Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEBERAGAMAN BUDAYA PULAU SUMATERA

Tugas Mata Pelajaran Geografi

OLEH:

ADELIA MAHARANI WIJAYA (181910287)

KAELA KHODIJAH NASUTION (181910305)

RAHMAD NUR ZIKRIYANTO (181910344)

SHAFIRA RAHMADANTI (181910381)

KELAS XI IPS 2

SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah subhaanahu wa


ta’ala, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan makalah geografi tepat waktu yang berjudul “Makalah
Keberagaman Budaya Pulau Sumatera”. Salawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, yang telah
mengantarkan umat dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Suatu kebanggaan tersendiri saat kami dapat menyelesaikan makalah ini.


Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Irma selaku guru bahasa Geografi


2. Orang tua kami yang selalu memberikan bantuan dan doa selama
pembuatan karya tulis ini.
3. Teman-teman kelas XI IPS 2 yang selalu membantu, serta bantuan
sehingga Makalah ini dapat selesai.

Kami sangat menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik dalam materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bekasi, Februari 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI.........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang
Masalah......................................................................1
B. Perumusan Masalah………………….………………………………2
C. Tujuan Penelitian………………………………….…………………3
D. Manfaat Penelitian…………………….……………………………..3

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………

A. Suku-Suku Pulau Sumatera........................................................5


B. Makanan Adat Pulau Sumatera..................
C. Kebiasaan AdatPulau Sumatera
D. Pakaian Adat Pulau Sumatera
E. Adat / Tradisi Pulau Sumatera
F. Bahasa Adat Pulau Sumatera
G. Mata pencaharian Pulau Sumatera

BAB III PENUTUP...........................................

A. Kesimpulan………………………………………………………….25
B. Saran…………………………………………………………………25

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...26

DAFTAR LAMAN……………………………………………………………...27

LAMPIRAN…………………………………………………………………….28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan yang ada di
Negara Indonesia, membuat Indonesia menjadi kaya akan budaya bangsa,
terlebih banyak sekali masyarakat yang mempertahankan budaya tersebut
yang di wariskan oleh nenek moyang mereka. Budaya merupakan suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok

iv
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang ada ini
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Salah satu hasil kebudayaan yang sampai saat ini masih diwariskan oleh
masyarakat ialah upacara perkawinan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi
kerangka landasan bagi terwujudnya kelakuan (Soekanto, 1981 : 238).
Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh
yang bersangkutan dan yang diselimuti perasaan-perasaan manusia serta
menjadi sistem nilainya. Hal itu terjadi karena kebudayaan diselimuti oleh
nilai-nilai moral yang bersumber dari nilai-nilai, pandangan hidup dan
sistem etika yang dimiliki manusia.

Asal nama Sumatra berawal dari keberadaaan


Kerajaan Samudra (terletak di pesisir timur Aceh). Diawali dengan
kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada
tahun 1345, dia melafalkan kata Samudra menjadi Samatrah, dan
kemudian menjadi Sumatra, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-
peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga
kemudian dikenal meluas sampai sekarang.[2]

Nama asli Sumatra, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber


sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah Pulau
Ameh (bahasa Minangkabau, berarti pulau emas) kita jumpai dalam
cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung
tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatra. Seorang
musafir dari Tiongkok yang bernama I-tsing (634-713) yang bertahun-
tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7,
menyebut Sumatra dengan nama chin-chou yang berarti "negeri emas".

v
Dalam berbagai prasasti, Sumatra disebut dalam bahasa
Sanskerta dengan istilah: Suwarnadwipa ("pulau emas")
atau Suwarnabhumi ("tanah emas"). Nama-nama ini sudah dipakai dalam
naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk
paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-
pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam
cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang
diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa.

B. Perumusan Masalah
Penelitian terhadap film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer
dimaksudkan untuk memperoleh nilai-nilai pendidikan karakter yang
sebenarnya ingin disampaikan penulis kepada penonton dan berkaitan
dengan ketepatannya jika ditinjau dari kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam
penelitian ini penulis akan memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan
karakter dalam film tersebut.

vi
Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan di atas, maka penulis
merumuskan masalah yang akan dijadikan fokus penelitian penulis sebagai
berikut.
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter pada Film Dua Garis Biru
karya Gina S. Noer?
2. Apa saja makna yang terkandung pada Film Dua Garis Biru karya
Gina S. Noer?
3. Apa pesan atau hikmah pada Film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
4. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter pada Film Dua Garis Biru
karya Gina S. Noer jika ditinjau dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan memahami arah penelitian ini, maka penulis
merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai pendidikan karakter pada
Film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer,
2. Untuk mengetahui dan memahami makna yang terkandung pada Film
Dua Garis Biru karya Gina S. Noer,
3. Untuk mengetahui dan memahami pesan atau hikmah pada Film Dua
Garis Biru karya Gina S. Noer yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari,
4. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai pendidikan karakter pada
Film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer jika ditinjau dalam kehidupan
sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi penonton Film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca sekaligus
merupakan penonton film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer untuk

vii
mengetahui dan memahami nilai-nilai pendidikan karakter yang
sebenarnya ingin disampaikan penulis.

2. Manfaat bagi para penggemar film


Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh penggemar film
untuk mengetahui pentingnya memahami pesan dalam sebuah film,
salah satunya adalah nilai-nilai pendidikan karakter dalam film Dua
Garis Biru karya Gina S. Noer.
3. Manfaat bagi sutradara film
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sutradara film agar lebih
berusaha dalam menata alur cerita sebaik mungkin, sehingga dapat
mengajak penonton untuk menyelami dan memahami cerita dan pesan
dari film tersebut tersampaikan dengan baik.

BAB II

A. SUKU

1.SUKU MELAYU

Suku Melayu merupakan suku yang menghuni Semenanjung


Malaya. Melayu sendiri berasal dari Kerajaan Melayu yang pernah

viii
ada di Sumtara. Suku Melayu tersebar di wilayah-wilayah Sumatra,
kalimantan, Thailand bahkan sampai ke India.

2. SUKU BATAK KARO

Suku Batak Karo merupakan suku terbesar di Sumatra Utara dan


sebagian juga ada yang tinggal di Aceh. Suku ini Tepatnya ada di
kabupaten Karo, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Dairi, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Simalungun.
Bahasa yng digunakan adalah bahasa Karo.

3. SUKU NIAS

Suku Nias adalah suku bangsa yang hidup di Pulau Nias,


Sumatra Utara. Suku ini menerut penelitian merupaka salah satu
suku tertua. Suku Nias menamakan diri mereka dengan sebutan
“Ono Niha” yang memiliki makna Anak Manusia.

4. SUKU BATAK ANGKOLA

Suku Batak Angkola merupakan suku yang berada di Tapanuli


Selatan, Sumatra Utara yang masih dalam wilayah batak. Angkola
diambil dari nama sungai yang diberikan oleh penguasa saat itu yaitu
Rajendra Kola.

5. SUKU BATAK SIMALUNGUN

Suku Batak Simalungun merupakan suku yang masih satu


rumpun dengan suku batak, suku ini tepatnya berada di Kabupaten
Simalungun, Sumatra Utara. Ada yang mengatakan suku ini berasal
dari daerah di India. Akan tetapi belum ada bukti yang menguatkan
jika leluhur mereka berasal dari India.

6. SUKU MINANGKABAU

Suku Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan Minang


merupakan suku yang berada di daratan Sumatra Barat, Sebagaian

ix
daratan Riau, Bagaian Utara Bengkulu, Barat Daya Aceh, Bagian
Barat Jambi, Pantai Utara Sumatra Utara, hingga di Negeri Sembilan
Malaysia.Suku Minang ini adalah suku yang menanut sistem
Matrilineal. Dan juga suku ini satu rumpun dengan suku melayu.

7. SUKU BATAK PAKPAK

Suku Batak Pakpak masih satu bagian dengan suku Batak


yang berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di India yang
Mayoritas beragama kristen. Dan sekarang tersebar di beberapa
daerah di Sumatra utara dan Aceh, tepatanya di KabupatenDairi,
kabupaten Pak-pak Barat, Kabupaten Humbang Hasundutan,
Tapanuli Tengah, kabupaten aceh Singkil dan Kota Subulussalam.

8. SUKU BATAK TOBA

Suku Batak Toba masih satu bagian dari suku Batak, dan
tersebar di beberapa wilayah antara lain Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten
Tapanuli Utara dan sebagian juga ada di Kabupaten Dairi,Kabupaten
TapanuliTengah, Kabupaten Sibolga dan sekitarnya.

9. SUKU BATAK MANDAILING

Suku ini banyak ditemui di Bagian Utara Pulau Sumatra,


Indonesia. Suku ini tersebar di wilayah Kabupaten mandailing Natal,
Kabupaten Padang Lawas, dan Padang Lawas Utara.

Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang
beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak
Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga
Pesisir, dan etnis pendatang.

Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat


istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga
memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat

x
mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Walaupun
begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat
perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat
berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau
di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang
memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini
tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.
Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu :

1. Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba,


wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya
yang bernilai tinggi dan kuliner. Batak Karo yang terkenal dengan
daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil
buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar
global dan juga memiliki adat budaya yang masih
tradisional. Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai
peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan
peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah
yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya
yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan
penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat
menembus pasar global. Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan
peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang
dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat
musik yang khusus.

2. Etnis Simalungun memiliki peninggalan sejarah berupa


Rumah Bolon atau yang dikenal dengan Museum Lingga/Rumah
Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai peninggalan
sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan
budaya yang tersendiri. Etnis NIAS memiliki daerah yang kaya
dengan wisata alam yang sangat menakjubkan yang telah memiliki

xi
nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini juga memiliki
kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah
yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena
didaerah ini masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung
batu, nilai budaya yang tradisional dan banyak lagi yang sangat
bernilai tinggi, dan menurut cerita masyarakat setempat, daerah
tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah satu zona situs
megalitik yang dilindungi dunia. Etnis Sibolga Pesisir ini juga
memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang khusus yang juga
memiliki nilai sejarah yang sangat berharga.

10. SUKU MENTAWAI

Suku Mentawai merupakan suku yang terdapat di Kepualauan


Mentawai. Yang menjadikan beda dari yang lain adalah
penggunaan tato disekujur tubuh yang memiliki fungsi terkait
dengan status sosial. Dan suku ini juga dikenal sebagai suku
peramu yang baik.

11. SUKU PEMULUTAN

Pemulutan merupakan suku yang berada di Desa


Pemulutan, yang sekarang menjadi Kecamatan, di Kabupaten Ogan
Ilir, Sumatra Selatan. Pemulutan berasal dari sejarah mistis seorang
puyang yang menangkap buaya dengan menggunkanan getah yang
dikenal juga dengan istilah mulut.

12. SUKU ANAK DALAM

Suku anak dalam atau Orang Rimba merupakan suku


minoritas yang hidup di Pulau Sumatra, Tepatnya di Provinsi Jambi
dan ada juga sebagian yang bertempat di Sumatra Selatan. Suku
Kubu ini masih ada hubungannya dengan suku Minangkabau ini
terbukti dengan sistem yang mereka anut

xii
13. SUKU MUSI SEKAYU

Suku Sekayu terletak di Propinsi Sumatra Selatan. Dalam


wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Suku Sekayu merupakan
“manusia sungai” dan senang mendirikan rumah-rumah yang
langsung berhubungan dengan sungai Musi.

14. SUKU SALING

Suku bangsa ini berdiam di sekitar daerah aliran Sungai Saling.


Daerah adat mereka yang disebut Marga Saling, berada dalam
wilayah Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Lahat, Provinsi
Sumatra Selatan.

B. Makanan Adat

Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh


Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan
sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan
dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan
isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan,
maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang
terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer,
pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek
pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek
belah dan pempek otak – otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek,
masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna
kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering
yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).

Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan


berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil – kecil mirip
bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah,
serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap

xiii
C. Kebisaan / Tradisi

1. Lompat Batu
Lompat batu yang dikenal juga hombo batu berasal dari Desa
Bawo Mataluo Nias, Kabupaten Nias Selatan. Desa ini dikenal dengan
situs megalitik atau batu besar berukir, dan di dalamnya terdapat Omo
Hada yaitu perumahan tradisional khas Nias. Tradisi ini merupakan
ritual wajib bagi para lelaki sebagai simbol menuju kedewasaan. Setiap
lelaki yang akan menikah harus mampu melompati batu setinggi dua
meter melalui sebuah batu kecil sebagai pijakan.
2. Mangokkal Holi
Mangokkal Holi berarti mengambil tulang-belulang dari leluhur
dari dalam kuburan lalu ditempatkan di dalam peti dan diletakkan
dalam tugu khusus. Inti dan tujuan dari tradisi ini adalah untuk
mempertahankan silsilah garis keturunan marga, dan juga
menunjukkan eksistensi dan taraf hidup keluarga yang
melaksanakannya. Suku Batak percaya dengan menempatkan bagian
tubuh dari leluhur di tugu merupakan simbol bahwa mereka tidak
pernah lupa dengan nenek moyangnya. Tradisi Ritual Mangokkal Holi
digelar secara meriah selama beberapa hari dengan memotong
beberapa hewan ternak.
3. Kenduri Laut
Tradisi Kenduri Laut berasal dari Tapanuli Tengah, dilaksanakan
satu tahun sekali pada bulan Oktober. Kenduri Laut digelar dengan
seremonial yang melibatkan semua elemen dari 11 kecamatan yang
ada di Tapanuli Tengah. Kenduri Laut mulai digelar pada malam
kemudian berlanjut hingga siang hari. Tradisi ini menjadi wujud
ungkapan rasa syukur masyarakat Batak di Tapanuli Tengah kepada
Tuhan atas melimpahnya hasil laut dan pertanian.
4. Balimau
Balimau adalah tradisi mandi membersihkan diri menjelang bulan
ramadhan. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat
Minangkabau di lubuak atau sungai. Selain itu Balimau juga memiliki
makna lainnya yaitu mensucikan bathin dengan bermaaf-maafan satu
sama lain sebelum menyambut bulan suci ramadhan.
5. Makan Bajamba
Makan bajamba sering juga disebut Makan Barapak, tradisi ini
sampai sekarang masih jamak dilakukan oleh masyarakat

xiv
Minangkabau. Makan Bajamba adalah tradisi makan dengan cara
makan bersama di sebuah tempat, biasanya dilakukan pada hari besar
islam, upacara adat atau acara-acara penting lainnya. Tradisi makan
bajamba diperkirakan masuk ke Sumatera Barat seiring dengan
masuknya islam ke Ranah Minang pada abad ke-7. Maka tidak heran
banyak adab dalam makan bajamba yang sesuai dengan syariat islam.

6. Pacu Itiak
Pacu Itiak (Balapan Itik) adalah salah satu tradisi unik dari
Sumatera Barat khususnya di daerah Payakumbuh dan Limapuluh
Kota. Event Pacu Itiak biasanya dilaksanakan di 11 tempat berbeda di
Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota. Tata cara
perlombaan Pacu Itiak ini adalah dengan melemparkan Itiak sehingga
Itiak pun terbang menuju garis finish. Itiak yang paling cepat mencapai
garis finish akan dinyatakan sebagai pemenang. Jarak tempuh satu
lintasan Pacu Itiak ini biasanya sepanjang 800 meter.

D. Upacara Adat
1. Batagak Penghulu

Kegiatan Batagak penghulu merupakan upacara adat pengangkatan


penghulu. Beberapa acara harus dilakukan sebelum acara peresmian
calon penghulu harus menjalani syarat-syaratnya yaitu Baniah, Dituah
Cilakoi, Panyarahan Baniah, Manakok hari. Penting untuk diingat,
bahwa upacara pengangkatan Penghulu dilakukan dengan cara adat
dan tradisi ini diberi nama Malewakan Gala. Pada hari pertama adalah
berpidato, kemudian penghulu tertua memasangkan deta dan

xv
menyisipkan sebilah keris sebagai tanda serah terima jabatan, akhirnya
penghulu baru diambil sumpahnya.
2. Tabuik
Tradisi Tabuik merupakan upacara adat yang dilakukan pada setiap
tanggal 10 Muharam. Kegiatan ini kabarnya memperingati wafatnya
Husein, cucu dari Nabi Muhammad SAW dan lebih dikenal dengan
sebutan hari Asyura. Acara ini pertama kali dikenalkan oleh tentara
Tamil muslim yang berasal dari India pada tahun 1831. Adapun makna
Tabuik sendiri merupakan pengusungan jenazah. Pada mulainya,
tradisi ini merupakan adat Syi’ah, anehnya seiring berjalan waktu, tak
sedikit penganut Sunni yang turut melakukannya.
3. Balimau
Balimau merupakan upacara atau tradisi agama Hindu yang masih
mengakar di Sumatera Barat. Upacara ini yakni dengan membersihkan
diri di sungai atau di tempat-tempat pemandian umum. Diadakan saat
sebelum bulan Ramadhan, Balimau bertujuan untuk menyucikan diri
secara lahir dan batin. Beberapa hal yang unik dari tradisi ini adalah
cara mandinya dengan menggunakan air limau atau jeruk nipis. Jeruk
nipis dipercaya dapat membasuh kotoran serta keringat yang melekat
pada kulit.

E.Pakaian Adat

1. Ulee Balang – Nangroe Aceh Darussalam

xvi
2. Ulos – Sumatra Utara

3. Bundo Kanduang – Sumatra Barat

xvii
4. Aesan Gede dan Aesan Pasangko – Sumatra Selatan

xviii
5. Kebaya Labuh dan Teluk Belanga – Riau

6. Melayu Jambi – Jambi

xix
F.Bahasa

Aceh:

 Aceh
 Alas
 Devayan
 Gayo

Haloban

 Kluet
 Lekon
 Sigulai
 Singkil
 Simalur

Sumatra Utara:

 Angkola
 Dairi
 Karo
 Lubu
 Mandailing
 Medan
 Melayu Deli
 Melayu Langkat

xx
 Melayu Pesisir (Maye-maye)
 Nias
 Padang Lawas
 Pakpak
 Simalungun
 Toba

Riau:

 Akit
 Anak Laut (Orang Laut)
 Bangka
 Bengkalis
 Melayu Riau
 Melayu Siak
 Ocu (Kampar)
 Rokan
 Sakai

 Sumatra Barat:
 Minang
 Mentawai
 Rao

xxi
Jambi:

 Kerinci
 Kubu (Anak Dalam)
 Melayu Jambi

Sumatra Selatan:

 Komering
 Kubu (Anak Dalam)
 Lahat
 Melayu Palembang
 Musi
 Ogan
 Pasemah

Bengkulu:

 Enggano
 Kaur
 Haji
 Rejang

Lampung:

xxii
 Lampung

Lain-lain:

 Col
 Duano
 Loncong
 Melayu Tengah
 Pekal

G. Mata pencaharian

Secara umum, pulau Sumatera didiami oleh bangsa Melayu,


yang terbagi ke dalam beberapa suku. Suku-suku besar ialah
Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau,Besemah, Ogan,
Komering, dan Lampung. Di wilayah pesisir timur Sumatera
dan di beberapa kota-kota besar seperti Medan, Palembang, dan
Pekanbaru, banyak bermukim etnis Tionghoa. Penduduk pulau
Sumatera hanya terkonsentrasi di wilayah Sumatera Timur dan
dataran tinggi Minangkabau. Mata pencaharian penduduk
Sumatera sebagian besar sebagai petani, nelayan, dan pedagang.

xxiii
BAB III

xxiv

Anda mungkin juga menyukai