Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting didalam pembangunan bangsa sehingga

menjadi perhatian khusus pemerintah untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang

berkualitas. Oleh sebab itu, pendidikan sebagai motor penggerak pembangunan yang sangat

ditentukan oleh upaya peningkatan kuliatas program pendidikan yang berkelanjutan sehingga

akan dapat memberikan dampak terhadap perkembagan pendidikan di tanah air. Pendidikan

yang berkualitas tidak dapat berkembang jika antara pemerintah dan masyarakat tidak

mendukung program-program yang sedang dijalankan pemeritah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat.

Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan,

salah satu diantaranya bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM)

yang berkualitas diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini keberhasilan

pendidikan tak lepas dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Menurut

Darsono (2001), sekolah merupakan tempat pengembangan kurikulum formal, yang meliputi:

(1) tujuan pelajaran umum dan khusus, (2) bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3)

metode/strategi embelajaran, dan (4) sistem penilaian untuk mengetahui hingga mana tujuan

tercapai.

Proses pembelajaran menurut Darsono (2001), secara umum merupakan suatu

kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku. Maka pengertian pembelajaran

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku

siswa berubah ke arah yang lebih baik. Dalam pencapaian perubahan tingkah laku diperlukan

suatu alat pendidikan ataupun media pembelajaran. Sutopo (2003) mengatakan bahwa dengan

bantuan media dapat diajarkan cara-cara mencari informasi baru, menyeleksinya dan

1
kemudian mengolahnya, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu pertanyaan. Dengan

pendekatan konvensional aktivitas dan kreativitas siswa tidak banyak tersentuh. Akibatnya

keluaran pendidikan secara konvensional tidak mampu memberikan sumbangan bagi

pembangunan bangsa khususnya, kemaslahatan manusia pada umumnya (Darsono, 2001).

Sekarang ini pembelajaran di sekolah pada umumnya maupun pembelajaran Fisika

pada khususnya masih menggunakan pembelajaran konvensional yang mengandalkan metode

ceramah di depan kelas, sesuai pengamatan peniliti pada guru mata pelajaran Fisika di SMA

Negeri 13 Kota Banda Aceh.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan studi

kasus di SMA Negeri 13 Banda Aceh. Sekolah yang terletak Kecamatan Kuta Raja Kota

Banda Aceh. Adapun alasan peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat studi kasus

adalah sebagai berikut:

1. SMA Negeri 13 Banda Aceh. merupakan salah satu sekolah yang terletak di Jalan

Lampoh Kuta No. 2E Gampong Jawa Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh yang

memiliki siswa lebih kurang 161 siswa, sehingga penulis ingin melihat pengaruh

minat belajar siswa.

2. Bagaimana guru Fisika dalam memberikan motivasi dan minat siswa untuk belajar

fisika agar mencapai ketuntasan belajar dan apa kendala dilapangan bagi siswa (data

studi dokumen dan wawancara).

3. Bagaimana guru melaksanakan praktikum jika laboratorium yang tersedia masih

bergabung satu laboratorium dua mata pelajaran yaitu fisika dan biologi.

Alasan-alasan yang diuraikan di atas memotivasi peneliti untuk memilih SMA Negeri

13 Banda Aceh sebagai tempat observasi. Penulis tertarik untuk mengungkap pengaruh minat

belajar siswa terhadap pelajaran penyelenggaraan pembelajaran Fisika dengan fasilitas

laboratorium Fisika dan gedung perpustakaan yang masih menggunakan ruang belajar untuk

2
meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari mata pelajaran secara umum dan

mempelajari fisika khususnya terhadap penilaian praktikum serta penilaian ujian praktek

mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 13 Banda Aceh.

1.2 Fokus Masalah

Studi kasus ini difokuskan pada pembelajaran fisika dengan pengaruh minat belajar

siswa terhadap pelajaran Fisika dan kaitannya dengan kelengkapan alat laboratorium Fisika.

Selain itu juga, seberapa jauh pemanfaatan barang-barang bekas untuk menggantikan alat-alat

laboratorium Fisika yang tidak dipunyai dalam kegiatan praktikum.

Dari uraian latar belakang masalah dan fokus masalah dalam studi kasus ini, dapat

diajukan rumusan masalah yaitu: “Bagaimanakah pengaruh minat siswa belajar Fisika dan

kaitannya dengan kelengkapan alat laboratorium Fisika”.

Rumusan masalah studi kasus ini dapat dioperasionalkan menjadi pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah minat siswa terhadap pembelajaran Fisika proses assesmennya

berlangsung di SMA Negeri 13 Banda Aceh?

2. Bagaimanakah pemanfaatan bahan-bahan bekas sebagai alat percobaan Fisika

pengganti alat-alat laboratorium untuk digunakan dalam ujian praktek di SMA Negeri

13 Banda Aeh?

1.3 Tujuan Observasi

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minat siswa belajar fisika dan

hambatan pembelajaran Fisika pada SMA Negeri 13 Banda Aceh serta pemanfaatan alat

sederhana rancangan mandiri. Untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan observasi,

dilakukan tahapan-tahapan kegiatan dengan tujuan yang lebih spesifik, yaitu:

1. Menganalisis pembelajaran Fisika khususnya kegiatan praktek proses assesmennya

berlangsung di SMA Negeri 13 Banda Aceh?

3
2. Menganalisis bagaimana cara guru memotivasi siswa agar minat dalam belajar untuk

mencapai ketuntasan belaja fisika di SMA Negeri 13 Banda Aceh?

3. Menganalisis mengetahui kelengkapan sarana prasarana terhadap pelajaran di SMA

Negeri 13 Banda Aceh?

4. Untuk mengetahui peran kepala sekolah agar mutu belajar fisika dapat ditingkatkan di

SMA Negeri 13 Banda Aceh

Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi Lapangan

2. Wawancara (formal dan informal dengan unsur-unsur sekolah)

3. Dukumentasi (arsip sekolah, perangkat pembelajaran, dan foto-foto)

1.4 Metode Studi Kasus

Studi kasus yang dilakukan di SMA Negeri 13 Banda Aceh menggunakan metode

penelitian kualitatif. Observasi dilaksanakan dalam bentuk studi kasus dengan data-data yang

dikumpulkan berupa data kualitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi lapangan

tercatat dalam catatan lapangan (field notes), wawancara, angket survei dan pengumpulan

beberapa dokumen yang diperlukan untuk kelancaran dalam membuat laporan tersebut.

4
Alur Penelitian Yaitu:

Observasi Lapangan Pembuatan Instrumen

Wawancara Observasi Laboratorium


Fisika

Kapsek/Wakasek Guru Fisika

Analisis Data dan


Hasil Penelitian
Pembahasan

Kesimpulan,
Keterbatasan dan Saran

Gambar 1. Alur Penelitian Studi Kasus

1.4.1 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Observasi dilaksanakan dalam bentuk studi kasus dengan data-data yang dikumpulkan

berupa data kualitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi lapangan dicatat dalam

catatan lapangan (field notes), wawancara, Angket Survei, dan pengumpulan beberapa

dokumen yang diperlukan (berupa foto dan arsip sekolah).

Studi kasus (Case Study) ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Selama kegiatan

studi kasus dilaksanakan sebanyak 6 kali kunjungan ke sekolah. Sedangkan untuk penafsiran

dan analisis data secara berkala kira-kira selama 1 minggu. Penyusunan laporan dilakukan

saat dan setelah observasi lapangan berlangsung.

Pengumpulan data dalam studi kasus ini dilakukan melalui beberapa sumber data

yang dapat diuraikaan sebagai berikut:

5
1. Observasi lapangan secara langsung, meliputi observasi fasilitas umum sekolah,

observasi fasilitas laboratorium Fisika, dan observasi kondisi lingkungan sekolah.

2. Wawancara terhadap Kepala Sekolah, Wakil Kesiswaan, Wakil Kurikulum dan guru

fisika. Berikut ini adalah daftar wawancara yang telah dilakukan terhadap unsur-unsur

sekolah tersebut.

No Subjek yang diwawancara Jumlah wawancara Keterangan


1. Formal meminta untuk dapat
melak sanakan tugas mata
1. Kepala Sekolah 2 Kali kuliah Studi Kasus
2. Formal (tidak berkenan
direkam)
1 kali formal (isi angket)
2. Guru Fisika 2 Kali
1 kali informal (tidak direkam)
1 kali formal (isi angket)
3. Guru Fisika 2 Kali
1 kali informal (tidak direkam)
4. Wakil Kesiswaan 1 Kali Informal (tidak direkam)
5. Wakil Kurikulum 1 Kali Informal (tidak direkam)
6. Pengelola Perpustakaan 1 Kali Informal (tidak direkam)
7. Ka. Tata Usaha 1 Kali Informal ( tidak direkan)
8 Siswa 1 Kali Formal ( isi Angket)
Tabel 1 Wawancara terhadap unsur-unsur sekolah

Adapun pencatatan dan dokumentasi seluruh data yang diperoleh dilakukan dengan

cara berikut:

1. Hasil Observasi dicatat dalam catatan lapangan (field notes).

2. Wawancara didokumentasikan dengan kamera, pencatatan langsung yang ditulis

dalam angket survei dalam bentuk wawancara.

3. Fasilitas sekolah termasuk di dalamnya fasilitas laboratorium Fisika dan pembelajaran

Fisika didokumentasikan dengan kamera.

1.5 Instrumen Penelitian

Seperti diuraikan di atas bahwa studi kasus ini menggunakan penelitian dengan

metode deskriptif. Pengumpulan data dalam studi kasus ini melalui yang meliputi: lembar

observasi dalam bentuk koiseoner pembelajaran Fisika, dan wawancara. Diharapkan

6
instrumen tersebut dapat memberikan gambaran dan mencapai tujuan studi kasus yang

diuraikan sebelumnya.

1.5.1 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah analisis data

kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan Huberman

(Sugiyono, 2005), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahap penelitian hingga

sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.

Setelah data terkumpul, baik hasil wawancara dan observasi penulis

mengklarifikasikan data tersebut berdasarkan variabel-variabelnya masing-masing, kemudian

diolah dengan menggunakan teknik deskripsi verbal dan diolah dengan persentase dari tiap-

tiap alternatif jawaban, yaitu dengan menggunakan:

f
P x100% Sudijono (2011:43)
N

Keterangan :

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah/frekuensi/banyaknya individu)

P = angka persentase

1.6 Pokok-pokok Pertanyaan Yang Diajukan dalam Studi Kasus

Pokok-pokok pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini meliputi 3 bagian, yaitu

pertanyaan yang diajukan kepada kepala sekolah, guru fisika dan siswa . Pokok-pokok

pertanyaan yang diajukan kepada kepala sekolah, yaitu:

 Wawancara yang dilakukan lebih bersifat sebagai cross check terhadap

jawaban Kepala Sekolah

7
 Pertanyaan lebih cendrung pada guru fisika bagaimana minat siswa terhadap

pembelajaran fisika

 Pertanyaan lebih cenderung pada pemakaian alat-alat laboratorium ketika

ujian praktek dan pemakaian laboratorium berlangsung.

 Pertanyaan pada siswa terhadap guru fisika dalam penyampaian materi

pelajaran fisika

Ketiga yaitu pokok-pokok pertanyaan yang diajukan kepada guru, yaitu:

 Wawancara yang dilakukan lebih bersifat sebagai cross check terhadap

jawaban guru.

 Wawancara yang dilakukan lebih bersifat sebagai cross check terhadap

jawaban siswa

 Pertanyaan lebih cenderung pada pemakaian alat-alat laboratorium dan

kegiatan praktikum berlangsung.

A. Wawancara dengan Kepala Sekolah

Gambar 2. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 13 Banda Aceh

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 13 Banda

Aceh yang dilakukan oleh penulis bahwa yang menjadi kesulitan bagi siswa dalam

8
mempelajari materi fisika diataranya, minat dan motivasi siswa dalam mempelajari fisika

sangat rendah. Selain pelaksanaan pembelajaran fisika pada SMA Negeri 13 Banda Aceh

bahwa masih ada guru dalam proses pembelajaran kurang memberikan motivasi kepada

siswa didalam kelas, sehingga siswa bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar, serta

masih ada guru dalam proses pembelajaran kurang menanamkan konsep yang konkrit serta

kurang memanfaatkan laboratorium fisika.

Menyangkut dengan sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 13 Banda Aceh

untuk proses pembelajaran yang berlangsung menurut kepala sekolah sudah lengkap,

seperti peralatan internet misalnya wifi dan infokus untuk proses pembelajaran

berlangsung, namun dalam studi kasus yang penulis lakukan pada SMA Negeri 13 Banda

Aceh belum tersedianya laboratorium bahasa, biologi, lapangan basket serta perpustakaan

tempat siswa meminjam buku belum memadai.

Menurut kepala sekolah SMA Negeri 13 Banda Aceh menyangkut dengan kompetensi

guru yang sudah bagus adalah kompetensi profesionalnya, sementara kompetensi

pedagoginya masih kurang, kompetensi keribadian yang ada pada guru masih kurang serta

yang masih kurang pada guru adalah kompetensi humas. Untuk meningkatkan kualitas

guru pada SMA Negeri 13 Banda Aceh berdasarkan hasil wawancara penulis dengan

kepala sekolah bahwa di SMA Negeri 13 Banda Aceh setiap minggu melakasanakan

Musyawarah Guru-guru Mata Pelajaran (MGMP), Melakukan Workshop tentang

Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013. Agar pelaksanaan proses pembelajaran yang

berlangsung dengan baik maka kepala sekolah mengirimkan guru secara bergiliran untuk

mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh dinas terkait untuk kelancaran proses

pembelajaran disekolah. Selain itu kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru-guru

untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yaitu S2 baik didalam Negeri maupun di

luar Negeri . yang sifatnya membangun.

9
B. Wawancara dengan Guru Fisika

Gambar 3. Wawancara dengan Ibu Dra. Rusni Elvida

Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan dua orang guru fisika pada SMA

Negeri 13 Banda Aceh, hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar mengajar

mata pelajaran fisika adalah Minat belajar siswa masih kurang pada saat proses pembelejaran

berlansung dan siswa sering terlambat masuk pada saat jam pertama pelajaran. Sehingga guru

fisika berusaha untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa agar termotivasi

dalam belajar fisika dengan cara mengajarkan siswa untuk mencintai fisika.

Efek yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut adalah guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran masih banyak menggunakan metode ceramah, namun kita tau bahwa

metode ceramah sangat membosankan siswa sehingga siswa kurang minat dalam belajar.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut menurut hemat penulis sebaiknya guru fisika

menggunakan alat bantu sederhana yang dilakukan secara demantrasi kepada siswa didepan

kelas serta menggunakan media pembelajaran semisal animasi sehingga siswa tidak merasa

bosan dan minat siswa termotivasi untuk belajar fisika.

Faktor yang mempengaruhi minta belajar fisika bukan hanya disebabkan oleh metode

guru mengajar didalam kelas, namun tidak terlepas dari sikap pribadi siswa sendiri,

10
lingkungan tempat tinggal dan dukungan orang tua juga sangat mempengaruhi minat siswa

untuk belajar khususnya fisika lebih baik.

Gambar 4. Wawancara dengan Wakasiswaaan

1.7 Hal-hal Yang Akan Dilaporkan

Hasil pengamatan dari observasi yang meliputi: keadaan lingkungan sekolah,

lingkungan kelas, laboratorium Fisika, sampai dengan wawancara dengan Kepala Sekolah.

Banyak hal yang dapat dilaporkan dari studi ini. Peran Kepala Sekolah sebagai seorang

Manager dalam pelaksanaan pendidikan di SMA Negeri 13 Banda Aceh sudah sangat baik.

Kepala Sekolah cukup terbuka dan bisa menempatkan diri dengan para staf guru dan

karyawan.

Kinerja guru secara garis besar sudah sesuai dengan standard, baik dalam tugas

pengajaran di kelas dan penyusunan perangkat pembelajarannya. Guru Fisika di sekolah ini

terdiri dari 2 Ibu Guru . Sedangkan pengamatan untuk mengetahui bagaimana guru

memberikan motivasi kepada siswa agar minat belajar fisika lebih baik, namun pelaksanaan

pembelajaran fisika kurang menarik karena kurang menamkan konsep yang konkrit pada

siswa dan kurang memanfaatkan laboratorium, penggunaan dan pemanfaatan laboratorium

karena alat yang terdapat pada laboratorium fisika masih kurang dan penggunaan

lebaratorium menggunakan dua mata pelajaran yaitu fisika dan biologi dalam melakukan

11
melakukan praktek serta saat ujian praktek, peneliti tujukan pada guru fisika sebagai guru

mata pelajaran Fisika. Karena sesuai informasi yang dihasilkan dari observasi lapangan dan

wawancara, baik dengan kepala sekolah maupun dengan guru fisika kurang memanfaatkan

laboratorium bukan disebabkan kurang memahami, namun guru tersebut mengatakan alat-alat

dalam laboratorium fiska kurang lengkap dan terbatas , karena satu laboratorium harus

menggunakan dua pelajaran yaitu fisika dan biologi (photo terlampir).

Gambar 5. Peralatan Laboratoium SMA Negeri 13 Banda Aceh

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

2.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 13 Banda Aceh

SMA Negeri 13 Banda Aceh sebagai salah satu tempat belajar siswa, mempunyai

peranan yang sangat penting dalam menyukseskan program pemerintah Wajar 9 tahun.

Sekolah merupakan tempat yang utama bagi siswa dalam belajar. Walaupun dapat kita

jumpai tempat belajar yang lain di luar sekolah. Termasuk juga SMA Negeri 13 Banda

Aceh yang memberikan sumbangsih pendidikan di lingkungan Kota Banda Aceh

khususnya dan Nasional pada umumnya. SMA Negeri 13 Banda Aceh tercatat dalam

Nomor Statistik Sekolah (NSS) dengan nomor 3010661103503. Sekolah ini terletak

dipinggiran Kota Banda Aceh Provinsi Aceh. SMA Negeri 13 Banda Aceh berstatus

sekolah Negeri (data secara lengkap mengenai profil sekolah terlampir).

12
2.1.2 Proses Belajar Mengajar dan Kegiatan Praktek

SMA Negeri 13 Banda Aceh memiliki ruangan untuk laboratorium Fisika, namun

masih bergabung dengan biologi sebagai tempat praktikum siswa mengenai konsep fisika.

Sesuai dengan pengamatan peneliti, peralatan yang tersedia sangat kurang untuk melakukan

percobaan fisika (foto terlampir). Berbagai keluhan sering keluar dari pihak guru-guru Fisika

terkait fasilitas laboratorium Fisika yang kurang memadai. Walaupun begitu, guru Fisika

tidak begitu saja menyerah dengan keterbatasan yang ada. Guru Fisika melakukan berbagai

terobosan untuk mengatasi keterbatasan alat yang ada pada laboratorium. Berikut ini kutipan

hasil wawancara dengan guru Fisika Ibu Rusni Elfida:

Observer/Peneliti:

”Bagaimanakah kegiatan ujian praktek Ibu lakukan di laboratorium bila bergabung

dengan biologi di SMA Negeri 13 Banda Aceh ini ketika alat percobaan yang

dibutuhkan tidak tersedia?”

Guru Fisika Ibu Dra. Rusni Elfida dan Ibu Zuraida, S.Pd

”Kegiatan praktek mata pelajaran fisika ketika tidak tersedianya alat percobaan agar

minat siswa dalam proses pembelajaran khusunya fisika, maka kami gantikan dengan

alat yang sederhana, supaya gambaran konsep fisika tergambar pada siswa.

Berhubung alat yang tersedia di laboratorium tidak memadai, maka kami dan siswa

merancang dan membuat alat percobaan sederhana sendiri. Seperti halnya percobaan

pada konsep kesetimbangan benda tegar untuk menentukan titik berat benda dengan

menggunakan kotak indome atau kotak aqwa yang bersih tanpa ada tulisan.

13
2.2 Analisis Hasil Penelitian

a. Angket

Agar hasil yang diperoleh perlu membuat data yang diperlukan dalam penelitian

dengan cara membuat instrumen penelitian berupa angket. Angket yang diedarkan kepada

siswa yaitu kelas XI-IA dan XII.IA SMA N 13 Banda Aceh yang diambil 25 orang sampel.

Setelah data diperoleh dari hasil penelitian ini terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis

mengolah data tersebut pada tiap-tiap pertanyaan sesuai dengan nomor urut angket,

sementara jawaban tersebut disusun dalam bentuk tabel untuk diambil kesimpulan.

Gambar 6 Siswa sedang Mengisi Angket Penelitian

JAWABAN SISWA F P (%)


a. Mengikutinya saja agar tidak melanggar peraturan sekolah 2 8
b. Mengikutinya saja untuk sekedar mendapatkan nilai saja 5 20
c. Mengikutinya serius karena saya suka pembelajaran fisika 18 72
Tabel 2 Sikap Siswa tentang Pelaksanaan Pengajaran Fisika di Sekolah

Berdasarkan hasil pada Tabel 2. Dapat dilihat bahwa keinginan belajar fisika begitu

besar, mereka menyambut positif terhadap pelaksanaan pengajaran fisika di sekolah. Hal ini

dibuktikan oleh mayoritas responden menjawab mengikutinya dengan serius karena saya

suka pembelajaran fisika sebanyak 18 orang atau sebesar 72%, mengikutinya saja untuk

sekedar mendapatkan nilai sebanyak 5 orang atau sebesar 20%, dan mengikutinya saja agar

tidak melanggar peraturan sekolah sebanyak 2 orang atau sebesar 8%.

14
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Ada 4 16
b. Kadang-kadang 16 64
c. Tidak pernah 5 20
Tabel 3 Siswa Mempelajari Fisika Selain pada Jam Sekolah

Pada Tabel 3 terlihat bahwa minat siswa SMA Negeri 13 Banda Aceh dalam belajar

fisika di luar jam pelajaran sangat rendah, dari hasil jawaban siswa terlihat sebesar 64% siswa

menjawab kadang-kadang, siswa yang tidak pernah belajar fisika selain pada jam sekolah

sebesar 20%, sedangkan siswa yang ada belajar fisika selain pada jam sekolah hanya 16%.

JAWABAN SISWA F P (%)


a. Setiap selesai pelajaran fisika 6 24
b. Pada saat akan diberikan materi pembelajaran fisika berikutnya 21 64
c. Setiap waktu 3 12
Tabel 4 Jadwal Siswa Belajar Fisika

Dari data pada Tabel 4 , terlihat bahwa siswa belajar fisika di luar jam pelajaran

sangat rendah, maksudnya disini bahwa siswa hanya belajar fisika pada saat jam pelajaran

fisika, namun dapat dilihat dari hasil yang diperoleh bahwa sebanyak 64% jawaban siswa

belajar fisika hanya pada saat diberikan materi pembelajaran fisika berikutnya, sementara

siswa yang belajar setelah selesai mempelajari fisisika yaitu sekitar 24%, sedangkan yang

menjawab tidak pernah belajar selain jam pelajaran fisika sekitar 12%.

JAWABAN SISWA f P (%)


a. 1 - 2 jam 18 72
b. 2 – 3 jam 5 20
c. 3 – 4 jam 2 8
Tabel 5 Jumlah Jam Siswa yang Belajar Fisika di Rumah

Jika diperhatikan data pada Tabel 5, mayoritas siswa belajar dirumah masih sangat

rendah, disini dapat dilihat dari tabel diatas bahwa 72% siswa menjawab 1-2 Jam untuk

mereka belajar dirumah, 20% yang belajar 2-3 jam sedangkan yang belajar 3-4 Jam sekitar

8%. siswa yang tidak pernah menggunakan waktu di rumah untuk belajar fisika.

15
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Sangat menguasai 18 72
b. Menguasai 7 28
c. Tidak menguasai 0 0
Tabel 6 Pendapat Siswa terhadap Guru dalam Mengajar Fisika

Pada Tabel 6, bila dilihat dari jawaban siswa guru yang mengajar fisika sangat

menguasai materi pembelajaran , jawaban siswa sebesar 72% dan 28% yang mengatakan

guru menguasai materi yang diberikan, dan tidak ada jawaban siswa yang mengatakan guru

tidak menguasai materi pembelajaran yang diberikan.

JAWABAN SISWA f P (%)


a. Sangat memahami 7 28
b. Kurang memahami 5 20
c. Memahami 14 52
d. Tidak memahami 0 0
Tabel 7 Pemahaman Siswa terhadap Materi yang Diajarkan Guru

Berdasarkan Tabel 7, diatas jawaban siswa sekitar 52% mengatakan bahwa

kemampuan guru dalam menyampaikan pembelajaran memahami materi yang diberikan,

namun ada juga siswa yang sangat memahami sekitar 28% yang dan yang kurang memahami

adalah 20% dan tidak ada satupun yang menjawab tidak memahami materi yang diberikan

oleh guru fisika. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dan daya tangkap siswa yang

bervariasi dalam satu kelas.

JAWABAN SISWA f P (%)


a. Sangat terfokus 4 16
b. Kadang-kadang terfokus 16 64
c. Tidak terfokus 5 20
Tabel 8 Pendapat Siswa terhadap Guru Dalam Penggunaan Buku Paket
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa 16% guru dalam mengajar fisika sangat terfokus

pada buku paket, 64% guru dalam mengajar fisika kadang-kadang terfokus pada buku paket,

dan 20% siswa mengatakan bahwa guru tidak terfokus pada buku paket. Dari permasalah

diatas dapat disimpulkan guru sangat terfokus atau kadang–kadang terfokus pada buku paket

ini dapat mengakibatkan siswa cepat bosan dan kurang bersemangat dalam belajar fisika.

16
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Sering 2 8
b. Kadang-kadang 23 92
c. Tidak pernah 0 0
Tabel 9 Pendapat Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga oleh Guru

Tabel 9 menunjukkan bahwa hanya 8% siswa mengatakan guru sering menggunakan

alat peraga dalam proses belajar mengajar dikelas, sedangkan siswa mengatakan guru

kadang-kadang menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dikelas sekitar 92%,

dan tidak ada siswa yang menjawab bahwa guru tidak pernah menggunakan alat peraga.

JAWABAN SISWA f P (%)


a. Sering 3 12
b. Kadang-kadang 20 80
c. Tidak pernah 2 8
Tabel 10 Pendapat Siswa terhadap Pemakaian Laboratorium Fisika

Pada Tabel 10 diatas terlihat bahwa sebesar 80% siswa mengatakan kadang-kadang

dibawa ke laboratorium untuk melakukan praktikum dan ujian praktikum fisika. Berdasarkan

hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru fisika mengatakan bahwa alat percobaan

fisika di laboratorium IPA di SMA Negeri 13 Banda Aceh masih belum lengkap. Akan tetapi,

sekarang ini banyak alat-alat dan bahan praktikum sudah dalam keadaan kurang bagus dan

sebagian ada yang sudah hilang dan rusak.

JAWABAN SISWA f P (%)


a. Perpustakaan 20 80
b. Membeli di toko buku 2 8
c. Memphoto copy 1 4
d. Pinjam buku kawan 2 8
Tabel 11 Sumber Buku Bacaan Fisika siswa

Berdasarkan Tabel 11 mayoritas siswa sekitar 80% siswa mendapatkan buku paket

fisika dari perpustakaan, 8% membeli buku di toko buku, 4% memphoto copy buku dan 8%

meminjam buku kawan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

mendapatkan buku cetak fisika dari perpustakaan dan sebagian kecil siswa beli dari toko

buku ini dikarenakan minat dan motivasi siswa terhadap belajar fisika masih sangat rendah.

17
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Lengkap 5 20
b. Kurang lengkap 19 76
c. Tidak lengkap 1 4
Tabel 12 Kelengkapan Buku Paket Fisika di SMA Negeri 13 Banda Aceh

Jika dilihat pada Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa sekitar 76% siswa mengatakan

bahwa buku paket fisika di SMA Negeri 13 Banda Aceh kurang lengkap, 20% siswa

mengatakan lengkap buku di perpustakaan, sedangkan yang mengatakan tidak lengkap hanya

satu orang atau sekitar 4%. Berdasarkan hasil observasi penulis pada perpustakaan SMA

Negeri 13 Banda Aceh, terlihat banyak rak buku yang masih kosong belum terisi buku paket

fisika dan juga buku pelajaran lainnya. Permasalah ini sesuai dengan wawancara dengan

kepala sekolah serta pengelola perpustakaan mengatakan buku yang tersedia di perpustaakaan

ini belum semuanya lengkap karena gedung perpustakaan di SMA Negeri 13 Banda Aceh

belum tersedia masih menggunakan ruang belajar.

JAWABAN SISWA f P (%)


a. Memiliki 9 36
b. Tidak memiliki 7 28
c. Kadang-kadang pinjam 9 36
Tabel 13 Kesadaran Siswa untuk Memiliki Buku Bacaan Fisika
Tabel 13 menunjukkan bahwa siswa yang memiliki buku sama dengan siswa yang

kadang-kadang pinjam punya teman yaitu sekitar 36%, sedangkan yang tidak memiliki

sekitar 28%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah memiliki kesadaran untuk

memiliki buku paket fisika. Namun disisi lain mereka sangat jarang untuk belajar dan

membaca buku paket fisika yang sudah mereka miliki.

JAWABAN SISWA f P (%)


a. Lengkap 6 24
b. Kurang lengkap 18 72
c. Tidak lengkap 1 4
Tabel 14 Kelengkapan Alat-Alat Laboratorium

Kalau diperhatikan data pada Tabel 14 di atas siswa mengatakan alat laboratorium

Fisika SMA Negeri 13 Banda Aceh kurang lengkap sekitar 72%, dan 4% siswa yang

18
mengatakan alat laboratorium fisika tidak lengkap, sedangkan yang mengatakan tidak

lengkap adalah sekitar 24%. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa sebagian besar responden

mengatakan mereka hanya kadang-kadang dibawa ke laboratorium untuk belajar fisika.

Padahal di SMA N 13 Banda Aceh memiliki bangunan laboratorium tetapi masih bergabung

dua mata pelajaran. Akan tetapi, setelah dikonfirmasi dengan kepala sekolah dan guru fisika

mereka mengatakan alat-alat dalam laboratorium kurang lengkap dan terbatas sehingga

laboratorium kurang difungsikan sebagaimana mestinya. Selain itu ada beberapa alat-alat

yang sudah hilang dan rusak, sehingga hal ini bisa mengganggu ketika akan dilakukannya

praktikum fisika. Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada Laboratorium Fisika SMA

Negeri 13 Banda Aceh didapatkan alat percobaan kurang perawatan sehingga banyak alat

yang tidak bisa digunakan dan masih ada alat laboratorium yang belum sama sekali disentuh.

Guru yang mengajar fisika juga mengakui bahwa Laboratorium Fisika sangat terbatas,

apalagi selama ini penggunaan laborotorium menggunakan dua mata pelajaran yaitu pelajaran

biologi, sehingga tidak efektif jika kita lakukan percobaan, karena banyak alat-alat

laboratorium yang sudah rusak.

JAWABAN SISWA f P (%)


a. Sesuai 23 92
b. Kurang sesuai 1 4
c. Tidak sesuai 1 4

Tabel 15 Metode yang Digunakan Guru dalam Pembelajaran Fisika

Tabel 15 di atas menunjukkan, bahwa metode yang diajarkan guru sudah sesuai

dengan materi yang diajarkan, hal ini terlihat dari hasil jawaban siswa 92% siswa mengatakan

metode yang diajarkan oleh guru fisika sudah sesuai dengan yang diharapkan, 4%

mengatakan kurang sesuai dan 4% siswa yang mengatakan tidak sesuai.

19
JAWABAN SISWA f P (%)
a. Pernah 16 64
b. Selalu 5 20
c. Jarang 4 16
d. Tidak pernah 0 0
Tabel 16 Respon Orang Tua Memotivasi Siswa terhadap Pembelajaran Fisika

Pada jawaban yang diberikan oleh siswa pada Tabel 16 menunjukkan bahwa 64%

orang tua pernah memotivasi anaknya jika ada kesulitan-kesulitan dalam belajar fisika, 20%

selalu memberikan memotivasi, 16% jarang orang tua memberikan memotivasi kepada

siswa, sedangkan yang tidak pernah memberikan motivasi tidak ada. Dengan demikian dapat

disimpulkan kurangnya perhatian dan dukungan orang tua terhadap anak dalam memotivasi

anak jika ada kesulitan dalam pembelajaran fisika.

2.3 Pembahasan

Pada prinsipnya Ibu guru tidak begitu menemui permasalahan dalam ilmu Fisika.

Paling penting dari pembelajaran Fisika harus didasari oleh perkembangan kognitif siswa

yang mengarah pada pembelajaran konstruktivisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Darmadi (2006) bahwa pembelajaran Sain semestinya didasari oleh teori belajar yang sesuai

dengan perkembangan kognitif siswa, diantaranya adalah teori belajar kontruktivisme.

berdasarkan hasil pengamatan penulis terlihat bahwa sebagian besar responden mengatakan

mereka hanya kadang-kadang dibawa ke laboratorium untuk belajar fisika. Padahal di SMA

Negeri 13 Banda Aceh memiliki bangunan laboratorium. Sehingga ruang Laboratorium

Fisika untuk sementara dipakai untuk ruang praktikum fisika dan biologi. Setelah

dikonfirmasi dengan kepala sekolah dan guru fisika mereka mengatakan alat-alat dalam

laboratorium kurang lengkap dan terbatas sehingga laboratorium kurang difungsikan

sebagaimana mestinya. Selain itu ada beberapa alat-alat yang sudah hilang dan rusak,

sehingga hal ini bisa mengganggu ketika akan dilakukannya praktikum fisika.

20
2.3.1 Kegiatan Praktek Mata Pelajaran Fisika Menggunakan Alat Sederhana.

Margono (2000) mengatakan bahwa laboratorium merupakan suatu tempat, atau

ruangan yang dilengkapi dengan peralatan tertentu untuk melakukan suatu percobaan atau

penyelidikan. Pembelajaran fisika (kegiatan ujian praktek fisika) di SMA Negeri 13 Banda

Aceh sudah dilakukan dengan cukup baik. Guru sudah berusaha untuk memanfaatkan segala

potensi yang ada di Laboratorium Fisika sebagai salah satu sumber belajar. Walaupun pada

kenyataanya, alat yang tersedia di Laboratorium kadang-kadang tidak mencukupi. Ironisnya

lagi, alat yang dibutuhkan tidak dimiliki oleh Laboratorium SMA Negeri 13 Banda Aceh. Hal

ini menjadi masalah utama di SMA Negeri 13 Banda Aceh. Namun, pelaksanaan

pembelajaran di sekolah berjalan lancar baik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran

maupun kegiatan praktikum pada khususnya dan pembelajaran Fisika pada umumnya tetap

dapat berlangsung dengan baik. Dengan adanya keterbatasan alat di Laboratorium (foto

terlampir), Ibu Rusni Elfida dan Ibu Zuraida mengajak siswa berusaha memanfaatkan segala

potensi yang ada untuk merancang dan membuat alat percobaan sederhana dari bahan bekas

yang sudah tidak terpakai.

Untuk menarik minat belajar fisika para guru SMA Negeri 13 Banda Aceh berusaha

memberikan yang terbaik kepada siswa dalam melakukan praktikum maupun pembelajaran

fisika tanpa alat dan media tidak mungkin dapat mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebut

diperkuat oleh pendapat Muhammad (2002) yang menyatakan bahwa media pembelajaran

diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message),

merangsang minat siswa dalam berpikir , perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga

dapat mendorong proses pembelajaran yang lebih baik dan bermakna.

Media pembelajaran yang berupa alat peraga sederhana rancangan mandiri dapat

merangsang minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran fisika dalam pemikiran dan

kemampuan siswa untuk mengembangkan aspek psikomotor siswa. Kegiatan praktikum

21
fisika yang dilakukan siswa secara demonstrasi (inkuiri) maupun verifikasi, dapat

memberikan gambaran konkrit kepada siswa mengenai konsep-konsep fisika yang bersifat

abstrak. Slameto & Sardiman (2012: Online) melalui blog yang dikutip oleh penulis

menjelaskan minat adalah “ kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat

merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya

terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat seseorang dapat melakukan sesuatu yang

diminatinya dan sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu”

Sardirman A. M. (1988:76) berpendat bahwa minat adalah sebagai suatu kondisi yang terjadi

apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Pendapat lain juga diperkuat oleh

pernyataan Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005) pada poin (4) mengenai empat alasan

pentingnya kegiatan praktikum Sains (IPA), yang meliputi: (1) praktikum membangkitkan

motivasi belajar siswa, (2) praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan

eksperimen, (3) praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, dan (4) praktikum

menunjang materi pelajaran. Kegiatan pembelajaran dan praktikum fisika di SMA Negeri 13

Banda Aceh dilakukan pada waktu jam pelajaran atau di luar jam pelajaran sesuai dengan

ketentuan jadwal yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data, dapat ditarik kesimpulan disimpulkan bahwa:

1. Minat belajar fisika akan nampak apabila guru dalam memberikan gambaran kepada

siswa tidak hanya dengan menjelaskan secara ceramah sehingga siswa bosan dalam

proses pembelajaran disekolah.

2. Sarana dan prasarana pembelajaran di SMA Negeri 13 Banda Aceh sudah memadai

seperti , jaringan internet, ruang multimedia, dan juga tenaga pengajar fisika sudah

22
memadai, dan yang sangat dibutuhkan laboratorium biologi, Bahasa dan Perpustakaan

masih sangat membutuhkan.

3. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan sudah baik. Dalam hal ini

ditunjukkan dari pengiriman guru fisika untuk mengikuti pelatihan-pelatihan

pembelajaran, MGMP, dan memberi kesempatan pada guru Fisika untuk melanjutkan

studi S2

4. Keterbatasan alat dan bahan di Laboratorium Fisika SMA Negeri 13 Banda Aceh,

menuntut guru fisika mengembangkan proses pembelajaran dan kegiatan praktikum

berbasis percobaan alat sederhana rancangan mandiri.

5. Dalam mengatasi keterbatasan alat dalam melaksanakan praktikum dan ujian praktek

mata pelajaran fisika, guru juga memanfaatkan media percobaan yang mendekati

dengan alat laboratorium.

3.2 Keterbatasan

Penelitian Studi Kasus yang dilaksanakan di SMA Negeri 13 Banda Aceh mengalami

beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:

1. Penelitian lebih bersifat deskriptif (kualitatif), maka hasil analisis sangat bergantung

pada interpretasi dari peneliti.

2. Pelaksanaan pembelajaran sangat didukung dengan ketersedian buku pada

perpustakaan sebagai penunjang dalam proses pembelajaran berlangsung.

3. Pelaksanaan pembelajaran dan ujian praktek mata pelajaran fisika percobaan

sederhana rancangan mandiri pada semester 1 tahun ajaran 2013/2014. Jadi peneliti

mendapatkan data dari pengumpulan dokumen-dokumen, wawancara, dan angket

tanpa dapat melihat pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika secara langsung.

23
3.3 Saran

Saran yang ditujukan kepada peneliti dan pihak sekolah lebih bersifat membangun.

Saran-saran yang dapat diberikan diantaranya ditujukan kepada:

1. Pemerintah (Pemko) hendaknya memberi perhatian, khususnya dalam menyediakan

sarana dan prasarana penunjang bagi pelaksanaan pendidikan, khususnya pelajaran

fisika seperti peralatan praktikum, media belajar, dan buku paket fisika

2. Dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa diharapkan kepada guru fisika untuk

menggunakan metode belajar yang bervariasi jangan menggunakan metode

pembelajaran yang masih berpusat pada guru..

3. Kepala sekolah hendaknya mengirimkan guru-guru fisika untuk mengikuti pelatihan

tentang pelaksanaan praktikum supaya guru fisika lebih terampil dalam hal proses

belajar mengajar.

4. Dalam mengajarkan mata pelajaran fisika, diharapkan kepada guru fisika agar tidak

menjadikan suatu alasan kurangnya fasilitas belajar sebagai faktor penghambat hasil

belajar fisika, yaitu dengan cara merancang alat-alat percobaan sederhana, apalagi

sekarang banyak media pembelajaran seperti animasi, Phet Simulation dan lain-lain.

24
PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 13
JALAN LAMPOH KUTA No.2E Telp. (0651)721707 GAMPONG JAWA BANDA ACEH
Email : sman13_bna@yahoo.com Website : www.disdikporabna.com
Kode Pos :

PROFIL SMA NEGERI 13 BANDA ACEH

A. Sejarah Singkat
Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Banda Aceh salah satu sekolah yang berdiri setelah
terjadinya musibah tsunami Tahun 2004, seiring berjalannya waktu Pemerintah Kota Banda
Aceh mempersiapkan SMA Persiapan Negeri 13 Banda Aceh yang mempunyai izin
operasionalnya pada tahun 2006 dengan Nomor Operasionalnya 421.3/E.1/64/2006 yang
pada saat itu masih menggunakan gedung di SMA Negeri 3 Banda Aceh dengan seorang
kepala sekolah dan 12 orang guru dengan status diperbantukan, namun dalam hal ini terus
berusaha untuk mempertahankan agar SMA persiapan Negeri 13 yang terletak di Kota Banda
Aceh tetap berjalan dengan baik walaupun dengan beberapa orang guru, pada tahun 2007
dengan bantuan perusahaan Samsung membangun sekolah yang terletak di Kampung Jawa
Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh.

Pada tanggal 6 bulan Pebruari tahun 2007 SMA Negeri 13 Banda Aceh dinegerikan,
kemudian mulai operasionalnya pada gedung baru yang terletak di Kampung Jawa
Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh pada tahun 2007 dengan jumlah guru tetap sebanyak
25 orang Pegawai Negeri Sipil dan 11 Guru Honda/GTT/Kontrak, Pegawai Tetap sebanyak 4
orang dan pegawai tidak tetap sebanyak 3 orang, SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh memiliki
guru Titipan / Nota Dinas sebanyak 1 orang, SMA Negeri 13 Banda Aceh yang sudah
memiliki guru sertifikasi sebanyak 50% , sampai saat ini dengan jumlah robel belajar
sebanyak 10 rombel dengan jumlah siswa sebanyak 162 siswa.

SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh sampai saat ini sudah dipimpin oleh tiga kepala
sekolah sejak berdirinya dan sudah memiliki alumni, maka SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh
terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan, baik dengan meningkatkan kualitas tenaga
pendidik juga dengan terus melakukan perbaikan-perbaikan yang berarti dalam kualitas
manajemen pendidikannya. Peningkatan kualitas ini terbukti dengan kemampuan bersaing

25
para siswa dalam berbagai lomba dengan sekolah-sekolah lain yang berada di Kota Banda
Aceh dan luar Kota Banda Aceh.

Struktur SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh terdiri dari seorang Kepala Sekolah dibantu
dengan empat wakil, empat orang bagian Pengajaran, enam orang Tata Usaha dan satu orang
Pengurus Perpustakaan. Walaupun beban Kepala Sekolah cukup berat, namun pekerjaan
tersebut sedikit lebih ringan, untuk meningkatkan mutu pendidikan, SMA Negeri 13 Kota
Banda Aceh berusaha melengkapi sarana dan prasarana serta mutu tenaga pendidik untuk
keberlangsungan sekolah dengan baik. Hal tersebut sangat membutuhkan uluran tangan dari
berbagai pihak baik bantuan moril yaitu dukungan untuk terus maju maupun bantuan materi
yang termasuk didalamnya bantuan sarana fisik karena sampai saat ini sekolah kebanggaan
masyarakat Gampong Jawa Kecamatan Kuta Raja masih banyak membutuhkan perlengkapan
sekolah diantaranya adalah

- Gedung Perpustakaan belum ada

- Laboratorium Bahasa belum ada

- Laboratorium biologi belum ada serta

- Lapangan Basket Tempat bermain siswa

B. Visi dan Misi

SMA Negeri 13 Banda Aceh dengan pendidikan dan pengajaran yang intensif memiliki
visi: "Unggul dan Berprestasi Berlandaskan Iman dan Taqwa."

Untuk mencapai visi tersebut maka kami merumuskan dan menyusun misi-misi sebagai
berikut:

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa dapat


berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2. Menumbuhkan semangat bersaing secara sehat sesama siswa dalam meraih prestasi serta
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.

3. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan tentang keagamaan dalam rangka


mendukung suksesnya syariat islam di Provinsi Aceh

4. Menerapkan manajemen partisifatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan


kelompok yang terkait dengan sekolah.

26
5. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat
dikembangkan secara optimal.

6. Memupuk ukhwah islamiah dengan seluruh warga sekolah dan masyarakat.

C. Identitas SMA Negeri 13 Kota Banda Aceh

1. Nama Sekolah : SMA Negeri 13 Banda Aceh


2. Status : Negeri
3. NSS : 301066103503
4. Penyelenggaran :
5. NPWP Sekolah :
6. Didirikan Tahun : 2006
7. Luas Tanah : ± 7164 m 2
8. Waktu Belajar : Pagi hari
9. Tempat Belajar : SMA Negeri 13 Banda Aceh
10. Jumlah Rombel : 10 Rombel
11. Alamat : Jl. Lampoh Kuta No. 2E
Desa : Gampong Jawa

Kecamatan : Kuta Raja

Kabupaten/Kota : Banda Aceh

Provinsi : Aceh

12. Kepala Sekolah


Nama Lengkap : Erlawana, S.Pd, M.Pd.

NIP : 19701110 198901 2 002

Pendidikan Terakhir : Sarjana S-2

Jurusan : Kimia

27
D. Struktur Organisasi :
Kepala :

Nama : Erlawana, S.Pd, M.Pd.

TTL : Banda Aceh, 10 Nopember 1970

Alamat : Desa Tanjung Selamat, Kec. Darussalam, Kab. Aceh Besar

HP/Mobile : 081360327558

Wakil Bidang Kesiswaan : Fauziah, S.PdI

Wakil Bidang Kurikulum : Rikawati, S.Si

Wakil Bidang Sar/Pras : Husaini, S.Pd

Wakil Bidang Humas : Adawiyah, SE

Tata Usaha : Umar Dj

Keuangan : Dwi Anik Widi Astuti, SE

Pengurus Pustaka : Dra. Rusni Elvida.

Wali Kelas X.IA : Herawati, S.PdI

Wali Kelas X.IS : Inawati, S.Pd

Wali Kelas XI. IA1 : Arnita, S.Pd

Wali Kelas XI.IA2 : Onny Normala Yosyantias, S.Pd

Wali Kelas XI.IS : Edi Syahputra H, S.Pd

Wali Kelas XII.IA1 : Masniati, S.Pd

Wali Kelas XII. IA2 : Dra. Yusnawar

Wali Kelas XII. IS1 : Azirah, S.Pd

Wali Kelas XII. IS2 : Zulkarnain, S.Ag

28
E. Jumlah Guru dan Murid
Jumlah Guru :

Jumlah Guru PNS : 25

Jumlah Guru Honda/GTT/KOntrak : 11

Jumlah Murid

No JUMLAH SISWA BERDASARKAN ROMBEL

Kelas X. Kelas XI.IA Kelas XI.IS Kelas XII.IA Kelas XII.IS Jumlah

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh L Pr Jlh


k

18 1 36 12 1 27 16 5 21 10 18 28 37 12 49 93 68 161
8 5

F. Sarana Prasarana SMA Negeri 13 Banda ACeh

SARANA DAN PRASARANA

NO A. FISIK JUMLAH KONDISI

1 Ruang Kepala Sekolah 1

2 Ruang Dewan Guru 1

3 Ruang Wakil Kepala 1

4 Ruang Komputer 1

5 Ruang Pengajaran 1

6 Ruang Pegawai TU 1

7 Ruang BP/BK 1

8 Ruang Belajar 9

9 Ruang laboratorium IPA 2

10 Ruang Lab. Bahasa Indonesia -

11 Ruang Perpustakaan 1

12 Ruang OSIS -

29
13 Musalla 1

14 Gudang 1

15 WC Guru 3

16 WC Siswa 5

17 Kantin 1

18 Lapangan Volly Ball/ Basket 1

19 Laboratorium Fisika 1

20 Laboratorium Kimia 1

21 Laboratorium Komputer 1

B. NON FISIK

1 Kursi guru -

2 Meja guru -

3 Meja siswa -

4 Kursi siswa -

5 Locker guru -

6 Lemari Filling -

7 Meja dan kursi kepala -

8 Kelengkapan Laboratorium IPA -

9 Kelengkapan Laboratorium Komputer -

10 Kelengkapan Laboratorium Bahasa -

11 Komputer kantor -

12 Amplifier -

13 Mikrophon -

14 Speaker -

15 Kipas Angin -

16 Sofa tamu -

17 Mobiler perpustakaan -

30
G. Penutup
Kejayaan suatu kaum terletak pada agama, ilmu pengetahuan dan adat istiadatnya. Oleh
karena itu, diharapkan pengembangan peran serta Sekolah ini akan menjembatani generasi
Aceh menuju generasi yang sukses dan berkualitas yang berlandaskan agama dan ilmu
pengetahuan. Untuk mewujudkan usaha tersebut, dibutuhkan kerjasama dan partisipasi aktif
dari berbagai pihak dalam menyikapi pemikiran ini.
Sebelum dan sesudahnya kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungan
yang diberikan. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Banda Aceh, 11 Nopember 2013

Kepala Sekolah

Erlawana.S.Pd, M.Pd.
NIP. 19701110 198901 2 002

31
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, dkk, 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: Prestasi Pustaka
Algensindo.

Darmadi, I. W. (2006). Kualitas Pembelajaran IPA (Fisika) yang Berbasis Kegiatan

Darsono, M. (2001). Belajar dan Mengajar. Semarang: Unnes Press.Laboratorium


di SLTP N ”X” Bandung. Bandung: SPs UPI

Margono. (2000). Metode Laboratorium. Malang: UM Press

Muhammad, A. (2002). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Slameto, Sadirman A. M. (2012) Pengertian Minat Belajar, (Online),


(http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/pengertian-minat-belajar.html., diakses 6
Nopember 2013).

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta


Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

32

Anda mungkin juga menyukai