Dosen pengampu :
Ramadhan M.A
Oleh :
17160109703
ACEH TENGAH
2018/2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, ungkapan syukur selalu terucap atas rahmat dan kasih sayang
Allah yang senantiasa diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulisan makalah
ini dapat tertuntaskan pada waktunya.Shalawat dan salam selalu tersampaikan
kepada Nabi Muhammad saw. yang memberikan contoh terbaik dalam berakhlak
dengan akhlak qur‟ani, mudah-mudahan kita bisa meneladaninya sepanjang
hayat.
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………..…………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Ahli Waris……..………………………………………..
1. Pengetian
2. Dasar Hukum Terkait Ahli Waris
3. Yang Menjadi Ahli Waris
B. Kewajiban Ahli Waris terhadap harta peninggalan…………………..
1. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakan jenazah selesai
2. Menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan
termasuk kewajiban pewaris maupun menagih piutang.
3. Menyelesaikan wasiat pewaris
4. Membagi harta warisan diantara ahli waris yang berhak
A. Kesimpulan…………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam telah mengatur berbagai urusan dalam kehidupan manusia terkait aspek
ibadah, baik itu menyangkut hubungan antara hamba dengan Allah maupu
hubungan antara sesama manusia terkhususnya dalam hal waris-mewarisi
hartapeninggalan. Masalah waris-mewarisi ini telah diatur dan dalam pengkajian
Fiqh Mawaris tentunya pembahasan kewarisan ini telah dijelaskan hal-hal
mengenai pembagian warisan kepada para ahli waris maupun kewajiban-
kewajiban yang harus dilaksanakan terkait harta peninggalan ini berdasarkan
sumber hukum yang menjadi patokan utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa sajakah yang dapat menjadi ahli waris ?
2. Bagaimana kewajiban ahli waris terhadap harta peninggalan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ahli Waris
1. Pengertian Ahli Waris
Perihal ahli waris sesuai yang tertera dalam pasal 171 huruf c
Kompilasi Hukum Islam menyebutkan, bahwa ahli waris adalah orang
yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau
hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak
terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
Selain itu, juga disyaratkan dia telah dan masih hidup saat
terjadinya kematian pewaris. Hanya saja apabila dia mempunya, maka
kedudukanya dapat digantikan oleh anaknya, dengan ketentuanantara dia
dengan si pewaris tidak terhalang menurut hukum untuk dapat saling
mewarisi, berdasarkan ketentuan pasal 185 Kompilasi Hukum Islam :
Dalam hal ini termasuk pengertianah ahli waris janin yang telah
hidup dalam kandungan, meskipun kepastiannya baru ada setelah ia lahir
dalam keadaan hidup. Hal itu juga berlaku terhadap seseorang yang belum
pasti kematiannya.
Prof. Dr. Amir syarifuddin mengatakan, bahwa ahli waris ada yang
ditetapkan secara khusus dan langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an dan
Nabi SAW dalam haditsnya, dan yang ditemukan melalui ijtihad dengan
meluaskan lafadz yang terdapat dalam nash hukum dan ada pula yang
dipahami dari petunjuk umu dari Al-Qur’an dan atau hadits Nabi SAW.
Artinya :
bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang telah ditetapkan.
Artinya :
b. Hadits
sebagai berikut :
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1) Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai
hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama
Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.Ahli
waris ada yang ditetapkan secara khusus dan langsung oleh Allah dalam
Al-Qur’an dan Nabi SAW dalam haditsnya, dan yang ditemukan melalui
ijtihad. Ada 25 orang yang menjadi ahli waris, 15 orang dari pihak laki-
laki, dan 10 orang dari pihak perempuan.
a) Ahli waris laki-laki terdiri dari : Anak laki-laki, anak laki-laki
dariketurunan laki-laki dan terus kebawah asal pertaliannya masih
terus lakilaki, bapak, kakek dari pihak bapak, dan terus keatas
pertaliannya yangbelum putus dari pihak bapak, saudara laki-laki seibu
sebapak, saudara lakilaki sebapak saja, saudara laki-laki seseibu saja,
anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak, anak laki-laki dari
saudara laki-laki sebapak, saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak
bapak yang seibu sebapak, saudara laki-laki bapak yang sebapak saja,
anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu
sebapak, anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman sebapak
saja, suami, laki-laki yang memerdekakan budak.
b) Ahli waris perempuan terdiri dari : Anak perempuan, anak perempuan
dari anak laki-laki seterusnya kebawah asal pertaliannya dengan yang
meninggal masih terus laki-laki, ibu, ibu dari bapak, ibu dari ibu keatas
pihak ibu sebelum berselang laki-laki, saudara perempuan yang seibu
sebapak, saudara perempuan yang sebapak, saudara perempuan yang
seibu, isteri, perempuan yang memerdekakan budak
Basyir, Azhar Ahmad. 2001. Hukum Waris Islam Edisi Evisi. Cet.15.
Yogyakarta: UII Press.
Qohar, Adnan dkk. 2011. Hukum Kewarisan Islam, Keadilan, Dan Metode
Praktis Penyelesaiannya. Cet.1. Yogyakarta: Pustaka Biru.
Rasjid, Sulaiman. 2016. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Cet.73. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.