Getah lambung merupakan cairan yang disekresi secara aktif oleh sel mukosa lambung yang
terdiri atas dua kelenjar yaitu kelenjar peptik fundus dan kelenjar pilorik. Kelenjar peptik
mensekresi pepsin, lipase, dan HCl, sedangkan kelenjar pilorik mensekresi bahan untuk proses
fermentasi. Pemeriksaan cairan lambung ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan makroskopis,
mikroskopis maupun kimia. Terdapat beberapa cara dalam pengambilan sampel cairan lambung
ini diantaranya dapat menggunakan sondage lambung (sondage Wangestane, sondage Levine,
dan sondage Rile), endoskopi serta ultrasonographi. Fungsi pemeriksaan cairan lambung ini
meliputi :
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan cairan lambung dengan kode sampel X.
Sampel yang digunakan sudah disiapkan sebelumnya dimana pemeriksaan yang dilakukan hanya
meliputi pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis saja.
Pemeriksaan makroskopis dilakukan untuk mengetahui bentuk dan gambaran cairna yang
diperiksa secara makroskopis. Prinsipnya adalah bentuk dan gambaran cairan dilihat secara
visual dengan mata. Beberapa parameter yang diamati antara lain :
Pada praktikum pertama warna sampel yaitu: … Ph sampel… dan bau sampel agak asam.
Sedangkan pada praktikum kedua wana pada sampel putih keruh memiliki PH 7.0 dan berbau
agak asam.
Dalam keadaan abnormal, volume sampel < 25 ml termasuk dalam keadaan hiposekresi
hypoacidity, sedangkan volume sampel > 75 ml termasuk keadaan hiposekresi / hyperacidity dan
volume sampel > 100 ml termasuk patologis (gastritis kronis, obstruksi pylorus).
Dari segi warna jika dalam keadaan abnormal maka akan tampak warna merah yang
menandakan adanya unsur darah sebagai dugaan adanya perdarahan, warna hijau sebagai
petanda tingginya konsentrasi biliverdin (regurgitasi duodenum ke dalam), warna kuning sebagai
petanda tingginya konsentrasi bilirubin/ naiknya isi duodenum ke lambung. Sedangkan warna
coklat menyatakan keadaan hemoglobin yang teroksidasi menjadi bentuk hematin.
Dari segi bau jika dalam keadaan abnormal dimana bau asam keras menandai adanya statis
desertai peragian. Bau busuk sebagai marker adanya nekrosis lambung, sedangkan bau feses
menandakan adanya statis dalam usus dan fisteri antara usus dan lambung.
Dalam keadaan normal lendir, sisa makanan, pus (nanah), dan potongan jaringan seharusnya
tidak ada, pada keadaan abnormal keberadaan lendir biasanya berasal dari mulut/saluran
pencernaan. Ciri lendir dari nafas :
Tidak homogen
Terapung di atas permukaaan air
Terdapat gelembung udara
Tampak garis-garis halus
Secara mikroskopis sel epitel meningkat
Adanya lendir akan mengikat sebagian asam bebas sehingga menyebabakan hasil rendah palsu
dan pada asam total tidak berubah.
Sisa makanan pada keadaan normal seharusnya tidak ada sebab pada kondisi normal sisa
makanan telah dilanjutkan ke duodenum. Adanya sisa makanan pada sampel cairan lambung
menandakan berkurangnya motilitas lambung atau adanya sumbatan pada pylorus.
Adanya pus (nanah) pada sampel cairan lambung biasanya berasal dari saluran makanan. Selain
itu kadang juga dapat berasal dari saluran pernafasan dan adanya sputum yang tertelan. Adanya
pus dapat dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopis sehingga didapatkan lekosit dalam
jumlah yang tinggi. Sedangkan adanya potongan jaringan menandakan adanya proses tumor.
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan baik secara mikroskopis maupun mikroskopis
dapat disimpulkan bahwa
1. pada praktikum pertama cairan lambung yang diperiksa positif terdapat eritrosit
sebanyak 267 sel, sel epiter 28 sel, terdapat banyak bakteri atau dapat dikatakan positif bakteri
dan 2-5 sel yeast
2. pada praktikum kedua cairan lambung tersebut positif terdapat leukosit > 50 sel /
lapang pandang, sel eritrosit 31 sel, sel epitel 6 sel, terdapat banyak bakteri, positif yeart dan
terdapat sisa makanan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam praktikum pemeriksaan cairan lambung antara lain :
Aspirasi dilakukan pagi hari setelah puasa 12 jam, sampel yang diambil sebaiknya
sampel kondisi puasa agar tidak ada sisa makanan yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
Pasien terbebas dari penggunaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi lambung.
Pasien dilarang menelan saliva atau sputum karena dapat mempengaruhi keasaman
lambung.
Proses sentrifugasi sebaiknya tidak dilakukan dengan kecepatan yang terlalu tinggi
karena dapat merusak morfologi unsur-unsur mikroskopis.
Sampel sebaiknya tidak dibiarkan kontak dengan udara luar terlalu lama karena dapat
menimbulkan kontaminasi dengan bakteri udara luar dimana saat pengamatan
mikroskopis kontaminasi bakteri terhitung sehingga memicu hasil bakteri positif palsu.