Anda di halaman 1dari 15

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan

Teknologi Budidaya Kopi


Lab. Sumber Daya Lingkungan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Website: http://bp.ub.ac.id/
Uraian Materi
Latar Belakang
Kopi (Coffea sp.) merupakan komoditas tanaman perkebunan yang memerlukan teknik budidaya dengan orientasi
skala besar. Di dunia terdapat lebih dari 100 macam jenis kopi, tetapi hanya 2 jenis yang dikomersialkan secara luas
MODUL
yaitu kopi robusta dan arabika. Walaupun kedua jenis memiliki perbedaan, tetapi memiliki teknik budidaya yang
hampir sama. MODUL
1
Kopi adalah salah satu yang paling populer di dunia saat ini. Kopi menjadi komoditas penting yang telah
dibudidayakan dan dikomersialkan secara besar-besaran selama 150 tahun terakhir. Nama kopi berasal dari bahasa
Arab yaitu Quahweh dan telah diadaptasi ke dalam berbagai bahasa seperti café (Prancis), caffe (Italia), kaffee
(Jerman), koffie (Belanda) dan coffee (Inggris). Provinsi Kaffa di Ethiopia diyakini merupakan habitat asli kopi
arabika sedangkan kopi robusta berasal dari Afrika Tengah. Kondisi perekonomian kopi di dunia saat ini
mengalami peningkatan yang drastis sejak 10 tahun terakhir karena meningkatnya kesadaran penduduk dunia untuk
SELF-
mengkonsumsi kopi. Oleh karena itu, kopi menjadi komoditas yang dianggap prospektif sehingga mulai banyak
dibudidayakan di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Saat ini kebanyakan kebun kopi yangPRO dibudidayakan
di Indonesia adalah kopi arabika dan kopi robusta. Agar Indonesia dapat terus memproduksi PAGkopi terbaik
dibutuhkan teknologi yang tepat agar dapat memaksimalkan produktivitas tanaman kopi di Indonesia.
ATIN
G
ENTR
EPRE
NEU
RIAL
EDU
CATI
ON
DEVE
LOP
MEN
T
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
II. Pembukaan lahan dan persiapan tanam
Pembukaan lahan dalam skala kecil dapat dilakukan menggunakan cangkul saja,
sedangkan dalam skala besar dilakukan menggunakan bulldozer dan tidak boleh
melakukan pembakaran. Menurut Fitri (2013), kegiatan pembukaan lahan dilaksanakan
dalam 3 tahap yaitu menebang, menebas, dan merumpuk/memerun pada jalur antar
tanaman. Sekeliling tanaman pohon dicangkul kemudian menggunakan gergaji mesin,
pohon tersebut ditumbangkan hingga seluruh akar pohon terangkat.
Akar pohon tidak boleh dibiarkan berada di dalam tanah. Sisa akar yang ada di
dalam tanah ini dapat memicu perkembangan jamur akar. Menurut Firdaus dan Bakar
(2011), penyakit jamur akar kopi dengan intensitas serangan 15—35% dapat menurunkan
produksi kopi mencapai 40—60%. Sumber inokulum jamur ini kebanyakan adalah
tanaman penaung lamtoro (Leucaena leucocephala) dari lahan yang tidak tersanitasi
dengan baik.
Jarak tanam yang digunakan sebesar 2,5 m x 2,5 m. Dengan demikian dalam 1 ha
lahan akan didapatkan 1600 tanaman. Akan tetapi 625 m 2 digunakan sebagai perawatan,
misalnya pembuatan parit, rorak, dan jalan perawatan, sehingga jumlah tanaman efektif
dalam 1 ha lahan adalah 1500 tanaman. Lubang tanam dibuat dengan cara top soil dan sub
soil dikeruk dan setelah 1 bulan sebelum penanaman dikembalikan.Lubang tanam untuk
satu tanaman kopi memiliki ukuran standar panjang, lebar, dan kedalaman 60 cm x 60 cm
x 60 cm atau bisa juga berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Ukuran lubang tanam tersebut
adalah kedalaman efektif lahan untuk tanaman kopi. Setelah lubang dibentuk, diberi ajir
pada lubang tanam.

Gambar 1. (kiri) penaung tetap lamtoro; (kanan) penaung sementara Flemingia congesta

Tanaman kopi sama seperti tanaman perkebunan lain, di awal fase bibit
memerlukan naungan supaya dapat tumbuh dengan baik. Tanaman penaung tetap adalah
tanaman yang digunakan sebagai penaung sepanjang tahun. Persyaratan tanaman untuk
menjadi penaung kopi adalah memiliki pertumbuhan cepat, memiliki perakaran yang
dalam, bukan tanaman inang hama penyakit utama tanaman kopi, tidak merontokkan daun
pada musim kemarau, tidak membentuk buah, dapat meneruskan cahaya dan mudah untuk
dipangkas Tanaman penaung tetap yang digunakan di Puslitkoka untuk komoditas kopi
sebagian besar adalah tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala.) L2 dan tanaman
penaung sementara berupa Flemingea congesta (Moghania macrophylla) untuk kopi
robusta dan Teprocia candida

III. Persemaian, bahan tanam, penanaman


2|Page
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
a. Bahan Tanam
Bahan tanam kopi pada umumnya berasal dari perbanyakan generatif (benih)
dan perbanyakan vegetatif (sambung stek). Pemilihan cara perbanyakan ini
disesuaikan dengan kebutuhan. Tanaman kopi arabika merupakan tanaman
menyerbuk sendiri sehingga cukup banyak dibudidayakan menggunakan
perbanyakan generatif. Sebaliknya, tanaman kopi robusta adalah tanaman menyerbuk
silang, sehingga untuk mempertahankan sifat unggul yang sudah didapat,
perbanyakan tanaman ini kebanyakan menggunakan perbanyakan klonal (stek, stek
sambung dan sambung stek).
Bahan tanam generatif berasal dari biji kopi arabika dengan varietas unggulan.
Varietas anjuran untuk kopi arabika antara lain: arabika S795, Andungsari I, sigoror
ulang, Andungsari 2K, Gayo 1, Gayo 2 dan Komasti. Sementara itu, bahan tanam
kopi robusta lebih banyak menggunakan vegetatif dari klon-klon yang dianjurkan.
Klon-klon tersebut adalah BP 42, BP 358, BP 409, BP 534, BP 936, SA 203 dan BP
308.

Gambar 2. (kiri) Perbanyakan Generatif dan (Kiri) Perbanyakan Vegetatif


(sambungstek)

Sambung setek adalah metode perbanyakan tanaman kopi yang paling banyak
dilakukan di Puslitkoka. Keuntungan bibit yang berasal dari sambung stek adalah: 1)
menjamin kemurnian klon 2) umur siap tanam relatif pendek (9—12 bulan sejak
perakaran) 3) perakaran cukup banyak dan akar tunggang pengganti tidak kalah
kokoh dengan akar tunggang asal biji 4) mempunyai sifat yang sama dengan pohon
induknya 5) mutu yang dihasilkan seragam 6) masa berbuah awal relatif lebih
pendek (1—2 tahun).
Cara melakukan perbanyakan ini diawali dengan penyambungan terlebih
dahulu kemudian langsung disetek. Alasan metode ini menjadi metode yang paling
banyak digunakan karena sampai saat ini telah dibuktikan menjadi salah satu teknik
perbanyakan kopi yang hemat waktu maupun tenaga. Batang bawah yang berasal
dari varietas BP 308 ditanam hingga akar tumbuh kemudian dilakukan
penyambungan dengan batang atas dari varietas yang sudah ditanam pula. Jenis
batang bawah yang digunakan adalah BP 308 yaitu dari kopi robusta yang diketahui
memiliki ketahanan terhadap nematoda dan memiliki pertumbuhan akar tergolong
cepat. Entres untuk batang atas diambil 2-4 ruas dari ujung cabang ortotrof (±10—15
cm). Entres dipotong menyisakan satu ruas dan daunnya dipotong setengah bagian
untuk mengurangi transpirasi. Bagian pangkal batang atas dipotong meruncing.

3|Page
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
Batang bawah dibelah menjadi dua pada bagian ujung atasnya membentuk huruf V
kemudian penyambungan dilakukan. Kambium kedua batang dibuat saling
bersinggungan. Setelah itu sambungan diikat dengan plastik parafilm. Sambungan
kemudian disungkup dengan plastik. Plastik kemudian diikat dengan tali. Setelah
sambungan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan penyetekan dari hasil sambungan
tersebut dengan merendam ruas hasil sambungan yang telah dipotong ke dalam ZPT
rooton F. Perakaran batang bawah umumya tumbuh setelah mencapai umur 3-5
bulan lalu dipindah tanam ke media tanam dalam polibag.

1 2

3 4
Gambar 3. (A) klon BP 308 ; (B) cabang plagiotrop ; (C) batang bawah ; (D) batang atas;
(E) hasil sambungan yang kemudian distek ; (F) teknik penyayatan yang tepat
b. Persemaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembibitan adalah topografi lahan
sebisa mungkin datar, dekat dengan sumber air untuk mempermudah perawatan,
naungan cukup untuk bibit, drainase baik, dekat kebun penanaman dan sebagainya.
Persemaian berfungsi untuk mempercepat munculnya akar, menyeragamkan fase
pertumbuhan bibit baik yang dari biji maupun setek, serta memudahkan seleksi bibit
yang akan ditanam.
Naungan dibuat dengan tinggi tiang sebelah timur 1,5 meter dan di sebelah
barat 1,2 meter. Bedengan ditinggikan sekitar 20 cm dengan campuran antara top
soil, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Untuk tanah atas yang
gembur cukup tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1. Pinggirnya diberi
penahan dari bambu atau batu merah agar tanah tidak longsor bila diperlukan.
Selanjutnya dibuat kerangka sungkup dan menyiapkan lembaran plastik transparan.
Tinggi sungkup ± 60 cm. Bedengan dibuat dengan menghadap arah utara dan
selatan. Ukuran lebar bedengan antara 100-120 cm, jarak antar bedengan sekitar 50-
60 cm dan panjang bedengan biasanya mencapai 5 m. Setelah itu, bedengan diberi
sungkup berupa plasik yang berbentuk terowongan disesuaikan dengan kerangka
yang telah dibuat.

4|Page
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019

a b
Gambar 4. (a) Benih Kopi Siap Tanam (b) Bedengan penyemaianTanaman
Kopi (c) Bedengan Disungkup dengan Plastik Transparan
Sebelum benih disemai, bedengan harus berada dalam keadaan lembab dan
gembur untuk memudahkan teknis persemaian. Oleh karena itu, sehari sebelum
persemaian, bedengan harus disiram dengan air hingga kapasitas lapang terlebih
dahulu. Untuk perbanyakan generatif, penyemaian benih dilakukan dengan
membenamkan benih sedalam 0,5 cm, permukaan benih yang rata dihadapkan ke
bawah. Benih yang ditaburkan bisa dengan kulit tanduk, tetapi lebih baik kulit
tanduknya dikupas terlebih dahulu sehingga benih akan lebih cepat tumbuh dan tidak
menjadi sumber patogen seperti jamur dan bakteri. Jika dibiarkan, benih tidak akan
tumbuh normal, mengalami pembusukan, sehingga mati. Jarak tanam benih 2,5 cm x
5 cm, setiap 1 m2 dapat memuat 800-900 biji kopi tergantung ukuran dan jenis
bijinya.
Setelah disemai, benih tersebut akan tumbuh menjadi bibit dalam 3 fase, yaitu
fase serdadu, fase kepelan, dan fase daun. Persemaian untuk tanaman kopi yang
berasal dari benih cukup hanya sampai fase serdadu atau kepelan saja, dan tidak
perlu hingga mencapai fase daun. Setelah mencapai fase serdadu atau fase kepelan,
kemudian bibit tersebut dapat dipindah ke polibag. Bila pemindahan bibit telah
masuk fase daun dari persemaian ke polybag, tanaman akan mengalami stress
sehingga terjadi penurunan persentase daya hidup bibit.

Gambar 6. Fase bibit tanaman kopi: (kiri) serdadu; (tengah) fase kepelan;
(kanan) fase daun
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Berbeda dengan dengan perbanyakan generatif, perbanyakan vegetatif


disemaikan di polybag. Ukuran polibag yang digunakan untuk persemaian bibit
adalah 15 x 25 cm dan diberi sekitar 15 lubang di sekeliling polibag maupun di
bagian bawah. Hal ini bertujuan untuk menjaga aerasi tanah. Polibag diisi media

5|Page
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
tanam dengan campuran berupa tanah : pupuk kandang : pasir dengan perbandingan
1: 1: 1. Setelah pengisian media, kemudian dilakukan penyiraman hingga basah.
Bibit yang dipilih adalah yang tumbuhnya normal dan sehat, akarnya dipotong
5-7,5 cm dari pangkal supaya tidak tertekuk. Tujuan pemotongan akar kopi adalah
menjaga daya tumbuh bibit tetap tinggi. Selain itu, pemotongan akar dapat memicu
pertumbuhan akar menjadi lebih besar, kuat dan cepat sehingga pertumbuhan bibit
akan menjadi lebih baik. Bibit ditanam dalam polibag dengan melubangi media
sedalam sekitar 10 cm.

Gambar 5. Persemaian Hasil Sambungan.


Pemeliharaan bibit di bedengan meliputi penyiraman, pengendalian OPT,
penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi untuk menjaga
kelembaban media tanam. Namun, penyiraman terkadang tidak dilakukan ketika
media tanam dianggap masih berada pada kapasitas lapang. Hal ini bertujuan supaya
bibit tidak mengalami kematian yang disebabkan oleh jamur patogen serta bibit tidak
mengalami pembusukan. Kegiatan penyiraman biasanya dilakukan bersamaan
dengan pengamatan apakah ada bibit yang terserang jamur. Setelah sungkup dibuka,
bibit yang terserang jamur kemudian diseleksi secara negatif dan disisihkan. Bibit
kemudian disiram menggunakan gembor. Bibit asal sambung stek siap ditanam
setelah berumur 10 bulan di pembibitan.
Pemindahan bibit ke polybag pada fase kepel merupakan fase pembibitan,
tanaman akan disebut TTAD (Tanaman Tahun Akan Datang). TTAD akan siap
dipindah setelah mencapai umur 10-12 bulan dari penyemaian. Setelah ditanam akan
masuk fase tanam, tanaman akan disebut TTI (Tanaman Tahun Ini). Satu tahun
setelah penanaman maka tanaman akan disebut TBM I (Tanaman belum
Menghasilkan). Kopi memiliki 3 TBM baru kemudian menjadi TM (Tanaman
Menghasilkan) yang dapat dipanen hasilnya.
c. Penanaman
Tanaman kopi umunya ditanam saat awal musim hujan (Desember-Januari).
Penanaman bibit di lapangan dilakukan pada TTI (Tanaman Tahun Ini). Bibit
tanaman kopi dipilih yang sudah memiliki 4 cabang dan 4 ruas, serta bebas dari hama
dan penyakit. Setelah media tanam siap, bibit tanaman kopi dimasukkan. Sebaiknya
saat ditanam, polibag tidak pecah sehingga tanaman tidak mengalami stress. Cara
melakukannya adalah dengan merobek polibag dengan garis bantu atau
menggunakan pisau sayat. Lubang kemudian ditutup kembali. Diusahakan
permukaan tanah disekitar batang terletak lebih tinggi untuk mencegah
penggenangan air. Jika tanaman mudah tergenangi oleh air, tanaman akan mudah
mengalami pembusukan.

6|Page
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
IV. Pemeliharaan Tanaman
1. Irigasi
Irigasi yang digunakan pada umumnya adalah irigasi yang mengandalkan
curah hujan. Oleh karena itu, banyak ditemukan kolam penampung air hujan di
sekitar pertanaman kopi. Pada musim kemarau, metode pemberian air yang
dilakukan adalah dengan pengairan di atas permukaan tanah, tetapi ada pula
pemberian air di bawah tajuk tanaman dan bawah permukaan (drip irrigation).
Irigasi di atas permukaan dilakukan dengan cara air disedot dari dalam kolam
menggunakan pompa air kemudian disalukan melalui parit irigasi ke tanaman kopi.
Menurut Abdoellah (2013) jenis irigasi permukaan tidak terlalu efektif jika laju
evapotranspirasi yang ada cukup tinggi. Oleh karena itu, pengembangan sistem
irigasi perkebunan kopi mulai diarahkan kepada drip irrigation. Irigasi tetes
memerlukan air dalam jumlah sedikit dengan kecepatan lambat di bawah tajuk pohon
kopi. Namun, kelemahan sistem ini adalah penyumbatan pada emitter oleh pasir,
kerak, serangga, dan endapan garam.

Gambar 5.11. (kiri) kolam penampung air hujan; (tengah) instalasi drip
irrigation; (kanan) selang drip irrigation ke tanaman kopi

2. Penyulaman dan Pemupukan


Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang mati setelah 2-3 minggu tanam di
lapang. Sementara itu, dosis pemupukan biasanya mengikuti umur tanaman, kondisi
tanah, tanaman serta iklim. Seperti untuk tanaman lainnya, pelaksanaan pemupukan
harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan benar cara pemberiannya. Pada saat
penanaman, aplikasi pupuk pertama atau kompos sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan bibit kopi.
Waktu pemupukan dilakukan pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.
Hal ini sesuai dengan teori Wintgens (2012) karena diharapkan pupuk dapat lebih
mudah diserap oleh akar tanaman. Pada TBM 1 dan 2 pada areal datar maupun
berteras, aplikasi pemupukan menggunakan metode ring placement. Pemberian
pupuk biasanya juga mengikuti jarak tanamnya, dan dapat ditempatkan sekitar 30-40
cm dari batang pokoknya.
Pedoman dosis pemupukan kopi secara ringkas adalah pada Tabel 5.1 berikut:
Tabel 1. Pedoman dosis pemupukan kopi
Umur Awal musim hujan Akhir musim hujan
tanaman
Urea SP36 KCl Kieserit Urea SP36 KCl Kieserit
(tahun)

1 20 25 15 10 20 25 15 10
7|Page
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019

2 50 40 40 15 50 40 40 15
3 75 50 50 25 75 50 50 25
4 100 50 70 35 100 50 70 35
5-10 150 80 100 50 150 80 100 50
>10 200 100 125 70 200 100 125 70

(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010)


3. Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma di tanaman belum menghasilkan dilakukan di sekitar


pertanaman kopi baik secara manual atau kimiawi. Pengendalian gulma secara
manual dilakukan menggunakan sabit yang diutamakan pada gulma yang tumbuh
tinggi. Pengelolaan gulma secara terpadu dapat menggunakan legume cover crop
untuk menekan pertumbuhan gulma. Beberapa spesies legum yang dapat digunakan
sebagai tanaman penutup tanah di sela-sela pertanaman kopi adalah Stizolobium sp.,
Dolichos lablab, Crotalaria spectabilis, Arachis pintoi, Cassia mangeum dan
Stilozobium aterrimum. Penyiangan gulma secara kimiawi dilakukan menggunakan
herbisida kimiawi berbahan aktif glifosat seperti herbisida dengan merk dagang
Round-up atau Dry-up. Penggunaan herbisida ini disesuaikan dengan luas lahan yang
akan disemprot. Dosis herbisida ini adalah 300 L/ha.

Gambar 7. Kegiatan penyiangan gulma secara manual


4. Pengendalian Hama Penyakit

Kehilangan hasil di tanaman kopi tidak hanya dipengaruhi oleh gulma saja,
tetapi ada juga OPT lain yaitu hama dan patogen. Oleh karena itu, kegiatan
perlindungan tanaman mutlak diperlukan dalam budidaya tanaman kopi di TBM 1, 2
dan 3. Hama yang sering menyerang tanaman kopi baik robusta, arabika, maupun
liberoid pada TBM adalah kutu dompolan (Planococcus citri), nematoda
(Pratylenchus coffeae), kutu hijau (Coccus viridis), uret (Lepidiota stigma) dan
penggerek cabang (Xylosandrus compactus), dan penggerek batang kopi merah
(Zeuzera coffeae). (Waller et al., 2007).
Pengendalian nematoda dilakukan dengan pemilihan bahan tanam yang
tahan nematoda seperti klon robusta BP 308 yang digunakan sebagai batang bawah
atau menggunakan nematisida. Nematisida yang biasa digunakan adalah Oksamil
AS yang diaplikasikan secara langsung ke areal perakaran setelah tanah
digemburkan. Konsentrasi Oksamil yang digunakan adalah 10 mL/liter. Kutu hijau
8|Page
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
(Coccus viridis) dikendalikan dengan pemeliharaan dan pemupukan yang berimbang
atau cara kimia menggunakan tepung Sividol atau Karbaril maupun penyemprotan
insektisida (Anthio 330n EC). Penggerek cabang Xylosandrus spp. yang
dikendalikan dengan memotong cabang terserang, pemangkasan, dan membakar
ranting-rantingnya. Penggerek batang merah Zeuzera coffeae, disarankan
dikendalikan dengan memotong batang terserang maupun cara kimia dan biologis
lainnya.
Penyakit yang paling umum ditemukan di kebun kopi adalah penyakit karat
daun kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix. Gejala serangan yang
muncul adalah pada sisi bawah daun muncul bercak berwarna kuning muda yang
semakin lama berwarna kuning tua dan menjadi kecoklatan. Pengendalian secara
kultur teknis dilakukan melalui pengelolaan tanaman kopi dan penaung yang baik.
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan fungsida berbahan
aktif tembaga oksida dengan konsentrasi 0,3% yang diarahkan ke permukaan bawah
daun dengan interval 14 hari sampai serangan menurun.
5. Pemangkasan
Tanaman kopi memiliki 2 tipe percabangan yaitu percabangan lateral dan
wiwilan (tunas air). Pemangkasan bentuk tanaman kopi bertujuan untuk membentuk
kerangka tanaman kopi sehingga dapat memudahkan perawatan dan pemanenan.
Pemangkasan bentuk dilakukan saat tanaman muda berumur 1-2 tahun TBM (TBM 1
dan 2). Pada TBM 1, pemangkasan yang dilakukan masih sangat sedikit dan hanya
dilakukan mewiwil yaitu memangkas wiwilan yang muncul. Pada TBM 2,
pemangkasan dilakukan dengan memotong cabang primer dengan ketinggian 30 cm
dari permukaan tanah yang menyentuh tanah. Selain itu, dilakukan pula
pemangkasan cabang sekunder berjarak 20 cm dari awal cabang primer yang tersisa.
Pada akhir TBM 2, pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara memangkas
batang utama secara bertahap (dua etape) dan dilakukan pemotongan cabang primer
sistem Z. Pemotongan cabang primer bertujuan agar tumbuh beberapa reproduksi
cabang primer (cabang sekunder) sehingga membentuk mahkota. Selain itu,
dilakukan pemotongan pula tunas apikal tanaman kopi (toping) pada ketinggian 1—
1,2 m (etape pertama) sehingga pertumbuhan tanaman fokus untuk membentuk
cabang primer sekaligus sebagai unit tangan etape I. Dengan demikian mahkota
tanaman terbentuk dan memudahkan pemanenan kopi. Setelah batang dan etape I
tumbuh kuat, satu wiwilan yang tumbuh di atas dipelihara sebagai bayonet dan 2-3
cabang plagiotrop terbawah dihilangkan. Pada TBM 3, dilakukan pemotongan
cabang primer yang sudah terlalu panjang (lebih dari 20 cm) dengan sistem Z serta
dilakukan mewiwil. Setelah itu, pada ketinggian 1,2 m tersebut dibuat bayonet untuk
dua etape. Berikut adalah skema pemangkasan bentuk sistem Z di tanaman kopi.

9|Page
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019

Gambar 8. Skema pemangkasan bentuk tanaman kopi belum menghasilkan

Pemangkasan pemeliharaan termasuk pangkas ringan yang dilakukan setiap


tiga bulan sekali untuk memangkas cabang kecil yang tidak produktif dan cabang
yang terserang hama atau penyakit. Pangkasan untuk wiwilan dilakukan satu bulan
sekali.
Pemangkasan produksi dilakukan pada tanaman yang telah berbuah. Pangkas
produksi terdiri atas pangkasan ringan dan berat. Pangkas ringan terdiri atas wiwil
kasar dan wiwil halus. Wiwil kasar adalah membuang semua wiwil yang tidak
diperlukan dengan cara dipatahkan oleh tangan agar ruas yang terpendek dari
wiwilan ikut terbuang. Wiwil kasar dilakukan sebulan sekali pada musim hujan dan
dua bulan sekali pada musim kemarau. Wiwil halus adalah memangkas wiwilan,
cabang balik, cabang menggantung, cabang berbuah lebih dari tiga kali, cabang
tumbuh tegak lurus cabang primer, cabang kering, cabang mati, cabang yang
terserang hama atau penyakit dan cabang cacing. Wiwil halus dilakukan tiga bulan
setelah pangkasan berat dan diulang tiga bulan kemudian (Rahardjo, 2012). Tujuan
dari wiwil halus adalah mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman yang
diperoleh dari pangkasan bentuk dengan cara menghilangkan cabang-cabang tidak
produktif. Cabang B3 (berbuah tiga kali) dapat dipelihara tetapi harus secara selektif.
Pangkas berat dilakukan setelah panen kopi selesai (panglepan). Cabang yang
dipangkas adalah cabang-cabang tua yang telah berbuah dua kali, cabang sakit,
cabang kering, dan cabang tidak berguna. Pangkasan tersebut tergolong berat dan
dilakukan dua kali setahun.

V. Panen dan Pasca Panen


a. Panen
Panen tanaman kopi menghasilkan dilakukan saat buah masuk ke fase
masak fisiologis. Namun, di lapangan sering dijumpai buah dalam satu pohon tidak
masak secara serempak. Masaknya buah kopi tak serempak karena pembungaan yang
tidak serempak.
Berdasarkan tingkat kematangannya, buah kopi dapat dibagi menjadi 4 yaitu
buah hijau, buah kuning, buah merah, dan buah hitam (kismis).

10 | P a g e
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
B C D

Gambar 9. (A) buah hijau; (B) buah kuning; (C) buah merah; (D) buah hitam

Dalam 1 kg panen kopi arabika biasanya terdapat 6000 butir buah, sedangkan
kopi robusta sebanyak 4000 butir. Dengan demikian taksasi produksi dilakukan
dengan menghitung jumlah bobot buah per pohon kemudian menghitung produksi
per hektar. Rumus taksasi yang digunakan adalah berikut:

Bobot buah per pohon = Rata-rata jumlah buah per pohon × 2 × 6000 butir
Produksi per hektar = Bobot buah per pohon × jumlah pohon berbuah

Peralatan yang diguanakan untuk panen hanya ember untuk menaruh buah
hasil petik. Pemetikan buah kopi dibagi menjadi tiga tahap yaitu pemetikan bubuk
(pendahuluan), petik merah (panen raya), dan petik hijau (petik pra rentan).
Pemetikan bubuk dilakukan untuk buah yang terserang bubuk, kopi ini dipetik
kemudian langsung direndam air panas dan dijemur untuk diolah secara kering. Petik
merah dilakukan secara berulang-ulang dan hanya memetik buah yang sudah
berwarna merah. Petik lelesan adalah pengambilan buah yang jatuh (leles) di tanah
saat dilakukan kegiatan petik merah. Petik racutan adalah pemetikan pada akhir
musim panen buah kopi yang jatuh sekitar bulan September setiap tahun, dilakukan
dengan memetik semua buah yang masih tertinggal baik yang sudah merah maupun
yang masih hijau. Buah kopi yang tertinggal dapat menjadi inang hama PBKo
sehingga petik racutan berfungsi untuk memutus siklus hidup hama tersebut, buah
kopi yang terjatuh di bawah juga harus dibersihkan. Setelah buah kopi dipanen
kemudian dikumpulkan di dalam karung dan dikumpulkan di bagian prosesing biji
kopi untuk produksi atau bagian prosesing biji kopi untuk benih. Biji yang
dikumpulkan tersebut kemudian disortasi di unit prosesing.

Gambar 10. (kiri) kegiatan pemanenan kopi; (kanan) pengumpulan hasil panen

b. Pasca panen
11 | P a g e
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
Pengolahan kopi bertempat di unit pengolahan kopi. Kopi yang dikumpulkan
akan digunakan untuk produksi kopi pasar atau kopi sebagai benih. Setelah panen
di kebun, buah kopi dibersihkan dari kotoran dan dilakukan pemisahan buah
berdasarkan warna buah (merah dan hijau). Berikut adalah diagram pengolahan
pasca panen kopi arabika dan robusta secara umum yang disajikan dalam gambar
5.25:

Panen Buah Segar Sortasi Pulping

Fermentasi Pencucian Pengeringan

Hulling Grading Bagging-Storing

Gambar 5.25. Diagram pengolahan kopi di puslitkoka

a. Pulping
Pulping merupakan pengupasan kopi dari kulit merahnya. Pengupasan
menggunakan alat bernama pulper tipe silinder atau secara manual. Fungsi dari
pulper adalah untuk melepas kulit buah kopi matang (merah) untuk memudahkan
pelepasan atau pembersihan lapisan lendir dari permukaan kulit tanduk.
Pengupasan kulit buah terjadi dalam celah di antara permukaan silinder yang
berputar (rotor) dan permukaan pisau yang diam (stator). Mesin ini menggunakan
motor diesel. Kapasitas pulper pun bermacam-macam, yaitu 200-300 kg dan 1000
kg, tergantung kebutuhan.

Gambar 11. (kiri) input kopi gelondong; (tengah) output kopi HS; (kanan) kopi HS
dan kulit buah

b. Fermentasi
Terdapat dua jenis fermentasi yaitu fermentasi basah (wet process) dan
fermentasi kering (dry process). Fermentasi basah dilakukan dengan merendam biji
kopi dalam air selama waktu tertentu, yaitu 12 jam untuk kopi robusta dan 36 jam
untuk kopi arabika. Setiap 12 jam dilakukan pembilasan dengan air untuk
pengolahan basah kopi arabika. Sementara fermentasi kering dilakukan tanpa
merendam biji kopi dalam air. Prinsip fermentasi adalah penguraian senyawa-
senyawa yang terkandung di dalam lapisan lendir oleh mikroba alami dan dibantu
12 | P a g e
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
oksigen dari udara. Fermentasi pada biji kopi bertujuan untuk mengurangi rasa
pahit, mengurangi rasa sepat, namun pada kopi Arabika selain fungsi tersebut,
fermentasi juga berfungsi untuk mengeluarkan aroma dan rasa asam pada biji kopi
Arabika yaitu mendorong terbentuknya kesan mild pada citarasa seduhannya.
Fermentasi dilakukan di dalam bak fermentasi dengan ukuan panjang 90 cm, lebar
60 cm, dan tinggi 45 cm yang telah diisi air hingga ¾ bagian bak. Hasil fermentasi
menyisakan biji yang diselimuti oleh kulit tanduk dan masih terdapat sisa-sisa
lendir yang harus dihilangkan di proses pencucian. Biji kopi yang demikian disebut
dengan kopi HS (Hoornschil / Parchment).

Gambar 12. Tipe fermentasi kopi: (kiri) wet process; (kanan) dry process

c. Pencucian
Tujuan dari pencucian untuk menghilangkan sisa lendir yang masih
menempel pada hasil fermentasi. Lendir tersebut dapat mengurangi kualitas biji
kopi setelah dikeringanginkan. Pencucian biji kopi dapat menggunakan alat washer
atau dengan cara manual untuk menghilangkan lendir setelah fermentasi. Mesin
pencuci yang digunakan Puslitkoka adalah mesin tipe kontinyu memiliki kapasitas
yang relatif besar, yaitu antara 100-1000 kg biji kopi HS per jam. Untuk
pengeringan dengan menggunakan oven dilakukan dengan suhu 40—45 o C hingga
kadar air kurang lebih 12% terutama pada kopi jenis arabika untuk
mempertahankan keasaman rasa khas arabika. Prinsip pengeringan menggunakan
oven adalah dengan mengalirkan uap panas yang sudah diatur suhunya ke
tumpukan biji kopi melalui permukaan oven.

Gambar 13. (kiri) washer; (tengah) bak pencucian; (kanan) bak penampung lendir
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

d. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara manual dibawah sinar matahari atau
secara mekanik dengan menggunakan oven. Pengeringan dibawah sinar matahari

13 | P a g e
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019
dilakukan hingga biji kering dengan bobot konsisten dan di balik tiga kali sehari
(pagi, siang dan sore hari). Pada musim hujan, pengeringan dapat pula
menggunakan box pengering yang sudah didesain menggunakan plastik khusus
yang dapat menyerap energi matahari lebih banyak. Untuk kopi jenis Arabika, tebal
pengeringan antara 30-60 cm, sedangkan kopi robusta tidak perlu memperhatikan
tingkat ketebalan tumpukan biji.

Gambar 14. (kiri) pembalikan biji di rumah kaca; (kanan) box pengering

e. Hulling
Hulling dilakukan dengan alat bernama huller. Hulling berfungsi untuk
mengupas kulit tanduk pada biji kopi. Fungsi huller adalah untuk memisahkan kulit
tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji kopi yang berupa green bean. Huller
juga dapat berfungsi untuk memisahkan kulit buah yang sudah kering. Hasil dari
pengupasan berupa biji kopi beras (green bean).

Gambar 16. (kiri) Huller; (kanan) kantung kulit tanduk

f. Grading
Grading dilakukan dengan menggunakan ayakan mekanik bertipe meja getar
dengan ukuran ayakan bertahap dari atas kebawah adalah: 7,5 mm; 6,5 mm; dan 5,5
mm. Biji kopi terkumpul dalam beberapa ukuran yang seragam berdasarkan
tingkatan mutunya. Masing-masing ayakan dilengkapi dengan kanal untuk
mengeluarkan biji dengan ukuran yang sesuai dengan lubang ayakannya. Secara
umum, berdasarkan ukuran biji kopi yang disortasi, terdapat 4 grade yaitu : L
(Large), M (Medium), S (Small), dan SS (Super Small).

14 | P a g e
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Universitas Brawijaya 2019

Gambar 17. (kiri) ayakan mekanik; (kanan) Grade biji kopi pasar
g. Bagging-Storing
Tahap ini merupakan langkah pengemasan dan penyimpanan pada gudang
atau dikirimkan pada unit pengolahan lebih lanjut. Fungsi dari penggudangan
adalah untuk menyimpan biji kopi kering hasil sortasi dalam waktu yang relatif
lama sebelum digunakan untuk pengolahan selanjutnya. Gudang yang digunakan
harus terjaga kondisi lingkungannya. Hal ini bertujuan untuk mencegah penurunan
mutu biji kopi terutama mutu fisik karena mutu fisik termasuk salah satu faktor
yang mempengaruhi cita rasa kopi. Serangan hama dan jamur pada penggudangan
merupakan penyebab mutu yang serius. Jamur dapat menyebabkan cacat mutu yang
akan mempengaruhi rasa dan kesehatan, termasuk beberapa jamur yang
menghasilkan okhratoksin.

Gambar 5.33. (kiri) timbangan hasil grading; (kanan) pengangkutan hasil grading
ke gudang
B. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:
 Melatih mahasiswa agar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktik dalam
kegiatan budidaya tanaman kopi (Coffea sp.).
 Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang praktik yang terjadi di
lapangan sehingga dapat dibandingkan dengan teori, apakah sesuai atau terjadi
penyimpangan dengan alasan khusus.

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai