Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan suasirna; merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotoksin bakteri (setelah menekan makanan terkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan gen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid (NSAID; mis., indometasin, ibuprofen, naproksen), sulfanomida, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pancreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung (Price, 2005). Apabila alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara terpisah. Gastritis erosif hemoragik difus biasanya terjadi pada peminum berat dan pengguna aspirin, dan dapat menyebabkan perlunya reseksi lambung. Penyakit yang serius ini akan dianggap sebagai ulkus akibat stres, karena keduanya memiliki banyak persamaan (Price, 2005). Gastritis akut dicirikanndengan kerusakan sawar mukosa oleh iritan local. Kerusakan ini memungkinkan asam hidroklorat dan pepsin mengalami konak dengan jaingan lambung, yang menyeabkan iritasi, inflamasi,dan erosi superfisial. Mukosa lambung dengan cepat beregenerasi untuk emulihkan kondisi mukosa sehingga gastritis akut mereda sendiri, dengan penyembuhan yang biasanya muncul dalam beberapa hari (LeMone, 2015). Minum aspirin atau agens NSAID, kortikosteroid, alcohol, dan kafein biasanya dikaitkan dengan terjadinya gastritis akut. Ingesti alkali korosif tak sengaja atau yang disengaja (ammonia, lye (larutan alkali/air sabun), Lysol, dan agens pembersih lain) atau asam yang menyebabkan peradangan berat dan kemungkinan nekrosis lambung. Perforasi lambung, emoragi dan peritonitis dapat terjadi. Penyebab iatrogenit dari gastritis akut meliputi terapi radiasi dan pemberian agens kemoterapeutik lain (LeMone, 2015). Tukak dan gastritis berbeda satu sama lainnya. Gastritis adalah suatu kondisi inflamasi lambung. Inflamasi tersebut disebabkan oleh sekresi asam lambung yang berlebihan. Di sisi lain, tuka adalah pembentukan gurat pada permukaan satu organ atau bahkan kulit. Dengan begitu, tukak peptik atau penyakit tukak peptik (PTP) adalah pembentukan guratpada permukaan ambung atau permukaan saluran pencernaan dan gurat yang terbentuk dapat mencapai lebih dari setengah sentimeter (Syamsudin, 2015). Sama seperti gastritis, suatu tukak dapat disebabkan oleh bakteri H. pylori atau obat-obatan pereda nyeri seperti NSAID dan aspirin. Sepertiga dari seluruh kasus tukak disebabkan oleh baktri H. pylori. Peneyebab tukak yang lain adalah stress, terutama pada orang-orang yang berkepribadian Tipe A (Syamsudin, 2015). Tanda dan gejala tukak diantaranya unta, kehilangan selera makan, nyeri perut, muntah darah, dan feses kemerahan. Disisi lain, gastritis juga menunjukan gejala muntah, sendawa, kembung, dan penurunan berat badan yang sering tidak bias dijelaskan oleh fasien. Warna muntahan pada penderita gastritis tergantung kepada tingkat kerusakan mukosa gastrointestinal, berbeda dengan tukak yang biasanya berdarah. Kedua kondisi tersebut dapat diobati dengan obat-obattan dan antibiotic (Syamsudin, 2015). Frekuensi dan keparahan gastritis meningkat dengan pertambahan usia. Segala penyebab asam lambung berlebih dapat menyebabkan gastritis, seperti tembakau, alkohol, stres, obat-obatan (aspirin, NSAID), dan infeksi bakteri H. pylori. Factor imunologis juga dapat mempengaruhi fundus lambung (terletak di fundus lambung, bukan didalam antrum) (Syamsudin, 2015). DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. dan JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. Fitriani, Dewi. 2013. Pengobatan Mandiri. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. LeMone, Priscilla, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Mansjoer, Ari, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta : Pustaka Populer Obor. PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : PPNI. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta : EGC. Sander, Mochamad Aleq. 2010. Patologi Anatomi. Jakarta : Rajawali Pers. Smeltzer, Suzanne dan Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Jakarta : EGC Syamsudin. 2015. Farmakoterapi Gangguan Saluran Pencernaan. Jakarta : EGC. Utami, Prapti. 2012. Antibiotik Alami Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta : Agro Media Pustaka.