Laporan Studi Kasus
Laporan Studi Kasus
PENDAHULUAN
berkualitas. Oleh sebab itu, pendidikan sebagai motor penggerak pembangunan yang sangat
ditentukan oleh upaya peningkatan kuliatas program pendidikan yang berkelanjutan sehingga
akan dapat memberikan dampak terhadap perkembagan pendidikan di tanah air. Pendidikan
yang berkualitas tidak dapat berkembang jika antara pemerintah dan masyarakat tidak
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat.
salah satu diantaranya bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini keberhasilan
pendidikan tak lepas dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Menurut
Darsono (2001), sekolah merupakan tempat pengembangan kurikulum formal, yang meliputi:
(1) tujuan pelajaran umum dan khusus, (2) bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3)
metode/strategi embelajaran, dan (4) sistem penilaian untuk mengetahui hingga mana tujuan
tercapai.
kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku. Maka pengertian pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
siswa berubah ke arah yang lebih baik. Dalam pencapaian perubahan tingkah laku diperlukan
suatu alat pendidikan ataupun media pembelajaran. Sutopo (2003) mengatakan bahwa dengan
bantuan media dapat diajarkan cara-cara mencari informasi baru, menyeleksinya dan
1
kemudian mengolahnya, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu pertanyaan. Dengan
pendekatan konvensional aktivitas dan kreativitas siswa tidak banyak tersentuh. Akibatnya
ceramah di depan kelas, sesuai pengamatan peniliti pada guru mata pelajaran Fisika di SMA
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan studi
kasus di SMA Negeri 13 Banda Aceh. Sekolah yang terletak Kecamatan Kuta Raja Kota
Banda Aceh. Adapun alasan peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat studi kasus
1. SMA Negeri 13 Banda Aceh. merupakan salah satu sekolah yang terletak di Jalan
Lampoh Kuta No. 2E Gampong Jawa Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh yang
memiliki siswa lebih kurang 161 siswa, sehingga penulis ingin melihat pengaruh
2. Bagaimana guru Fisika dalam memberikan motivasi dan minat siswa untuk belajar
fisika agar mencapai ketuntasan belajar dan apa kendala dilapangan bagi siswa (data
bergabung satu laboratorium dua mata pelajaran yaitu fisika dan biologi.
Alasan-alasan yang diuraikan di atas memotivasi peneliti untuk memilih SMA Negeri
13 Banda Aceh sebagai tempat observasi. Penulis tertarik untuk mengungkap pengaruh minat
laboratorium Fisika dan gedung perpustakaan yang masih menggunakan ruang belajar untuk
2
meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari mata pelajaran secara umum dan
mempelajari fisika khususnya terhadap penilaian praktikum serta penilaian ujian praktek
Studi kasus ini difokuskan pada pembelajaran fisika dengan pengaruh minat belajar
siswa terhadap pelajaran Fisika dan kaitannya dengan kelengkapan alat laboratorium Fisika.
Selain itu juga, seberapa jauh pemanfaatan barang-barang bekas untuk menggantikan alat-alat
Dari uraian latar belakang masalah dan fokus masalah dalam studi kasus ini, dapat
diajukan rumusan masalah yaitu: “Bagaimanakah pengaruh minat siswa belajar Fisika dan
Rumusan masalah studi kasus ini dapat dioperasionalkan menjadi pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
pengganti alat-alat laboratorium untuk digunakan dalam ujian praktek di SMA Negeri
13 Banda Aeh?
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minat siswa belajar fisika dan
hambatan pembelajaran Fisika pada SMA Negeri 13 Banda Aceh serta pemanfaatan alat
3
2. Menganalisis bagaimana cara guru memotivasi siswa agar minat dalam belajar untuk
4. Untuk mengetahui peran kepala sekolah agar mutu belajar fisika dapat ditingkatkan di
Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi Lapangan
Studi kasus yang dilakukan di SMA Negeri 13 Banda Aceh menggunakan metode
penelitian kualitatif. Observasi dilaksanakan dalam bentuk studi kasus dengan data-data yang
dikumpulkan berupa data kualitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi lapangan
tercatat dalam catatan lapangan (field notes), wawancara, angket survei dan pengumpulan
beberapa dokumen yang diperlukan untuk kelancaran dalam membuat laporan tersebut.
4
Alur Penelitian Yaitu:
Kesimpulan,
Keterbatasan dan Saran
Observasi dilaksanakan dalam bentuk studi kasus dengan data-data yang dikumpulkan
berupa data kualitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi lapangan dicatat dalam
catatan lapangan (field notes), wawancara, Angket Survei, dan pengumpulan beberapa
Studi kasus (Case Study) ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Selama kegiatan
studi kasus dilaksanakan sebanyak 6 kali kunjungan ke sekolah. Sedangkan untuk penafsiran
dan analisis data secara berkala kira-kira selama 1 minggu. Penyusunan laporan dilakukan
Pengumpulan data dalam studi kasus ini dilakukan melalui beberapa sumber data
5
1. Observasi lapangan secara langsung, meliputi observasi fasilitas umum sekolah,
2. Wawancara terhadap Kepala Sekolah, Wakil Kesiswaan, Wakil Kurikulum dan guru
fisika. Berikut ini adalah daftar wawancara yang telah dilakukan terhadap unsur-unsur
sekolah tersebut.
Adapun pencatatan dan dokumentasi seluruh data yang diperoleh dilakukan dengan
cara berikut:
Seperti diuraikan di atas bahwa studi kasus ini menggunakan penelitian dengan
metode deskriptif. Pengumpulan data dalam studi kasus ini melalui yang meliputi: lembar
6
instrumen tersebut dapat memberikan gambaran dan mencapai tujuan studi kasus yang
diuraikan sebelumnya.
Teknik analisis data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah analisis data
kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan Huberman
(Sugiyono, 2005), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahap penelitian hingga
diolah dengan menggunakan teknik deskripsi verbal dan diolah dengan persentase dari tiap-
f
P x100% Sudijono (2011:43)
N
Keterangan :
P = angka persentase
Pokok-pokok pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini meliputi 3 bagian, yaitu
pertanyaan yang diajukan kepada kepala sekolah, guru fisika dan siswa . Pokok-pokok
7
Pertanyaan lebih cendrung pada guru fisika bagaimana minat siswa terhadap
pembelajaran fisika
pelajaran fisika
jawaban guru.
jawaban siswa
Aceh yang dilakukan oleh penulis bahwa yang menjadi kesulitan bagi siswa dalam
8
mempelajari materi fisika diataranya, minat dan motivasi siswa dalam mempelajari fisika
sangat rendah. Selain pelaksanaan pembelajaran fisika pada SMA Negeri 13 Banda Aceh
bahwa masih ada guru dalam proses pembelajaran kurang memberikan motivasi kepada
siswa didalam kelas, sehingga siswa bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar, serta
masih ada guru dalam proses pembelajaran kurang menanamkan konsep yang konkrit serta
Menyangkut dengan sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 13 Banda Aceh
untuk proses pembelajaran yang berlangsung menurut kepala sekolah sudah lengkap,
seperti peralatan internet misalnya wifi dan infokus untuk proses pembelajaran
berlangsung, namun dalam studi kasus yang penulis lakukan pada SMA Negeri 13 Banda
Aceh belum tersedianya laboratorium bahasa, biologi, lapangan basket serta perpustakaan
Menurut kepala sekolah SMA Negeri 13 Banda Aceh menyangkut dengan kompetensi
pedagoginya masih kurang, kompetensi keribadian yang ada pada guru masih kurang serta
yang masih kurang pada guru adalah kompetensi humas. Untuk meningkatkan kualitas
guru pada SMA Negeri 13 Banda Aceh berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
kepala sekolah bahwa di SMA Negeri 13 Banda Aceh setiap minggu melakasanakan
Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013. Agar pelaksanaan proses pembelajaran yang
berlangsung dengan baik maka kepala sekolah mengirimkan guru secara bergiliran untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh dinas terkait untuk kelancaran proses
pembelajaran disekolah. Selain itu kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru-guru
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yaitu S2 baik didalam Negeri maupun di
9
B. Wawancara dengan Guru Fisika
Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan dua orang guru fisika pada SMA
Negeri 13 Banda Aceh, hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar mengajar
mata pelajaran fisika adalah Minat belajar siswa masih kurang pada saat proses pembelejaran
berlansung dan siswa sering terlambat masuk pada saat jam pertama pelajaran. Sehingga guru
fisika berusaha untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa agar termotivasi
dalam belajar fisika dengan cara mengajarkan siswa untuk mencintai fisika.
Efek yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut adalah guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran masih banyak menggunakan metode ceramah, namun kita tau bahwa
metode ceramah sangat membosankan siswa sehingga siswa kurang minat dalam belajar.
Dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut menurut hemat penulis sebaiknya guru fisika
menggunakan alat bantu sederhana yang dilakukan secara demantrasi kepada siswa didepan
kelas serta menggunakan media pembelajaran semisal animasi sehingga siswa tidak merasa
Faktor yang mempengaruhi minta belajar fisika bukan hanya disebabkan oleh metode
guru mengajar didalam kelas, namun tidak terlepas dari sikap pribadi siswa sendiri,
10
lingkungan tempat tinggal dan dukungan orang tua juga sangat mempengaruhi minat siswa
lingkungan kelas, laboratorium Fisika, sampai dengan wawancara dengan Kepala Sekolah.
Banyak hal yang dapat dilaporkan dari studi ini. Peran Kepala Sekolah sebagai seorang
Manager dalam pelaksanaan pendidikan di SMA Negeri 13 Banda Aceh sudah sangat baik.
Kepala Sekolah cukup terbuka dan bisa menempatkan diri dengan para staf guru dan
karyawan.
Kinerja guru secara garis besar sudah sesuai dengan standard, baik dalam tugas
pengajaran di kelas dan penyusunan perangkat pembelajarannya. Guru Fisika di sekolah ini
terdiri dari 2 Ibu Guru . Sedangkan pengamatan untuk mengetahui bagaimana guru
memberikan motivasi kepada siswa agar minat belajar fisika lebih baik, namun pelaksanaan
pembelajaran fisika kurang menarik karena kurang menamkan konsep yang konkrit pada
karena alat yang terdapat pada laboratorium fisika masih kurang dan penggunaan
lebaratorium menggunakan dua mata pelajaran yaitu fisika dan biologi dalam melakukan
11
melakukan praktek serta saat ujian praktek, peneliti tujukan pada guru fisika sebagai guru
mata pelajaran Fisika. Karena sesuai informasi yang dihasilkan dari observasi lapangan dan
wawancara, baik dengan kepala sekolah maupun dengan guru fisika kurang memanfaatkan
laboratorium bukan disebabkan kurang memahami, namun guru tersebut mengatakan alat-alat
dalam laboratorium fiska kurang lengkap dan terbatas , karena satu laboratorium harus
2.1 Hasil
SMA Negeri 13 Banda Aceh sebagai salah satu tempat belajar siswa, mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menyukseskan program pemerintah Wajar 9 tahun.
Sekolah merupakan tempat yang utama bagi siswa dalam belajar. Walaupun dapat kita
jumpai tempat belajar yang lain di luar sekolah. Termasuk juga SMA Negeri 13 Banda
khususnya dan Nasional pada umumnya. SMA Negeri 13 Banda Aceh tercatat dalam
Nomor Statistik Sekolah (NSS) dengan nomor 3010661103503. Sekolah ini terletak
dipinggiran Kota Banda Aceh Provinsi Aceh. SMA Negeri 13 Banda Aceh berstatus
12
2.1.2 Proses Belajar Mengajar dan Kegiatan Praktek
SMA Negeri 13 Banda Aceh memiliki ruangan untuk laboratorium Fisika, namun
masih bergabung dengan biologi sebagai tempat praktikum siswa mengenai konsep fisika.
Sesuai dengan pengamatan peneliti, peralatan yang tersedia sangat kurang untuk melakukan
percobaan fisika (foto terlampir). Berbagai keluhan sering keluar dari pihak guru-guru Fisika
terkait fasilitas laboratorium Fisika yang kurang memadai. Walaupun begitu, guru Fisika
tidak begitu saja menyerah dengan keterbatasan yang ada. Guru Fisika melakukan berbagai
terobosan untuk mengatasi keterbatasan alat yang ada pada laboratorium. Berikut ini kutipan
Observer/Peneliti:
dengan biologi di SMA Negeri 13 Banda Aceh ini ketika alat percobaan yang
Guru Fisika Ibu Dra. Rusni Elfida dan Ibu Zuraida, S.Pd
”Kegiatan praktek mata pelajaran fisika ketika tidak tersedianya alat percobaan agar
minat siswa dalam proses pembelajaran khusunya fisika, maka kami gantikan dengan
alat yang sederhana, supaya gambaran konsep fisika tergambar pada siswa.
Berhubung alat yang tersedia di laboratorium tidak memadai, maka kami dan siswa
merancang dan membuat alat percobaan sederhana sendiri. Seperti halnya percobaan
pada konsep kesetimbangan benda tegar untuk menentukan titik berat benda dengan
menggunakan kotak indome atau kotak aqwa yang bersih tanpa ada tulisan.
13
2.2 Analisis Hasil Penelitian
a. Angket
Agar hasil yang diperoleh perlu membuat data yang diperlukan dalam penelitian
dengan cara membuat instrumen penelitian berupa angket. Angket yang diedarkan kepada
siswa yaitu kelas XI-IA dan XII.IA SMA N 13 Banda Aceh yang diambil 25 orang sampel.
Setelah data diperoleh dari hasil penelitian ini terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis
mengolah data tersebut pada tiap-tiap pertanyaan sesuai dengan nomor urut angket,
sementara jawaban tersebut disusun dalam bentuk tabel untuk diambil kesimpulan.
Berdasarkan hasil pada Tabel 2. Dapat dilihat bahwa keinginan belajar fisika begitu
besar, mereka menyambut positif terhadap pelaksanaan pengajaran fisika di sekolah. Hal ini
dibuktikan oleh mayoritas responden menjawab mengikutinya dengan serius karena saya
suka pembelajaran fisika sebanyak 18 orang atau sebesar 72%, mengikutinya saja untuk
sekedar mendapatkan nilai sebanyak 5 orang atau sebesar 20%, dan mengikutinya saja agar
14
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Ada 4 16
b. Kadang-kadang 16 64
c. Tidak pernah 5 20
Tabel 3 Siswa Mempelajari Fisika Selain pada Jam Sekolah
Pada Tabel 3 terlihat bahwa minat siswa SMA Negeri 13 Banda Aceh dalam belajar
fisika di luar jam pelajaran sangat rendah, dari hasil jawaban siswa terlihat sebesar 64% siswa
menjawab kadang-kadang, siswa yang tidak pernah belajar fisika selain pada jam sekolah
sebesar 20%, sedangkan siswa yang ada belajar fisika selain pada jam sekolah hanya 16%.
Dari data pada Tabel 4 , terlihat bahwa siswa belajar fisika di luar jam pelajaran
sangat rendah, maksudnya disini bahwa siswa hanya belajar fisika pada saat jam pelajaran
fisika, namun dapat dilihat dari hasil yang diperoleh bahwa sebanyak 64% jawaban siswa
belajar fisika hanya pada saat diberikan materi pembelajaran fisika berikutnya, sementara
siswa yang belajar setelah selesai mempelajari fisisika yaitu sekitar 24%, sedangkan yang
menjawab tidak pernah belajar selain jam pelajaran fisika sekitar 12%.
Jika diperhatikan data pada Tabel 5, mayoritas siswa belajar dirumah masih sangat
rendah, disini dapat dilihat dari tabel diatas bahwa 72% siswa menjawab 1-2 Jam untuk
mereka belajar dirumah, 20% yang belajar 2-3 jam sedangkan yang belajar 3-4 Jam sekitar
8%. siswa yang tidak pernah menggunakan waktu di rumah untuk belajar fisika.
15
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Sangat menguasai 18 72
b. Menguasai 7 28
c. Tidak menguasai 0 0
Tabel 6 Pendapat Siswa terhadap Guru dalam Mengajar Fisika
Pada Tabel 6, bila dilihat dari jawaban siswa guru yang mengajar fisika sangat
menguasai materi pembelajaran , jawaban siswa sebesar 72% dan 28% yang mengatakan
guru menguasai materi yang diberikan, dan tidak ada jawaban siswa yang mengatakan guru
namun ada juga siswa yang sangat memahami sekitar 28% yang dan yang kurang memahami
adalah 20% dan tidak ada satupun yang menjawab tidak memahami materi yang diberikan
oleh guru fisika. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dan daya tangkap siswa yang
pada buku paket, 64% guru dalam mengajar fisika kadang-kadang terfokus pada buku paket,
dan 20% siswa mengatakan bahwa guru tidak terfokus pada buku paket. Dari permasalah
diatas dapat disimpulkan guru sangat terfokus atau kadang–kadang terfokus pada buku paket
ini dapat mengakibatkan siswa cepat bosan dan kurang bersemangat dalam belajar fisika.
16
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Sering 2 8
b. Kadang-kadang 23 92
c. Tidak pernah 0 0
Tabel 9 Pendapat Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga oleh Guru
alat peraga dalam proses belajar mengajar dikelas, sedangkan siswa mengatakan guru
kadang-kadang menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dikelas sekitar 92%,
dan tidak ada siswa yang menjawab bahwa guru tidak pernah menggunakan alat peraga.
Pada Tabel 10 diatas terlihat bahwa sebesar 80% siswa mengatakan kadang-kadang
dibawa ke laboratorium untuk melakukan praktikum dan ujian praktikum fisika. Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru fisika mengatakan bahwa alat percobaan
fisika di laboratorium IPA di SMA Negeri 13 Banda Aceh masih belum lengkap. Akan tetapi,
sekarang ini banyak alat-alat dan bahan praktikum sudah dalam keadaan kurang bagus dan
Berdasarkan Tabel 11 mayoritas siswa sekitar 80% siswa mendapatkan buku paket
fisika dari perpustakaan, 8% membeli buku di toko buku, 4% memphoto copy buku dan 8%
meminjam buku kawan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
mendapatkan buku cetak fisika dari perpustakaan dan sebagian kecil siswa beli dari toko
buku ini dikarenakan minat dan motivasi siswa terhadap belajar fisika masih sangat rendah.
17
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Lengkap 5 20
b. Kurang lengkap 19 76
c. Tidak lengkap 1 4
Tabel 12 Kelengkapan Buku Paket Fisika di SMA Negeri 13 Banda Aceh
Jika dilihat pada Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa sekitar 76% siswa mengatakan
bahwa buku paket fisika di SMA Negeri 13 Banda Aceh kurang lengkap, 20% siswa
mengatakan lengkap buku di perpustakaan, sedangkan yang mengatakan tidak lengkap hanya
satu orang atau sekitar 4%. Berdasarkan hasil observasi penulis pada perpustakaan SMA
Negeri 13 Banda Aceh, terlihat banyak rak buku yang masih kosong belum terisi buku paket
fisika dan juga buku pelajaran lainnya. Permasalah ini sesuai dengan wawancara dengan
kepala sekolah serta pengelola perpustakaan mengatakan buku yang tersedia di perpustaakaan
ini belum semuanya lengkap karena gedung perpustakaan di SMA Negeri 13 Banda Aceh
kadang-kadang pinjam punya teman yaitu sekitar 36%, sedangkan yang tidak memiliki
sekitar 28%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah memiliki kesadaran untuk
memiliki buku paket fisika. Namun disisi lain mereka sangat jarang untuk belajar dan
Kalau diperhatikan data pada Tabel 14 di atas siswa mengatakan alat laboratorium
Fisika SMA Negeri 13 Banda Aceh kurang lengkap sekitar 72%, dan 4% siswa yang
18
mengatakan alat laboratorium fisika tidak lengkap, sedangkan yang mengatakan tidak
lengkap adalah sekitar 24%. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa sebagian besar responden
Padahal di SMA N 13 Banda Aceh memiliki bangunan laboratorium tetapi masih bergabung
dua mata pelajaran. Akan tetapi, setelah dikonfirmasi dengan kepala sekolah dan guru fisika
mereka mengatakan alat-alat dalam laboratorium kurang lengkap dan terbatas sehingga
laboratorium kurang difungsikan sebagaimana mestinya. Selain itu ada beberapa alat-alat
yang sudah hilang dan rusak, sehingga hal ini bisa mengganggu ketika akan dilakukannya
praktikum fisika. Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada Laboratorium Fisika SMA
Negeri 13 Banda Aceh didapatkan alat percobaan kurang perawatan sehingga banyak alat
yang tidak bisa digunakan dan masih ada alat laboratorium yang belum sama sekali disentuh.
Guru yang mengajar fisika juga mengakui bahwa Laboratorium Fisika sangat terbatas,
apalagi selama ini penggunaan laborotorium menggunakan dua mata pelajaran yaitu pelajaran
biologi, sehingga tidak efektif jika kita lakukan percobaan, karena banyak alat-alat
Tabel 15 di atas menunjukkan, bahwa metode yang diajarkan guru sudah sesuai
dengan materi yang diajarkan, hal ini terlihat dari hasil jawaban siswa 92% siswa mengatakan
metode yang diajarkan oleh guru fisika sudah sesuai dengan yang diharapkan, 4%
19
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Pernah 16 64
b. Selalu 5 20
c. Jarang 4 16
d. Tidak pernah 0 0
Tabel 16 Respon Orang Tua Memotivasi Siswa terhadap Pembelajaran Fisika
Pada jawaban yang diberikan oleh siswa pada Tabel 16 menunjukkan bahwa 64%
orang tua pernah memotivasi anaknya jika ada kesulitan-kesulitan dalam belajar fisika, 20%
selalu memberikan memotivasi, 16% jarang orang tua memberikan memotivasi kepada
siswa, sedangkan yang tidak pernah memberikan motivasi tidak ada. Dengan demikian dapat
disimpulkan kurangnya perhatian dan dukungan orang tua terhadap anak dalam memotivasi
2.3 Pembahasan
Pada prinsipnya Ibu guru tidak begitu menemui permasalahan dalam ilmu Fisika.
Paling penting dari pembelajaran Fisika harus didasari oleh perkembangan kognitif siswa
yang mengarah pada pembelajaran konstruktivisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Darmadi (2006) bahwa pembelajaran Sain semestinya didasari oleh teori belajar yang sesuai
berdasarkan hasil pengamatan penulis terlihat bahwa sebagian besar responden mengatakan
mereka hanya kadang-kadang dibawa ke laboratorium untuk belajar fisika. Padahal di SMA
Fisika untuk sementara dipakai untuk ruang praktikum fisika dan biologi. Setelah
dikonfirmasi dengan kepala sekolah dan guru fisika mereka mengatakan alat-alat dalam
sebagaimana mestinya. Selain itu ada beberapa alat-alat yang sudah hilang dan rusak,
sehingga hal ini bisa mengganggu ketika akan dilakukannya praktikum fisika.
20
2.3.1 Kegiatan Praktek Mata Pelajaran Fisika Menggunakan Alat Sederhana.
ruangan yang dilengkapi dengan peralatan tertentu untuk melakukan suatu percobaan atau
penyelidikan. Pembelajaran fisika (kegiatan ujian praktek fisika) di SMA Negeri 13 Banda
Aceh sudah dilakukan dengan cukup baik. Guru sudah berusaha untuk memanfaatkan segala
potensi yang ada di Laboratorium Fisika sebagai salah satu sumber belajar. Walaupun pada
lagi, alat yang dibutuhkan tidak dimiliki oleh Laboratorium SMA Negeri 13 Banda Aceh. Hal
ini menjadi masalah utama di SMA Negeri 13 Banda Aceh. Namun, pelaksanaan
pembelajaran di sekolah berjalan lancar baik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran
maupun kegiatan praktikum pada khususnya dan pembelajaran Fisika pada umumnya tetap
dapat berlangsung dengan baik. Dengan adanya keterbatasan alat di Laboratorium (foto
terlampir), Ibu Rusni Elfida dan Ibu Zuraida mengajak siswa berusaha memanfaatkan segala
potensi yang ada untuk merancang dan membuat alat percobaan sederhana dari bahan bekas
Untuk menarik minat belajar fisika para guru SMA Negeri 13 Banda Aceh berusaha
memberikan yang terbaik kepada siswa dalam melakukan praktikum maupun pembelajaran
fisika tanpa alat dan media tidak mungkin dapat mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebut
diperkuat oleh pendapat Muhammad (2002) yang menyatakan bahwa media pembelajaran
diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message),
merangsang minat siswa dalam berpikir , perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga
Media pembelajaran yang berupa alat peraga sederhana rancangan mandiri dapat
merangsang minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran fisika dalam pemikiran dan
21
fisika yang dilakukan siswa secara demonstrasi (inkuiri) maupun verifikasi, dapat
memberikan gambaran konkrit kepada siswa mengenai konsep-konsep fisika yang bersifat
abstrak. Slameto & Sardiman (2012: Online) melalui blog yang dikutip oleh penulis
menjelaskan minat adalah “ kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya
terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat seseorang dapat melakukan sesuatu yang
diminatinya dan sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu”
Sardirman A. M. (1988:76) berpendat bahwa minat adalah sebagai suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
pernyataan Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005) pada poin (4) mengenai empat alasan
pentingnya kegiatan praktikum Sains (IPA), yang meliputi: (1) praktikum membangkitkan
eksperimen, (3) praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, dan (4) praktikum
menunjang materi pelajaran. Kegiatan pembelajaran dan praktikum fisika di SMA Negeri 13
Banda Aceh dilakukan pada waktu jam pelajaran atau di luar jam pelajaran sesuai dengan
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data, dapat ditarik kesimpulan disimpulkan bahwa:
1. Minat belajar fisika akan nampak apabila guru dalam memberikan gambaran kepada
siswa tidak hanya dengan menjelaskan secara ceramah sehingga siswa bosan dalam
2. Sarana dan prasarana pembelajaran di SMA Negeri 13 Banda Aceh sudah memadai
seperti , jaringan internet, ruang multimedia, dan juga tenaga pengajar fisika sudah
22
memadai, dan yang sangat dibutuhkan laboratorium biologi, Bahasa dan Perpustakaan
3. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan sudah baik. Dalam hal ini
pembelajaran, MGMP, dan memberi kesempatan pada guru Fisika untuk melanjutkan
studi S2
4. Keterbatasan alat dan bahan di Laboratorium Fisika SMA Negeri 13 Banda Aceh,
5. Dalam mengatasi keterbatasan alat dalam melaksanakan praktikum dan ujian praktek
mata pelajaran fisika, guru juga memanfaatkan media percobaan yang mendekati
3.2 Keterbatasan
Penelitian Studi Kasus yang dilaksanakan di SMA Negeri 13 Banda Aceh mengalami
1. Penelitian lebih bersifat deskriptif (kualitatif), maka hasil analisis sangat bergantung
sederhana rancangan mandiri pada semester 1 tahun ajaran 2013/2014. Jadi peneliti
tanpa dapat melihat pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika secara langsung.
23
3.3 Saran
Saran yang ditujukan kepada peneliti dan pihak sekolah lebih bersifat membangun.
fisika seperti peralatan praktikum, media belajar, dan buku paket fisika
2. Dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa diharapkan kepada guru fisika untuk
tentang pelaksanaan praktikum supaya guru fisika lebih terampil dalam hal proses
belajar mengajar.
4. Dalam mengajarkan mata pelajaran fisika, diharapkan kepada guru fisika agar tidak
menjadikan suatu alasan kurangnya fasilitas belajar sebagai faktor penghambat hasil
belajar fisika, yaitu dengan cara merancang alat-alat percobaan sederhana, apalagi
sekarang banyak media pembelajaran seperti animasi, Phet Simulation dan lain-lain.
24
PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 13
JALAN LAMPOH KUTA No.2E Telp. (0651)721707 GAMPONG JAWA BANDA ACEH
Email : sman13_bna@yahoo.com Website : www.disdikporabna.com
Kode Pos :
A. Sejarah Singkat
Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Banda Aceh salah satu sekolah yang berdiri setelah
terjadinya musibah tsunami Tahun 2004, seiring berjalannya waktu Pemerintah Kota Banda
Aceh mempersiapkan SMA Persiapan Negeri 13 Banda Aceh yang mempunyai izin
operasionalnya pada tahun 2006 dengan Nomor Operasionalnya 421.3/E.1/64/2006 yang
pada saat itu masih menggunakan gedung di SMA Negeri 3 Banda Aceh dengan seorang
kepala sekolah dan 12 orang guru dengan status diperbantukan, namun dalam hal ini terus
berusaha untuk mempertahankan agar SMA persiapan Negeri 13 yang terletak di Kota Banda
Aceh tetap berjalan dengan baik walaupun dengan beberapa orang guru, pada tahun 2007
dengan bantuan perusahaan Samsung membangun sekolah yang terletak di Kampung Jawa
Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh.
Pada tanggal 6 bulan Pebruari tahun 2007 SMA Negeri 13 Banda Aceh dinegerikan,
kemudian mulai operasionalnya pada gedung baru yang terletak di Kampung Jawa
Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh pada tahun 2007 dengan jumlah guru tetap sebanyak
25 orang Pegawai Negeri Sipil dan 11 Guru Honda/GTT/Kontrak, Pegawai Tetap sebanyak 4
orang dan pegawai tidak tetap sebanyak 3 orang, SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh memiliki
guru Titipan / Nota Dinas sebanyak 1 orang, SMA Negeri 13 Banda Aceh yang sudah
memiliki guru sertifikasi sebanyak 50% , sampai saat ini dengan jumlah robel belajar
sebanyak 10 rombel dengan jumlah siswa sebanyak 162 siswa.
SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh sampai saat ini sudah dipimpin oleh tiga kepala
sekolah sejak berdirinya dan sudah memiliki alumni, maka SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh
terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan, baik dengan meningkatkan kualitas tenaga
pendidik juga dengan terus melakukan perbaikan-perbaikan yang berarti dalam kualitas
manajemen pendidikannya. Peningkatan kualitas ini terbukti dengan kemampuan bersaing
25
para siswa dalam berbagai lomba dengan sekolah-sekolah lain yang berada di Kota Banda
Aceh dan luar Kota Banda Aceh.
Struktur SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh terdiri dari seorang Kepala Sekolah dibantu
dengan empat wakil, empat orang bagian Pengajaran, enam orang Tata Usaha dan satu orang
Pengurus Perpustakaan. Walaupun beban Kepala Sekolah cukup berat, namun pekerjaan
tersebut sedikit lebih ringan, untuk meningkatkan mutu pendidikan, SMA Negeri 13 Kota
Banda Aceh berusaha melengkapi sarana dan prasarana serta mutu tenaga pendidik untuk
keberlangsungan sekolah dengan baik. Hal tersebut sangat membutuhkan uluran tangan dari
berbagai pihak baik bantuan moril yaitu dukungan untuk terus maju maupun bantuan materi
yang termasuk didalamnya bantuan sarana fisik karena sampai saat ini sekolah kebanggaan
masyarakat Gampong Jawa Kecamatan Kuta Raja masih banyak membutuhkan perlengkapan
sekolah diantaranya adalah
SMA Negeri 13 Banda Aceh dengan pendidikan dan pengajaran yang intensif memiliki
visi: "Unggul dan Berprestasi Berlandaskan Iman dan Taqwa."
Untuk mencapai visi tersebut maka kami merumuskan dan menyusun misi-misi sebagai
berikut:
2. Menumbuhkan semangat bersaing secara sehat sesama siswa dalam meraih prestasi serta
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
26
5. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat
dikembangkan secara optimal.
Provinsi : Aceh
Jurusan : Kimia
27
D. Struktur Organisasi :
Kepala :
HP/Mobile : 081360327558
28
E. Jumlah Guru dan Murid
Jumlah Guru :
Jumlah Murid
Kelas X. Kelas XI.IA Kelas XI.IS Kelas XII.IA Kelas XII.IS Jumlah
18 1 36 12 1 27 16 5 21 10 18 28 37 12 49 93 68 161
8 5
4 Ruang Komputer 1
5 Ruang Pengajaran 1
6 Ruang Pegawai TU 1
7 Ruang BP/BK 1
8 Ruang Belajar 9
11 Ruang Perpustakaan 1
12 Ruang OSIS -
29
13 Musalla 1
14 Gudang 1
15 WC Guru 3
16 WC Siswa 5
17 Kantin 1
19 Laboratorium Fisika 1
20 Laboratorium Kimia 1
21 Laboratorium Komputer 1
B. NON FISIK
1 Kursi guru -
2 Meja guru -
3 Meja siswa -
4 Kursi siswa -
5 Locker guru -
6 Lemari Filling -
11 Komputer kantor -
12 Amplifier -
13 Mikrophon -
14 Speaker -
15 Kipas Angin -
16 Sofa tamu -
17 Mobiler perpustakaan -
30
G. Penutup
Kejayaan suatu kaum terletak pada agama, ilmu pengetahuan dan adat istiadatnya. Oleh
karena itu, diharapkan pengembangan peran serta Sekolah ini akan menjembatani generasi
Aceh menuju generasi yang sukses dan berkualitas yang berlandaskan agama dan ilmu
pengetahuan. Untuk mewujudkan usaha tersebut, dibutuhkan kerjasama dan partisipasi aktif
dari berbagai pihak dalam menyikapi pemikiran ini.
Sebelum dan sesudahnya kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungan
yang diberikan. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Kepala Sekolah
Erlawana.S.Pd, M.Pd.
NIP. 19701110 198901 2 002
31
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, dkk, 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: Prestasi Pustaka
Algensindo.
Muhammad, A. (2002). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
32