Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Mahasiswa adalah salah satu sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap
negara,termasuk Indonesia. Seorang mahasiswa harus peka terhadap perkembangan zaman
dan informasi yang ada disekitarnya. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mendapatkan
informasi,salah satu nya adalah dengan membaca buku. Membaca buku adalah suatu
kegiatan yang sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam proses belajarnya dikampus.

Membaca buku dianggap sangat penting karena buku merupakan sumber ilmu dan
informasi yang dapat dipercaya. Kecanggihan teknologi dan perkembangan zaman juga tidak
terlepas dari peran buku dalam kehidupan ini. Oleh sebab itu seorang mahasiswa harus
menjadi buku sebagai “teman” untuk mendapatkan ilmu dan informasi. Tidak hanya
membaca buku, seorang mahasiswa juga harus dapat menilai buku yang dibacanya apakah
sudah baik atau belum.

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi
analisis bahasa, pembahasan tentang menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa . Oleh
karena itu, penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempengaruhi pembaca dalam
memilih buku referensi., terkhusus terhadap pokok bahasan tentang wacana bahasa
Indonesia.

B. Tujuan Penulisan CBR


1) Untuk mengetahui isi buku dengan cara membuat ringkasannya.
2) Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang di kritik.
3) Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
4) Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap bab dari sebuah buku.

1
C. Manfaat Penulisan CBR
1) Agar menambah wawasan melalui isi buku yang diringkas.
2) Agar mengetahui keunggulan dan kelemahan buku yang di kritik.
3) Daya pikir lebih kritis.

D. Identitas Buku
Identitas Buku Utama
Judul : Kajian Wacana : Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana
Pengarang : Mulyana
Kota Terbit : Yogyakarta
Penerbit : Tiara Wacana
ISBN : 979-9340-74-8
Tahun Terbit : 2010

Identitas Buku Pembanding


Judul : Teori Dan Aplikasi Analisis Wacana
Penulis : Dr. Arifin, M.Pd.
Kota Terbit : Gorontalo
Penerbit : Ideas Publishing
Tahun : 2012

2
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. Ringkasan Buku Utama
BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP WACANA
Etimologi Istilah Wacana
Istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta wac/viak/vak, artinya berkata, berucap.
Kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sanskerta, termasuk kata kerja golongan III
parasmaepada (m) yang bersifat aktif, yaitu melakukan tindakan ujar. Kata tersebut kemudian
mengalami perubahan menjadi wacana. Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai “perkataan
atau “ujaran”.
Wacana digunakan sebagai bentuk terjemahan dari istilah bahasa Inggris “discourse”.
Kata discourse berasal dari bahasa latin “discursus” berarti lari kesana kemari, lari bolak-balik.
Webster (1983: 522) memperluas makna discourse sebagai berikut: komunikasi kata-kata,
ekspresi gagasan-gagasan, risalah tulis, ceramah, dan sebagainya.
Kedudukan wacana dalam satuan kebahasaan berada pada posisi paling besar dan paling tinggi.
Wacana sebagai satuan gramatikal dan sekaligus mengandung semua unsur kebahasaan yang
diperlukan dalam segala bentuk komunikasi.

Keutuhan Struktur Wacana


Struktur Wacana
Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh
komponen-komponen yang tejalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Keutuhan struktur
wacana lebih dekat maknanya sebagai kesatuan maknawai (semantis) ketimbang sebagai
kesatuan bentuk (sintaksis). Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bila
didalamnya terdapat hubungan emosional (maknawi) antara bagian yang satu dengan bagian
lainnya.
Aspek-Aspek Keutuhan Wacana
Wacana yang utuh adalah wacana yang lengkap, yaitu mengandung aspek-aspek yang
terpadu dan menyatu. Aspek-aspek yang dimaksud, antara lain, adalah kohesi, kohernsi, topic
wacana, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek fonologis, dan aspek semantis. Beberapa aspek
pengutuh, wacana yang disebutkan di atas dapat di kelompokkan ke dalam dua unsure, yaitu

3
unsure kohesi dan unsur koherensi. Unsur kohesi meliputi aspek-aspek leksikal, gramatikal,
fonologis, sedangkan unsur koherensi mencakup aspek semantik dan aspek topikalisasi.
A. Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepadun bentuk yang secara structural
membentuk ikatan sintaktikal. Kohesi wacana terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kohesi
gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal antara lain adalah referensi, sustitusi, elpisis,
kojungsi, sedangkan yang termasuk kohesi leksikal adalah sinonim, repetisi, kolokasi.
B. Koherensi
Istilah “koherensi” mengandung makna „pertalian‟. Koherensi juga berarti hubungan timbal
balik yang serasi antarunsur dalam kalimat (Gorys Keraf, 1984:38).

B. Ringkasan Buku Pembanding


BAB I HAKIKAT ANALISIS WACANA
A. Pendekatan dalam Analisis Wacana
Analisis wacana merupakan istilah umum yang banyak dipakai dari berbagai disiplin
ilmu dan dengan berbagai paradigma. Ada tiga paradigma tentang analisis wacana antara lain:
paradigma/pandangan formal (menonjolkan struktur), paradigma fungsional (menonjolkan
penggunaan dalam konteks) dan paradigma formal dan fungsional (dialektik).
1. Berdasarkan Pandangan Formal
Dari pengantar di atas wacana memiliki beberapa defenisi yang berbeda-beda. Tarigan
(1993:25) menyatakan wacana adalah satuan bahasa; terlengkap, terbesar, dan tertinggi; di atas
kalimat/klausa; teratur; berkesinambuangan pada; lisan dan tulisan dan mempunyai awal dan
akhir yang nyata. Dengan demikian pengertian wacana dalam konteks ini mengacu pada sebuah
paragraf yang lengkap. Sebagai sebuah paragraf yang dianggap wacana tentu saja paragraf itu
memiliki sebuah ide pokok (main ide) dan ide pendukung (supporting idea). Keduanya
berkolaborasi merangkai pesan. Dengan cara demikian, pesan yang disampaikan dalam sebuah
wacana terkemas dengan baik sehingga mudah dipahami dan pandangan ini dipahami sebagai
lebih mengarah pada pandangan formal.
2. Berdasarkan Pandangan Fungsional
Pendekatan fungsional kurang baik dokumentasinya, bahkan usaha untuk memberi
perangkat label yang umum pada fungsi-fungsi utama bahasa memudahkan analisis. Fungsi

4
bahasa yang terlibat dalam pengungkapan hubungan-hubungan social dan sikap pribadi yang
berfungsi secara interaksional (Gillian Brown dan George Yule, 1996 : 1).
Wacana lisan sangat mudah dan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Wacana lisan
terbentuk melalui perpaduan antara unsur-unsur verbal dan nonverbal. Keduanya berpadu
menjadi satu membangun sebuah wacana.
3. Berdasarkan Pandangan Formal dan Fungsional (Dialektika)
Edmonson (1981 : 4) mengemukakan bahwa wacana adalah satu peristiwa terstruktur
yang diwujudkan melalui prilaku linguistik (bahasa). Kehidupan sehari-hari manusia senantiasa
diwarnai oleh berbagai aktivitas dan peristiwa baik bersifat rutin maupun insidental. Ngaben
(upacara pembakaran mayat di Bali), Tiwah (bagian dari upacara pembakaran mayat pada
masyarakat Dayak nganju di Kalimantan. Batagak pangulu (Minangkabau), Mengket Rumah
(upacara menaiki rumah adat di Batak karo,lihat bangun, 1966:117) adalah beberapa contoh
peristiwa terstruktur dalam kehidupan manusia. Ini dalam bentuk wacana yang perwujudannya
dapat diamati dalam bentuk teks (Oktavianus, 2006: 29).
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh mengenai peristiwa komunikasi, baik
lisan maupun tulisan. Wacana dapat dikatakan sebagai rentetan kalimat yang saling berkaitan
(menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya) dan membentuk satu kesatuan
makna. Purwo (1993: 4) mengartikan wacana sebagai peristiwa wicara, yaitu apa yang terjadi
antara pembicara dengan penerima. Sedangkan Schiffrin (1994 : 18) mengartikan wacana
sebagai bahasa yang memiliki sistem tertentu yang digunakan sesuai dengan konteks (Dalam
Arifin).
4. Pengertian Wacana
Wacana berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu vacana, yang berarti bacaan. Selanjutnya,
kata wacana itu (vacana) masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru, yang berarti
‗bicara, kata, dan ucapan‘. Kemudian, kata wacana dalam bahasa Jawa Baru itu diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi wacana, yang berarti ‗ucapan, percakapan, kuliah‘
(Poerwadarminta 1976:1144).
Analisis wacana merupakan istilah umum yang banyak dipakai dari berbagai disiplin
ilmu dan dengan berbagai paradigma. Ada tiga paradigma tentang analisis wacana antara lain:
paradigma formal (menonjolkan struktur), paradigma fungsional (menonjolkan penggunaan
dalam konteks) dan paradigma formal dan fungsional (dialektik).

5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan Buku
1. Buku utama
Menurut saya materi yang dibahas dalam buku ini sangat lengkap, dalam buku ini di
terapkan pendapat para ahli, dan dilengkapi dengan contoh dari analisis data yang telah
dijelaskan. Bahasa yang digunakan mudah dipahami. Dan materi di jelaskan dilengkapi dengan
contoh pendukung dan juga pendapat ahli. Dalam buku ini juga pembahasan ruang lingkup
wacana dijelaskan secara rinci sehingga pembaca mudah memahami materi tentang wacana.
2. Buku Pembanding
Menurut saya kelebihan dari buku ini yaitu buku ini juga sudah baik yaitu dijelaskan
secara rinci berbagai teori dari beberapa ahli, menyampaikan materi pendekatan dalam analisis
wacana dengan baik mulai dari bedasarkan pandangan formal, pandangan fungsional, dan
pandangan formal dabn fungsional.

B. Kelemahan Buku
1. Buku Utama
Kelemahan dari buku ini masih menggunakan sumber data pendukung yang kurang
terbaru.

2. Buku Pembanding
Menurut saya kelemahan buku ini yaitu pembahasannya tidak disusun secara sistematika
dan teratur.

6
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedua buku ini sangatlah bagus dan sangat cocok bagi seseorang yang ingin mempelajari
analisis wacana tentang wacana bahasa Indonesia. Meskipun kedua buku ini memiliki perbedaan
serta kelebihan dan kekurangan yang terdapat didalamnya tetapi pada dasarnya memiliki tujuan
yang sama yaitu bagaimana seorang pembaca dapat dengan mudah mengerti dan memahami
serta mengaplikasikan setiap materi yang sudah dibacanya dalam kehidupan sehari-hari melalui
kedua buku yang bertemakan wacana bahasa Indonesia.

B. Saran
Kedua buku ini pada dasarnya sangat baik sebagai panduan memahami materi wacana
bahasa Indonesia tetapi ada baiknya kedua buku ini lebih diperbanyak dibagian aspek
pendukungnya seperti tabel, diagram, dan gambar masih sebagai panduan untuk memahami dan
mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam kedua buku ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Arifin . 2012. Teori Dan Aplikasi Analisis Wacana. Gorontalo: Ideas Publishing.
Mulyana . 2010. Kajian Wacana : Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana.
Yogyakarta: Tiara Wacana

Anda mungkin juga menyukai