Anda di halaman 1dari 4

Hasil Pengamatan

Ada / Tidak
No Koloni Bentuk Spora Letak spora Gambar
Spora

1 Ada Oval Sentral

Sub
2 Ada Bulat
Terminal

Analisis

Pada praktikum kali ini, dilakukan pengamatan terhadap pewarnaan spora untuk membuktikan
ada atau tidaknya spora pada bakteri yang diuji. Dari hasil pengamatan, Didapatkan pada bakteri
koloni 1 terdapat spora dengan bentuk oval dan terletak di sentral atau di tengah dari bakterinya.
Pada koloni 1 juga terlihat memiliki sel vegetatif dengan ditandai bewarna merah pada bakteri
tersebut. Lalu pada koloni 2, didapatkan bahwa bakteri tersebut juga memiliki spora dengan
bentuk bulat dan terletak di sub terminal atau ujung pada bakteri. Tetapi pada koloni 2 tidak
didapatkan sel vegetative karena bakteri bewarna transparant.

Pembahasan

Pada pengamatan spora, dilakukan uji coba terhadap dua koloni bakteri. Dari hasil
pengamatan yang ada, didapatkan bahwa koloni 1 dan koloni 2 memiliki spora pada bakteri yang
terletak di sentral dan sub terminal. Adanya spora ditandai dengan warna kehijauan. Hal ini
sesuai dengan Waluyo (2007) yang menyatakan bahwa spora yang terdapat dalam bakteri atau
yang biasa disebut dengan endospora dan memiliki warna hijau kebiruan.

Pada pengamatan pewarnaan spora, digunakan dua larutan untuk membuktikan ada atau
tidaknya spora pada bakteri. Pada larutan pertama digunakan larutan hijau malakit. Apabila
menunjukan reaksi positif, spora pada bakteri akan berikatan dengan larutan hijau malakit
tersebut hingga ketika dilakukan pencucian akan tetap bewarna hijau. Lalu larutan kedua yang
digunakan ialah safranin, apabila menunjukan reaksi positif, maka endospora tidak akan bisa
diikat oleh larutan safranin tersebut, Tetapi apabila bakteri yang diuji tidak mengandung adanya
endospora, maka spora tidak akan berikatan dengan larutan hijau malakit dan tidak akan bisa
terlihat di bawah mikroskop ( Pearce, 2006).

Hal tersebut bisa terjadi karena, adanya pengikatan yang kuat antara spora pada bakteri
dengan senyawa pewarna hijau malakit., sehingga spora yang dihasilkan bisa bewarna hijau atau
merah. Hal ini dikarenakan setelah berikatan kuat dengan senyawa hijau malakit, spora tidak
berikatan dengan larutan safranin saat dilakukan dengan pewarna safranin sehingga bakteri spora
yang dihasilkan bewarna hijau. Berbeda dengan bakteri yang tidak memiliki spora, cenderung
tidak tahan dengan proses pengecatan karena hanya memiliki sel vegetatif saja. Saat dilakukan
dengan pewarnaan hijau malakit, sel tersebut mampu berikatan dengan pewarna hijau malakit
tetapi juga dapat dilunturkan setelah pencucian karena tidak kuat berikatan dengan larutan hijau
malakit. Lalu ketika dilakukan pewarnaan dengan larutan safranin, sel vegetatif akan berikatan
dengan safranin juga sehingg ketika diamati dibawah mikroskop akan menunjukan warna merah
muda saja (Assani, 1994)

Pada proses pewarnaan spora, dilakukan fiksasi terlebih dahulu yang bertujuan agar bakteri
tersebut melekat erat pada kaca benda dan tidak terkontaminasi. Kemudian kaca benda tersebut
diberi pewarnaan hijau malakit dengan merata yang berfungsi sebagai pewarnaan primer yang
digunakan untuk melumuri fiksasi panas dan dipanaskan. Lalu bakteri yang sudah berada di kaca
benda dipanaskan lagi diatas api spiritus selama 3 menit, hal ini bertujuan untuk membantu
warna dalam menembus dindung spora. Setelah dipanaskan, ditunggu hingga dingin lalu dicuci
dengan aquades untuk menghilangkan pewarna hijau malakit dari seluruh bagian sel spora. Lalu
diberikan pewarnaan kembali dengan larutan safranin yang berguna untuk mewarnai bagian sel
lain dari spora. Kemudian dilakukan pembilasa ulang dengan aquades agar warna safranin luntur
dan dikeringkan agar bisa diamati.

Pada praktikum yang telah kami lakukan diperoleh data bahwa pada bakteri koloni 1 dan 2
memiliki spora yang berbentuk oval dan bulat dengan lokasi spora yang ditemukan yaitu berada
pada bagian sentral dan sub-terminal. Dari data yang ada sesuai dengan Pratiwi (2008) yang
menyatakan bahwa spora yang dimiliki bakteri memiliki beberapa bentuk diantaranya bulat, oval
atau silindris. Dan berdasarkan letak spora juga memiliki beberapa letak diantaranya sentral,
terminal dan sub terminal. Namun, ada bebebrapa juga yang terdapat spora yang memiliki garis
tengah lebih besar dari sel kuman, sehingga dapat membuat pembengkakan pada bakteri. Palezar
(2008) juga mengatakan beberapa bakteri dapat membentuk spora dan ada yang tidak dapat
membentuk spora. Spora dapat terbentuk apabila lingkungan bakteri sudah tidak dapat
mendukung pertumbuhan bakteri serta apabila sel bakteri mengalami kekeringan. Spora sendiri
yaitu tubuh dari bakteri yang secara metabolik akan mengalami dormansi , dapat dihasilkan pada
fase lanjut dalam pertumbuhan sel bakteri atau sel disebut dengan sel vegetatif. Spora yang
dimiliki oleh sel bakteri bersifat dapat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi

Bakteri yang bisa membentuk spora akan lebih tahan terhadap desinfektan, sinar,
kekeringan, panas, dan dingin.Sebagian besar bakteri yang membentuk spora ini tinggal di
lingkungan seperti tanah, namun spora bakteri dapat tersebar dimana saja (Dwidjoseputro,2010).
Pada sel bakteri kelompok kami yang sudah diamati yaitu terdapat warna hijau yang diakibatkan
karena pewarnaan dari larutan hijau malakit 5%, hal ini menandakan bahwa sel bakteri kelompok
kami memiliki spora, sedangkan untuk bakteri yang tidak memiliki spora akan berwarna merah.
Hal ini didukung oleh pernyataan dari Natsir (2003) yang mengatakan bahwa teknik pewarnaan
spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan larutan safranin.

Pewarnaan spora ini akan menghasilkan warna hijau pada bagian sporanya, dan warna
merah pada bagian sel vegetatifnya. Bakteri yang memiliki spora akan mengikat warna dari
larutan hijau malakit tersebut. Sedangkan bakteri yang tidak memiliki spora tidak dapat mengikat
warna larutan hijau malakit melainkan akan mengikat dari pewarna safranin, sehingga bakteri
berwarna merah. Spora akan tahan terhadap pewarnaan. Spora yang sudah diwarnai akan sangat
sulit melepaskan zat warna yang sudah diserap sehingga tidak akan berikatan dengan zat warna
lain. Spora ini mempunyai selubung yang keras dan tebal (Sunatmo,2007).
Daftar Pustaka

Assani. S. 1994. Ultrastruktur, Morfologi, dan Pewarnaan Kuman. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.

Dwidjoseputro. D. 2010 . Dasar - Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan

Natsir. 2003. Mikrobiologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Pelezar., Michael. J., Chan. E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas


Indonesia

Pearce, Evelyn. C. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Sunatmo TI. 2007. Eksperimen Mikrobiologi Dalam Laboratorium. Bogor: Penerbit Ardy
Agensi.

Waluyo. L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai