Anda di halaman 1dari 11

SISTEM EKONOMI NEGARA VANUATU

Untuk memenuhi tugas perekonmian Indonesia


Program Studi Manajemen

Dosen : Nunung Nurnilasari, SE., MM.

Disusun oleh :

(C61201171060)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 CIREBON
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang berjudul Sistem Ekonomi Negara Vanuatu dalam rangka memenuhi
tugas Individu Mata Kuliah Perekonomian Indonesia. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan atau petunjuk maupun pedoman bagi yang
membaca makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima
dengan hati terbuka agar dapat meningkatkan kualitas makalah ini.
Demikian yang dapan penulis sampaikan. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.
 
 
Cirebon, Maret 2020 

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Kolonial di Vanuatu................................................................. 2
B. Mendukung Papua Merdeka................................................................. 2
C. Ekonomi Vanuatu dari Jauh.................................................................. 4
D. Penjualan Paspor................................................................................... 5
E. Pembayaran Hutang Asing................................................................... 5
F. Sector Pariwisata jadi Prioritas............................................................. 5
G. Guncangan-guncangan Eksternal......................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Republik Vanuatu adalah sebuah negara kepulauan di Samudra
Pasifik bagian selatan. Vanuatu terletak di sebelah timur Australia, timur
laut Kaledonia Baru, barat Fiji dan selatan Kepulauan Solomon.
Vanuatu dihuni oleh bangsa Melanesia seperti orang Papua. Orang
Eropa pertama yang mengunjungi pulau ini adalah Fernandes de Queiros
dari Portugis beserta armadanya dari Spanyol yang sampai ke daerah ini
pada tahun 1606. Spanyol dan Portugal masih bersatu di bawah pimpinan
raja Spanyol sejak tahun 1580 (Kerajaan Portugis didirikan kembali tahun
1640), sehingga Queiros mengklaim kepulauan ini untuk Spanyol sebagai
bagian dari Hindia Timur Spanyol, kemudian memberinya nama La
Austrialia del Espíritu Santo.
Pada tahun 1880, kepulauan ini jatuh ke tangan Prancis dan
Britania Raya. Pada tahun 1906, kedua negara ini setuju untuk membentuk
pemerintahan bersama atau kondominium yang diberi nama Hebrides
Baru. Gerakan kemerdekaan mulai muncul tahun 1970, dan akhirnya
Republik Vanuatu berdiri tahun 1980. Vanuatu kemudian menjadi anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Persemakmuran Britania, Francophonie, dan
Forum Kepulauan Pasifik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kolonial di Vanuatu?
2. Bagaimana dukungan Vanuatu terhadap Papua Merdeka?
3. Bagaimana Ekonomi Vanuatu?
4. Bagaimana Penjualan Paspor?
5. Bagaimaa Pembayaran Hutang Asing?
6. Bagaimana Ekonomi dari Sektor Pariwisata?
7. Apa saja guncangan-guncangan eksternal?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kolonial di Vanuatu


Orang Eropa pertama yang “menemukan” Vanuatu adalah
Fernandez de Quiros, penjelajah asal Portugis yang bekerja untuk
Kerajaan Spanyol. Dikutip dari buku A Loose Canon: Essays on History,
Modernity and Tradition (2007) karya Brian J. Coman, pada 4 Mei 1606,
De Quiros berlabuh di sebuah pulau yang sekarang menjadi wilayah dari
Vanuatu.
Wilayah tersebut lantas dijadikan koloni oleh Kerajaan Spanyol
yang kala itu masih bersatu dengan Portugis (sejak 1580 hingga 1640).
Hingga kemudian, Vanuatu jatuh ke tangan Perancis dan Britania Raya
atau Inggris pada 1880. Menjelang akhir 1906, tulis Felix Speiser dalam
Ethnology of Vanuatu (1999), Perancis dan Britania sepakat untuk
membentuk pemerintahan bersama atau kondominium yang diberi nama
Hebrides Baru (New Hebrides). Ketika sebagian besar bangsa-bangsa di
Asia merdeka setelah Perang Dunia II usai, Vanuatu masih berada dalam
jajahan Perancis dan Inggris. Gerakan kemerdekaan di Vanuatu baru
muncul pada 1970.
Hingga akhirnya, tanggal 30 Juli 1980, Vanuatu memperoleh
kemerdekaan kendati masih termasuk negara Persemakmuran Inggris yang
terhubung dengan Britania Raya, sekaligus menjadi anggota
Francophonie, yakni organisasi yang terdiri dari negara-negara yang
menggunakan bahasa Perancis.

B. Mendukung Papua Merdeka


Perdana Menteri Vanuatu pertama, Walter Hadye Lini (1980-
1991), menyatakan bahwa kemerdekaan Vanuatu belumlah sempurna
hingga seluruh bangsa dan wilayah Melanesia terbebas dari kolonialisme.
Inilah asal-muasal dan alasan Vanuatu mendukung kemerdekaan Papua
Barat.

2
Bernard Narokobi dalam The Melanesian Way (1983) menyebut
bahwa Melanisa mencakup Papua atau Papua Barat, Papua Nugini,
Kepulauan Solomon, Vanuatu, Kaledonia Baru, juga Fiji. Dengan dasar
inilah Vanuatu terus mendorong Papua/Papua Barat untuk merdeka dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hingga saat ini, pemerintah Vanuatu tidak jarang membawa
masalah Hak Asasi Manusia (HAM) di forum-forum internasional,
termasuk dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). “Selama setengah abad, masyarakat internasional telah
menyaksikan penyiksaan, pembunuhan, eksploitasi, kekerasan seksual,
dan penahanan sewenang-wenang terhadap warga negara Papua Barat,
yang dilakukan oleh Indonesia,” seru Perdana Menteri Vanuatu, Charlot
Salwai, di forum PBB pada 2017 lalu.
“Namun, masyarakat internasional tuli, menolak permintaan
bantuan (Papua) tersebut. Kami mendesak Dewan HAM PBB menyelidiki
kasus-kasus ini,” imbuhnya seperti dikutip dari Papuanews.id. Salwai
mengulangi tuntutannya dalam Sidang Umum PBB ke-73 yang digelar
pada Oktober 2018 lalu. Pernyataan ini kemudian dibalas oleh Wakil
Presiden RI, Jusuf Kalla (JK).
Meskipun tidak menyinggung nama Salwai maupun Vanuatu
secara langsung, namun JK menyebut “sikap permusuhan” yang “tidak
memiliki tempat dalam sistem PBB” dan “merupakan tindak pelanggaran
terhadap prinsip-prinsip PBB”.
“Indonesia tidak akan membiarkan negara mana pun merusak
integritas teritorialnya,” imbuh JK dengan tegas, sebagaimana diberitakan
The Guardian. “Seperti negara berdaulat lainnya, Indonesia akan dengan
kuat mempertahankan integritas teritorialnya,” tandas Wapres RI
pendamping Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sebelumnya juga
pernah mendampingi Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) ini.

3
C. Ekonomi Vanuatu dari jauh
Dilihat secara umum, ekonomi Vanuatu terlihat sangat bagus.
Sangat bagus, untuk ekonomi yang kecil, miskin sumber daya, terisolasi,
yang juga merupakan salah satu tempat yang paling indah di dunia.
Sebuah analisis ekonomi baru-baru ini, dilaporkan oleh ekonom
ANZ Pacific, Kishti Sen, tampaknya menunjukkan ekonomi Vanuatu
menukik pada 2015, setelah bencana ganda Siklon Pam dan landasan pacu
Bauerfield. Tetapi proses pemulihan kembali setelah Pam menjaga
pergerakan ekonomi tetap positif.
Ini mungkin merupakan contoh dari perumpamaan jendela yang
rusak. Seperti yang disarankan perumpamaan tentang jendela yang pecah,
pengeluaran untuk pulih dari kerusakan itu bukan pertumbuhan. Biaya
peluang tidak dipertimbangkan, misalnya. Dana yang kita habiskan untuk
membangun kembali, adalah dana yang tidak bisa kita belanjakan di sektor
lain.
Memang ini benar, tetapi filosofi Build Back Better, pemerintah
pusat masih berupaya untuk mendapatkan keuntungan dari situasi tersebut.
Kita tidak memiliki indikator resmi untuk menunjukkan dengan
pasti apakah perekonomian kita menyusut, setidaknya selama beberapa
bulan tahun lalu. Pemasukan dari PPN mungkin adalah indikator yang
paling sesuai untuk mengukur ekonomi kita. Jika aktivitas barang atau jasa
meningkat, penerimaan PPN naik. Jika menurun, ia jatuh.
Dari tahun ke tahun, PPN naik sekitar 10% secara keseluruhan.
Begitu juga dengan tahun lalu. Hal ini membingungkan, karena sejak 1
Januari 2018, tarif PPN dinaikkan dari 12,5% menjadi 15%. Perubahan
itu , menurut prediksi anggaran, seharusnya meningkatkan pemasukan dari
PPN sebanyak 12-15% dari bulan ke bulan. Namun bukan itu yang terjadi,
2018 berakhir dengan pemasukan dari PPN jauh di bawah yang
diharapkan, dari ekonomi sehat dan berkembang.

4
D. Penjualan paspor
Tetapi pemerintah tampaknya tidak terganggu oleh tren ini. Para
pemimpin optimis dengan jumlah pendapatan negara, yang juga didorong
oleh penjualan paspor. Pendapatan non-pajak melonjak pada akhir tahun
lalu. Secara keseluruhan, angka ini naik hampir 90% dari 2017.
Pendapatan pemerintah 2018 secara keseluruhan naik 33% dari
2017. Meski terlihat baik, hal ini dapat menyebabkan pemborosan, dan
tanda-tanda yang mengkhawatirkan sudah dapat dilihat. Berbagai
pembayaran dan tunjangan, pengeluaran terkait cuti, dan biaya lainnya
terkait penggajian yang mencapai ratusan juta vatu untuk setiap
kategorinya.

E. Pembayaran utang asing


Sisi baiknya, tidak semua pendapatan kita disia-siakan. Sebagian
juga digunakan untuk membayar utang luar negeri, terutama pinjaman dari
EXIM, Tiongkok. Menurut Laporan Keuangan Pemerintah Vanuatu
Desember lalu, ”Pembayaran pinjaman asing termasuk: VT 1.003,8 juta
untuk pinjaman dari Tiongkok, VT 365,4 juta kepada Bank Pembangunan
Asia (ADB), VT 59,6 juta untuk membayar pinjaman Bank Dunia, dan VT
35,1 juta pinjaman dari Prancis.”

F. Sektor pariwisata jadi prioritas


Sudah jelas bagi semua orang bahwa sektor pariwisata mungkin
akan menjadi pendorong utama ekonomi Vanuatu di masa depan. Dan —
bisa dibilang untuk pertama kalinya — pandangan ini direalisasikan dan
pariwisata menjadi prioritas pemerintah pada 2018.
Seluruh sektor swasta menyambut baik visi ambisius pemerintah,
bernama Shared Vision 2030, yang bertujuan untuk mengembangkan
sektor pariwisata. Keseluruhan strategi pariwisata ini memang mahal,
tetapi ahli ekonomi senior tersebut percaya prospek jangka menengah dari
strategi ini, adalah perkembangan sekitar 5-6%.

5
Ekonomi-ekonomi kecil juga sangat mudah terpengaruh
goncangan, dan bukan hanya dari peristiwa-peristiwa besar seperti badai
Pam, tetapi juga dari masalah-masalah lain. Akhir dari gelembung
(bubble) properti menyebabkan jatuhnya pemasukan dari industri
konstruksi antara 2012 dan 2014. Sektor perindustrian juga menyusut lebih
dari 20%.
Masalahnya dengan ekonomi kecil seperti kita adalah jika satu
bagian saja rusak, hal itu dapat mempengaruhi seluruh sistem. Kita hanya
perlu mengacaukan satu maskapai penerbangan, satu bandara, satu kota —
satu jalan — dan ini akan mempengaruhi semua orang selama bertahun-
tahun ke depan.
Tapi kita harus berkembang. Kita harus meningkatkan economic
appetite kita, atau menghadapi risiko kelaparan. Di ekonomi yang lebih
besar, contohnya, usaha yang mengalami kesulitan secara keuangan akan
digantikan oleh yang lebih dinamis.
Di sini, di Vanuatu, hal itu belum tentu terjadi. Jika sebuah hotel
besar ditutup, tidak ada jaminan perusahaan lainnya bisa mengambil alih.
Pekerjaan yang hilang mungkin tidak dapat diganti, ide-ide baru mungkin
tidak dapat dicoba.

G. Guncangan-guncangan eksternal
Politik dalam negeri bukan satu-satunya ancaman. Pengumuman
dari UE baru-baru ini yang berkata, Vanuatu akan menjadi satu dari empat
negara kepulauan Pasifik yang akan dikenai sanksi karena ‘tidak patuh’
pada kebijakan pajak, telah disambut dengan bantahan dari profesional
lokal.
Tanpa perubahan mendasar, maka prediksi pakar ekonomi Kishti
Sen, mengenai prospek jangka menengah negara itu akan berubah, dan
Vanuatu akan terus bergerak sebagai salah satu ekonomi kecil yang paling
baik – dan paling buruk. (Vanuatu Daily Post)

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perekonomian berdasarkan pertanian, sektor ini menampung 60%
total tenaga kerja. Hasil utamanya yaitu kelapa, coklat, kopi. Tanaman
perkebunan itu di budidayakan di pesisir pulau-pulau Efate. Pulau
Eromanga menghasilkan kayu cendana. Penangkapan ikan merupakan
mata pencaharian sebagian besar penduduk.
Kebanyakan perdagangan dilakukan dengan Australia, Selandia
Baru, Fiji, Belanda, Jepang, dan Prancis. Komoditas ekspor utama adalah
kopra, daging, dan coklat. Jumlah impornya melebihi jumlah ekspor.
Barang-barang impor antara lain bahan-bahan perpabrikan, mesin serta
alat transportasi.

B. Saran
Dengan demikian yang dapat kami sampaikan mengenai makalah
ini. Tentunya banyak kesalahan, maka dari itu penulis berharap kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran untuk memotivasi kami agar
lebih baik kedepannya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca
dan penulis. Semoga Allah SWT memberikan pemahaman dan
kemanfaatan kepada kita. Aamiin.

7
DAFTAR PUSTAKA

Asril, 2015. Sejarah Australia dan Oceania, Pekanbaru · Peristiwa Penting


Sejak Kemerdekaan [ Hal 136 ] ·
Kemerdekaan [ Hal 135 ] [1] Julius Siboro. (1998). Sejarah Australia. Bandung :
Tarsito [2] Buku Jendela Dunia. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve ·
Perekonomian Vanuatu [ Hal 100,1001 ] ·
Penduduk Vanuatu [ Hal 99, 100 ] [3] Negara dan Bangsa Jilid 4. Jakarta : PT
Widyadara ·
Sejarah dan Pemerintahan [ Hal 193, 194 ] ·
Lahan, Penduduk, dan Ekonomi [ Hal 194,195 ]

Anda mungkin juga menyukai