Anda di halaman 1dari 2

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Resiko syok Setelah dilakukan asuhan NIC: Shock Management 1. Memastikan tanda-tanda vital klien
keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Monitor TTV, tekanan darah masih dalam batas normal.
diharapkan tidak terjadi syok ortostatik, status mental dan urine 2. Memantau perkembangan
atau dapat dikontrol, dengan output pengobatan terhadap suatu jenis
criteria hasil: 2. Monitor nilai laboratorium sebagai penyakit tertentu melalui
NOC label: Cardiopulmonary bukti terjadinya perfusi jaringan yang pemeriksaan yang diperlukan.
Status inadekuat (misalnya peningkatan 3. Mempertahankan atau mengganti
1. Tekanan darah sistolik kadar asam laktat, penurunan pH cairan tubuh yang mengandung : air,
dalam batas normal/90-120 arteri) elektrolit, protein, karbohidrat dan
mmHg (skala 5) lemak; memperbaiki keseimbangan
2. Tekanan darah diastolic 3. Berikan cairan IV kristaloid sesuai asam basa; dan memperbaiki volume
dalam batas normal/< 80 dengan kebutuhan (NaCl 0,9%; RL; komponen darah.
mmHg (skala 5) D5%W) 4. Untuk memulihkan tonus vasomotor
3. Nadi perifer teraba dan dan memperbaiki fungsi jantung,
4. Berikan medikasi vasoaktif
dalam batas normal/60-100 serta dukungan nutrisi untuk
kali per menit (skala 5) 5. Berikan terapi oksigen dan memenuhi kebutuhan metabolic
4. Irama jantung normal (skala ventilasi mekanik yang sering meningkat dalam
5) kondisi syok.
5. Frekuensi napas normal/14- 6. Monitor trend hemodinamik 5. Secara umum untuk mencegah dan
20 kali per menit (skala 5) memperbaiki hipoksia jaringan,
6. Irama pernapasan normal 7. Monitor frekuensi jantung fetal sedangkan tujuan khususnya adalah
(skala 5) (bradikardia bila HR <110 kali/menit) untuk mendapatkan PaO2 lebih dari
7. Output urine dalam batas atau (takikardia bila HR >160 kali per 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%.
normal (skala4) menit) berlangsung lebih lama dari 10 6. Monitoring hemodinamik secara
8. Saturasi oksigen dalam menit invasive adalah untuk deteksi dini
batas normal/> 90% (skala 8. Ambil sampel darah untuk (mengidentifikasi dan intervensi
5) pemeriksaan AGD dan monitor terhadap gejala klinis, seperti gagal
9. Tidak terjadi pucat (skala 4) oksigenasi jaringan jantung dan tamponade); evaluasi
10. Tidak terjadi distensi vena segera dari respons pasien terhadap
leher (skala 5) 9. Monitor status cairan meliputi suatu intervensi seperti obat-obatan
11. Tidak ada edema perifer intake dan output dan dukungan mekanik; evaluasi
(skala 5) efektifitas fungsi kardiovaskuler
10. Lakukan pemasangan kateter
12. Tidak ada edema paru (skala urinaria seperti cardiac output dan index.
5) 7. Memastikan frekuensi jantung dalam
11. Lakukan pemasangan NGT dan batas normal.
monitor residu lambung 8. Untuk mengukur keasaman (pH),
jumlah oksigen, dan karbondioksida
dalam darah. Pemeriksaan ini
digunakan untuk menilai fungsi kerja
paru-paru dalam menghantarkan
oksigen ke dalam sirkulasi darah dan
mengambil karbondioksida dalam
darah. Analisa gas darah meliputi
PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi
O2.
9. Memastikan pasien tidak mengalami
kekurangan atau kelebihan cairan.
10. Kateterisasi perkemihan dilakukan
untuk menghilangkan
ketidaknyamanan karena distensi
kandung kemih; mendapatkan urine
untuk specimen; untuk pengkajian
residu urine; serta penatalaksanaan
pasien yg di rawat karena trauma
medula spinalis, gangguan neuro
muscular, atau inkompeten kandung
kemih, serta pascaoperasi besar.
11. Pemasangan NGT dilakukan untuk
memasukan makanan cair atau obat-
obatan cair.

Anda mungkin juga menyukai