatan reklamasi pantai yang sering dilakukan di wilayah pesisir diperkirakan
dapat merubah struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat menurunkan
keanekaragaman hayati perairan.
UPAYA UNTUK MELESTARIKAN SUMBER DAYA ALAM LAUT
Barangkali perlu kita membuat peraturan bersama de-ngan masyarakat nelayan dan
pesisir menyangkut cagar alam laut guna melindungi laut dan segala isinya, agar mereka
berevolusi secara alamiah.
Barangkali pula perlu membuat peraturan bersama dengan masyarakat nelayan dan
pesisir atau kepulauan untuk suaka alam laut agar semua yang dilindungi dalam wilayah
cagar alam mendapatkan perlindungan dari wilayah suaka alam, yang menjaga ekosistem
di wilayah pantai atau pulau tertentu.
Sumber daya alam di laut kini semakin menjadi rebutan antar bangsa dan negara,
apa lagi di wilayah yang tidak jelas aturan hukumnya. Karena itu barangkali perlu
dipertegas atau diproklamasikan secara mondial zona ekonomi eksklusif kita, agar
daerah-daerah perbatasan dengan negara tetangga semakin jelas status yuridisnya dan
dengan demikian terhindar dari masalah yang bisa muncul dari relasi dengan negara
tertangga.
Seperti aturan pengambilan pasir, kerikil, karang, kima, hu-tan bakau. Bukan hanya
soal larangan tapi pemanfaatannya dan pelestariannya yang mem-butuhkan aturan dan
kerjasa-ma serta kesadaran partisipatif masyarakat, agar tidak ter-jadi pengrusakan,
abrasii dll. Suatu aturan hukum yang bisa memberdayakan masyarakat yang
membutuhkan material-material tersebut untuk pemenuhan kebutuhan kesejahteraan
mereka sekaligus ada upaya pelestarian, pemeliharaan dan perlindungan. Hal ini
dibutuhkan agar tidak terjadi pengurasan sumber-sumber alam laut, yang terdapat di laut
maupun di dasar laut serta di pantai laut.
V. Persoalan Di Laut ternyata bersumber juga di darat.