Anda di halaman 1dari 8

Almost is never enough

Wednesday, April 10, 2013


Cerpen 3 (Sahabat jadi Cinta)

Rani dan Raka adalah sahabat, mereka bersahabat sejak mereka masih duduk
dibangku SD. Walaupun sering berantem mereka tetap solid. Orang tua mereka pun
juga saling kenal, malah juga temanan dekat. Sekarang mereka berdua duduk di
bangku SMP kelas 7. Mereka pun juga satu kelas, mereka pun makin dekat saja.

Senin pagi di SMP Kembang, murid-murid sedang upacara. Bu Sarah sebagai kepala
sekolah tidak suka bila ada murid yang main-main saat upacara. Pada saat upacara
Rani dan Raka berantem, mereka pun cubit-cubitan. Melihat itu Bu Sarah langsung
menegur mereka.
“Kalian berdua!” bentak Bu Sarah.
“iya bu” jawab mereka serentak.
“jangan bercanda, sampai saya lihat lagi, kalian saya hukum!” bentak Bu Sarah lagi.
“iya bu” jawab mereka lagi.
Bu Sarah pun melangkah pergi. Pada saat Bu Sarah menengok ke arah lain mereka
berantem lagi.
“lo apaansi” kata Rani sambil nyubit Raka.
“yang duluan siapa” jawab Raka.
Tidak sengaja Bu Sarah mendengarnya lagi.
“kalian!” teriak Bu Sarah.
“tuhkan Bu Sarah denger lo sih” kata Rani.
“yehh. Iya bu” jawab Raka.
“kalian berdua temui ibu setelah upacara!” perintah Bu Sarah kali ini tidak main-main.

Pada saat upacara selesai, Rani dan Raka pun berjalan menuju ruangan Bu Sarah. Bu
Sarah sudah menunggu keduanya.
“kalian kenapa berantem?” tanya Bu Sarah kepada Rani dan Raka.
“dia duluan bu” jawab Raka.
“gak gentle banget sih lo, nyalahinnya cewek” jawab Rani.
“yang nyubit tadi siapa?” tanya Raka.
“yang berisik siapa?” tanya Rani.
“sudah!sudah!diam!” bentak Bu Sarah. “kalian berdua ibu hukum!berdiri dan hormat
dibawah tiang bendera selama 2 jam pelajaran!” perintah Bu Sarah.
“kapan bu?” tanya Raka.
“sekarang!” suruh Bu Sarah.
Rani dan Raka pun melangkah pergi menuju lapangan upacara. Mereka berdua pun
hormat dibawah tiang bendera. Mereka juga menjadi tontonan murid-murid yang
hendak ke toilet atau ingin memanggil guru. Jadi bahan ledekan juga sudah pasti!.
Satu jam berlalu.
“elah, panas lagi” desah Rani.
“gara-gara siapa?” tanya Raka dengan nada ledek.
“gara-gara lo titik!” jawab Rani.
“cobaan dari yang maha kuasa” jawab Raka.
Raka pun menatap tiang bendera itu terus-menerus. Rani sudah mulai pucat tidak kuat.
Tiba-tiba Raka melihat Rani yang memucat itu.
“yah, pucet atau pura-pura?” ledek Raka.
“auah terserah” jawab Rani.
Rani memegang kepalanya yang mulai pusing. Sebenarnya ia sudah gak kuat tapi biar
dia tidak diledekin Raka, ia pun mencoba kuat.
“sok kuat lagi, ke uks” suruh Raka.
“gak, orang gapapa” jawab Rani. “gak usah sok care gitu deh” sambung Rani.
Beberapa menit kemudian, Rani jatuh pingsan. Pada saat jatuh Raka tidak melihat
karena ia sedang menatap ke atas tiang bendera.
“Ran..” belum sempat menyelesaikan kata-katanya, dilihatnya Rani sudah jatuh ke
tanah. “pingsan nih?” tanyanya bingung.
Raka pun membungkukkan diri di colek cewek itu, di cek itu pingsan atau tidak.
Ternyata beneran pingsan. Raka pun menggendong cewek itu ke uks.
******
Pada jam istirahat, Raka dan Rani makan dikantin. Fia, teman curhat Rani pun
mendekat.
“lo berdua dihukum ya?” tanya Fia.
“iye, terus si Rani pingsan lagi” jawab Raka.
“iya Ran, wah penya..” belum selesai menyelesaikan omongannya Fia langsung diam.
“kok diem?penya apa?” tanya Raka.
“gapapa” jawab Fia. Karena jika ia melanjutkan kata-katanya itu, ia akan
membocorkan semua rahasia Rani yang tidak diketahui Raka.
******
Keesokkan harinya, pada saat jam pertama Bu Tina masuk ke kelas 7-D yaitu kelas
Rani dan Raka. Bu Tina mengumumkan sesuatu.
“kalian bakalan kedatangan murid baru” ucap Bu Tina.
“cewek atau cowok bu?!” tanya Raka kencang.
“ibu panggilkan saja ya, Tari, ayok masuk” kata Bu Tina sambil menyuruh murid baru
itu masuk ke kelas.
Ketika Tari masuk ke kelas semuanya kaget. Muka Tari mirip sekali dengan Rani!.
Rani pun sampai pongo, bengong, kaget, campur aduk pastinya.
“Ran,lo punya kembaran kok ga bilang?” tanya Raka.
“gue ga punya kembaran serius deh, itu kok..bisa sama” jawab Rani.
“Tari silahkan perkenalkan diri” ucap Bu Tina.
“iya bu, Kenalkan nama saya Mentari, biasa dipanggil Tari. Saya pindahan dari SMP
Merpati” kata Tari.
“yaudah Tari, kamu duduk dibangku yang kosong ya. Ibu permisi dulu ya” ucap Bu
Tina.
Tari duduk di kursi yang kosong dan dia duduk disebelah Fia. “kenalin aku Tari” ucap
Tari.
“iya,iya, gue Fia” jawab Fia.
******
Pada saat jam istirahat pertama, Rani pun mendekati Tari.
“kok bisa mirip ya?” tanya Rani.
“gak tau deh hehe” jawab Tari.
Dari segi fisik boleh sama, tapi dari sifat mungkin beda jauh, Tari sangatlah lembut
beda jauh dengan Rani. Tiba-tiba Raka masuk ke kelas.
“eh lo disini Ran” tanya Raka.
“iya” jawab Rani.
“eh ada Tari” sapa Raka. “nama gue Raka” Raka pun memperkenalkan diri.
“eh iya, aku Tari” jawab Tari.
Raka pun menarik tangan Rani. Lalu ia pun berbisik kepada Rani.
“kayaknya gue suka sama Tari deh” bisik Raka.
“HAH?lo baru ketemu dari 3 jam yang lalu, gila lo” jawab Rani.
“gausah teriak!” jawab Raka.
“yaya” jawab Rani.
******
Pengakuan Raka itu memang membuat Rani kaget. Rani pun menghubungi Fia.
“fi, kata Raka, masa dia suka sama Tari, padahalkan mereka baru ketemu” cerita Rani.
“sabar Ran, tenang gue yakin Raka gasuka sama Tari” jawab Fia.
“yaudah deh liat nanti aja ya” jawab Rani.
“yaudah Ran, udah dulu ya” jawab Fia.
“eh fi, besok kayaknya gue gamasuk mau ke dokter” jawab Rani.
“oh, mau ngecek ya, cepet sembuh ya!” jawab Fia.
“makasih deh ya, lo gaboleh cerita ke siapapun!” jawab Rani.
“tenang, daa” jawab Fia.
“daa” jawab Rani lalu mematikan hubungan telefon itu.
******
Keesokkan harinya, pagi-pagi saat Fia baru saja datang Raka menarik tangannya ingin
menanyakan kenapa Rani belum datang karena Rani tuh anak yang rajin datang pagi.
Fia pun hanya menjawab bahwa Rani izin acara keluarga.
Kelas benar-benar sepi tidak ada Rani. Fia melihat Raka yang sedang bengong tidak
fokus belajar. Fia pun duduk disamping Raka lalu menepok punggung Raka.
“bengong!mikirin siapa hayo” ledek Fia.
“ada deh, sebenernya pengen curhat sih” jawab Raka. Raka tuh bukan tipe cowok
yang sok jaim sama cewek, tapi tetep gentle.
“curhat ke gue aja dijamin halal” jawab Fia.
“kalo haram?” ledek Raka.
“serius, curhat tentang siapa?Rani?” tanya Fia.
“iyanih, sebenernya tuh anak baik, ya lumayan cantik lah, tapi gue rasa ada rahasia
tentang dia yang gue gatau, gue bingung mau tanya ke siapa” jawab Raka.
“intinya...lo punya rasa ke dia?” tanya Fia.
“iyalah! Dari SD men, temenan deket!” jawab Raka.
“iya sih, trus kok lo bilang ke dia kalo lo suka Tari?” tanya Fia.
“cuman ngetes reaksinya dia gimana” jawab Raka.
“oooohhhh” jawab Fia.
“hai” sapa Tari yang tiba-tiba datang.
“ehh Tari” jawab Raka.
“boleh gabung?aku gaada temen soalnya hehe” jawab Tari.
“boleh banget” jawab Raka.
Lalu perbincangan Raka dan Fia tadi, benar-benar dikunci rapat-rapat oleh Fia.
Karena ini adalah pengakuan besar!dan Rani pun harus tau, tapi Fia bukanlah orang
yang gampang bocorin rahasia orang.
******
Pada malam harinya Fia pun menelepon Rani.
“halo Ran?” sapa Fia.
“iya fi ada apa?” tanya Rani.
“lo gapernah nanya apa ke Raka, dia suka sama lo atau ga?” tanya Fia.
“ya gaklah nanti malah gaenak” jawab Rani. “tumben nanya” sambung Rani.
“ya gapapa, eh gimana penyakit lo?” tanya Fia.
“jangan bahas itu ya” jawab Rani. “udah dulu yaa PR numpuk nih” jawab Rani.
“okee” jawab Fia lalu menutup telfon itu.
Jujur Rani tidak suka bila ada orang yang membahas penyakit yang di deritanya itu.
******
Keesokkan harinya, Fia, Raka, dan Tari main ke rumah Rani, karena ada tugas
kelompok. Kerja kelompok ini bisa sampai malam. Sesampainya mereka dirumah
Rani, ibu Rani pun kaget karena muka Tari sangatlah mirip dengan anaknya.
“nama kamu siapa?duh mirip banget” tanya ibu Rani.
“saya Tari tante” jawab Tari.
“iya tante, mirip banget ya sama Rani?” sambung Raka sambil merangkul Tari.
Rani melihat itu hanya bisa diam. Fia pun mengerti diamnya Rani itu karena Raka dan
Tari.
“udah-udah” sambung Fia.
“jadinya gimana nih bahan-bahannya?” tanya Tari.
“beli dulu aja gimana?” tanya Rani.
“beli bareng aku yuk Rana aku tau kok toko bahan-bahan kayak gitu dimana” jawab
Tari.
“yaudah deh, Fi,Rak, lo pada tunggu sini ya gue sama Tari pergi.” Jawab Rani.
Rani dan Tari pun pamit pergi untuk membeli bahan-bahan tugas kelompok mereka.
Sedangkan Fia dan Raka bermain-main dikamar Rani.
“ini foto lo berdua?lucu!” tanya Fia sambil melihat foto Rani dan Raka semasa SD.
“iyalah, gila ya, ampe sekarang” jawab Raka.
“kenapa ga lo bilang aja ke dia lo suka dia?” tanya Fia.
“gue takut persahabatan kita runtuh” jawab Raka.
“yaudah, tapi jangan ampe terlambat aja” jawab Fia.
“terlambat?” tanya Raka. Fia hanya membalasnya dengan senyum. Sambil lihat-lihat
Fia menemukan kotak berwarna biru didalam laci. Ia tau, jika ia membukanya itu
tidak sopan tapi ia hanya ingin melihatnya sedikit. Saat dilihatnya didalam kotak itu
ada surat. Surat itu banyak sekali dan semuanya bejudul ‘Raka’. Fia pun buru-buru
menutup laci itu lagi, karena ia tidak mau menambah dosa.
Tari dan Rani pun pulang. Mereka pun mengerjakan tugas mereka itu. Walaupun Tari
anak baru ia sangatlah enak diajak ngobrol. Suatu ketika pada saat menggunting
sesuatu, Tangan Tari kena gunting dan berdarah.
“duh berdarah ya?sini-sini” ucap Raka lalu memegang tangan Tari yang berdarah itu
lalu ditiup. Seperti biasa Rani hanya meluapkan emosinya dalam hatinya saja, sampai
suatu saat pasti akan meledak.
******
Keesokkan harinya. Hari ini ada pelajaran olahraga, yang putra main futsal, yang putri
main basket. Saat bermain basket Rani tidak sengaja melempar bolanya dan kena
kepala Tari, Tari pun terjatuh. Raka pun yang sedang asik bermain futsal tiba-tiba
berlari menuju Tari.
“lo kok bisa ya ngelempar bola ke kepala Tari” tanya Raka.
“kan gak sengaja” jawab Rani.
“kelewatan, kalo dia kenapa-kenapa gimana?” tanya Raka.
“jadi lo lebih care ke dia?daripada gue yang udah sahabatan lama sama lo?” tanya
Rani.
“woy udah deh, cuman gini doang” sela Fia.
“gue udah muak sama lo, jangan pernah panggil gue lagi” jawab Rani lalu pergi.
“apaansih, dia yang salah” decak Raka.
“lo jangan gitu dong, kan Rani ga sengaja” jawab Fia.
“auah gue bawa Tari ke uks aja dulu” jawab Raka lalu menggotong Tari ke uks.
Fia pun mengejar Rani. Dikelas Rani duduk dibangkunya sambil merapikan buku-
bukunya.
“lo mau kemana?” tanya Fia bingung.
“ke tempat favorit gue. Males gue ketemu Raka” jawab Rani.
“udahlah, kita liat reaksi Raka dulu, siapatau dia minta maaf” jawab Fia lalu menahan
tangan Rani yang ingin mengambil tasnya. Rani pun nurut.
******
Tidak ada reaksi minta maaf dari Raka. Rani pun memilih duduk dengan Fia dan Tari
pun terpaksa duduk dengan Raka. Rani seperti benar-benar kesal kepada Tari sampai-
sampai jika Tari nanya apa ke Rani selalu tidak dijawab. Fia yang selalu menjawab
pertanyaan itu. Raka pun tidak menyapa sama sekali. Sampai suatu saat Rani tidak
masuk seminggu tidak ada kabar, Fia pun tidak tahu kemana temannya itu pergi. Raka
tidak juga mengacuh. Sampai suatu saat Raka luluh dan mengirim pesan kepada Rani.
Ran, maaf ya waktu itu gue udah marah-marah ke lo. Lo dimana?
Pesan itu tidak dibalas-balas. Akhirnya, Fia kerumah Rani. Ibu Rani pun hanya
mengatakan bahwa Rani dirawat dirumah sakit, penyakitnya kambuh karena Rani
seperti mengalami banyak pikiran. Fia pun menjenguk Rani. Dilihatnya Rani tidak
berdaya. Fia seperti tidak tega. Fia sangatlah bingung apakah ia harus mengatakan ini
kepada Raka atau tidak. Akhirnya 3 hari kemudian Rani balik ke sekolah. Raka pun
berlari mendekatinya.
“masih marah?ampe sms gue ga dibales gitu” sapa Raka.
“lo sms?maaf gue ga megang hp” jawab Rani.
“lo kemana sih?” tanya Raka.
“enggg, kerumah nenek gue” jawab Rani.
“lo bohong ya?” tanya Raka dengan menatap tajam Rani.
“ya gaklah” jawab Rani lalu segera menaruh tas nya. “jadi gimana lo sama Tari?”
tanya Rani.
“apaan sih, kok nanya gituan?” tanya Raka.
“bukan lo suka sama Tari ya?waktu itukan lo bilang” jawab Rani.
Gue tuh sukanya sama lo Ran ucap Raka dalam hati. “eh ditanya malah diem”
sambung Rani.
“belom saatnya” desah Raka.
“hah?apanya yang belom?PR?” tanya Rani.
“iya PR gue belom nih” jawab Raka berbohong.
Raka pun sengaja berbohong karena ia akan melakukan caranya sendiri dengan spesial
khusus buat Rani sahabat lamanya ini.
******
Raka sekarang dekat juga dengan Tari, Rani dan Tari pun juga sudah baikan. Tari juga
sering curhat kepada Rani dan Fia. Sampai suatu saat Rani dan Tari sedang duduk
ngobrol.
“Ran, Raka tuh baik ya” ucap Tari.
“eh iyaa” jawab Rani.
“kayaknya gue suka sama Raka deh, lo mau bantuin gue ga?” tanya Tari.
“hah?lo suka Raka?!gue bantuin lo?!” tanya Rani.
“iya mau yaa pliss, lo kan temen deketnya Raka Rann” jawab Tari.
“hmm, ntar deh” jawab Rani dengan lemas. Bukan apa karena dia sudah suka dengan
Raka sejak lama lalu sekarang ia harus membantu Tari yang suka sama Raka. Rani
pun menceritakan semuanya ke Fia. Fia pun ambil tindakan, ia menanyakan kepada
Raka.
“Rak gimana kalo Tari juga suka sama lo?” tanya Fia.
“hah?gak mungkin lah Tari cuman gue anggep temen” jawab Raka.
“kalo dia nganggep lo lebih gimana?makanya cepetan nyatain perasaan lo itu ke Rani
sebelum terlambat Rak!” jawab Fia.
“iyaiyaa, gue butuh yang spesial. Lo bantu gue ya pliss” minta Raka.
“iya deh iya” jawab Fia. “bantuin apaan?dia udah suka sama lo udah lama Rak,
bantuan apalagi?” jawab Fia.
“DIA SUKA SAMA GUE?AAA” teriak Raka.
“ehhh, jangan bocor” jawab Fia.
“yes!hari sabtu nanti gue bakalan nembak Rani, di taman!” jawab Raka.
“good luck deh ya” jawab Fia.
******
Sabtu siang pukul 2 lebih, Raka sudah sampai didepan rumah Rani dengan motornya.
Rani melihat Raka yang ada didepan rumahnya buru-buru lari menemuinya.
“lo ngapain disini?siang bolong lagi” tanya Rani.
“ikut gue yuk” ajak Raka.
“eh gue belom siap-siap” jawab Rani.
“gakusah kelamaan Ran” jawab Raka yang langsung menarik tangan Rani, lalu
menaiki motornya.
Mereka pun tiba di sebuah taman, ini taman favorit mereka sejak mereka kecil. Rani
pun bingung buat apa Raka mengajaknya ke tempat itu. Rani sebenarnya dari tadi pagi
badannya kurang enak tapi malas buat kontrol ke dokter. Tiba-tiba Raka menaruh
lututnya di rumput sambil menatap Rani.
“lo ngaapain sih norak” ucap Rani.
“Ran, sebenarnya gue udah lama suka sama lo tapi gue takut ngomongnya. Lo mau
jadi pacar gue?” tanya Raka.
“bercanda ya lo” jawab Rani.
“gue serius, eh bentar-bentar” jawab Raka.
Raka pun seperti menuju arah motornya, Rani tetap berdiri dan terkena sengat
matahari siang itu, ia mulai pusing. Raka pun balik dan memberikan Rani sebuah
kotak, Rani pun tersenyum, belum sempat menerima kotak itu, Rani sudah duluan
jatuh pingsan, Raka langsung menahan kepala Rani agar tidak kena Tanah. Lalu, Raka
segera membawa Rani ke rumah sakit terdekat.
******
Dokter pun memanggil Raka untuk menanyakan sesuatu.
“sebenarnya anak tadi itu terkena penyakit apa?” tanya Dokter.
“penyakit?dia baik-baik aja kok” jawab Raka.
Tiba-tiba pintu ruangan dokter itu terbuka ternyata itu Fia yang datang karena telfon
dari Raka.
“saya bisa jelasin dok” jawab Fia.
“hah?emang Rani sakit apaan, kok ga pernah cerita sih” jawab Raka.
“Rani kena penyakit tumor otak, dia gabisa kecapean atau ga banyak pikiran” jawab
Fia.
“lo kenapa ga pernah bilang.” Tanya Raka.
“wah, dia harus ditangani medis, disini peralatannya tidak selengkap, bawa dia
kerumah sakit tempat biasa ia dirawat” jawab Dokter.
Fia dan Raka langsung membawa Rani ke rumah sakit biasa Rani dirawat dengan
mobil dokter tadi.
******
Rani pun segera ditangani oleh dokter pribadinya itu.
“kenapa tante, Rani, sama lo Fi, ga bilang kalo Rani kena tumor otak?” tanya Raka.
“dia gamau lo tau, tapi tadi lo jadi?” tanya Fia.
“dia keburu pingsan!” jawab Raka.
Tiba-tiba suster dari kamar Rani keluar lalu memanggil dokter. Ternyata Rani sadar.
Raka, Fia, dan Ibu Rani pun masuk ke kamarnya.
“Ran, lo gapapa kan?” tanya Raka.
“gapapa kok, eh ngomong-ngomong, omongan lo tadi yang di taman, beneran” jawab
Rani dengan senyum pucat.
“gausah mikirin itu dulu, lo kenapa ga bilang?” tanya Raka.
“gue gamau lo tau” jawab Rani.
“gue kan sahabat lo Ran, oiya ini kotak lo harus baca ya” jawab Raka sambil
mengasihkan kotak itu kepada Rani.
“apa isinya?” tanya Rani.
“lo liat nanti ajaya, gue malu” jawab Raka.
“cieee” sela Fia.
Rani cuman senyum, gak lama kemudian Rani sesak napas, Raka pun segera
memanggil dokter. Raka, Fia, dan Ibu Rani hanya menunggu diluar. Beberapa menit
kemudian dokter keluar, Dokter menyatakan bahwa Rani tidak bisa ditolong.
“gamungkin!” bentak Raka yang langsung lari ke dalam kamar Rani dilihatnya Rani
terbaring tak bernyawa. Fia hanya bisa menangis begitu juga Ibu Rani yang memeluk
anaknya itu. Raka hanya bisa berdiri bersender ke tembok dengan tangan dikepal
penuh penyesalan. Fia hanya bisa menangis. Raka pun pergi dengan melaju kencang
menggunakan motornya itu tak peduli dengan klakson-klakson kendaraan lain. Raka
teringat masa-masa kecilnya dengan Rani, hari pertama mos, pada saat mereka berdua
dihukum berdua, pada saat ditaman tadi. Saat-saat terakhir tadi pada saat dikamar
rumah sakit tadi, membuat pikirannya meledak.
******
Keesokkan harinya, pemakaman Rani, Tari, Fia, Raka dan teman-teman yang lain
datang. Fia pun memeluk Tari karena tidak kuat melihat itu semua. Pemakaman
selesai, tapi Raka tetap duduk didekat makam Rani dan meneteskan air mata. Pertama
kalinya Raka nangis karena cewek cuman buat Rani. Fia dan Tari pamit kepada Raka.

“jadi ini yang maksud Fia buat jangan sampai terlambat?” ucap Raka.
“maafin gue Ran...maaf kalo gue bukan sahabat yang baik buat lo...” ucap Raka lalu
meletakkan sebuah kotak diatas makam Rani. Raka pun melangkah pergi.
“Rak...” ucap Fia. “ada yang lo harus tau” sambung Fia.
“apaan?” tanya Raka.
Fia tak menjawab, Fia mengajak Raka kerumah Rani, Lalu mengajak Raka ke kamar
Rani.
“Rak, 1 hari sebelom Rani meninggal, dia nyuruh gue ngasih kotak ini ke lo” jawab
Fia lalu memberikan sebuah kotak kepada Raka. Raka membukanya dan isinya
tentang pertama mereka bertemu hingga kemaren surat-surat itu ditulisnya tulus buat
Raka.
“lo salah, lo bentak dia waktu itu. Dia gak salah” jawab Fia.
“gue tau gue salah, gue nyesel” jawab Raka.
“udah terlambat Rak,sekarang lo mau gimana?” tanya Fia.
“ngejalanin hidup gue” jawab Raka lalu menepok punggung Fia dan pergi.
Fia bisa melihat wajah Raka yang belum percaya bahwa Rani sudah tidak ada, dan
memilih untuk membiarkannya.

Anda mungkin juga menyukai