Buku - 2 PBK PDF
Buku - 2 PBK PDF
Daftar Isi .................................................................................................... i
Daftar Diagram ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................. 1
1.2 TUJUAN.................................................................................................... 3
1.3 DASAR HUKUM .................................................................................... 3
1.4 RUANG LINGKUP................................................................................. 4
1.5 SISTEMATIKA ....................................................................................... 4
BAB II KONSEP PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA............... 6
2.1 KERANGKA LOGIS............................................................................... 6
2.1.1 Arsitektur Organisasi, Program, Kinerja, dan
Alokasi Pagu............................................................................ 6
2.1.2 Kerangka Penganggaran Berbasis Kinerja ................ 8
2.2 PRINSIP DAN TUJUAN PBK............................................................. 13
2.3 KOMPONEN PBK ................................................................................. 14
2.4 KAITAN KLASIFIKASI EKONOMI DALAM PBK ....................... 16
BAB III TATA CARA PENERAPAN PENGANGGARAN
BERBASIS KINERJA .................................................................. 19
3.1 PENDAHULUAN ................................................................................... 19
3.2 PERSIAPAN ............................................................................................ 21
3.3 PENGALOKASIAN ANGGARAN ...................................................... 22
3.4 PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA.................................. 25
3.5 PELUANG DAN TANTANGAN......................................................... 29
D a f t a r I s i | i
BAB IV MEKANISME TRANSFORMASI DI MASA TRANSISI ........ 30
4.1 TRANSFORMASI PROGRAM/KEGIATAN .................................. 30
4.2 TRANFORMASI FORMAT EXSISTING RKA‐KL
DALAM FORMAT BARU RKA‐KL................................................... 34
D a f t a r I s i | ii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Arsitektur Organisasi, Program, Kinerja,
dan Alokasi Pagu ..................................................................... 6
Diagram 2.2 Kerangka Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) ..... 9
Diagram 2.3 Kerangka PBK Tingkat Nasional....................................... 10
Diagram 2.4 Kerangka PBK Tingakat K/L .............................................. 11
Diagram 3.1 Diagram Penerapan PBK ..................................................... 20
Diagram 4.1 Struktur Perencanaan Penganggaran ............................ 33
Diagram 4.2 Format Exsisting RKA‐KL .................................................... 36
D a f t a r G a m b a r | iii
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi di bidang perencanaaan dan penganggaran dimulai pada
tahun anggaran 2005 dengan mengacu pada Undang‐Undang Nomor
17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang‐Undang Nomor
25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional.
Sebagai tindak lanjut terhadap pelaksanaan peraturan perundangan
tersebut, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor
21 tahun 2004 yang menegaskan bahwa rencana kerja dan anggaran
yang disusun menggunakan tiga pendekatan, yaitu: (1) anggaran
terpadu (unified budget); (2) kerangka pengeluaran jangka menengah
biasa disebut KPJM (medium term expenditure framework); dan (3)
penganggaran berbasis kinerja biasa disebut PBK (performance based
budget).
Dalam pelaksanaannya, pendekatan tersebut di atas fokus pada PBK.
Kedua pendekatan lainnya (anggaran terpadu dan KPJM) mendukung
penerapan PBK. Pendekatan anggaran terpadu merupakan prasyarat
penerapan PBK. Sedangkan pendekatan KPJM merupakan jaminan
kontinyuitas penyediaan anggaran kegiatan karena telah dirancang
hingga tiga atau lima tahun ke depan.
Ciri utama PBK adalah anggaran yang disusun dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan (input), dan hasil yang diharapkan
(outcomes), sehingga dapat memberikan informasi tentang efektivitas
dan efisiensi kegiatan. Ciri utama tersebut sampai saat ini belum
Bab I Pendahuluan | 1
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1 Dokumen perencanaan dimaksud meliputi Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra
K/L); Rencana Kerja Pemerintah (RKP); dan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja K/L)
2 Dokumen anggaran berupa Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA‐KL)
Bab I Pendahuluan | 2
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1.2 Tujuan
Penyusunan Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja
bertujuan untuk:
1. Memberikan panduan bagi K/L dalam penerapan penganggaran
berbasis kinerja sesuai kerangka logis penganggaran berbasis
kinerja dan juga bagi Direktorat Jenderal Anggaran dalam
memberikan asistensi operasional.
2. Bahan evaluasi dan monitoring penerapan PBK yang hasilnya
digunakan sebagai umpan balik dalam rangka perbaikan sistem
penganggaran.
1.3 Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam Pedoman Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja meliputi:
1. Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
3. Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
4. Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA‐KL).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana
Kerja Pemerintah.
Bab I Pendahuluan | 3
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis
Kinerja meliputi:
1. Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja
Berisikan landasan berpikir dan konsep‐konsep yang mempunyai
kaitan erat dalam rangka penerapan penganggaran berbasis
kinerja.
2. Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja
Berisikan materi mengenai mekanisme penerapan penganggaran
berbasis kinerja.
3. Mekanisme Transformasi di Masa Transisi
Berisikan mekanisme penerapan PBK agar dapat dilaksanakan
melalui pemetaan arsitektur program/kegiatan beserta alokasi
anggarannya. Dasar pijakannya adalah program/kegiatan hasil
restrukturisasi yang dapat mengakomodir visi‐misi presiden
terpilih sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010‐2014.
1.5 Sistematika
Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Dasar Hukum
1.4 Ruang lingkup
Bab I Pendahuluan | 4
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1.5 Sistematika
Bab II : Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja
2.1 Kerangka Logis
2.2 Prinsip dan Tujuan PBK
2.3 Komponen PBK
2.4 Kaitan Klasifikasi Ekonomi dalam PBK
Bab III : Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja
3.1 Pendahuluan
3.2 Persiapan
3.3 Pengalokasian Anggaran
3.4 Pengukuran dan Evaluasi
3.5 Peluang dan Tantangan
Bab IV : Mekanisme Transformasi di Masa Transisi
4.1 Transformasi Program/kegiatan
4.2 Transformasi Format Exsisting dalam Format Baru RKA‐
KL
Bab I Pendahuluan | 5
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
BAB II KONSEP PENGANGGARAN
BERBASIS KINERJA
2.1 Kerangka Logis
Kerangka logis yang dikembangkan dalam rangka penerapan PBK di
Indonesia diuraikan dalam sub topik serta beberapa diagram di
bawah ini. Kerangka logis tersebut menggambarkan keterkaitan
kinerja pada berbagai tingkatan yang dihubungkan dengan
alokasi/pagu anggaran, serta dilaksanakan oleh unit kerja
pemerintahan.
2.1.1 Arsitektur Organisasi, Program, Kinerja, dan Alokasi Pagu
Diagram 2.1. Arsitektur Organisasi, Program, Kinerja, dan Alokasi Pagu
STRUKTUR ORGANISASI KEBIJAKAN AKUNTABILITAS STRUKTUR ALOKASI
PERENCANAAN KINERJA DANA
ENVELOPE)
SASARAN
VISI & MISI PRIORITAS NASIONAL/ PAGU BELANJA
FUNGSI2 FOKUS PRIORTS SASARAN PUSAT & BELANJA
PEMERINTAHAN STRATEGIS DAERAH
KEMENTERIAN
NEG/LMBG RENSTRA &
SASARAN K/L PAGU BEL K/L
RENJA K/L PAGU APP
VISI & MISI K/L
UNIT PROGRAM
INDIKATOR
KINERJA UTAMA
•
•
PAGU INDIKATIF
PAGU SMNTARA
ORGANISASI • RKA-KL
PROGRAM
(ESELON I) • PERPRES SATUAN
KEG PRIORITAS (OUTCOMES)
KEG POKOK/ ANGGARAN
ESELON II KELUARAN
DASAR (Output)
OPERASIONALISASI
KEGIATAN
SAPSK
INDIATOR
SATUAN KERJA KEGIATAN INDIKATOR DIPA
KELUARAN
OPERASIONAL OPERASIONAL/SK KELUARAN
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 6 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 7 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
2.1.2 Kerangka Penganggaran Berbasis Kinerja
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 8 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Sedangkan kerangka PBK pada tingkat K/L menggambarkan kinerja
K/L dijabarkan oleh unit‐unit kerja di lingkungannya yang secara
bersama mencapai sasaran strategis K/L (outcome K/L).
1. Kerangka PBK
Diagram 2.2. Kerangka Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
Diagram 2.2 menggambarkan kerangka PBK secara umum dan
hubungan masing‐masing tingkatan kinerja dalam rangka
pencapaian outcome nasional, sebagai berikut:
a. RKP yang berisikan program dan kegiatan Pemerintah
menghasilkan kinerja berupa nasional outcome;
b. RKP dilaksanakan oleh K/L beserta unit‐unit kerja di
lingkungannya menghasilkan kinerja berupa outcome pada
tingkat K/L. Secara bersama outcome K/L tersebut
mendukung pencapaian outcome nasional.
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 9 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
2. Kerangka PBK Tingkat Nasional
Diagram 2.3. Kerangka PBK Tingkat Nasional
Diagram 2.3 menggambarkan kerangka PBK tingkat Nasional dan
hubungan masing‐masing tingkatan kinerja secara rinci dalam
rangka pencapaian outcome nasional, sebagai berikut:
a. RKP terbagi dalam prioritas‐priotas yang menghasilkan
kinerja berupa outcome sesuai prioritas (prioritas RKP sesuai
dengan platform Presiden);
b. Prioritas tersebut terbagi dalam fokus prioritas yang
menghasilkan outcome beberapa K/L yang bersinergi;
c. Fokus prioritas dimaksud dijabarkan dalam kegiatan‐kegiatan
prioritas yang menjadi tanggung jawab K/L (unit kerjanya)
sesuai dengan tugas‐fungsinya. Kegiatan prioritas
menghasilkan output untuk mendukung pencapaian outcome
K/L.
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 10 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
3. Kerangka PBK Tingkat K/L
Diagram 2.4. Kerangka PBK Tingkat K/L
Kerangka PBK Tingkat K/L
Departemen/ Renstra K/L
Sasaran
Lembaga Strategis
Visi & Misi
Tupoksi
(Outcome K/L)
Penjabaran Mendukung
pencapaian
Unit Eselon I
Program Outcome
Unit Eselon I
IKU IKU
IKU
Tupoksi
Penjabaran Mendukung
Eselon II/
pencapaian
Satker
Eselon II/
Satker
Eselon II/ Kegiatan
Output
IKK
Satker IKK IKK
Tupoksi
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 12 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
2.2 Prinsip dan Tujuan PBK
Prinsip‐prinsip yang digunakan dalam penganggaran berbasis
kinerja meliputi:
1. Alokasi Anggaran Berorientasi pada Kinerja (output and outcome
oriented)
Alokasi anggaran yang disusun dalam dokumen rencana kerja
dan anggaran dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang
sebesar‐besarnya dengan menggunakan sumber daya yang
efisien. Dalam hal ini, program/kegiatan harus diarahkan untuk
mencapai hasil dan keluran yang telah ditetapkan dalam rencana.
2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan
tetap menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages)
Prinsip tersebut menggambarkan keleluasaan manager unit
kerja 1 dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran
sesuai rencana. Keleluasaan tersebut meliputi penentuan cara
dan tahapan suatu kegiatan untuk mencapai keluaran dan
hasilnya pada saat pelaksanaan kegiatan, yang memungkinkan
berbeda dengan rencana kegiatan. Cara dan tahapan kegiatan
beserta alokasi anggaran pada saat perencanaan merupakan
dasar dalam pelaksanaan kegiatan.
Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
seorang manager unit kerja bertanggung jawab atas penggunaan
dana dan pencapaian kinerja yang telah ditetapkan (outcome).
3. Money Follow Function, Function Followed by Structure
Money follow function merupakan prinsip yang menggambarkan
bahwa pengalokasian anggaran untuk mendanai suatu kegiatan
didasarkan pada tugas dan fungsi unit kerja sesuai maksud
pendiriannya (biasanya dinyatakan dalam peraturan
perundangan yang berlaku).
1 Dalam struktur pengelolaan keuangan saat ini manager unit kerja adalah Kuasa Pengguna Anggaran
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 13 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Berdasarkan prinsip‐prinsip tersebut di atas maka tujuan penerapan
PBK diharapkan:
1. Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja
yang akan dicapai (directly linkages between performance and
budget);
2. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan
(operational efficiency);
3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam
melaksanakan tugas dan pengelolaan anggaran (more flexibility
and accountability).
2.3 Komponen PBK
Penyusunan anggaran berbasis kinerja memerlukan tiga komponen
untuk masing‐masing program dan kegiatan sebagaimana uraian
Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2004 tentang
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 14 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 15 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
2.4 Kaitan Klasifikasi Ekonomi dalam PBK
Klasifikasi ekonomi dalam penganggaran berbasis kinerja
mempunyai peran yang berbeda dengan peran yang dijalankan pada
sistem penganggaran lama (dual budgeting dan sektoral 2 ).
2 Sistem penganggaran dual budgeting dan sektoral merupakan sistem yang memisahkan anggaran untuk
belanja rutin dan belanja pembangunan. Masing masing jenis belanja mempunyai tujuan yang berbeda:
belanja rutin untuk membiayai pelaksanaan operasional birokrasi (jenis belanja pegawai dan belanja
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 16 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
barang; sedangkan belanja pembangunan (jenis belanja modal) dimaksudkan untuk menghasilkan
dampak petumbuhan ekonomi.
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 17 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Sebaliknya jika keluaran suatu kegiatan bertujuan untuk dikonsumsi
dalam rangka berjalannya birokrasi pemerintahan maka, biaya
kegiatan tersebut dikelompokkan belanja operasional menurut
sistem penganggaran yang lama.
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 18 ‐
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
BAB III TATA CARA PENERAPAN
PENGANGGARAN BERBASIS
KINERJA
3.1 Pendahuluan
Penganggaran berbasis kinerja akan memberikan informasi kinerja
atas pelaksanaan suatu program/kegiatan pada suatu K/L serta
dampak/hasilnya bagi masyarakat luas. Informasi kinerja yang
dicantumkan tidak hanya keluaran dan hasil pada tingkatan
program/kegiatan tetapi juga menjelaskan hubungan erat antar
tingkatan tersebut. Keterkaitan tersebut terlihat sejak dari
perumusan Visi dan Misi K/L yang selanjutnya diterjemahkan dalam
program beserta alokasi anggarannya. Tingkatan di bawah program
merupakan penjelasan lebih rinci dari program yang memuat antara
lain: nama kegiatan, bagian atau tahapan kegiatan yang
dilaksanakan, alokasi anggaran untuk masing‐masing tahapan,
bahkan rincian item biayanya.
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 19
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Diagram 3.1. Diagram Penerapan PBK
PENETAPAN OUT- PENETAPAN IKU
COME, PROGRAM,
PROGRAM DAN IK
OUTPUT DAN KEGIATAN
KEGIATAN
PENETAPAN PENETAPAN
SASARAN STANDAR BIAYA
STRATEGIS SIKLUS
PENERAPAN
PBK
MENGHITUNG
KEBUTUHAN
PENGUKURAN
DAN EVALUASI
KINERJA
ANGGARAN
PERTANG-
GUNG
PELAKSANAAN
KEGIATAN &
JAWABAN PEMBELANJAAN
Penerapan Siklus PBK sampai saat ini (tahun 2009) telah sampai
pada tahapan ketiga. Secara rinci tahapan siklus ke satu sampai
dengan tahapan ketiga telah/sedang dilaksanakan melalui langkah
sebagaimana tabel berikut (panduan mengenai langkah operasional
dimaksud telah dijelaskan dalam Buku I):
Tahapan kegiatan dalam Penerapan PBK
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 20
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
3.2 Persiapan
Langkah persiapan merupakan tahapan penting dalam penerapan
PBK yang meliputi:
1. Pemahaman Tujuan PBK
Perencana memahami tujuan PBK secara benar. Dengan
pemahaman tersebut, perencana mampu merumuskan kinerja
yang akan dicapai melalui perumusan output (pada tingkat
kegiatan) dan cara menghubungkan dengan tujuan PBK
sebagaimana diuraikan dalam Bab II.
2. Pemahaman Kerangka Logis
Kerangka logis PBK juga telah dijelaskan dalam Bab II, dan hal ini
harus dipahami terlebih dahulu sehingga ada keajegan berpikir
dalam rangka pencapaian tujuan PBK melalui kerangka logis
kinerja yang akan dibangun.
3. Penyediaan Dokumen sebagai Dokumen sumber
Yang dimaksud dengan dokumen tersebut antara lain: dokumen
perencanaan (Rencana Strategis K/L, Rencana Strategis Unit
Eselon I, Rencana Kerja K/L, dan Rencana Kinerja Tahunan),
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
tahun sebelumnya; dan Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga
mengenai tugas‐fungsi unit kerja.
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
3.3 Pengalokasian Anggaran
Informasi kinerja yang telah disusun di atas akan menjadi panduan
perencana untuk merinci kegiatan dalam bagian/tahapan kegiatan
(biasa disebut subkegiatan) beserta kebutuhan biayanya. Langkah‐
langkah yang diperlukan sebagai berikut:
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 22
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1. Identifikasi prioritas
Secara sederhana prioritas merupakan pilihan urutan “penting”
aatau “kurang penting” dari suatu program/kegiatan. Suatu
program/kegiatan sesuai urutan prioritas dapat diberikan
nomer urut, mulai dari 1 dan seterusnya. Nomer urut 1 berarti
mempunyai prioritas yang lebih tinggi dibanding prioritas nomer
urut 2 dan seterusnya. Hal ini berarti jika ada keterbatasan
anggaran atau kebijakan pemotongan anggaran maka,
program/kegiatan dengan prioritas yang lebih rendah
merupakan program/kegiatan yang pelaksanaannya ditunda
terlebih dahulu.
Alokasi anggaran sangat berkaitan dengan prioritas kebijakan
(program/kegiatan) yang akan dilaksanakan. Pengalokasian
anggaran yang dihubungkan dengan prioritas dapat
dikelompokkan sesuai dengan tingkatan dalam struktur
organisasi masing‐masing K/L, sebagai berikut:
a. Tingakt K/L
Fokus pada pengalokasian anggaran dengan acuan prioritas
nasional dan outcome K/L yang sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab‐nya.
b. Unit Eselon I
Fokus pada pengalokasian anggaran baik yang mendukung
sasaran prioritas nasional maupun pengalokasian anggaran
untuk operasional melalui program yang akan dilaksanakan
(termasuk pembayaran gaji dan tujangan, operasional dan
pemeliharaan, pelayanan publik, serta prioritas K/L)
c. Unit Eselon II/Satker
Fokus pada pengalokasian anggaran beserta cara
pelakasanaan atas kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai
tugas‐fungsi yang diemban. Unit Eselon II/Satker yang
melaksanakan kegiatan perlu juga mengidentifikasi
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 23
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1 Berbeda dengan tugas‐fungsi Unit Eselon II
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 24
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
3. Ketersediaan anggaran yang ada
Setelah tahap 1 dan 2 ditetapkan maka, langkah berikutnya
adalah melihat ketersediaan anggaran. Hal ini dimaksudkan
untuk menentukan luas lingkup kegiatan, skala prioritas,
sekaligus proses penyaringan kegiatan‐kegiatan yang akan
mendapat alokasi anggaran pada tahun yang direncanakan.
Dengan kata lain tahapan ini merupakan penyesuaian antara
target yang hendak dicapai dengan ketersediaan anggarannya.
4. Menuangkan dalam rincian pendanaan
Langkah terkahir adalah menuangkan apa yang telah ditetapkan
(kegiatan, subkegiatan, prioritas dan jumlah alokasi
anggarannya) dalam suatu rincian mengenai tahapan‐tahapan
kegiatan, beserta detil biaya. Penuangan dalam detil anggaran
tersebut harus mengacu pada standar biaya yang ada, baik
Standar Biaya Umum (SBU) atau Standar Biaya Khusus (SBK).
Khusus pengalokasian anggaran untuk subkegiatan tugas‐fungsi
dan prioritas nasional perlu diperhatikan hal‐hal sebagai
berikut:
3.4 Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Dalam rangka penerapan anggaran berbasis kinerja, K/L
melaksanakan pengukuran dan evaluasi kinerja kegiatan pada suatu
unit kerja di lingkungannya berdasarkan sasaran dan/atau standar
kinerja kegiatan yang telah ditetapkan.
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 25
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Maksud dan Tujuan
Pengukuran kinerja kegiatan merupakan proses penilaian kemajuan
pelaksanan kegiatan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber
daya dan efektivitas pencapaian sasaran.
Pengukuran kinerja kegiatan menyediakan informasi bagi K/L untuk
menilai :
1. Pencapaian atas sasaran program yang telah ditetapkan;
2. Identifikasi dan analisis kelemahan program/kegiatan; dan
3. Tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja.
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 26
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 27
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 28
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
3.5 Peluang dan Tantangan
Penerapan PBK di Indonesia mempunyai tantangan yang tidak
ringan karena berubahnya sistem penganggaran. Tantangan yang
lebih berat adalah mengubah mind set tidak hanya pada lingkungan
Pemerintah (eksekutif), tetapi juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
sebagai lembaga legislatif. Mind set DPR dalam rangka pembahasan
dan penetapan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
diharapkan juga berubah menjadi output base, tidak lagi input base.
Beberapa butir‐butir pemikiran berkenaan dengan hubungan antara
eksekutif dengan legislatif dalam rangka pembahasan dan
penetapan APBN dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Di level nasional, pengalokasian anggaran didasarkan pada target
kinerja sesuai prioritas dan fokus prioritas pembangunan serta
pemenuhan kewajiban sesuai amanat konstitusi;
2. Target kinerja sesuai prioritas dan fokus prioritas selanjutnya
dijabarkan dalam kegiatan‐kegiatan prioritas;
3. Di level K/L, pengalokasian anggaran mengacu pada Program
dan Kegiatan masing‐masing unit sesuai dengan tugas dan
fungsinya termasuk kebutuhan anggaran untuk memenuhi angka
dasar (baseline) serta alokasi untuk kegiatan prioritas yang
bersifat penugasan;
4. Penghitungan kebutuhan anggaran untk masing‐masing kegiatan
mengacu pada standar biaya dan target kinerja yang akan
dihasilkan;
5. Rincian penggunaan dana menurut jenis belanja, dituangkan
dalam dokumen anggaran hanya pada level jenis belanja (tidak
dirinci sampai dengan kode akun).
Bab III Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja | 29
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
BAB IV MEKANISME TRANSFORMASI DI
MASA TRANSISI
4.1 Transformasi Program/Kegiatan
Sebagaimana dijelaskan pada Bab III mengenai langkah penerapan
PBK, salah satunya adalah restrukturisasi program/kegiatan.
Bab IV Mekanisme Transformasi Di Masa Transisi | 30
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Pemikiran ini membawa konsekuensi bahwa satu kegiatan yang ada
pada Unit Eselon II/satker akan mempunyai ruang lingkup
pembiayaan baik untuk pembayaran gaji dan tunjangan, operasional
dan pemeliharaan perkantoran sehari‐hari, sekaligus pelayanan
birokrasi. Dengan kata lain, suatu kegiatan akan mempunyai
komponen yang sifatnya penunjang (gaji dan tunjangan, operasional
dan pemeliharaan perkantoran sehari‐hari) dan komponen yang
sifatnya langsung berkaitan dengan keluaran kegiatan. Proses
penyesuaian alokasi anggaran program/kegiatan 2009 dalam
program/kegiatan hasil restrukturisasi dijelaskan di bawah ini.
Langkahlangkah Transformasi Alokasi Anggaran Program/Kegiatan
1 Aturan umum ini tidak berlaku jika dalam tugas‐fungsi unit Eselon II mempunyai dua tugas‐fungsi yang
berbeda sehingga memungkinkan suatu Unit Eselon II mempunyai kegiatan lebih dari satu. Disamping itu
adanya penugasan tertentu dalam rangka melaksanakan Kegiatan Prioritas nasional juga memungkinkan
suatu Unit Eselon II mendapat Kegiatan tersendiri.
Bab IV Mekanisme Transformasi Di Masa Transisi | 31
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
• Rincian alokasi anggaran dan cara pelaksanaannya merupakan
design unit kerja yang akan melaksanakan.
• Aturan umum rumusan suatu kegiatan adalah satu unit Eselon
II mempunyai 1 kegiatan. Artinya jika suatu unit Eselon II
mempunyai semua jenis kegiatan sebagaimana kelompok
kegiatan dalam RKA‐KL tahun 2009 maka, tingkatan kegiatan
dimaksud setelah hasil restrukturisasi menjadi subkegiatan;
Bab IV Mekanisme Transformasi Di Masa Transisi | 32
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Diagram 4.1. Strukur Perencanaan Penganggaran
2. Mempersiapakan data, berupa:
3. Pemetaan Program/Kegiatan
Berdasarkan data‐data butir 2 tersebut di atas maka, K/L
melakukan transformasi melalui pemetaan (mapping) program,
kegiatan, sub‐subkegiatan, dan grup akun dalam
program/kegiatan hasil restrukturisasi dengan cara sebagai
berikut:
Bab IV Mekanisme Transformasi Di Masa Transisi | 33
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
a. Program‐program 2009 pada suatu Unit Eselon I dimasukkan
dalam program hasil restrukturisasi;
b. Kegiatan‐kegiatan 2009 dimasukkan dalam kegiatan hasil
restukturisasi dengan memperhatikan hal‐hal sebagai
berikut:
4.2 Transformasi Format Exsisting RKAKL dalam Format
Baru RKAKL
Dokumen anggaran dalam proses penyusunan anggaran
sebagaimana diuraikan di atas secara formal disebut Rencana Kerja
Bab IV Mekanisme Transformasi Di Masa Transisi | 34
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA‐KL). RKA‐KL ini
disusun oleh satuan kerja (satker) pada masing‐masing K/L.
Dokumen RKA‐KL ini terdiri dari format‐format yang berisikan
informasi mengenai kinerja, organisasi, belanja dan pendapatan.
Bab IV Mekanisme Transformasi Di Masa Transisi | 35
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Diagram 4.2. Format Exsisting RKAKL
2. RKA‐KL Baru Format
RKA‐KL format baru terdiri dari 3 form yang dapat
dikelompokkan berdasarkan keutuhan informasi kinerja pada
tingkat K/L dan Unit Eselon I. Informasi belanja dan pendapatan
yang ada dalam format existing RKA‐KL berada pada form
terpisah. Sedangkan yang ada dalam form baru RKA‐KL,
informasi dimaksud digabung menjadi satu.
Informasi yang dikemukakan dalam format baru RKA‐KL lebih
menonjolkan mengenai kinerja yang akan dicapai oleh masing‐
masing K/L dan masing‐masing Unit Eselon I. Ruang lingkup
informasi kinerja tersebut meliputi:
a. Kinerja yang ingin dicapai oleh K/L sebagai terjemahan visi‐
misi Presiden sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja
Pemerintah;
b. Kinerja Unit Eselon I sebagai terjemahan dan dukungan
terhadap pencapaian kinerja K/L melalui program dan
dijabarkan dalam kegiatan‐kegiatan;
c. Rencana pendapatan K/L sehubungan dengan pelaksanaan
program/kegiatan.
Bab IV Mekanisme Transformasi Di Masa Transisi | 36
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Bab IV Mekanisme Transformasi Di Masa Transisi | 37