Anda di halaman 1dari 4

AKTIVITAS ANTIFUNGI

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
 Melakukan pengujian aktivitas antifungi
 Memilih satu metode yang tepat untuk pengujian antifungi tertentu

II. TEORI DASAR


Kebanyakan fungi resiten sempurna terhadap kerja obat-obat antibakteri. Hanya
beberapa senyawa antibakteri yang telah ditemukan mempunyai efek penghambatan
terhadap fungi yang patogen bagi manusia dan kebanyakan daripadanya relative toksik.
Antifungi adalah zat aktif pembasmi fungi. Penyakit yang disebabkan oleh fungi masih
merupakan penyakit yang sulit diatasi. Fungi lebih daoat bertahan pada kondisi yang tidak
menguntungkan dibanding bakteri. Fungi kontak dengan kulit manusia dapat menyebabkan
penyakit kulit. Bahkan sebagian fungi dapat menghasilkan metabolic beracun.

Nistatin
Nistatin dihasilkan dari Streptomyces noursei dan namanya berasal dari New York.
Nistatin menghambat pertumbuhan dari macam-macam ragi dan fungi yang patogen dan
nonpatogen, tetapi tidak menghambat pertumbuhan bakteri.
 Sifat fisikokimia
Nistatin merupakan suantu antibiotic poliena, dengan struktur kimia berikut. Senyawa-
senyawa poliena ini mempunyai suatu bagian hidroful dan suatu rantai dari 4-7 ikatan
rangkap yang terkonjugasi, yang bersifat lipofil.
Potensi sediaan-sediaan dalam perdagangan dan nistatin dinyatakan dalam unit ; 1,0 mg
obat mengandung tidak kurang dari 2000 U (standar U.S.P).
 Spectrum dan cara kerja
Nistatin bersifat fungistatik maupun fungisidik. Secara invitro Candida, Cryptococcus,
Histoplasma, Blastomyces, Trichophyton, Epidermophyton dan Microsporum audouini
peka terhadap nistati pada konsentrasi antara 1,5-6,5 μg/ml. kerja secara invivo dibatasi
pada permukaan-permukaan dimana obat-obat yang tak diabsorpsi dapat secara
langsung kontak dengan ragi atau kapang.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Incubator
 Autoklaf
 Alat gelas (cawan petri, gelas piala, tabung reaksi, batang pengaduk)
 pipet Eppendorf
 pinset
 spektrofotometer
 vortex
 jarum ose

Bahan :

 Fungi uji : Candida albicans


 Antifungi : nistatin
 Medium : Potato dekstrose agar (PDA)
 Bahan Lain : Cakram kertas, kapas berlemak, alumunium foil

IV. PROSEDUR
 Disiapkan oleh lab
Pembuatan larutan antifungi : antifungi dilarutkan dalam etanol encer (50%) sehingga
diperoleh konsentrasi 45 μm/mL, 90 μm/mL, 180 μm/mL, 360 μm/mL, 720 μm/mL
 Disiapkan oleh praktikan
Pembuatan lempeng agar :
Medium agar dicairkan, tunggu sampai suhu mencapai ± 45 oC, campur dengan 0,5 ml
nistati dengan konsentrasi 10.000 IU.
Setelah lempeng agar padat, goreskan fungi uji (Candida albicans) dengan bantuan
jarum ose pada medium agar
Inkubasi cawan petri selama 72 jam kemudian amati pertumbuhan fungi uji setiap hari

V. DATA PENGAMATAN
Pengamatan aktivitas antifungi nistatin terhadap C. albicans dengan metode
pengenceran agar

Konsentrasi nistatin Pertumbuhan C.albicans


(IU) Tumbuh (+), Tidak tumbuh (-)
10.000 24 jam 48 jam 72 jam
- + +

Pengamatan aktivitas antifungi nistatin pada C.albicans dengan metode cakram


kertas

Kadar nistatin Diameter hambat (cm)


tiap cakram 24 jam 72 jam
kertas (IU)
100 2,82 2,12
1000 2,39 1,65
10.000 2,09 1,12

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan dilakukan penentuan KHM dari antifungi Nistatin terhadap
Candida albicans. Konsentrasi Hambatan Minimum ( KHM ) adalah konsentrasi
antibiotika terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan organism
tertentu. Efektivitas senyawa antimikroba dapat dilihat pada pengujian antimikroba
dengan menentukan konsentrasi terkecil agar pertumbuhan organisme uji dapat
terhambat atau KHM.
Dalam menentukan KHM, dalam percobaan dilakukan 2 cara yaitu pengenceran
agar dan difusi agar. Perbedaan metode terlihat dari cara mengujinya.
Metode pengenceran dapat digunakan untuk menguji beberapa zat antimikroba
secara simultan, tetapi memakan waktu dan mahal. Metode ini memungkinkan
dilakukannya uji kedua untuk menilai daya antimikroba suatu zat (Black, 2004). Uji
ini mampu dengan tepat mengukur konsentrasi antimikroba yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan suatu inokulum terstandarisasi di bawah kondisi yang
ditentukan.
metode pengenceran dilakukan dengan cara mencampurkan antifungi dengan
media sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan kemudian jamur digoreskan pada
permukaan agar yang telah memadat. Kemudian dilihat adanya zona bening yang
terjadi.
Berdasarkan hasil data pengamatan pada hari pertama jamur tidak tumbuh, itu
menunjukkan bahwa nistatin dapat menghambat pertumbuhan jamur tersebut.
Nistatin menghambat pertumbuhan jamjur dengan cara merusak sel jamur tersebut.
Perusakan sel tersebut dilakukan dengan cara membentuk suatu pori melauli
pembentukan kompleks dengan sterol-sterol dan membran sel dimana melalui pori
ini macam-macam molekul-molekul kecil dapat keluar dari sel dapat keluar sehingga
menyebabkan kerusakan sel. Tetapi pada hari ketiga pengamatan, ada pertumbuhan
jamur, itu menunjukkna bahwa nistatin tidak dapat menghambat perumbuhan
jamur. Berdasarkan literature nistatin dapat menghambat dan membunuh Candida
albican secara invitro, tetapi karena percobaan ini dilakukan secara invivo
kemungkinan nistatin kurang berefek karena adanya kontaminasi dari luar yang
menyebabkan pertumban jamur.
Metode pengenceran agar ini kurang baik digunakan untuk menentukan KHM
karena hasil yang didapat kurang analitis, waktunya lama dan memerlukan lebih
banyak media dan alat karena dalam satu media yang ada dalam satu cawan petri
hanya bisa digunakan untuk satu antifungi dengan satu konsentrasi.

KESIMPULAN

Metode difusi agar lebih baik karena dalam percobaan konsentrasi antibiotic dan konsentrasi bakteri
terkontrol. Sehingga data yang dihasilkan lebih analitis.

DAFTAR PUSTAKA
Wattimena, G. A., C. S., Nelly, M. B., Widianti B, E. Y. Sukandar, Soemardji, A. A.,
Setiadi, A. R., 1991, Farmakodinamika dan Terapi Antibiotik. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai