Anda di halaman 1dari 8

Question Based Discussion 5

Inflamasi menyebabkan terjadi gejala dolor (nyeri), rubor (kemerahan),


tumor (pembengkakan), kalor (panas)
Disusun sebagai salah satu tugas

Modul Imunnologi

Oleh:

Owen Stevan Maxi Salosa

NIM: 201870027

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PAPUA

SORONG

2019
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… 1

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 3

2.1 Inflamasi…………………………………………………………………….. 3

BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 7

Universitas Papua
2

BAB I

PENDAHULUAN

lmunobiologi merupakan ilmu yang mempelajari dasar-dasar imunologi. Sedang


imunologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari sistem imunitas dalam tubuh. lmunitas
berasal dari kata immunis yang dipakai pada masa kerajaan Romawi untuk warga yang bebas dari
membayar pajak atau kerja paksa. Maka imunologi berasal dari 2 buah kata bahasa latin, immunis
dan logos yang berarti ilmu.Tetapi 2 rangkaian akar kata tersebut bukan memberikan arti pada
imunologi sebagai ilmu umuk mencari cara-cara menghindar dari kewajiban membayar pajak.
Sistem imunitas melibatkan kumpulan sel-sel, jaringan dan molekul-molekul yang aktif dalam
kegiatan tubuh dalam fungsinya yang berbentuk pertahanan terhadap infeksi yang menyerang
tubuh atau terhadap bahan-bahan yang merugikan tubuh. Kali ini Ellie Metchnikoff (1845-1916)
yang hidup pada peralihan abad ke-19 dan abad ke-20 mencoba mengungkapkan bagaimana
mekanisme efektor bekerja dalam tubuh terhadap benda asing. Dalam mengungkapkan mekanisme
efektor ia mengamati peran sel-sel yang dapat bergerak-gerak dalam tubuh seekor bintang lam
dalam menghadapi serangan dari luar. Dalam pengamatannya, Metchnikoff menusukkan sebatang
duri bunga mawar kedalam larva bintang laut dan tampaklah kemudian di sekitar batang duri
tersebut kerumunan sel-sel. Adanya kumpulan sel-sel di sekitar benda asing tersebut, Metchnikoff
berkesimpulan bahwa selsel yang dapat bergerak (mobil) terlibat dalam mekanisme efekror yang
bekerja terhadap serangan benda asing, atau dengan kata lain bahwa efektor dalam sistem imun
bersifat selular. Sebenarnya fenomena bahwa sel merupakan efektor dalam sistem imun tersebut
telah diamati pula oleh Koch dan Neiser sebelumnya, yaitu pada saat melihat sel-sel bakteri yang
berada dalam sel-sel lekosit. Keberadaan sel-sel bakteri dalam sel lekosit tersebut diduga oleh
Koch dan Neiser bahwa sel-sel bakteri menyerbu sel lekosit secara aktif. Dugaan Koch dan Neiser
memberikan kesan bahwa sel lekosit bukanlah efektor dalam sistem imun yang beusaha
melenyapkan sel-sel bakteri. Tetapi setelah dipahami bahwa keberadaan sel-sel bakteri dalam sel
lekosit karena aktifitas sel lekosit yang kemudian dinamakan kegiatan fagositosis, maka fenomena
tersebut mengukuhkan pendapat bahwa mekanisme efektor adalah selular. Teori selular dari
Metchnikoff, yang pada saat itu bekerja di lnstitut Pasteur, mulai tahun 1887 dapat diterima oleh
masyarakat ilmiah dengan sangat antusias.1

Universitas Papua
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Inflamasi.

Inflamasi adalah respons non spesifik terhadap invasi asing atau kerusakan jaringan. Kata
inflamasi merujuk ke serangkaian proses bawaan non spesifik yang saling berkaitan erat yang
diaktifkan sebagai respons terhadap invasi asing, kerusakan jaringan, atau keduanya. Tujuan
peradangan adalah membawa fagosit dan protein plasma ke tempat invasi atau kerusakan untuk
dapat mengisolasi, menghancurkan, atau menginaktifkan penyerang bisa juga membersihkan
debris dan mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan. Respons peradangan keseluruhan
sangat mirip satu sama lain tanpa memandang apapun pemicunya (invasi bakteri, cedera kimiawi,
atau trauma mekanis) meskipun mungkin terlihat beberapa perbedaan ringan, bergantung pada
bahan yang mencederai atau tempat kerusakan. Rangkaian proses berikut biasanya terjadi selama
respons peradangan. Sebagai contoh, kita menggunakan masuknya bakteri ke kulit yang rusak.
Ketika bakteri masuk melalui kerusakan di sawar eksternal kulit atau melewati jalan lain, makrofag
yang sudah ada di daerah tersebut segera memfagosit mikroba asing tersebut, melakukan
pertahanan melawan infeksi dari patogen selama jam-jam pertama, sebelum mekanisme lain
diaktifkan. Makrofag residen juga menyekresi bahan-bahan kimia seperti kemotaksin dan sitokin
yang menimbulkan berbagai respons imun. Hampir segera setelah invasi mikroba, arteriol di
daerah tersebut melebar, meningkatkan aliran darah ke tempat cedera. Vasodilatasi lokal ini
terutama dipicu oleh histamin yang dibebaskan dari sel mast di daerah jaringan yang rusak.
Pelepasan histamin juga meningkatkan permeabilitas kapiler dengan memperbesar pori kapiler
(celah antara sel-sel endotel) sehingga protein plasma yang biasanya dicegah keluar dari darah kini
dapat masuk ke jaringan yang meradang. Akumulasi protein plasma yang bocor di cairan
interstisium meningkatkan tekanan osmotik koloid cairan interstisium lokal. Selain itu,
meningkatnya aliran darah lokal meningkatkan tekanan darah kapiler. Karena kedua tekanan ini
cenderung memindahkan cairan keluar kapiler, perubahan-perubahan tersebut mendorong
ultrafiltrasi dan mengurangi reabsorpsi cairan di kapiler. Hasil akhir dari pergeseran keseimbangan
cairan ini adalah edema local atau pembengkakan. Karena itu, pembengkakan yang biasa terlihat
menyertai peradangan disebabkan oleh perubahan-perubahan vascular yang dipicu oleh histamin.
Demikian juga, manifestasi makro lain pada peradangan, misalnya kemerahan dan panas, sebagian

Universitas Papua
4

besar disebabkan oleh meningkatnya aliran darah arteri hangat ke jaringan yang rusak (inflammare
berarti "dibuat menyala"). Nyeri disebabkan oleh peregangan lokal di dalam jaringan yang
membengkak dan oleh efek langsung bahan-bahan yang diproduksi lokal pada ujung reseptor
neuron-neuron aferen yang mensarafi daerah tersebut. Karakteristik proses peradangan yang
mudah kita amati ini (pembengkakan, kemerahan, panas, dan nyeri) berkaitan dengan tujuan utama
perubahan vaskular di daerah yang cedera meningkatkan jumlah fagosit leukositik dan protein-
protein plasma krusial di daerah tersebut.2

Gambar 1. Langkah-langkah yang membentuk inflamasi. Kemotaksin yang dilepaskan di tempat cedera menarik
fagosit ke tempat kejadian. Perhatikan leukosit yang beremigrasi dari darah ke jaringan dengan berperilaku seperti
amuba dan terperas melalui pori-pori kapiler. Sel mast menyekresikan histamin yang mendilatasi pembuluh dan
melebarkan pori. Makrofag menyekresikan sitokin yang menimbulkan berbagai efek sistemik dan lokal. 2

Universitas Papua
5

Gambar 2. Manifestasi makro dan hasil akhir peradangan.2

Universitas Papua
6

BAB III

KESIMPULAN

Jadi kesimpulannya adalah inflamasi atau peradangan merupakan hal yang penting untuk
menghancurkan atau memusnahkan mikroba asing. Inflamasi terjadi karena benteng pertahanan
pertama yaitu kulit rusak jaringannya sehingga mikroba jahat bisa masuk ke jaringan tubuh. Maka
dari itulah kenapa dibutuhkan inflamasi agar bisa memanggil sel-sel imun yang berfungsi melawan
patogen asing itu dapat datang ke jaringan dan melawan patogen asing.

Universitas Papua
7

DAFTAR PUSTAKA

1. Subowo. Imunobiologi. 10th ed. In: Subowo, editor. Jakarta: Sagung Seto; 2009. p. 1-3,20.
2. Sherwood L. Human physiology from cells to system [eBook]. 8th ed. In: Alexander S,
editor. Australia: Chengange Learning; 2013. p 463.

Universitas Papua

Anda mungkin juga menyukai