UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh:
Dosen Pembimbing:
Dr. Adilla Kasni Astiena, MARS
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat dan karunia yang telah diberikan
oleh Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini ditulis sebagai tugas pada mata kuliah Manajemen Administrasi Rumah
Sakit di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas Padang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Dr. Adilla Kasni Astiena,
MARS sebagai dosen pembimbing dan teman-teman yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini serta semua pihak yang telah membantu kelancaran
pembuatan makalah ini.
Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan segenap kemampuan dan
pikiran, namun penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar makalah ini dapat mencapai kesempurnaan dan dapat
bermamfaat bagi pembaca.
Penulis
1
2
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................................3
2.6.3 Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan
Anggota Tim.......................................................................................................12
BAB 3 : PENUTUP....................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................18
3.1 Saran.................................................................................................................18
3
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
4
Perawatan rawat inap mulai dikenal sejak tahun 230 Masehi di India dimana
Asoka yang Agung mendirikan 18 rumah sakit. Bangsa Romawi juga mengadopsi
konsep rawat inap dengan membangun sebuah kuil khusus untuk pasien yang sakit
pada 291 AD di pulau Tiber. Hal ini diyakini menjadi sejarah rawat inap pertama di
benua Amerika yang didirikan oleh bangsa Spanyol di Republik Dominika pada
tahun1502. Dan Rumah Sakit de Jesús Nazareno di Mexico City didirikan pada tahun
1524 yang menyediakan juga perawatan inap.
Mungkin penyedia rawat inap yang paling terkenal adalah Florence
Nightingale yang merupakan seorang advokat terkemuka yang secara terus menerus
beruapaya meningkatkan perawatan medis di pertengahan abad ke-19. Ms
Nightingale mendapatkan ketenaran selama Perang Krimea di mana dia dan 38
perawat sukarelawan wanita pergi ke Krimea untuk mengobati tentara yang terluka.
Selama musim dingin pertama di rumah sakit, 4077 prajurit tewas di rumah sakit
tersebut. Dia kemudian menggunakan pengalaman ini untuk mengubah arah rawat
inap dengan berfokus pada peningkatan kondisi sanitasi dan kondisi kehidupan yang
lebih baik dalam rumah sakit.
Florence Nightingale dikenal sebagai "The Lady dengan Lampu" dan masih
dianggap sebagai pendiri keperawatan modern. Sekolah Keperawatan Nightingale
berlanjut hingga saat ini. Dan gambarnya selalu dipampang setiap tahun pada hari
perawat.
10. Jawaban rujukan dari dokter spesialis dapat diberikan kembali kepada dokter
keluarga di PPK I
Pasien yang masuk ke rumah sakit dan memerlukan rawat inap, harus
diregrestasi terlebih dulu. Tujuan selain untuk mendata pasien, yang lebih penting
adalah untuk menyiapkan perkembangan medis atau catatan perkembangan
penyakitnya melalui file rekam Medik. Untuk itu tiap pasien memiliki nomor rekam
medik tersendiri. Sehingga jika ada pasien yang sebelumnya sudah tercatat di rumah
sakit tertentu, untuk kunjungan mereka berikutnya cukup dengan menunjukkan
nomor rekam medic melalui kartu berobat yang diberikan sebelumnya oleh pihak
rumah sakit.
Pada pendataan pasien ketika akan dirawat inap, selain identitas pasien seraca
lengkap penting pula untuk dicantumkan penanggungjawab, yang biasanya memiliki
hubungan keluarga dengan pasien, seperti orang tua, saudara atau paman dan lain-
lain. Selain penanggungjawab ini, perlu pula dipastikan identitas seorang yang
bertanggungjawab terhadap pembiayaan selama dirawat di rumah sakit. Hal ini
terutama diperlukan bagi pasien yang tidak ditanggung asuransi yang dirawat di
rumah sakit swasta.
Informasi umum yang wajib diketahui pasien atau keluarganya harus
disampaikan saat pendaftaran tersebut. Hak-hak apa yang didapat pasien dan
kewajiban apa yang harus dipenuhi serta aturan rumah sakit yang harus diketahui
untuk dipatuhi pasien atau keluarganya. Ketika ini pula pasien / kelaurga diberikan
keluluasaan untuk menentukan kelas perawatan yang dipilih. Tentu sebelumnya
dijelaskan pula oleh petugas apa perbedaan pada masing2 kelas perawatan. Jika
pasien merupakan anggota dari suatu rekanan kerja sama dengan rumah sakit atau
menjadi salah satu tanggungan asuransi kesehatan, mestinya sudah didata sejak awal.
Dan jika penderita merupakan pasien yang sudah dirujuk untuk dilakukan tindakan
medis, seperti pembedahan, informasi prakiraan pembiayaan tindakan tersebut sudah
dapat diberikan saat pasien melakukan regristrasi di tempat pendaftaran pasien rawat
inap.
Sebelum pasien diantar untuk masuk kamar perawatan, pada rumah sakit
tertentu pasien akan ditempatkan dulu di ruang tertentu, sambil menunggu kesiapan
kamar yang akan ditempatinya. Terutama ruangan ini juga biasa diperlukan untuk
pasien yang menjalani preoperatif sesaat setelah terdaftar sebagai pasien rawat inap.
9
d. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka
kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan :
10
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
11
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu.
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
f. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihannya :
1) Model praktek professional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
12
g. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti : isolasi, intensive, care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
2.6.3 Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan
Anggota Tim
Secara umum, masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki
tanggungjawab yang berbeda-beda, antara lain :
1) Tanggungjawab Karu
Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinan dan managemen
Mengorientasikan tenaga baru
13
biasa dihadapi oleh management rumah sakit adalah urusan adminstrasi, khususnya
pembayaran sebelum pasien boleh keluar dari lingkungan rumah sakit.
Dengan komputerisasi yang terintegrasi penyelesaian urusan administrasi dan
pembayaran bisa diselesaikan dengan lebih cepat. Yang perlu diperhatikan adalah
intruksi dokter setelah pasien ada di rumah, pesan baik lisan maupun tertulis terhadap
apa-apa yang harus dilakukan dan apa yang perlu dihindari. Termasuk juga obat-obat
yang mesti dikonsumsi penderita di rumah beserta jadwal control kembali ke dokter
yang merawat sebelumnya.
Jika berkaitan dengan asuransi, jaminan pembiayaran pasien sudah harus
didapatkan sebelum tenaga administrasi memberikan ijin untuk meninggalkan rumah
sakit. Akan lebih dipermudah jika pihak asuransi penanggung telah memiliki
perjanjian kerja sama dengan pihak rumah sakit.
pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu
perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya.
Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap
akan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:
1. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat
tinggal di rumah sakit.
2. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakan diagnosisnya. Tahap
Treatment,yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan dalam program
perawatan dan therapi.
3. Tahap Inspection, yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan
pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
4. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.
pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk
didiagnosa ulang.
Rumus
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah
hari dalam satu periode)) X 100%
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus:
Rumus:
Rumus:
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran
mutu pelayanan di rumah sakit.
17
Rumus:
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X
1000 ‰
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar.
Rumus:
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati))
X 1000 ‰
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien
oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan
di suatu ruangan di rumah sakit . Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan
rawat inap.
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit
yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi,
rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes RI 1997 yang dikutip
dari Suryanti (2002)).
3.1 Saran
Dari pembahasan mengenai manajemen pelayanan rawat inap dan indicator
efesiensi pelayanan rawat inap dapat kita ambil ilmu untuk penerapannya di dunia
kerja nantinya.Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari penulisan
makalah ini,untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca untuk kemajuan penulisan makalah di masa mendatang.
18