Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

RHEUMATIC HEART DISEASE

A. Definisi

Penyakit jantung Rematik (PJR) atau disebut juga dengan (Rheumatic Heart
Disease) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung berupa
penyempitan atau kebocoran pada katup mitral (stenosus katup mitral) sebagai akibat dari
demam rematik. Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan
penyakit jantung didapat yang sering ditemukan pada anak . Penyakit jantung reumatik
merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut
sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup
trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat
menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya (Sharon,2011). .
Stenosus katup mitral adalah suatu kondisi dimana katup mitral menegalami
penyempitan yang menyebabkan tertahannya aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kanan. Pada kasus ini darah tidak dapat dialirkan keluar jantung, sedangkan pada kasus
insufisensi katup mitral terjadi suatu kondisi dimana katup yang terdapat pada ruang
antara atrium kiri dan ventrikel kiri tidak dapat menutup dengan rapat akibatnya sebagian
darah terpompa menuju aorta dan sebagiannya lagi kembali ke ventrikel kiri jantung.
Katup jantung ini mengalami kerusakan karena suatu bakteri yang menginfeksi jantung
yaitu bakteri streptokokus tipe A atau bakteri streptococcus pyogenes. Secara etiologi
jantung rematik terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh (immune
system) atau dapat juga terjadi dikarenakan adanya reaksi autoimun tubuh yang
disebabkan oleh bakteri streptokokus tipe A (Price, 2005, Park, 2008 &Stollerman,
2005).
.

B. Etiologi
Etiologi dari penyakit jantung rematik disebabkan oleh infeksi awal bakteri
streptococcus pyogenes atau bakteri stretokokus tipe A yang ditularkan melalui kontak
langsung melalui sekresi yang berasal dari mulut atau jalan nafas (Sharon, 2011).
Karakteristik dari demam rematik adalah reccurence atau tenderung terjadi berulang
(Udjianti, 2010). Selain itu penyakit jantung rematik juga disebabkanoleh reaksi
autoimun dimana tubuh tidak bisa membedakan antara antigen bakteri streptokokus
dengan antigen jaringan jantung, dari penelitian ditemukan adanya kesamaan polisakarida
bagian dinding sel bakteri streptokokus tipe A dengan glikoprotein dalam katup jantung
yang mendukung terjadinya infeksi yang bermanifestasi terjadinya miokarditis dan
valvulitis pada komplikasi demam rematik.
C. Patofisiologi
Penyakit jantung rematik diawali dari terjadinya infeksi bakteri streptococcus
pyogenes atau bakteri stretokokus tipe A yang ditularkan melalui kontak langsung
melalui sekresi yang berasal dari mulut atau jalan nafas. Demam reumatik merupakan
kelanjutan dari infeksi faring yang disebabkan Streptokokus tipe A. Reaksi autoimun
terhadap infeksi bakteri streptokokus secara kesimpulan singkat akan menyebabkan
kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik sebagai berikut (1) Bakteri
streptokokus tipe A akan menyebabkan infeksi pada faring, (2) antigen bakteri
streptokokus akan menyebabkan pembentukan antibodi pada hospes/inang yang hiper-
imun, (3) antibodi akan bereaksi dengan antigen streptokokus, dan dengan jaringan
hospes yang secara antigenik sama seperti streptokokus atau dengan kata lain antibodi
tidak dapat membedakan antara antigen bakteri streptokokus dengan antigen jaringan
jantung, (4) autoantibodi/reaksi autoimun tesebut bereaksi dengan jaringan hospes
sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.

Adapun kerusakan jaringan ini akan menyebabkan peradangan pada lapisan


jantung khususnya mengenai endotel katup, yang mengakibatkan pembengkakan daun
katup dan erosi pinggir daun katup. Hal ini mengakibatkan tidak sempurnanya daun
katup mitral menutup pada saat sistolik sehingga mengakibatkan penurunan suplai darah
ke aorta dan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri, hal ini mengakibatkan
penurunan curah sekuncup ventrikel sehingga jantung berkompensasi dengan dilatasi
ventrikel kiri, peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding ventrikel dan
dinding atrium sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa
darah hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke paru-paru
mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi
ventrikel kanan sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan (Price, 2005, Park,
2008 &Stollerman, 2005).
D. Pathway

E. Klasifikasi
Perjalanan penyakit jantung rematik dapat dibagi dalam 4 stadium (Ngastiyah, 1995) :

1. Stadium I, berupa infeksi saluran nafas oleh bakteri streptokokus tipe A. Manisfestasi
klini yang muncul berupa : demam, bauk, rasa sakit waktu menelan, muntah, dan
peradangan pada tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II, disebut juga periode laten yaitu masa antara infeksi bakteri streptokokus
tipe A dengan permulaan gejala demam rematik, biasanya periode ini berlangsung
selama 1-3 minggu
3. Stadium III, disebut sebagai fase akut demam rematik, dimana manifestasi klinis
penyakit jantung rematik muncul, yang dapat digolongkan menjadi manifestasi umum
dan manifestasi spesifik penyakit jantung rematik.
4. Stadium IV, disebut juga stadium inaktif dimana penderita penyakit jantung rematik
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya, dengan pasien penyakit
jantung rematik yang mengami kelainan pada katup akan timbul gejala dan manifestasi
klinis sesuai dengan jenis dan beratnya kelainan katup.

F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik adalah komplikasi dari demam
rematik berupa (Jones, 1982 & Sharon 2011 & Brunner & Suddart ):

1. Peradangan pada jantung yang berakibat pada munculnya miokarditis dan


endokarditis
2. Dapat berupa gagal jantung, termasuk didalamnya dyspnea, edema, takikardia, dan
yang lebih parah adalah murmur jantung
3. Gejala kardiak penderita penyakit jantung rematik :
 Infeksi dan peradangan jantung : sesak napas, dada terasa tidak nyaman, nyeri
dada, bengkak atau edema, batuk saat berbaring/ortopnea
 Karditis yaitu suatu peradangan jantung yang ditandai dengan adanya bising
jantung atau terjadinya takikardia, kondisi dimana jantung berdetak lebih dari
100 kali per menit
 Murmur yaitu kondisi dimana jantung mengeluarkan suara bising yang
disebabkan oleh gangguan katup jantung atau yang disebut insufisiensi
jantung.
G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien penyakit jantung rematik diantaranya adalah :

1. Penatalaksanaan Operatif dapat berupa intervensi invasif berupa bedah pada bagian
jantung yang mengalami masalah seperti halnya valvulotomi, rekonstruksi aparat sub
valvular, kommisurotomi atau penggantian katup(Kliegman, 2007 & Stollerman,
2005).
2. Terapi medikasi: salisilat untuk pasien dengan derajat karditis ringan sampai berat,
sedangkan steroid hanya digunakan untuk pasien dengan karditis berat. Aspirin
diberikan dalam dosis 80-100mg/kg/hari selama 4-8 minggu. Terapi dengan steroid
diresepkan pada dosis 2mg/kg/hari selama 2-3 minggu, diikuti dengan monitoring
ketat selama 2-3 minggu. Pada pasien dengan gagal jantung dapat digunakan digoxin
dan diuretic.
3. Penatalaksanaan keperawatan, dengan memberikan KIE tentang pentingnya minum
obat untuk mencegah kekambuhan dari penyakit dan memberitahukan anggota
keluarga pasien untuk menjadi pengawas minum obat agar pasien taat.
H. Pencegahan

Pencegahan awal penyakit jantung rematik adalah pencegahan terhadap infeksi


bakteri streptokokus tipe A, sehingga pada akhirnya akan mencegah komplikasi kronik ke
penyakit jantung rematik. Dalam Sharon (2011) pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengambil langkah aktif untuk mencegah demam rematik sehingga dapat terhindar
dari komplikasi yang dapat mengenai jantung, dengan cara melakukan diagnosis yang
akurat serta penanganan yang cepat terkait faringitis (sakit tenggorokan) yang disebabkan
bakteri streptococcus pyogenes; perlu diketahui bahwa penyakit demam rematik biasanya
diderita oleh orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi buruk, tingkat kepadatan
penduduk tinggi, dan akses sarana kesehatan sulit.

I. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit jantung rematik diantaranya adalah
Gagal jantung, Pankarditis atau infeksi dan peradangan di seluruh bagian jantung,
Pneumonitis rematik (infeksi paru), Emboli atau sumbatan pada paru, Kelainan katup
jantung dan Infark (kematian sel jantung) (Lili, 2001).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
RHD

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (.
Doenges, 1999) meliputi :
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis, pekerjaan, alamat, tempat tinggal
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya asal mula perkembangan suatu
penyakit, keluhan utama yaitu yang menjadi keluhan utama saat ini di derita oleh
pasien
3. Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien
4. Riwayat penyakit keluarga
Adalah anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien,
adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya
5. Riwayat psikososial dan spiritual
Bgaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga lain dan lingkungan sekitar
sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena
penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
6.Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan
berat badan dan hemoglobin pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu adanya takikardia karena riwayat infeksi
saluran nafas yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat gangguan fungsi sendi dan kelemahan otot yakni dibantu orang lain
e. Persepsi kesehatan pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas
pasien sehari-hari kurang baik.
f. Kognitif atau perceptual pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena tekanan darah menurun, denyut nadi meningka, dada
berdebar-debar.
g. Persepsi diri atau konsep diri pasien mengalami gangguan karena kebutuhan
fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
h. Peran hubungan pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
i. Manajemen koping atau stress pasien mengalami kecemasan yang berangsur-
angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
j. Keyakinan atau nilai pasien memiliki kepercayan, pasien masih tahap belajar
beribadah.
6.Pengkajian ADL (Activity Dailiy Living)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan psikologis yakni keadaan umum yang tampak lemah,
kesadaran composmetis sampai coma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah, adanya sesak nafas, nyeri abdomen, mual, anoreksia, penurunan
hemoglobin, kelemahan otot, akral dingin.
b. Pemeriksaan sistematik
a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, dada berdebar-debar.
b) Perkusi : adanya distensi abdomen dan nyeri tekan sendi
c) Palpasi : turgor kulit kurang elastis, denyut nadi meningkat.
d) Auskultasi : terdengarnya suara bising katup, perubahan suara jantung.

8.Pemeriksaan Tingkat Tumbuh Kembang.


Pada anak Demam Rematik Akut akan mengalami gangguan karena
anak malnutrisi sehingga berat badan menurun.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan penigkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukkan terjadinya pembesaran pada
jantung,
3. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukkan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi.
4. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukkan interval P-R memanjang. Hapusan tenggorokan ditemukan
streptococcus hemolitikus b grup A
K. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,.
b. Nyeri akut b.d agen penyebab cidera
c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan suhu
pasien meningkat, mukosa bibir kering
L. Intervensi Keperawatan
a. Defisit nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidakseimbangan
nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
 Porsi makanan yang dihasbiskan meningkat
 Bising usus membaik
 Membran mukosa membaik
Intervensi
Observasi :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
3. Identifikasi makaan disukai
4. Monitor berat badan
5. Monitor pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
6. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
7. Fasilitas menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
8. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggoi protein
Edukasi
9. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
11. Kolaborai emberian medikasi sebelum makan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
b. Nyeri akut berhubungan dengan rusaknya jaringan lunak/organ abdomen yang
ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak
menyeringai kesakitan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, rasa nyeri
yang dialami klien berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun
 Gelisah menurun
 Pola tidur membaik
 Tekanan darah membaik
Intervensi :
Manajemen nyeri
Obeservasi :
1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuesi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
Terapeutik
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Ajarkan teknik nonarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian analgetik (jika perlu)

c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan suhu pasien


meningkat, mukosa bibir kering
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam, suhu klien dapat diatasi.
Kriteria hasil :
 Rileks meningkat
 Keluhan sulit tidur menurun
 Keluhan kepanasan menurun
 Suhu ruangan membaik
Intervensi :
Observasi
1. Mengidentifikasi penyebab Hipertermi
2. Monitor suhu tubuh
Terapeutik
3. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
4. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
Edukasi
5. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena. Jika perlu

Anda mungkin juga menyukai