Anda di halaman 1dari 97

1.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana penelitian itu
dilakukan atau data-data serta informasi apa yang ingin dicapai dari penelitian
itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret, yang
dapat diamati dan dapat di ukur. Jadi bukan kalimat tanya. Penelitian pada
umumnya bertujuan untuk menemukan ilmu yang baru, mengembangkan
pengetahuan yang sudah ada dan yang terakhir untuk menguji pengetahuan yang
ada.
Pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk menemukan suatu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan bagi manusia dan lingkungannya. Menurut
beberapa ahli, ada tiga tujuan penelitian praktis, yaitu:
1. Tujuan Eksploratif
Dalam hal ini, penelitian dengan tujuan eksploratif adalah untuk
menemukan pengetahuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Misalnya, penelitian tentang manfaat ekstrak kayu manis untuk masalah
diabetes dalam tubuh manusia.
2. Tujuan Verifikatif
Penelitian dengan tujuan verifikatif adalah untuk membuktikan
atau menguji kembali kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang telah ada
sebelumnya. Misalnya, membuktikan manfaat ekstrak belimbing wuluh
sebagai anti bakteri.
3. Tujuan Pengembangan
Penelitian dengan tujuan pengembangan adalah untuk menggali
lebih dalam atau mengembangkan suatu penelitian atau pengetahuan yang
telah ada. Misalnya, penelitian mengenai manfaat ekstrak kulit manggis
untuk masalah diabetes yang sudah ada sebelumnya.
Secara umum tujuan sebuah penelitian adalah untuk mencari atau
menemukan kebenaran atau pengetahuan yang benar. Dalam uraian yang lebih
rinci, Satjipoto Rahardjo menjabarkan pandangan Selltiz tentang tujuan penelitian
dengan mengemukakan bahwa suatu penelitian memiliki tujuan-tujuan sebagai
berikut : 
 mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga dapat
merumuskan masalah secara tepat ; 
 memperoleh pengatahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala,
sehingga dapat merumuskan hipotesa ; 
 untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari suatu
keadaan, perilaku individu dan perilaku kelompok ; 
 mendapatkan keterangan tentang frekwensi suatu peristiwa ; 
 memperoleh data mengenai hubungan antara satu gejala dengan gejala
lain; 
 menguji hipotesa yang berisikan hubungan sebab akibat (untuk sebuah
penelitian yang didasarkan pada sebuah hipotesa).[11] 

Sunaryati Hartono menjelaskan lima tujuan penelitian, yakni : 

 menggambarkan secara jelas dan cermat hal-hal yang dipersoalkan ; 


 menerangkan kondisi-kondisi yang mendasari peristiwa ; 
 menyusun teori, artinya mencari dan merumuskan dalil-dalil hukum
(hukum-hukum atau kausalitas mengenai hubungan antara kondisi yang
satu dan kondisi yang lain, atau hubungan antara peristiwa dengan
peristiwa yang lain ; 
 membuat prediksi atau ramalan, estimasi dan proyeksi peristiwa-peristiwa
yang akan terjadi, atau gejala-gejala yang akan timbul ; 
 melakukan pengendalian atau pengarahan, yaitu melakukan tindakan-
tindakan guna mengendalikan atau mengarahkan peristiwa-peristiwa atau
gejala-gejala tertentu kearah yang dikehendaki ; 

Kelima tujuan ini sesuai dengan ucapan August Comte, bahwa ilmu
sesungguhnya mempunyai tugas praktis, karena katanya “savoir pour prevoir,
prevoir pour prevenir” (dengan mengetahui kita dapat meramalkan, dank arena
kita dapat meramalkan kita dapat mencegah bahaya).[12] Berdasarkan pandangan
ini Sunaryati Hartono berpandangan bahwa sebuah penelitian tidak berhenti pada
perumusan teori saja, akan tetapi harus mengembangkan prediksi berdasarkan
teori yang sudah dirumuskan

Penelitian dilakukan kembali untuk mengembangkannya, misalnya


meneliti seberapa efektif ekstrak kulit manggis untuk mengatasi masalah diabetes
pada kelompok umur tertentu.
Biasanya juga tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah tujuan penelitian secara
keseluruhan dari yang ingin dicapai dalam penelitian itu sendiri. Tujuan khusus
adalah tujuan yang lebih spesifik. Umumnya tujuan khusus menggunakan kata-
kata operasional sehingga lebih jelas untuk dicapai. Dan tujuan khusus pada
hakikatnya penjabaran dari tujuan umum. Apabila tujuan umum suatu penelitian
tidak bisa atau tidak perlu di spesifikasikan lagi maka tidak perlu adanya tujuan
umum dan tujuan khusus, cukup dibuat tujuan penelitian saja.
Dalam merumuskan suatu tujuan penelitian, kita harus berpedoman pada
rumusan masalahnya. Tujuan yang keluar dari rumusan masalah dapat
menyesatkan kita dalam membuat penelitian. Karena rumusan masalah dapat
berbentuk deskriptif, komparatif dan asosiatif, maka tujuan umum dan khusus
penelitian harus berbentuk dan sesuai dengan rumusan masalah tadi.
Meskipun seperti itu dalam sebuah penelitian atau penulisan karya tulis
ilmiah tidak harus ada tujuan umum dan tujuan khusus. Jika tujuan umum yang
dibuat sudah spesifik maka tidak perlu membuat tujuan khususnya. Begitu pun
sebaliknya jika kita sudah membuat tujuan yang spesifik maka tidak perlu
membuat tujuan umum. Cukup menuliskan dengan tujuan penelitian saja.
Cara Membuat Tujuan Penelitian
1. Untuk membuat tujuan penelitian kita harus kembali melihat rumusan
masalah.
2. Mencari kata operasional yang tepat untuk menjawab rumusan masalah
yang ada.
Contoh 1
Rumusan masalah : adakah hubungan antara menggunakan hijab dengan
keterampilan membaca siswa?
Tujuan penelitiannya adalah: mengidentifikasi hubungan antara menggunakan
hijab dengan keterampilan membaca siswa.

2. Jenis penelitian ( menurut tujuan, pendekatan, tingkatan, jenis data).


a. Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan

- Penelitian Eksplorasi. 
Definisi yang paling mudah untuk penelitian eksplorasi ialah jenis
penelitian yang dilakukan untuk mengenalkan suatu gagasan atau topik
baru kepada masyarakat luas, menjelaskan gambaran umum secara
sederhana tentang gagasan yang akan dibahas dan pekembangan teori
yang bersifat tentatif. Contoh: penilitian tentang kurikulum yang
paling efektif untuk diterapkan di Indonesia.
- Penelitian Pengembangan. 
Jenis penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan teori yang
sudah ada. Contoh: Penenelitian tentang tingkat keefektifan dari sistem
reward dan punishment dalam sebuah perusahaan.
- Penelitian Verifikasi. 
Penelitian yang dilakukan untuk menguji keakuratan teori yang sudah
ada, baik dalam bentuk dasar, prosedur, konsep ataupun prinsip dari
teori it sendiri. Contoh: Penelitian tentang keterkaitan kecerdasan
intelektual terhadap gaya kepemimpinan.
b. Jenis Penelitian Berdasarkan Pendekatan

- Penelitian Kuantitatif. 
Jenis penelitian yang bertujuan untuk menolak atau mendukung sebuah
teori. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan deret ukur
matematis hingga menemukan kesimpulan tertentu. Contoh: Penelitian
tentang fenomena alam.
- Penelitian Kualitatif. 
Penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung objek
yang diteliti baik berupa orang atau sebuah peristiwa. Contoh:
Penelitian tentang cara belajar siswa berprestasi di tingkat SMA.
- Penelitian Perkembangan. 
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perubahan atau
perkembangan objek yang sedang diteliti. Contoh: Penelitian tentang
kemajuan seorang atlet dalam bidang olahraga tertentu.
c. Penelitian berdasarkan tingkat
- Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel  (independen) atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau
penghubung dengan variabel yang lain. Suatu penelitian yang berusaha
menjawab pertanyaan seperti penelitian dengan tema bagaimana
profil presiden di Indonesia, seberapa
besar keuntungan BUMN dan BUMD tahun ini.
Penelitian deskriptif memiliki beberapa ciri sebagaimana
disampaikan oleh Ronny Kountur:
a. pertama, Hal yang berhubungan dengan kondisi saat itu.
b. kedua, Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel
namun diuraikan satu persatu.
c. ketiga, Tidak dilakukan manipulasi terhadap variabel yang
diteliti serta tidak pula diberikan perlakuan.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah penggambaran kondisi
yang terjadi dari sebuah kelompok secara akurat, kondisi mekanisme
proses dan korelasinya, penafsiran lain dari hasil sebuah penelitian
dalam bentuk verbal atau numerikal, penyajian data utama atau
mendasar mengenai sebuah hubungan peristiwa, penciptaan
kategorisasi tertentu, subjek klasifikasi dalam penelitian, tahapan dan
proses dalam sebuah perangkat sistem atau mekanisme, dan
penyimpanan informasi yang sifatnya kontradiktif terkait subjek pada
proses penelitian.
Umumnya pada proses penelitian deskriptif dilakukan dengan
tujuan yaitu penggambaran sistematis atas fakta dan ciri khas dari
objek yang akan dilakukan penelitian secara tepat. Dalam
perkembangannya sekarang, metode penelitian deskriptif banyak
digunakan untuk proses pengamatan empiris dan juga untuk
mendapatkan variasi dari permasalahan deskriptif yang berkorelasi
dengan bidang pendidikan ataupun perilaku manusia. Penelitian
deskriptif yang baik adalah proses penelitian yang dilakukan secara
sadar sama seperti proses penelitian kuantitatif lainnya.
- Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan. Nilai variabelnya adalah sama terhadap nilai
penelitian yang digunakan pada variabel mandiri namun untuk sampel
yang lebih dari satu, atau dalam waktu penelitian berbeda. Tujuannya
tidak lain adalah untuk menentukan mana yang lebih baik dari variabel
yang dibandingkan tersebut.
Contoh dari penelitian komparatif adalah penelitian dalam hal
mengetahui perbandingan, apakah berbedaan keuntungan antara
BUMN dengan perusahaan swasta atau contoh lain seperti
perbandingan kemampuan membaca siswa laki-laki terhadap siswa
perempuan ditingkat sekolah dasar.
- Penelitian Asosiatif atau Penelitian Hubungan
Penelitian asosiatif atau penelitian hubungan adalah suatu pendekatan
studi mengenai hubungan dari dua variabel atau lebih. Dimana dari
hasil studi tersebut diharapkan dapat dibangun sebuah landasan
pemahaman yang dapat memberikan penjelasan, peramalan, dan
pengendalian atau kontrol terhadap suatu fenomena. Pada penelitian
asosiatif terdapat dua variabel minimal yang akan diteliti
keterhubungannya.
Bentuk keterhubungan antar variabel ada tiga, yaitu: simetris,
kausal, dan interaktif atau resoprocal.
Hubungan simetris, adalah bentuk hubungan yang terjadi
karena kemunculan kejadian yang terjadi secara bersamaan, contoh
rumah yang kedatangan tamu pada saat didalam rumah tersebut
dimasuki kupu-kupu. Dimana mitos masyarakat menyatakan kalau ada
kupu-kupu yang masuk rumah berarti akan ada tamu yang datang,
padahal yang menyebabkan datangnya tamu bukanlah kupu-kupu yang
ada didalam rumah tersebut.
Hubungan kausal, merpakan hubungan antara sebab dan akibat, jika
kondisi X maka kondisi Y. Contoh, bila kualitas pelayanan publik oleh
pemerintah kepada masyarakat baik, maka tidak akan terjadi
demonstrasi. Jadi yang menyebabkan masyarakat tidak melakukan
demonstrasi adalah karena pelayanan kepada masyarakat baik.
Hubungan interaktif atau resiprocal, adalah bentuk hubungan
yang saling memengaruhi satu sama lain. Seperti membuat iklan untuk
membuat konsumen membeli barang, jika barang yang dibeli
konsumen meningkat, maka biaya iklanpun juga akan naik.

d. Penelitian berdasarkan jenis data dan analisis

- Penelitian kualitatif : penelitian yang dilakukan dengan cara


pengumpulan data berbentuk kalimat, deskripsi, melalui wawancara atau
terjun ke dalam fenomena langsung. Penelitian kualitatif secara
sederhana adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mewawancarai
langsung kepada seorang atau sekelompok orang yang terkait dengan
fenomena atau isu yang akan diteliti atau langsung terjun ke dalam
fenomena atau isu yang akan diteliti. Penelitian kualitatif menekankan
pada pemahaman mendalam karena bersifat deskriptif dan analisis
mendalam.
- Penelitian kuantitatif : penelitian yang dilakukan dengan cara
pengumpulan data berbentuk angka baik menggunakan quisioner atau
pertanyaan-pertanyaan pilihan.

e. Jenis Penelitian Berdasarkan Tempat

 Penelitian Kepustakaan. Jenis penelitian yang dilakukan di


perpustakaan.
 Penelitian Laboratorium. Jenis penelitian yang dilakukan di dalam
laboratorium.
 Penelitian Lapangan. Jenis penelitian yang dilakukan di suatu tempat
yang sedang terjadi sebuah peristiwa atau dimana tempat objek diteliti.
f. Jenis Penelitian Berdasarkan Fungsi

 Penelitian Dasar
Sebuah penelitian yang bertujuan meningkatkan pemahaman dengan
prinsip dan hukum ilmiah yang dilakukan dengan cara mengembangkan
konsep, prinsip, dalil dari teori yang sudah ada. Penelitian ini bukanlah
untuk menemukan masalah atau solusi dari suatu peristiwa. Melainkan
hanya penemuan sebuah dasar yang nantinya dapat dikembangkan lebih
lanjut.
 Penelitian Terapan
Tindak lanjut dari penelitian dasar. Inilah penelitian menindaklanjuti,
mengembangkan dan menerapkan suatu data atau teori yang dihasilkan
dari penelitian dasar.
 Penelitian Tindakan.
Penelitian tindakan adalah penerapan dari teori yang sudah ada ke dalam
praktik nyata yang bertujuan memperoleh suatu dampak dari sebuah
peristiwa.
 Penelitian Penilaian.
Jenis penelitian yang bertujuan untuk memberi nilai tentang perubahan,
perkembangan atau perbaikan suatu teori dalam tempo waktu tertentu.
 Penelitian Evaluasi. 
Penelitian yang dilakukan untuk mengukur sebuah teori atau data dengan
cara membandingkan dengan target dan pencapaian.
 Penelitian Komparatif. 
Penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan perbedaan dan persamaan dua atau lebih teori atau fakta
dan sifat objek yang di teliti berdasarkan aspek atau komponen tertentu.
 Penelitian Korelasional. 
Penelitian korelasional bertujuan untuk mengkaji sebuah hipotesis
mengenai hubungan antarvariabel atau untuk menguji keterkaitan
hubungan antara dua variabel atau lebih.
 Penelitian Studi Kasus. 
Sebuah metode penelitian yang dikhususkan untuk mengkaji seatu
peristiwa yang terjadi di dalam konteks kehidupan nyata. Penelitian ini
dilakukan ketika batasan-batasan antara peristiwa dan konteksnya belum
jelas dengan memakai beragam sumber data.
 Penelitian dan Pengembangan. 
Sebuah rangkaian proses yang dilakukan dalam rangka mengembangkan
atau menyempurnakan teori/produk baik yang sudah ada ataupun yang
sama sekali baru agar lebih bermanfaat.

3. Karakteristik penelitian

Terdapat beberapa soal untuk menyeleksi antara kegiatan penelitian


dengan kegiatan yang bukan penelitian ataupun kegiatan lain pada umumnya,
yakni karakteristiknya. Maka, penelitian hendaknya tercantum beberapa
karakteristik kegiatan penelitian, yakni sebagai berikut:

 Penelitian harus Sistematis


Penelitian ialah suatu kegiatan yang sitematis dan menyimpan
elemen-elemen yang merupakan bagian pandangan dan kegiatan. Elemen-
elemen tersebut perlu menyingkap secara berangkaian dan berangsur-
angsur, sehingga tampak jelas alur pandangannya dan lancar dipahami
oleh pembaca.

 Penelitian harus Objektif dan Rasional

Penelitian mempunyai alur akal yang benar, terdapat konsistensi


antara media maupun proses penelitian yang diperankan dengan produk
penelitian yang diperoleh, sehingga mempunyai alur akal yang benar dan
logika. Setiap opsi dan kepastian harus logis dan rasional serta mempunyai
ukuran.

 Penelitian harus Mempunyai Kegunaan

Penelitian harus mempunyai kegunaan efektif dalam kegunaan berada membagi


rekomendasi, saran kepada kelompok yang memiliki fungsi akademik untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan.

Karakteristik Penelitian Kualitatif –

Karakteristik khusus penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai


keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi
dalam kehidupan sehari-hari secara komprehensif atau hollistik dan rinci. Ada
adapun karakteristik penelitian kualitatif, yaitu:

1. Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah atau pada konteks dari


suatu keutuhan (enity)
2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif
4. penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori
subtantif yang berasal dari data
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar)
bukan angka-angka
7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil
8. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas
dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian
9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas
dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam
penelitian klasik
10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus
disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara)
11. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi
yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan
sumber data.

Menurut Sugiyono (2016), karateristik penelitian kuantitatif

1. Dari segi desain:

o Spesifik, jelas, rinci.

o Ditentukan secara mantap sejak awal.

o Menjadi pegangan langkah demi langkah.

2. Dari segi tujuan:

o Menunjukkan hubungan antar variabel.

o Menguji teori.

o Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.

3. Dari segi teknik pengumpulan data:

o Kuesioner.

o Observasi dan wawancara terstruktur.


4. Dari segi instrumen penelitian:

o Test, angket, wawancara terstruktur.

o Instrumen yang terstandar.

5. Dari segi data:

o Kuantitatif.

o Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan


instrumen.

6. Dari segi sampel:

o Besar

o Representatif

o Sedapat mungkin random.

o Ditentukan sejak awal.

7. Dari segi analisis:

o Deduktif

o Menggunakan statistik untuk menguji hipotesis.

8. Dari segi hubungan dengan responden:

o Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya objektif.

o Kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden.

o Jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan.

9. Dari segi usulan desain:

o Luas dan rinci.

o Literatur yang berhubungan dengan masalah, dan variabel yang diteliti.

o Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya.

o Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas.

o Hipotesis dirumuskan dengan jelas.


o Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan.

10. Dari segi waktu penyelesaian:

o Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan.

11. Dari segi kepercayaan terhadap hasil penelitian:

o Pengujian validitas dan reabilitas instrumen.

4. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajari
sehingga didapatkan informasi mengenai hal tersebut dan ditariklah
sebuah kesimpulan.
Variabel merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
penelitian, karena sangat tidak memungkinkan bagi seorang peneliti
melakukan penelitian tanpa variabel.
Variabel penelitian ini sangat ditentukan oleh landasan teoritis dan
kejelasannya yang ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu,
jika landasan teori dalam suatu penelitian berbeda, maka akan berbeda
pula hasil variabelnya.
Kemudian variabel-variabel yang hendak digunakan perlu
penetapan, klasifikasi dan identifikasi. Luas dan sempitnya variabel
penelitian juga dapat menentukan jumlah variabel yang akan digunakan.
Terdapat perbedaan variabel antara ilmu ekstrak dan ilmu sosial.
Pada ilmu ekstrak variabel yang dipakai biasanya mudah diketahui karena
bisa dilihat dan divisualisasikan.
Sedangkan variabel dalam ilmu sosial itu bersifat abstrak sehingga
susah dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial lahir dari suatu
konsep yang perlu dijelaskan dan diubah bentuknya sehingga bisa diukur
dan dipergunakan secara operasional.
Menurut sifatnya, variabel ini dapat dibedakan menjadi 5 yaitu:
Sifat variabel, hubungan antar variabel, urgensi pembukaan instrumen, dan
tipe skala pengukuran. Berikut penjelasannya.
a. Hubungan antar Variabel

- Jenis Variabel Bebas (Independent Variable)


Variabel ini mempunyai pengaruh atau menjadi penyebab
terjadinya perubahan pada variabel lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada variabel ini diasumsikan akan mengakibatkan
terjadinya perubahan variabel lain.
Contoh, jika dalam sebuah penelitian dinyatakan akan berusaha
mengungkap “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi
mahasiswa” maka variabel bebasnya adalah “motivasi belajar”. Disebut
variabel bebas karena variabel ini tidak bergantung pada variabel lain.
Sedangkan variabel “prestasi belajar” bergantung dan dipengaruhi oleh
variabel “motivasi belajar”.
Variabel bebas atau independent ini juga biasa disebut sebagai
variabel stimulus, pengaruh dab prediktor. Di dalam pemodalan persamaan
struktural, variabel bebas disebut sebagai variabel eksogen.

- Jenis Variabel Terikat (Dependent Variable)


Variabel terkait atau dependent adalah variabel yang
keberadaannya menjadi suatu akibat dikarenakan adanya variabel
bebas. Disebut variabel terkait karena kondisi atau variasinya terkait
dan dipengaruhi oleh variasi variabel lain.
Selain itu ada juga sebutan lain yaitu variabel tergantung, karena
variasinya tergantung pada variasi variabel lain. Kemudian ada juga
yang menyebut variabel output, kriteria, respon, dan indogen.
Contoh variabel dependent: Aapabila seorang peneliti hendak
mengungkap “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
siswa” maka yang menjadi variabel terikatnya adalah “prestasi belajar
siswa”. Variabel ini dinamakan sebagai variabel terikat karena tinggi
dan rendahnya prestasi siswa itu tergantung variabel motivasi
belajarnya.
- Jenis Variabel Kontrol (Control Variable)
Jenis variabel ini merupakan variabel yang dibatasi dan
dikendalikan pengaruhnya sehingga tidak berpengaruh pada gejala yang
sedang diteliti, dengan kata lain yaitu dampak dari variabel bebas
terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak
diteliti.
Dalam beberapa penelitian variabel ini tidak dinyatakan secara
eksplisit, tetapi lebih ke penelitian yang sifatnya eksperimental.
Variabel ini dibutuhkan pengendalian yang sifatnya sangat penting.
Hal sedemikian rupa dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi
kompleksitas permasalahan yang sedang diteliti. Selain digunakan
untuk penelitian eksperimental, variabel kontrol juga sering dipakai
peneliti apabila hendak melakukan penelitian yang sifatnya
membandingkan.
Contohnya, pengaruh metode belajar terhadap prestasi belajar
siswa. Variabel bebas dalam variabel ini adalah metode mengajar,
sedangkan variabel terikatnya adalah pretasi belajar sisiwa.
Variabel yang ditetapkan sama yaitu mata pelajaran yang sama
misal, pelajaran kimia. Dengan adanya penetapan variabel kontrol
tersebut maka dampak besarnya pengaruh mengajar terhadap prestasi
belajae sisiwa bisa diketahui lebih pasti.
- Variabel Moderator (Moderator Variabel)
Varabel moderator merupakan variabel yang memperkuat ataupun
memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Menurut Sugiyono (2010:39), variabel moderator ini disebut dengan
istilah variabel independent ke dua. Secara definisi hampir sama dengan
variabel kontrol, hanya saja di sini pengaruh variabel itu tidak ditiadakan
atau dinetralisir akantetapi bahkan dianalisis atau diperhitungkan.
Contoh: hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar akan
semakin kuat bila ditopang dengan IQ yang baik, dan hubungan semakin
rendah jika IQ kurang baik.
- Variabel Antara (Intervening Variabel)
Variabel Intervening atau variabel antara ini merupakan variabel
yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak
dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela yang
terletak diantara varibel bebas dan terikat, sehingga varibel bebas tidak
langsung memperngaruhi berubanhya atau timbulnya variabel terikat.
Contohnya: Pengaruh pendapatan terhadap harapan hidup
seseorang. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang secara tidak langsung
akan mempengaruhi usia harapn hidup. Dikatakan tidak langsung karena
tingkat pendapatan seseorang sebenarnya berpengaruh langusng terhdapa
gaya hidup, sedangkan gaya hidup akan mempengaruhi secara langsung
terhadap usia harapan hidup. Dengan demikian diantara variabel pengaruh
tingkat pendapatan terhadap usia harapan hidup ada variabel antara, yaitu
variabel gaya hidup, sedangkan antara variabel tingkat pendapatan dengan
variabel gaya hidup terdapat variabel moderator, yaitu budaya lingkungan
tempat tinggal (sugiyono, 2010:40).
Supaya dapat menentukan keudukan variabel bebas, terikat,
control, moderator, variabel antara atau variabel yang lainnya, harus
dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari
maupun dari hasil pengamatan empiris. Oleh karena itu, sebelum
peneliti mimilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan kajian
teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek
yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi menyusun rancangan
penelitian dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu
permasalahan yang ada di objek penelitian. Tidak jarang terjadi,
rumusan masalah tersebut dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke
objek penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu
tidak menjadi masalah pada objek penelitian. Setelah masalah bisa
dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis, maka penelitian bisa
menentukan variabel-variabel penelitiannya.

b. Sifat Variabel
Berdasarkan sifatnya, variabel penelitian bisa dikelompokan menjadi
dua, yaitu variabel statis dan variabel dinamis.
- Variabel Statis
Variabel statis adalah variabel yang memiliki sifat yang tetap, tidak
bisa diubah keberadaan maupun karakteristiknya. Dalam kondisi yang
normal dan wajar sifat-sifat tersebut sukar untuk diubah, misalnya seperti
jenis kelamin, jenis status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, tempat tinggal
dan sebagainya. Variabel statis ini juga ada yang menyebutnya dengan
variabel atributif (Sudjarwo dan Basrowi, 2009:198). Sifat yang ada
padanya adalah tetap, untuk itu penelitian hanya mampu untuk memilih
atau menyeleksi. Oleh sebab itu variabel ini juga dikenal juga dengan
nama variabel selektif. Menurut Suharsimi (2006:124), selain
menggunakan istilah variabel statis, juga menggunakan istilah variabel
tidak berdaya untuk masud yang sama, dikarenakan peneliti tidak mampu
mengubah ataupun mengusulkan untuk merubah variabel ini.
- Variabel Dinamis
Variabel dinamis adalah suatu variabel yang bisa diubah
keberadaannya ataupun karakteristiknya. Variabel ini memungkinkan
untuk dilakukan manipulasi maupun diubah sesuai dengan ktujuan yang
dikehendaki oleh peneliti. Pengubahan tersebut bisa berupa peningkatan
ataupun penurunan. Contohnya seperti berikut; motivasi belajar, kinerja
pegawai,prestasi belajar, dan sebagainya. Selain memakai istilah variabel
dinamis, untuk maksud yang sama Suharsimi (2006:124), memakai istilah
variabel berubah. Sedangkan Sudjarwo dan Basrowi (2009:197) memakai
istilah variabel aktif, untuk menyebut variabel dinamis ini.

c. Urgensi Faktual
Bedasarkan penting atau tidaknya sebuah instrumen dalam
mengumpulkan data, maka dapat dibedakan menjadi 2 yaitu variabel
konseptual dan faktual, berikut penjelasannya:
Bedasarkan penting atau tidaknya sebuah instrumen dalam
mengumpulkan data, maka dapat dibedakan menjadi 2 yaitu variabel
konseptual dan faktual, berikut penjelasannya:

- Variabel Konseptual
Dinamakan variabel konseptual karena variabel ini tidak terlihat
secara fakta dan tersembunyi dalam suatu konsep. Variabel konsep hanya
bisa diketahui berdasarkan indikator yang tampak.
Contoh variabel konsep adalah, motivasi belajar, minat, konsep
diri, bakat, kinerja, dan lain-lain. Karena tersembunyi di dalam konsep,
maka keakuratan data yang terdapat pada variabel konsep tergantung
keakuratan indikator dari beberapa konsep yang sudah dikembangkan oleh
peneliti.

- Variabel Faktual
Berbeda dengan yang di atas, variabel ini merupakan variabel yang
ada di dalam faktanya. Contoh yang dapat kamu lihat dalam variabel ini
adalah, gen, usia, asal daerah/sekolah, agama, pendidikan, dan lain-lain.
Karena sifatnya yang faktual, maka apabila terjadi kesalahan dalam
pengumpulan data itu bukanlah kesalahan instrumen akan tetapi
respondennya, misal si responden tidak jujur atau terdapat sifat-sifat buruk
pada responden itu sendiri.

d. Tips Skala Pengukur


Ada sekitar 4 tingkatan dalam variabel ini yaitu: Nominal, interval,
dan rasio, berikut penjelasannya:

- Variabel Nominal
Variabel nominal adalah, variabel yang hanya bisa dikelompokkan
terpisah secara kategori dan diskrit. Variabel nominal bisa disebut juga
dengan variabel diskrit. Dilihat dari namanya nominal atau nomi
mempunyai arti nama, hal ini menunjukkan bahwa tanda atau label hanya
digunakan untuk membedakan antar variabel.
Contoh dari variabel ini yaitu: Gender, agama, wilayah, dan lain-
lain. Variabel nominal juga merupakan variabel yang memiliki variasi
paling sedikit.

- Variabel Ordinal
Variabel ordinal yaitu variabel yang memiliki variasi perbedaan,
tingkatan, urutan, namun tidak memiliki kesamaan jarak perbedaan dan
tidak bisa dibandingkan. Pada urutan ini tergambar adanya gradasi atau
sebuah tingkatan, namun itu semua tidak bisa diketahui secara pasti.
Contohnya yaitu peringkat dalam kejujuran, di mana selisih yang
menggambarkan jarak pencapaian skor/pretasi juara 1, 2, 3, dan seterusnya
tidak dipermasalahkan.

- Variabel Interval
Berbeda lagi dengan variabel-variabel di atas, skala variabel jenis
ini dapat dibedakan, bertingkat dan memiliki jarak yang sama dari satuan
hasil pengukuran, namun kesamaan tersebut sifatnya tidak bisa
dibandingkan dan tidak mutlak.’
Contoh interval, penerimaan raport dari hasil belajar diberikan
angka 4, 5, 6 , 7, 8, 9, 10 dan seterusnya. Skala penilaian dari angka 1 – 10
memiliki satuan 1 per unit. Jarak angka 4 ke 5 sama saja dengan jarak 5 ke
6…. dan seterusnya.
Namun angka tersebut tidak memiliki arti perbandingan, dalam
artian bahwa angka 4 yang didapatkan oleh seorang siswa itu tidak berarti
bahwa kepintaran siswa setengah lebih baik dari siswa yang mendapat
angka 8.
- Variabel Rasio
Variabel rasio merupakan variabel yang mempunyai skor yang
bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai kesamaan jarak perbedaan, dan
bisa diperbandingkan. Dengan demikian variaebl yang mempunyai
skala rasio merupakan variabel yang mempunyai tingkat tertinggi
dalam penskalaan pengukuran variabel, karena bisa menunjukkan
perbedan, tingkat, jarak, dan dapat diperbandingkan. Contohnya
variabel berat badan, seorang berat badannya 30 kg adalah setengah
dari orang yang bertnya 60 kg.
Variabel rasio adalah variabel yang memiliki skor dan bisa
dibedakan, diurutkan, adanya persamaan jarak perbedaan, dan dapat
dibandingkan.
Contohnya, tinggi badan, seseorang yang tinggi badannya 50
cm adalah setengah dari orang yang tinggi badannya 100 cm.

e. Penampilan Waktu Pengukuran


Dalam waktu pengukuran variabel dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu: Variabel maksimalis dan tipikalis. Simak di bawah ini.

- Variabel Maksimalis
Variabel maksimalis adalah, variabel yang ketika proses
pengumpulan data, ada dorongan terhadap responden agar menunjukkan
penampilan maksimal. Contohnya, kreativitas, bakat, pretasi dll.

- Variabel Tipikalis
Variabel tipikalis adalah variabel yang ketika peroses
pengumpulan data tidak ada dorongan terhadap responden dalam
menunjukkan penampilan secara maksimal, namun lebih kepada jujur diri
terhadap variabel yang diukur.
Contohnya yaitu: Minat, kepribadian, sikap terhadap pelajaran
tertentu dll.
5. Paradigma penelitian
Paradigma kata berasal dari kata Yunani “paradeigma” yang berarti
pola. Kata ini pertama kali digunakan dalam penelitian oleh “Kuhn” pada
tahun 1962 untuk menggambarkan kerangka kerja konseptual yang
diterima oleh komunitas peneliti atau ilmuwan dan yang memberi mereka
pedoman mendalam untuk melakukan penelitian.
Sejak saat itu perdebatan antara para ilmuwan mengenai paradigma
terbaik untuk melakukan penelitian selalu ada. Sampai tahun 1980-an para
ilmuwan percaya bahwa paradigma penelitian kuantitatif adalah satu-
satunya paradigma atau pendekatan penelitian yang harus digunakan
dalam penelitian ilmu pengetahuan murni dan ilmu sosial.
a. Jenis Paradigma Penelitian
1) Paradigma Positivis
Sebagian besar penelitian ilmiah atau kuantitatif menggunakan
positivisme sebagai kerangka kerja konseptual untuk penelitian. Penelitian
kuantitatif selalu mengikuti pendekatan positivis karena kaum positivis
meyakini pengujian hipotesis empiris. Dalam ilmu murni, positivisme
lebih disukai karena sifatnya yang empiris untuk mempelajari fakta.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian ini mengikuti model
probabilistik yang ditentukan oleh penelitian sebelumnya. Positivis
percaya bahwa temuan dari satu penelitian dapat digeneralisasikan ke
penelitian lain dari jenis yang sama terlepas dari itu dilakukan dalam
lingkungan dan situasi yang berbeda. Ini berlaku untuk variabel ilmiah
seperti volume, kecepatan, kepadatan, kekuatan, dan berat.
Sebagai contoh, jika sebuah penelitian ilmiah membuktikan
hipotesis bahwa jika lapisan tertentu diaplikasikan pada kain katun halus
akan kehilangan sebagian kekuatan alami, hasil ini dapat digeneralisasikan
ke kain serupa lainnya yang mendapatkan hasil setelah selesai yang sama.
Ketika berbicara tentang ilmu sosial dan perilaku, peneliti
kuantitatif percaya bahwa setiap perilaku manusia dapat dipelajari dan
diprediksi secara kuantitatif dan mereka percaya bahwa perilaku dapat
dijelaskan dengan menggunakan pendekatan ilmiah untuk penelitian.
Saat menggunakan paradigma positivis dalam ilmu sosial, peneliti
mengendalikan semua faktor lain yang dapat merusak penelitiannya
dengan memiliki dampaknya. Untuk mencapai lingkungan yang
terkendali, peneliti harus melakukan penelitian di lingkungan laboratorium
seperti eksperimen ilmiah, meskipun perilaku manusia sulit dipelajari
dalam lingkungan yang terkendali, ini menyulitkan peneliti ilmu sosial
untuk menggunakan paradigma positivis dalam studi tentang perilaku
manusia.
Sebagai contoh, jika seorang peneliti berhipotesis bahwa remaja
yang putus sekolah juga terlibat dalam kegiatan kriminal, ia harus
mempelajari siswa yang drop out di lingkungan alami daripada di
laboratorium. Karena perilaku manusia tidak dapat dipelajari dalam
pengaturan lab, sulit untuk menggeneralisasi perilaku manusia ke
sekelompok orang yang luas dan beragam terlepas dari apakah mereka
memiliki beberapa kesamaan.
2) Paradigma Penafsir
Sebagian besar penelitian kualitatif dalam ilmu sosial
menggunakan pendekatan interpretivisme untuk penelitian. Penafsir
percaya bahwa perilaku manusia adalah berlapis-lapis dan tidak dapat
ditentukan oleh model probabilistik yang telah ditentukan.
Itu tergantung pada situasi dan ditentukan oleh faktor lingkungan
selain gen. Perilaku manusia tidak seperti variabel ilmiah yang mudah
dikendalikan. Perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
sebagian besar bersifat subyektif. Oleh karena itu interpretivistic percaya
dalam mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari
daripada di lingkungan yang terkendali.
b. Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Ada pernyataan dari Egon G. Guba yang cukup menarik untuk
ditanggapi di sini, yaitu bahwa “A paradigm may be viewed as set of basic
beliefs (or metaphisies) that deals with ultimetes or principles[7].
Keyakinan itu, menurut Guba, merepresentasikan pandangan dunia tentang
hakikat sesuatu, serta merupakan dasar di dalam nurani dimana ia diterima
dengan penuh kepercayaan. Sesuatu yang diyakini kebenarannya tanpa
didahului penelitian sistematis, dalam filsafat ilmu, disebut dengan aksioma
atau asumsi dasar. Keyakinan (beliefs), aksioma atau asumsi dasar tersebut
menempati posisi penting dalam menentukan skema konseptual penelitian,
ia merupakan dasar permulaan yang melandasi semua proses dan kegiatan
penelitian.
Berkait dengan proposisi di atas, penelitian kuantitatif dan kualitatif
memiliki perbedaan paradigma yang amat mendasar. Penelitian kuantitatif
dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-
1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma
fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).
1) Paradigma kuantitatif:
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian
yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah
satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari
realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan
teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian
dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan
Idealisme).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya
pengetahuan (knowledge)  yang valid adalah ilmu pengetahuan
(science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada
pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk
kemudian diolah oleh nalar (reason)
Dalam metode kuantitatif, dianut suatu paradigma bahwa
dalam setiap event/peristiwa sosial mengandung elemen-elemen
tertentu yang berbeda-beda dan dapat berubah. Elemen-elemen
dimaksud disebut dengan variabel. Variabel dari setiap even/case, baik
yang melekat padanya maupun yang
mempengaruhi/dipengaruhinya,  cukup banyak, karena itu tidak
mungkin menangkap seluruh variabel itu secara keseluruhan. Atas
dasar itu, dalam penelitian kuantitatif ditekankan agar obyek
penelitian diarahkan pada variabel-variabel tertentu saja yang dinilai
paling relevan. Jadi, di sini paradigma kuantitatif cenderung pada
pendekatan partikularistis..
1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam
pengumpulan dan analisa data, termasuk dalam penarikan
sampel.
2. Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis,
yaitu suatu cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau
sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan
subyektif dari individu di dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi,
sehingga dalam pendekatannya menggunakan pengaturan-
pengaturan secara ketat (obstrusive) dan berusaha
mengendalikan stuasi (controlled).
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti,
sehingga peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar” dari
obyek penelitiannya.
5. Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk
mendapatkan kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel
yang ditetapkan.
6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan
pengumpulan data lebih dipercayakan pada intrumen
(termasuk pengumpul data lapangan).
7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas
dan biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard fact).
8. Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun
selalu ditekankan pada pembuatan generalisasi.
9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa
variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.

2) Paradigma Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik,
yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa
sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat
fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian
dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi.
Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan
tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan
gejala sosial.
Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian
kualitatif, seperti Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan
Etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki
perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang
mempertemuan mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat
manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan
pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri
masing-masing pelaku[14].
Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat
terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena
itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu, bukan
menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan
teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif
adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah –
bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara
epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris
sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang
ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi.
Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan
sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh.
Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan
satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses
pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan.
1. Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam
pengumpulan maupun dalam proses analisisnya.
2. Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam
menangkap gejala (fenomenologis).
3. Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang
bebas (tanpa pengaturan yang ketat).
4. Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada
sumber data, dengan berusaha menempatkan diri serta berpikir
dari sudut pandang “orang dalam”.
5. Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara
deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif. Jadi
bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
6. Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti
sebagai instrumen utama. Hal ini dinilai cukup penting karena
dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi kegiatan analisis,
dan pengambilan keputusan.
7. Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi
validitasnya, yang tidak saja mencakup fakta konkrit saja
melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.
8. Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus
singular, sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya
melainkan pada segi otensitasnya.
9. Fokus penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup
luas (tidak dibatasi pada variabel tertentu).
6. Rumusan Masalah
Pengertian rumusan masalah adalah tulisan singkat yang berada di
bagian pembukaan karya tulis, bagian ini menjelaskan secara terperinci
mengenai fenomena sosial yang terjadi dalam sejumlah pertanyaan-
pertanyaan tertentu.
Dalam definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwanya proses
pembuatan  rumusan masalah berkaitan erat dengan pembahasan dalam
karya tulis, tidak boleh ada penyimpangan, hal ini di dasarkan untuk
mempermudah pembaca makalah atau laporan penelitian untuk
menemukan garis besar karya yang akan diselesaikan.
a. Jenis Rumusan Masalah
Penjelasan mengenai rumusan masalah ini sendiri bisa ditentukan
dalam berbagai jenis, antara lain adalah sebagai berikut;
1) Deskriptif
Rumusan permasalahan dalam penelitian deskriptif lebih sering
mempergunakan model penelitian kualitataif, lantaran dalam
pembentukannnya seringkali hanya dilakukan dengan
menghubungkan variable satu dengan lainnya. Varibel ini saling
berkaitan akan tetapi tidak terdapat perbaindingan antar
variable. Selengkapnya, baca; Pengertian Penelitian Kualitatif, Ciri,
dan Jenisnya
2) Komparatif
Macam kedua dalam batasan rumusan masalah ialah
menggunakan studi komperatif, secara singkatnya model ini
berbanding terbalik dengan model yang pertama. Lantaran dalam
rumusan masalah kompratif ada berpandingan yang di dapatkan
antar variable tapa mendeskripsikannya.
3) Asosiatif
Jenis lainnya, dalam rumusan masalah adalah menggunakan
model asosiatif. Model ini terbentuk dari hubungan dan juga
perbandingan antar variable, singkatnya model ini dikenal dengan
campuran. Dalam proses pembuatannya untuk rumusan masalah ini
lebih dekat dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang saling
berkaiatan, yang kemudian pertanyaan tersebut nantinya di jawab
dalam pembahasan karya tulis. Selengkapnya, baca; “Asosiatif &
Disosiatif” Pengertian dan Bentuknya
b. Tujuan Rumusan Masalah
Prosesi penyelesaian dalam rumusan masalah berkaiatan erat dengan
keapikan yang ada dalam karya tulis. Rumusan ini sendiri memiliki fungsi
dan tujuan, diantarnya;
1) Menjadi Alasan
Tujuan pembuatan dalam perumusan masalah ialah menjadi alasan
mengapa penelitian dilakukan, dengan bentuk sejumlah pertanyaan secara
langsung menjadi  alasa para pembaca mengentai gagasan yang
disampaikannya, meskipun singkat.
2) Pedoman
Tujuan batasan rumusan masalah ialah menjadi pedoman yang
dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan karya tulisnya. Baik skripsi
ataupun makalah proses ini berkaiatan erat dengan jawaban yang akan
disampaikan dalam bab selanjutnya, yakni pembahasan atau isi.
3) Menentukan Jenis Data
Langkah pembuatan rumusan masalah yang lainnya bertujuan
untuk mentukan instrumen penelitian, selain itu pertanyaan dalam
rumusan masalah juga akan bisa memilah dan meilih antar teknik analisis
data yang diperlukan, misalnya menggunakan penelitian kualitataif
ataupun mempergunakan penelitian kualitataif.
4) Mempermudah Penetuan Populasi dan Sempel
Manfaat yang di dapakan dari perumusan masalah ialah mampu
memberikan penentuan populasi dan sempel. Hal ini berhubungan erat
dengan keadaan dan kondisi penelitian yang akan dilakukan, oleh karena
itulah bagi siapapun yang ingin menyelesaikan penelitian haruslah
menyertakan rumusan masalah.
Dari sejumlah pembahasan mengenai pengertian, jenis, dan tujuan
rumusan masalah secara umum dapat disimpukan bahwa pembuatan
rumusan permasalahan ini sangat diperlukan bagi siapapun yan ingin
membuat karya tulis, baik dalam skripsi, essay, makalah, proposal
penelitian, ataupun dalam contoh karya tulis lainnya.
c. Contoh Rumusan Masalah
Memehami materi yang disampaikan di atas, tentusaja belum
dianggap cukup. Mengapa demikian?, lantaran tanpa adanya contoh
implementasi sisem tulisan rumusan masalah musathil bagi siapapun untuk
bisa menerapkannya dengan mudah. Oleh karena itulah tulisan selanjutnya
akan membagikan beberapa kumpulan contoh rumusan masalah.
1) Contoh Rumusan Masalah Penelitian
Contoh pertama dalam bentuk rumusan masalah penelitian,
yang mutlak haruslah dibentuk. Dalam contoh ini mengindkasi dari
judul penelitian “Pembuatan Biskuit Bayi Dengan Bahan Dasar Buah
Campolay Dan Rumput Laut Untuk Menyediakan Makanan Tambahan
Asi (MP-ASI) Guna Memberikan Gizi pada Bayi”. Maka perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut;
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di
rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengkombinasikan bahan-bahan lokal untuk
membuat biskuit sehat untuk bayi?
2. Bagaimana cara membuat biskuit bayi dari buah campolay dan
rumput laut?
3. Bagaimana meningkatkan nilai ekonomis dan dayaguna dari buah
campolay?
4. Bagaimana meningkatkan nilai ekonomis rumput laut bagi
masyarakat?
5. Bagaimana mengembangan dan melestarian buah campolay sebagai
komoditas unggulan di Indonesia?
2) Contoh Rumusan Masalah Karya Ilmiah
Proses pembuatan karya tulis ilmiah selalu meletakan tentang
bagian rumusan masalah. Rumusan masalah yang ada di KTI berkaiatn
erat dengan solusi yang ditawarkan dalam memecahkan bentuk
permasalahan. Misalnya saja dalam masalah nyamuk dan pengobatan
tradisional yang di tawarkan. Maka bentuk rumusan masalah ini adalah
sebagai berikut;
1. Apa kandungan serta fungsi kulit langsat terhadap pencegahan
demam berdarah?
2. Bagaimana proses pembuatan LAMUK (Lampu Anti Nyamuk)
dengan ekstraksi kulit langsat?
3. Bagaimana cara kerja LAMUK (Lampu Anti Nyamuk) dengan
ekstraksi kulit langsat dalam menghindarkan kontak langsung
dengan nyamuk?
3) Contoh Rumusan Masalah Makalah
Makalah dalam susunan pembuatannya selalu mengaitkan
dengan rumusan masalah. Bagian ini berada di awal paragraf
dengan susnannya persisi berada di latar belakang karya tulis.
Contoh pembuatan rumusan masalah untuk makalah ialah sebagai
berikut;
Makalah ini dibuat untuk memecahkan masalah sebagai
berikut;
1. Bagaimana cara menuntasakan gatal-gatal di pondok
pesantren sehingga mampu meningkatkan kesehatan?
2. Bagaimana mensosialisasikan daun sirih merah sebagai obat
gatal-gatal sehingga memberikan pengajaran terhadap para
santri yang tinggal di pondok pesantren?
4) Contoh Rumusan Masalah Kuantitatif
Contoh selanjutnya berkaiatan dengan kuantitatiaf. Pengertian
penelitian kuantitatif sendiri adalah penelitian yang menggunakan
penghitungan numerik dengan data statitistik. Contoh ini misalnya
berkaitan dengan relevansi dari sebuah penelitian yang dilakukan.
1. Rumusan masalah pada penulisan penelitian kuantitataif ini di
antaranya:Bagaimana rancangan desain TARBID (Tambak
Rumput Laut Hibrid) : Konsep Tambak Rumput Laut Berbasis
Hybrid Energy System sebagai Solusi Kelangkaan Supply Energi
bagi Masyarakat Pesisir Pantai?
2. Bagaimana relevansi penggunaan TARBID (Tambak Rumput Laut
Hibrid) : Konsep Tambak Rumput Laut Berbasis Hybrid Energy
System sebagai Solusi Kelangkaan Supply Energi bagi
Masyarakat Pesisir Pantai?
5) Contoh Rumusan Masalah Deskriptif/Kualitataif
Sunannan rumusan masalah selanjutnya, yang akan
diberikan ada dalam pengertian penenlitian kualitatif, salah satu
jenisnya adalah deskriptif. Contoh ini misalnya dalam menganalisa
perkembangan Bahasa Inggris dan pendidikan sekala nasional.
Maka bentuk rumusannya adalah sebagai berikut;
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah, yaitu;
1. Bagaiamana mewujudkan kebijakan universal dengan
GUBAH yang dikeluarkan pemerintah untuk membantu
meningkatkan kapasitas dan kulitas masyarakat Indonesia
terhadap kemampuan bahasa ingris di pedesaan?
2. Bagaimana implemenatsi kebijakan GUBAH sehingga
meningkatkan pengaruh positif terhadap bahasa ingris
masyarakat Indonesia khususnya di wilayah pedesaan?
3. Apa kelebihan kebijakan GUBAH yang dikeluarkan
pemerintah dalam upaya peningkatan kapasitas dan kualitas
bahasa ingris masyarakat Indonesia?

7. Tinjauan Pustaka (Kerangka teori, kerangka konsep, dst)


a. Tinjauan Pustaka
1) Pengertian Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah pengkajian kembali literatur-
literatur yang relevan (review of related literature) dengan
penelitian yang sedang dikerjakan.
Tinjauan pustaka diperlukan untuk memberikan
pemantapan dan penegasan tentang ciri khas penelitian yang
hendak dikerjakan. Ciri khas penelitian ini akan tampak dengan
melampirkan referensi yang digunakan dalam daftar pustaka baik
dari buku-buku ajar, artikel dan jurnal penelitian sebelumnya.
Suatu naskah penelitian yang berbobot harus terdiri dari 80%
artikel/jurnal penelitian, dan sisanya dapat dari buku ajar yang
relevan dan sumber lain yang membahas masalah penelitian yang
diteliti.
Jika peneliti menggunakan karya orang lain tanpa
menampilkan sumbernya, baik nama author (penulis/peneliti),
tahun, judul, tempat dan penerbit dan sebagainya yang dilampirkan
dalam daftar pustaka, atau nama dan tahun (Metode Harvard) pada
naskah penelitian merupakan praktik plagiat. Plagiarisme akan
menjadikan seorang peneliti di tuntut secara hukum dan
mempunyai sejarah dalam hal akademik yang buruk, yang akan
dipikul seumur hidup.
Tinjauan pustaka dalam penelitian kesehatan tidak hanya
membahas secara substansial variabel dependen maupun variabel
independen yang diteliti dari berbagai buku ajar / texbook. Pada
Tinjauan pustaka peneliti secara mendalam menggali teori yang
berhubungan dengan variabel yang diteliti, kemudian melakukan
investigasi dari penelitian sebelumnya yang relevan sehingga
memahami secara mendalam masalah dan faktor penyebab masalah
penelitian yang akan diteliti.
 Teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan diteliti.
a) Seluruh aspek penyakit yang diteliti tidak perlu ditulis dalam
tinjauan pustaka, hal-hal yang ditulis difokuskan pada aspek
yang akan diteliti dengan penekanan utama pada hubungan
variabel yang dipermasalahkan (dependen) dengan variabel lain
yang menjadi faktor penyebab maupun perancu.
b) Buku sumber pustaka sebaiknya tidak terlalu lama tahunnya
sehingga masih up to date (10 tahun) kecuali yang
menjadi grand theory sebagai acuan kerangka teori di akhir bab
2, tetapi setidaknya carilah terbitan yang terbaru.
c) Gunakan hasil penelitian dalam artikel / jurnal yang relevan
yang dapat memperkuat teori yang dibangun dengan sumber
yang up to date.
d) Membuat kerangka teori sebagai dasar untuk mengembangkan
kerangka konsep penelitian. Dengan membuat kerangka toeri,
maka peneliti dapat meletakkan masalah yang sedang diteliti
dalam konteks ilmu pengetahuan yang sedang didalami.
2) Tujuan Tinjauan Pustaka
Tujuan utama membuat tinjauan pustaka adalah menjadi dasar
pijakan atau fondasi untuk memperoleh dan membangun landasan teori,
kerangka pikir, menentukan hipotesis penelitian, mengorganisasikan,
dan kemudian menggunakan variasi pustaka dalam bidangnnya.
3) Fungsi Tinjauan Pustaka
Fungsi tinjauan pustaka antara lain untuk
(1) mengetahui sejarah masalah penelitian,
(2) membantu memilih prosedur penyelesaiaan masalah
penelitian,
(3) memahami latar belakang teori masalah penelitian,
(4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya,
(5) menghindari terjadinya duplikasi penelitian, dan
(6) memberikan pembenaran alasan pemilihan masalah
penelitian, Peran Tinjauan Pustaka
4) Cara Membuat Tinjauan Pustaka
Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal,
sebagai berikut : 4
a) Mulai mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal
cetak maupun jurnal elektronik dan lain sebagainya.
b) Buatlah matriks untuk mengisi ringkasan referensi yang
diperoleh baik jurnal, artikel, buku ajar dan lain sebagainya agar
saat menulis dengan segera dapat ditemukan sumber mana yang
dimaksud.
c) Ciptakan lingkungan yang tenang untuk dapat meningkatkan
konsentrasi dan fokus pada saat mulai menulis
d) Baca dahulu panduan penulisan, sehingga pada saat melakukan
editing pada tulisan kita, tidak terlalu banyak yang dirubah
terkait penulisan.
e) Selain melakukan ringkasan dengan tools matriks yang
digunakan, proses analisis juga kita lakukan terhadap jurnal
yang dibaca, apakah relevan dan layak digunakan atau tidak.
f) Kunsi sukses dalam menulis adalah niat dan aksi harus sejalan.
Jika tidak pernah memulai, maka tidak akan pernah selesai.
g) Lakukan refresh otak dan pikiran jika mulai jenih, munculkan
motivasi pada diri sendiri baik itu dari keluarga (ayah/ibu) jika
berhasil dapat membuat mereka bangga, dapat menjadi role
model bagi keluarga dan lain sebagainya sehingga tetap
semangat dalam menulis dan menyelesaikan proyek tugas akhir
h) Selalu berdoa memohon tuntutan dan hikmat dari yang Maha
Kuasa agar dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat
waktu.
b. Kerangka Teoritis
Kerangka Teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi
empiris.6 Kerangka teori harus berdasarkan teori asal / grand theory.
Sebagai contoh masalah perilaku ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya dapat menggunakan kerangka teori dari Green yang sering
digunakan mahasiswa, atau dapat juga menggunakan kerangka
teori reason action, Health Believe Model, atau teori lain yang sesuai
dengan masalah penelitian yang dapat di temukan dalam buku ajar Health
Behavior Theory for Public Health dan buku ajar lainnya.
c. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah hubungan antara konsep yang dibangun
berdasarkan hasil-hasil studi empiris terdahulu sebagai pedoman dalam
melakukan penelitian.
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari
hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka
konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat
diamati dan diukur melalui konstruk yang dikenal dengan istilah variabel.1
Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Variabel penelitian adalah
sesuatu yang bervariasi yang dapat diukur. Contoh variabel dalam
penelitian kesehatan adalah Hb darah, tekanan darah, berat badan,
kunjungan ANC, jenis tenaga kesehatan, dan lain sebagainya. 
Kerangka Konsep dapat berpijak pada kerangka teori yang
dibentuk pada bab II. Kerangka teori biasanya lebih kompleks dari
kerangka konsep, karena tidak semua variabel dalam kerangka teori
diangkat menjadi variabel penelitian. Oleh karena itu pada BAB II
sebelum gambar kerangka konsep penelitian dipaparkan, peneliti wajib
menjustifikasi mengapa variabel lain tidak diteliti. Alasan yang
disampaikan harus ilmiah, buka sekedar keterbatasan waktu, dana, tenaga
dan kemampuan penelitia saat itu. Contoh gambar kerangka konsep dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

8. Populas
a. Pengertian Populsi
Menurut Kamus Pelajar terbitan Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2003, populasi adalah jumlah orang atau
penduduk dalam suatu daerah; jumlah penghuni baik manusia maupun
makhluk hidup lainnya pada suatu tempat atau ruang tertentu. Populasi
menurut Gay (1987:102) merupakan kelompok tertentu dari sesuatu
(orang, benda, peristiwa, dan sebagainya) yang dipilih oleh peneliti yang
hasil studinya atau penelitiannya dapat digeneralisasikan terhadap
kelompok tersebut. Suatu populasi sedikitnya mempunyai satu
karakteristik yang membedakannya dengan kelompok yang lain.
Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi atau studi populasi atau sensus. Subyek penelitian adalah tempat
variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian. Sementara
itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua anggota
kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama
dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari
hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo dalam Mardalis
(2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang
memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti.
 udjana : Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
 Ismiyanto : Populasi ialah keseluruhan subjek atau totalitas subjeek
penelitian yang bisa berupa orang, benda atau suatu hal yang didalamnya
bisa diperoleh dan atau bisa memberikan informasi (data) penelitian.
 Arikunto : Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Jika
seseorang ingin meneliti seluruh elemen yang terdapat dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
 Sugiyono : Mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
b. Sifat Populasi
Margono (2012:119) mengemukakan bahwa suatu populasi bagi
suatu penelitian harus dibedakan kedalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama. Misalnya, seorang dokter yang akan
melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes
darah saja. Dakter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan
sebotol darah hasilnya akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yaitu populasi yang unsur-
unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu
ditetapkan batas-batasnya.
c. Jenis-jenis Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) jika dilihat dari segi jumlah populasi
dapat dibedakan antara lain:
- Jumlah terhingga, yang terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu,
contohnya:
1) Semua orang yang terdaftar dalam Angkatan Laut pada hari tertentu,
2) Semua televisi dari tipe yang sama yang diproduksi oleh suatu pabrik
dalam satu tahun tertentu, dan
3) Semua mahasiswa yang terdaftar mengambil matakuliah tertentu.

- Jumlah tak hingga, terdiri dari elemen yang sulit dicari jumlahnya,
seperti jumlah penonton sebuah stasiun tv, semua jenis senjata yang
diperbolehkan oleh undang-undang, dan sebagainya.

Menurut Margono (2004: 119) populasi dapat dibedakan ke dalam hal


berikut ini:

1.      Populasi teoretis (teoritical population),  yakni sejumlah populasi yang


batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian
berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari
guru; berumus 25 tahun sampai dengan 40 tahun, program S1, jalur skripsi,
dan lain-lain.
2.      Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi
yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru
sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik
yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis.
Menurut Margono (2004: 119) populasi dapat dibedakan ke dalam
hal berikut ini:
1) Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang
batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil
penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan
terdiri dari guru; berumus 25 tahun sampai dengan 40 tahun, program S1,
jalur skripsi, dan lain-lain.
2) Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi
yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru
sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki
karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis.
d. Ukuran populasi

Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter


yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data
dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
1) Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya
objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin
besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu  tersebar di
wilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara
untuk mengurangi biaya.
2) Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila
waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan
segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
3) Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh
populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak
mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang
akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba
seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus
dilakukan hanya pada sampel.
4) Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar
kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam
hal ini meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian
terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi
peneliti akan bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk
menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan
ketelitian dalam suatu penelitian.
5) Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti;
apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu
dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus
dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada
dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi.

9. Sampel
Sampel adalah jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus benar-benar representatif (mewakili). Sugiyono (2001: 56),

a. Ukuran Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan
maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk
penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil
yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah
sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian
survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.
Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama
dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi
1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang
tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil secara
sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 10000 orang makin besar
jumlah sampel mendekati populai, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang
dikehendaki. Tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki
sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel
yang diperlukan dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka
akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai
sumber data.
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan
maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk
penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil
yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah
sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian
survey jumlah sampel minimum adalah 100. Roscoe (1975) yang dikutip
Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan
ukuran sampel :
1) Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
2) Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior,
dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepat
3) Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam
penelitian
4) Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin
dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran
tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam
hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat
kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka
makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah
semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka
semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin
kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar
peluang kesalahan generalisasi.
b. Jenis Sample
1) Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. teknik sampling ini meliputi :
a) Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. 
b) Proportionate Stratified Random Sampling 
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional. 
c) Disproportionate Stratified Random Sampling 
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. 
d) Cluster Sampling (Area Sampling) 
Teknik daerah digunakan untuk menentukan jumlah sampel
bila obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas, misal
penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.

2) Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang


tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampling
nonprobability meliputi :

a) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberikan nomor
urut.
b) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan.
c) Sampling Insidential
Sampling insidential adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidential bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data.
d) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
e) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel jika semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
f) Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju
yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

c. Kriteria
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Penentuan criteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian
yang bias.
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,
2003: 96).
Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota
pupulasi menjadi sampel yang memenuhi kriteria teoritis penelitian,
yaitu kriteria yang secara teori sesuai dan terkait dengan topik dan
kondisi penelitian. Sementara itu pengertian kriteria eksklusi adalah
kriteria yang dapat digunakan untuk mengeluarkan anggota sampel
yang telah didapatkan melalui proses kriteria inklusi dari objek
penelitian disebabkan adanya kriteria-kriteria tertentu yang bersifat
teknis pada anggota sampel tersebut yang dapat menghambat jalannya
penelitian.
2) Kriteria Eksklusi
Definisi kriteria eksklusi adalah mengeluarkan atau menghilangkan
beberapa subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian
dikarenakan kriteria dan sebab-sebab tertentu (Nursalam : 2003).
Kriteria eksklusi yaitu kriteria di luar kriteria inklusi (Hajijah,
2012). Kriteria eksklusi adalah kriteria yang apabila dijumpai
menyebabkan objek tidak dapat digunakan dalam penelitian.

10. Teknik Sampling


Secara umum, Teknik Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara yang
bermacam-macam, tergantung dari jenis penelitian yang hendak dilakukan.
Secara garis besar, teknik dari pengambilan sampel terbagi menjadi 2
kelompok yaitu :
a. Probability Sampling (Random Sample)
b. Non- Probability Sampling (Non-Random Sample).
Dibawah ini terdapat penjelasan dari kedua metode tersebut yaitu sebagai
berikut :
a. Probability Sampling
Probability Sampling adalah salah satu metode pengambilan
sampel yang dilakukan secara random atau acak. Dengan menggunakan
teknik pengambilan sampel ini, maka semua anggota populasi memiliki
peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel dari suatu penelitian.
Secara umum, metode ini masih terbagi lagi menjadi beberapa
jenis yang lebih signifikan, yaitu antara lain sebagai berikut :
1) Simple Random Sampling
Simple Random Sampling adalah sebuah teknik pengambilan
sampel yang dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama
bagi sluruh anggota populasi untuk menjadi sebuah sampel penelitian.
Cara pengambilan dengan metode ini yaitu menggunakan nomor
undian.
Contohnya, misal seorang peneliti memiliki daftar 100 orang
populasi dan ingin memilih 10 orang untuk menjadi sampel. Pertama,
semua orang dalam populasi ditandai dengan nomor 1-100. Nomor
tersebut lalu diacak. Pengacakan bisa meniru model arisan atau
sekarang bisa menggunakan aplikasi acak nomor. 10 individu yang
nomornya keluar menjadi sampel penelitiannya. Teknik ini biasanya
digunakan pada populasi yang homogen. Misal seseorang ingin meneliti
tentang proses belajar di kelas dalam satu kelas. Total muridnya
berjumlah 100 orang. Peneliti tersebut bisa mewawancarai secara
mendalam 10 orang sebagai sampel.
Namun, terdapat 2 asumsi mengenai metode dari pengambilan
sampel secara Simple Random Sampling. Pendapat pertama
mengatakan bahwa setiap nomor undian yang sudah terpilih harus
dikembalikan lagi, sehingga setiap sampel akan memiliki presentase
yang sama.
Sedangkan, pendapat kedua mengatakan bahwa tidak
dibutuhkan pengembalian nomor undian pada pengambilan sampel
dengan menggunakan metode ini. Namun, yang paling sering dipakai
adalah Simple Random Sampling dengan pengembalian.
2) Systematic Random Sampling
Metode Systematic Random Sampling ini menggunakan data
interval didalam memilih sampel penelitian yang akan digunakan.
Misalnya, didalam suatu penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100
orang, maka jumlah kelompok intervalnya adalah 100 : 10 = 10.
Selanjutnya responden tersebut dibagi ke dalam masing-masing
kelompok, lalu akan diambil secara acak dari tiap kelompoknya.
Sebagai contoh, seorang peneliti ingin meneliti pola konsumsi
mahasiswa Fakultas Ekonomi di suatu universitas. Jumlah total
populasinya 1000 mahasiswa. Peneliti ingin melakukan survei pada 100
mahasiswa saja. Teknik sampling yang dilakukan, pertama-tama
peneliti merencanakan, misal sampel yang diambil adalah daftar nomor
urut ke 10 dan kelipatannya (20,30,40, dst sampai 1000), lalu peneliti
mengacak daftar 1000 nomor yang semula berurutan. Setelah diacak,
dilihat kembali, mereka yang namanya berada di urutan nomor 10 dan
kelipatannya diambil sebagai sampel.
3) Stratified Random Sampling
Metode Stratified Random Sampling adalah salah satu teknik yang
digunakan untuk mengambil sampel dengan berdasarkan pada tingkatan
tertentu.
Misalnya, penelitian tentang pentingnya agama dikalangan
mahasiswa Universitas Hayam Wuruk. Peneliti membuat strata, mana
mahasiswa baru, mana mahasiwa tahun kedua, mana tahun ketiga, dan
mana mahasiswa tahun akhir. Masing-masing strata atau tingkatan diambil
sampelnya secara proporsional menggunakan random sampling. Misalnya,
jumlah sampel mahasiswa baru 100 orang, jumlah sampel mahasiswa
tingkat lainnya sama atau mendekati 100 orang. Apabila hanya 1
mahasiswa tingkat akhir yang dijadikan sampel, misalnya, maka sampling
tidak proporsional..
4) Cluster Random Sampling
Cluster Sampling adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
menentukan sebuah sample secara berkelompok. Pengambilan sampel dari
jenis ini dilakukan berdasarkan dengan kelompok atau area tertentu.
Tujuan dari penggunaan metode Cluster Random Sampling ini
yaitu untuk melakukan penelitian mengenai suatu hal terhadap bagian-
bagian yang berbeda di dalam sebuah instansi.
Sebagai contoh survei tentang tingkat kepercayaan warga NU dan
Muhammadiyah tentang pernyataan bahwa ”Borobudur peninggalan Raja
Sulaiman”. Daftar keseluruhan populasi warga NU dan Muhammadiyah
tidak tersedia. Tidak mungkin pula membuatnya. Maka, peneliti memilih
organisasi NU dan Muhamadiyah cabang mana yang akan dijadikan
sampel. Setiap organisasi diperoleh daftar anggota-anggotanya. Cluster
sampling artinya memilih klaster yang tersedia karena tidak ada data yang
menunjukkan semua populasinya..
5) Multi Stage Sampling
Multi stage sampling merupakan kombinasi dari teknik yang
digunakan untuk pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
bertingkat. Pertama, populasi akan dibagi ke dalam beberapa klaster.
Klaster tersebutlah yang nantinya akan dikelompokkan kedalam
strata berdasarkan dengan persamaannya.
Didalam satu strata, satu atau bahkan lebih klaster akan dipilih
secara acak. Proses ini akan terus berlanjut hingga klaster tidak dapat
dibagi lagi atau sudah menemukan hasil akhirnya.
b. Non-probability Sampling Technique
Teknik sampling nonprobabilitas adalah salah satu teknik pengambilan
sample yang ditentukan sendiri oleh seorang peneliti atau berdasarkan
dengan hasil dari pertimbangan seorang pakar.
Terdapat beberapa jenis cara pengambilan sampel secara
nonprobabilitas, yaitu sebagai berikut :
1) Convenient Sampling (Sampling berbasis ketersediaan subjek)
Convenient sampling merupakan salah satu teknik pengambilan
sampel yang sangat mudah untuk digunakan, sebab pengambilan sampel
akan dilakukan berdasarkan dengan ketersediaan dari partisipan yang mau
terlibat dalam sebuah penelitian.
Tidak sedikit seorang peneliti yang sangat mengandalkan teknik
ini, hal tersebut dikarenakan pelaksanaannya yang lebih mudah, biaya
yang lebih murah, dan juga tidak memakan waktu yang cukup lama.
Contoh teknik ini adalah menghentikan orang dijalan untuk
dimintai pendapatanya atau dilakukan survei kecil-kecilan. Misal
penelitian tentang preferensi fashion pengunjung event Java Jazz pada
akhir taun ini. Survei dilakukan pada pengunjung setempat ketika event
diselenggarakan. Waktu survei juga relatif singkat sehingga tidak mungkin
dilakukan kepada semuanya. Jumlah pengunjung juga tidak bisa diketahui
karena tidak ada tiket masuk. Teknik sampling ini biasanya dilakukan
sebagai penelitian awal untuk mematangkan penelitian awal yang lebih
besar, misal hubungan antara penikmat Jazz dan selera terhadap fashion.
2) Quota Sampling (Sampling Kuota)
Apabila ingin menggunakan metode quota sampling, maka seorang
peneliti harus menerapkan standard sebelumnya. Sehingga ia bisa memilih
sampel yang akan digunakan untuk merepresentasikan populasi. Proporsi
dari karakteristik yang ada dalam sampel harus sama dengan populasi
yang ada.
Contohnya, penelitian tentang persepsi masyarakat Indonesia
tentang kesetaraan gender. Sampel yang dicari berada dalam lingkup
nasional, yaitu Indonesia. Quota sampling membuat kategori berdasarkan
karakteristik, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur dan
sebagainya. Peneliti menentukan kuota berdasarkan pengetahuan
karakteristik akan berapa jumlah laki-laki, berapa jumlah perempuan.
Sampel dari kategori laki-laki dan perempuan diambil secara proporsional.
Begitu pula kategori pendidikan dan umur.
3) Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu sesuai sebagai sumber data.
Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak
ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari
unit sampling yang ditemui.
4) Purposive Sampling
Dalam teknik ini, seorang peneliti bisa memberikan penilaian
terhadap siapa yang sebaiknya berpartisipasi didalam sebuah penelitian.
Seorang peneliti dapat secara tersirat memilih subjek yang dianggap
representatif terhadap suatu populasi.
Misal, penelitian tentang perilaku korup polisi lalu lintas. Peneliti
menentukan sampling dengan cara mengamati siapa saja orang-orang yang
pernah merasa dirugikan oleh oknum polisi lalu lintas, seperti ditilang
tanpa alasan yang jelas, dipersulit dalam pembuatan SIM, dan sebagainya.
Teknik sampling ini disebut purposif karena pemilihan sampel dilakukan
dengan bertujuan.
Teknik pengambilan sampel jenis ini umumnya digunakan oleh
media ketika akan meminta pendapat dari publik mengenai suatu hal.
Media tersebut akan memilih siapa subjek yang dianggap dapat mewakili
publik.
Kelebihan dari purposive sampling yaitu waktu dan juga biaya
yang digunakan lebih efektif. Sedangkan, kelemahannya ketika seorang
peneliti salah memilih subjek yang representatif.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasinya relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh
disebut juga dengan istilah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.
6) Snowball Sampling
Snowball sampling merupakan salah satu teknik pengambilan
sampel yang sangat sering digunakan ketika populasi penelitian sangat
sulit untuk ditemukan atau langka.
Sebagi contoh, penelitian tentang imigran gelap di Malaysia atau
pengemis di ibukota. Peneliti biasanya kesulitan menemukan orang-
orangnya, namun imigran atau pengemis mengenal imigran atau pengemis
lain yang berada dalam jaringannya. Informan atau responden juga
memiliki pengetahuan tentang siapa saja orang-orang yang potensial untuk
menjadi sampel penelitian. Teknik ini dinamakan snowball karena
jumlahnya sedikit diawal dan semakin besar diakhir, seperti bola salju
yang menggelinding.
Oleh karena itulah, pengambilan sampel juga akan menjadi sangat
sulit untuk dilakukan. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam
pengambilan sampel ini yaitu dengan hanya memilih satu sampel dari
populasi.
11. Penentuan Jumlah Sampel
a. Rumus Sampel Penelitian Cross-sectional

Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai


menggunakan proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika besar
populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan rumus
berikut:

Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa


melakukan pengambilan sampel secara acak).
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau
(N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
= derajat kepercayaan
p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif
q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif
d = limit dari error atau presisi absolut
Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2
1- /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang
diketahui kadang-kadang diubah menjadi:

b) Contoh Rumus Rumus Besar Sampel Penelitian

Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu


penelitian mencari faktor determinan pemberian ASI secara eksklusif.
Untuk mendapatkan nilai p, kita harus melihat dari penelitian yang telah
ada atau literatur. Dari hasil hasil penelitian Suyatno (2001) di daerah
Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang diberi makanan ASI eksklusif
sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q = 1 – p. Dengan limit
dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka jumlah sampel
yang dibutuhkan sebesar:
 

= 219 orang (angka minimal)

Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain,


maka dapat dilakukan maximal estimation dengan p = 0,5. Jika ingin teliti
teliti maka nilai d sekitar 2,5 % (0,025) atau lebih kecil lagi.
Penyederhanaan Rumus diatas banyak dikenal dengan istilah Rumus
Slovin.
c) Rumus Sampel Penelitian Case Control dan Kohort
Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case
control maupun kohort adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran
proporsi. Hanya saja untuk penelitian khohor, ada juga yang menggunakan
ukuran data kontinue (nilai mean).
Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk
mencari sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Kadang kadang peneliti membuat perbandingan antara
jumlah sampel kelompok kasus dan kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga
bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
d) Rumus Sampel minimal Besar Sampel Penelitian Case Control
Adapun rumus yang banyak dipakai untuk mencari sampel
minimal penelitian case-control adalah sebagai berikut:

e) Rumus Sampel minimal Besar Sampel Penelitian Kohort


Pada penelitian khohor yang dicari adalah jumlah minimal untuk
kelompok exposure dan non-exposure atau kelompok terpapar dan tidak
terpapar. Jika yang digunakan adalah data proporsi maka untuk penelitian
khohor nilai p0 pada rumus di atas sebagai proporsi yang sakit pada
populasi yang tidak terpapar dan p1 adalah proporsi yang sakit pada
populasi yang terpapar atau nilai p1 = p0 x RR (Relative Risk).
Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat badan,
tinggi badan, IMT dan sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi,
maka penentuan besar sampel untuk kelompok dilakukan berdasarkan
rumus berikut:

f) Contoh Kasus Rumus Besar Sampel Penelitian

Contoh kasus, misalnya kita ingin mencari sampel minimal pada


penelitian tentang pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan terhadap
berat badan bayi. Dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95 %
atau Alfa = 0,05, dan tingkat kuasa/power 90 % atau ß=0,10, serta
kesudahan (outcome) yang diamati adalah berat badan bayi yang
ditetapkan memiliki nilai asumsi SD=0,94 kg, dan estimasi selisih antara
nilai mean kesudahan (outcome) berat badan kelompok tidak terpapar dan
kelompok terpapar selama 4 bulan pertama kehidupan bayi (U0 – U1)
sebesar 0,6 kg (mengacu hasil penelitian Piwoz, et al. 1994), maka
perkiraan jumlah minimal sampel yang dibutuhkan tiap kelompok
pengamatan, baik terpapar atau tidak terpapar adalah:

  = 51,5 orang atau dibulatkan: 52 orang/kelompok

Pada penelitian khohor harus ditambah dengan jumlah lost to


follow atau akalepas selama pengamatan, biasanya diasumsikan 15 %.
Pada contoh diatas, maka sampel minimal yang diperlukan menjadi n= 52
(1+0,15) = 59,8 bayi atau dibulatkan menjadi sebanyak 60 bayi untuk
masing-masing kelompok baik kelompok terpapar ataupun tidak terpapar
atau total 120 bayi untuk kedua kelompok tersebut.
3) Penelitian Eksperimental
Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen dengan rancangan
acak lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan:
(t-1) (r-1) > 15
dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan
j = jumlah replikasi
a) Contoh Kasus Rumus Besar Sampel Penelitian Eksperimen
Contohnya: Jika jumlah perlakuan ada 4 buah, maka jumlah
ulangan untuk tiap perlakuan dapat dihitung:
(4 -1) (r-1) > 15
(r-1) > 15/3
r>6
Untuk mengantisipasi hilangnya unit ekskperimen maka dilakukan
koreksi dengan 1/(1-f) di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang
hilang atau mengundur diri atau drop out.

12. Skala Pengukuran

Skala pengukuran adalah sebuah acuan yang digunakan untuk


menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam satuan alat ukur.

Dengan menggunakan skala pengukuran, maka alat ukur yang


digunakan akan menghasilkan data kuantitatif.

Setelah proses pengukuran yang menghasilkan data kuantitatif yang


berupa angka-angka tersebut baru lah kemudian ditentukan analisis statistik
yang cocok untuk digunakan.

a. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran paling sederhana atau
tingkatannya paling rendah di dalam suatu penelitian.

Skala ini hanya digunakan untuk memberikan kategori saja.


Misalnya digunakan untuk memberi label, simbol, lambang, atau nama
pada sebuah kategori sehingga akan mempermudah pengelompokan data
menurut kategorinya.
Pada skala nominal ini, peneliti akan mengelompokkan objek, baik
individu atau pun kelompok kedalam kategori tertentu dan disimbolkan
dengan label atau kode tertentu.

Kemudian, angka yang diberikan kepada objek hanya memiliki arti


sebagai label atau pembeda saja dan bukan untuk menunjukkan adanya
tingkatan.

Agar lebih paham, berikut ini ciri-ciri dari skala nominal:

a) Kategori data bersifat mutually exclusive (setiap objek hanya memiliki


satu kategori saja).
b) Kategori data tidak memiliki aturan yang logis (bisa sembarang).
Contoh Skala Nominal
Contoh pertama,
contoh yang paling umum digunakan yaitu variabel jenis kelamin.
Jenis kelamin akan dibedakan menjadi Laki-laki dan Perempuan.
Dalam hal ini, hasil pengukuran tidak memiliki tingkatan tertentu.
Artinya laki-laki tidak lebih tinggi daripada perempuan, atau sebaliknya.
Di dalam sebuah penelitian, biasanya akan diberi simbol angka
sebagai pembeda, misal jenis kelamin laki-laki diberi simbol angka 1, jenis
kelamin perempuan diberi simbol 0. Simbol angka disini hanya untuk
membedakan saja, tidak menunjukkan bahwa 1 lebih besar dari 0 dan
sebagainya.
Contoh kedua,
Misal nama kota lahir. Ada yang Bandung, Jakarta, Surabaya,
Bogor, dan lain lain. Hal ini hanya untuk pembeda saja, tidak
menunjukkan tingkatan tertentu. Dengan kata lain, orang yang lahir di
Bandung bukan berarti lebih baik dari Bogor atau yang lainnya.
Contoh ketiga
misalnya menjelaskan agama, ada Islam, Kristen, Hindu, Budha,
Katolik. Ini hanya bersifat membedakan saja
b. Skala Ordinal
Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang sudah
menyatakan peringkat antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan
juga tidak harus sama.

Skala ordinal ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada


skala nominal, karena skala ini tidak hanya menunjukkan kategori saja
tetapi juga menunjukkan peringkat.

Di dalam skala ordinal, objek atau kategorinya disusun berdasarkan


urutan tingkatannya, dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau
sebaliknya,
Ciri-ciri dari skala ordinal antara lain:
a) kategori data saling memisah.
b)kategori data ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya.
c) kategori data dapat disusun sesuai dengan besarnya karakteristik yang
dimiliki.
Contoh Skala Ordinal
Contoh pertama,
contoh pada variabel sikap seseorang terhadap suatu pernyataan,
sikap tersebut berupa sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, sangat
tidak setuju.
Pada variabel sikap ini dari sangat setuju ke sangat tidak setuju
menunjukkan kategori dan memiliki tingkatan.
Di dalam sebuah penelitian, kategori tersebut bisa disimbolkan
dengan angka, misal angka 5 untuk sangat setuju, angka 4 untuk setuju,
angka 3 untuk biasa saja, angka 2 untuk tidak setuju, dan angka 1 untuk
sangat tidak setuju.
Contoh kedua
Misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai
A, B, C, D, dan E. Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A
lebih besar dari B, dan seterusnya.
c. Skala Interval
Skala Interval merupakan skala pengukuran yang bisas digunakan
untuk menyatakan peringkat untuk antar tingkatan. Jarak atau interval antar
tingkatan pun sudah jelas, hanya saja tidak memiliki nilai 0 (nol) mutlak.

Skala interval ini bisa dikatakan berada diatas skala ordinal dan
nominal. Besar interval atau jarak satu data dengan data yang lainnya
memiliki bobot nilai yang sama. Besar interval ini bisa saja di tambah atau
dikurang.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari skala interval:
a) Kategori data memiliki sifat saling memisah.
b) Kategori data memiliki aturan yang logis.
c) Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karaaktristik
khusus yang dimilikinya.
d) Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang
sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
e) Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam skala (tidak
memiliki nilai nol absolut).
Contoh Skala Interval
Contoh pertama,
Contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu.
Misalkan suatu ruangan memiliki suhu 0C, ini bukan berarti bahwa
ruangan tersebut tidak ada suhunya.
Angka 0C disini merupakan suhu, hal ini dikarena pada skala
interval 0 (nol) bukanlah nilai yang mutlak.
Contoh kedua,
Jam 00.00 bukan berarti waktunya kosong atau tidak ada nilainya,
karena jam 00.00 sendiri masih menunjukkan waktu dimana jam 00.00
sama dengan jam 12 malam.
d. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil
pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan
bisa dibandingkan.

Skala rasio merupakan tingkatan skala paling tinggi dan paling


lengkap dibanding skala-skala lainnya. Jarak atau interval antar tingkatan
sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak. Nilai nol mutlak
berarti benar-benar menyatakan tidak ada.

Contoh Skala Rasio


Contoh pertama,
Misal tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan
Vatinson adalah 95 cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi
badan Vatinson dengan Agung adalah 95 cm. Bisa juga dikatakan bahwa
tinggi badan Agung 2 kali tinggi badan Vatinson.
Contoh kedua
Misalkan nilai ujian matematika Tono adalah 50, sedangkan nilai
Toni adalah 100. Ukuran rasionya dapat dinyatakan bahwa nilai Toni
adalah 2 kali nilai Tono.
13. Skala Pengukuran Sikap
a. Skala Likert
Skala Likert atau Likert Scale adalah skala penelitian yang
digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini,
responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan
mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap serangkaian
pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian
ini biasanya disebut dengan variabel penelitian dan ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti. Nama Skala ini diambil dari nama penciptanya
yaitu Rensis Likert, seorang ahli psikologi sosial dari Amerika Serikat.
Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala Likert ini terdiri
dari 5 pilihan skala yang mempunyai gradasi dari Sangat Setuju (SS)
hingga Sangat Tidak Setuju (STS). 5 pilihan tersebut diantaranya adalah :

1) Sangat Setuju (SS)


2) Setuju (S)
3) Ragu-ragu (RG)
4) Tidak Setuju (TS)
5) Sangat Tidak Setu (STS)
Selain gradasi Persetujuan, dapat juga digunakan pada beberapa
jenis gradasi tentang sikap dan pendapat. Seperti :
1) Sangat Suka
2) Suka
3) Netral
4) Tidak Suka
5) Sangat Tidak Suka

a) Contoh Skala Likert di Kuesioner

Pada umumnya, instrument penelitian yang menggunakan skala


Likert dibuat dalam bentuk angket atau kuesioner dengan pilihan ganda
atau checklist (daftar periksa).
Apakah anda setuju dengan peraturan perusahaan yang
mengharuskan semua karyawannya melepaskan Jam tangan, cincin dan
tali pinggang sebelum masuk ke wilayah produksi ?

Misalnya, dalam perhitungan rumus Slovin ini mendapatkan hasil


100 orang responden. Jawaban dari 100 responden tersebut akan kita
analisis dengan melakukan perhitungan seperti contoh di bawah ini :

30 responden menjawab SS (Sangat Setuju)


30 responden menjawab S (Setuju)
5 responden menjawab RG (Ragu-ragu)
20 responden menjawab TS (Tidak Setuju)
15 responden menjawab STS (Sangat Tidak Setuju)
Berdasarkan data tersebut, terdapat 60 responden atau 60% yang
menjawab setuju (30 responden) dan sangat setuju (30 responden). Dengan
hasil tersebut, dapat diambil keseimpulan bahwa mayoritas karyawan di
perusahaan tersebut setuju dengan peraturan perusahaan.
Cara kedua untuk menterjemahkan hasil skala likert ini adalah
dengan analisis interval. Agar dapat dihitung dalam bentuk kuantitatif,
jawaban-jawaban dari Responden tersebut dapat diberi bobot nilai atau
skor likert seperti dibawah ini :
SS = Sangat Setuju, diberi nilai 5
S = Setuju, diberi nilai 4
RG = Ragu-ragu, diberi nilai 3
TS = Tidak Setuju, diberi nilai 2
STS = Sangat Tidak Setuju, diberi nilai 1
Total Skor Likert dapat dilihat dari perhitungan dibawah ini :
Jawaban Sangat Setuju (SS) = 30 responden x 5 = 150
Jawaban Setuju (S) = 30 responden x 4 = 120
Ragu-ragu (RG) = 5 responden  x 3 = 15
Tidak Setuju (TS) = 20 responden x 2 = 60
Sangat Tidak Setuju = 15 responden x 1 = 15
Total Skor = 360

Skor Maksimum = 100 x 5 = 500 (jumlah responden x skor tertinggi likert)


Skor Minimum = 100 x 1 = 500 (jumlah responden x skor terendah likert)
Indeks (%) = (Total Skor / Skor Maksimum) x 100
Indeks (%) = (360 / 500) x 100
Indeks (%) = 72%

- Interval Penilaian

Indeks 0% – 19,99% : Sangat Tidak Setuju


Indeks 20% – 39,99% : Tidak Setuju
Indeks 40% – 59,99% : Ragu-ragu
Indeks 60% – 79,99% : Setuju
Indeks 80% – 100% : Sangat Setuju
Karena nilai Indeks yang kita dapatkan dari perhitungan
adalah 72%, maka dapat disimpulkan bahwa responden “SETUJU” akan
peraturan perusahaan yang mengharuskan semua karyawannya
melepaskan Jam tangan, cincin dan tali pinggang sebelum masuk ke
wilayah produksi.
b. Skala Guttman
Skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini memiliki
ciri penting, yaitu skala ini merupakan skala kumulatif dan skala ini
digunakan untuk mengukur satu dimensi saja dari satu variable yang multi
dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional.
Skala ini juga disebut dengan metode Scalogramatau analisa skala (scale
analysis).
Skala Guttman sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang
kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut isi
universal (universe of content) atau atribut universal (universe attribute).
Langkah-langkah untuk membuat skala Guttman adalah sebagai
berikut :
1) Susunlah sejumlah pernyataan yang relevan dengan masalah yang
ingin diselidiki
2) Lakukan penelitian permulaan pada sejumlah sampel dari
populasi yang akan diselidiki, sampel yang diselidiki minimal
besarnya 50 sampel
3) Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban yang ekstrim
dibuang. Jawaban yang ekstrim adalah jawaban yang disetujui
atau tidak disetujui oleh lebih dari 80% responden
4) Susunlah jawaban pada table Guttman
5) Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas

Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin ;ya – tidak;benar-
salah; positif – negative; pernah-belum pernah ; setuju – tidak setuju; dan
sebagainya. Penelitian dengan menggunakan skala Guttman apabila ingin
mendapatkan jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan
yang ditanyakan.
Contoh: 
a) Yakin atau tidakkah anda, pergantian Menteri cabinet Indonesia Bersatu
akan
dapat mengatasi persoalan bangsa.
1. Yakin
2. Tidak
b) Pernahkah pimpinan saudara mengajak diskusi bersama?
1. Setuju 
2. Tidak Setuju
c. Skala Thrustone
Skala Thurstone adalah skala yang disusun agar responden memilih
pernyataan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan
pandangan yang berbeda-beda.perbedaan antara skala Thurstone dan skala
Likert adalah pada skala Thurstone, panjang intervalnya sama memiliki
intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala likert tidak harus sama.

Apabila skala yang kita susun menggunakan model Likert maka data
yang akan kita peroleh berjenis ordinal, namun apabila kita menghendaki jenis
data satu tingkat lebih tinggi atau data interval maka kita dapat menggunakan
skala Thurstone atau sering juga disebut metode equal appearing interval.
Penyusunan skala dengan model ini memang relatif agak rumit dibandingkan
dengan penyusunan skala model Likert. Ada beberapa langkah awal yang
mungkin sama dengan model likert, seperti :

1) penetapan tujuan atau kawasan ukur,


2) melakukan pendefinisian secara konseptual,
3) menyusun definisi operasional,
4) mengidentifikasi indikator perilaku,
5) membuat blue print alat ukur, dan
6) penyusunan item-item per indikator yang juga disusun dengan item
favorable dan unfavorable sebanyak mungkin.

Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan


dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan sikap,
yaitu :

1) metode perbandingan pasangan


2) metode interval pemunculan sama, dan
3) metode interval berurutan.
4) Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang
menganggap kepositifan relatif pernyataan sikap terhadap suatu obyek.

Contoh Penggunan skala Thurstone :


Petunjuk : Pilihlah 5(lima) buah pernyataan yang paling sesuai
dengan sikap anda terhadap Sepak bola, dengan cara membubuhkan tanda
cek (v) di depan nomor pernyataan di dalam tanda kurung.
(           )  1. Saya senang olah raga sepakbola
(           )  2. Sepakbola adalah segalanya buat saya
(           )  3. Waktu kosong saya diisi dengan bermain bola
(           )  4. Menonton sepak bola meningkatkan kreatif
(           )  5. Saya merasa bersalah ketika tim sepak bola saya kalah dalam
suatu pertandingan
(           )  6. Sepak bola menambah pergaulan saya
(           )  7. Saya selalu ingin meningkatkan kemampuan saya dalam
bermain sepak bola
(           )  8. Sepak bola sangat membosankan
(           )  9. Saya merasa terasing jika ada teman
membicarakan mengeanai sepak bola
(           )  10. Sepakbola merupakan olahraga yang melelahkan.
d. Skala Diferensial
Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam
satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian
kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri garis,
atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic
differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan
untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
Contoh : Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai gaya
kepemimpinan kepala sekolah.

Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
Bertanggung 7 6 5 4 3 2 1 Tidak
Jawab Bertanggung
Jawab
Memberi 7 6 5 4 3 2 1 Mendominasi
Kepercayaan
Menghargai 7 6 5 4 3 2 1 Tidak Menghargai
Bawahan Bawahan
Keputusan 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan
Diambil Bersama Diambil Sendiri
Contoh lain : Penilaian pelajaran kimia

Menyenangkan  !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Membosankan

Sulit                  !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Mudah

Bermanfaat        !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Sia-Sia

Menantang         !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Menjemukan

e. Penilaian (Rating Scale)

Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam observasi
untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi Rating Scale
adalah alat pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah
laku/sifat yang harus dicatat secra bertingka. Rating Scale merupakan sebuah
daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian Rating Scale
adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi
tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara
bertingkat.

Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan


terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi
sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu. Unsur penilaian terdapat
dalam pernyataan pandangan pribadi dari orang yang menilai subyek tertentu pada
masing-masing sifat atau sikap yang tercantum dalam daftar. Penilaian itu
dituangkan dalam bentuk penentuan gradasi antara sedikit sekali dan banyak
sekali atau antara tidak ada dan sangat ada.

Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat pribadi dari pengamat


dan bersifat subyektif, skala penilaian yang diisi oleh satu pengamat saja tidak
berarti untuk mendapatkan gambaran yang agak obyektif tentang orang yang
dinilai. Untuk itu dibutuhkan beberapa skala penilaian yang diisi oleh beberapa
orang, yang kemudian dipelajari bersama-sama untuk mendapatkan suatu
diskripsi tentang kepribadian seseorang yang cukup terandalkan dan sesuai
dengan kenyataan.

1) Kegunaan Pemakaian Rating Scale


Hasil observasi dapat dikuantifikasikan beberapa pengamat
menyatakan penilaiannya atas seorang siswa terhadap sejumlah alat/sikap
yang sama sehingga penilaian-penilaian itu ( ratings ) dapat
dikombinasikan untuk mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.
2) Kesalahan-kesalahan dalam Rating Scale
a) Pengamat membuat generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang
karena bergaul akrab dengan siswa
b) Pengamat tidak berani untuk memberikan penilaian sangat baik atau
sangat kurang dan karena itu menilai suatu item dalam daftar pada
gradasi cukupan (error ofcentral tendency ).
c) Pengamat membiarkan dirinya terpengaruh oleh penilaiannya terhadap
satu dua sikap atau sifat yang dinilai sangat baik atau sangat kurang,
sehingga penilaiannyaterhadap item-item lain cenderung jatuh pula
pada gradasi sangat baik atau sangat kurang ( hallo effect ). Misalnya
bila guru sudah mempunyai kesan negatif terhadap seorang siswa ( A )
yang penampilannya kurang menarik dan kemudian memilih gradasi
kurang pada item-item yang lain.
d) Pengamat tidak menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan
kemudian mengartikannya menurut interprestasi sendiri ( logical error )
e) Pengamat kurang memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari
jawaban terhadap butir yang lain ( carry over effect ).
3) Bentuk-bentuk Rating Scale : Terdapat beberapa bentuk rating scale antara
lain :
a) Skala Numerik/Kwantitatif
b) Skala ini menggunakan angka-angka ( skor-skor ) untuk menunjukan
gradasi-gradasi, disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.
c) Skala Penilaian Grafis.
d) Skala menggunakan suatu garis sebagai kontinum. Gradasi-gradasi
ditunjuk pada garis itu dengan menyajikan deskripsi-deskripsi singkat
di bawah garisnya Pengamat memberikan tanda silang di garis pada
tempat yang sesuai dengan gradasi yang dipilih.
e) Daftar Cek. Skala ini mempunyai item dalam tes hasil belajar, bentuk
obyektif dengan type pilihan berganda ( multiple choice ). Pada masing-
masing sifat atau sikap yang harus dinilai, disajikan empat sampai lima
pilihan dengan deskripsi singkat pada masing-masing pilihan. Pengamat
memberikan tanda cek pada pilihan tertentu di ruang yang disediakan.
4) Contoh :
Kenyamanan ruang tunggu RSU Kartini :
5          4          3          2          1
Kebersihan ruang parkir RSU Kartini :
5          4          3          2          1

14. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah aspek pengumpulan data yang dilakukan


dalam penelitian ilmiah. Hasi instrumen penelitian ini kemudian
dikembangkan atau dianalisa sesuai dengan metode penelitian yang akan
diambil. Dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan yang
cukup signifikan, misalnya dalam penelitian kualitatif menggunakan
instrumen penelitian wawacara, sedangkan dalam penelitian kuantitatif
menggunakan instrumen penelitian angket atau kuesioner.
Pengertian instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan
dalam metode pengambilan data oleh peneliti untuk menganalisa hasil
penelitian yang dilakukan pada langkah penelitian selanjutnya. Pada
prinsipnya instrumen penelitian memiliki ketergantungan dengan data-data
yang dibutuhkan oleh karena itulah setiap penelitian memilih instrumen
penelitian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
a. Kuesioner
Alat pengumpulan data yang pertama adalah kuesioner atau angket.
Dalam instrument penelitian kuesioner ini identik dengan penelitian
kuantitatif karena data yang diberikan kepada informan adalah data yang
ada jawaban terbuka dan tertutup. Jenis pertanyaan yang ada dalam
kuesioner adalah jenis pertanyaan yang dibutuhkan dalam laporan
penelitian.
Contoh kuesioner dalam instrument penelitian ini misalnya dalam
kasus penelitian suvai atau sensus yang dilakukan oleh lembaga daerah
dan lembaga-lembaga atau perusahaan swasta yang ingin mendapatkan
data primer.
b. Wawancara
Jenis instrument penelitian yang kedua dalam pengumpulan data
adalah wawancara yang biasanya dilakukan dalam penelitian kualitatif.
Wawancara ini memiliki tingkat kemudahan sendiri dibandingkan
dengan kuesioner karena jika wawancara tidak melakukan penghitungan
secara statistika, meskipun begitu kelemahan yang ada dalam wawancara
membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama dibandingkan dengan
penelitian menggunakan angket.
Contoh penelitian yang menggunakan teknik wawancara misalnya
adalah menyikapi tentang pendidikan yang dipengaruhi oleh perubahan
sosial lantaran seorang siswa atau pelajar melakukan pencatatan dengan
memotret menggunakan henphone. Peroelah data ini dengan wawancara
harus melakukan proses pewawancara dengan siswa dan juga gurunya.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan
objek penelitian dengan saksama. Selain itu, kegiatan observasi bertujuan
mencatat setiap keadaan yang relevan dengan tujuan penelitian.
1) Kelebihan dan Kekurangan Teknik Observasi
Kelebihan yang di daoatkan dari metode observasi, antara lain
adalah sebagai berikut.
a) Dapat melihat langsung kegiatan sehari-hari informan.
b)Cocok untuk orang yang tidak memiliki tingkat kesibukan tinggi
karena tidak harus terpaku pada waktu dan tempat tertentu.
c) Dapat mencatat secara bersamaan adanya kejadian tertentu.
Adapun untuk kekurangan yang terdapat dalam metode
pengamatan atau observasi, antara lain adalah sebagai berikut.
a) Dapat menimbulkan perilaku atau sikap yang berbeda dengan perilaku
sehari-hari karena merasa diamati.
b) Ada berbagai hal yang tidak terduga sehingga mengganggu proses
pengamatan.
c) Ada kejadian atau keadaan informan yang sulit diamati karena bersifat
terlalu pribadi dan rahasia.
2) Teknik Observasi
Untuk teknik yang ada dalam observasi dalam instrument
penelitian pada dasarnya dapatlah dibedakan menjadi dua macam,
antara lain adalah sebagai berikut;
a) Observasi Partisipasi (Participant Observation)
Observasi partisipasi dilakukan dengan cara peneliti hadirdi
tengah-tengah informan dan melakukan berbagai kegiatan bersama
sambil mencatat informasi yang dibutuhkan. Kehadiran peneliti dapat
diketahui oleh siapa pun sehingga observasi mi bersifat terbuka.
b) Observasi Nonpartisipasi (Nonparticipant Observation)
Observasi nonpartisipasi dilakukan tanpa kehadiran peneliti,
bahkan mungkin responden tidak menyadani proses pengamatan
tensebut. Observasi dilakukan dan jarak jauh atau antara peneliti dan
infonman yang berbeda tempat.
d. Dokumentasi
Cara lain untuk dapat memperoleh data dan responden dan
informan adalah menggunakan dokumentasi. Dengan dokumentasi,
peneliti memperoleh infonmasi dan berbagai macam sumber. Informasi
tersebut antara lain tempat tinggal, alamat, dan latar belakang pendidikan.
1) Kelebihan dan Kekurangan Dokumentasi
Kelebihan yang terdapat dalam instrument penelitian
menggunakan metode dokumentasi, antara lain adalah sebagai
benikut;
a) Memberikan gambaran benbagai informasi tentang informan pada
waktu lampau (yang direkam atau di dokumentasikan).
b) Menyajikan informasi mengenai hubungan informasi pada masa
lampau dengan kondisi sekarang.
c) Merekam berbagai jenis data tentang informan atau responden
seperti identitas responden, identitas orang tua responden, keadaan
dan latar belakang keluarga responden, Iingkungan sosial, data
psikis, prestasi belajar, data pendidikan dan data kesehatan jasmani.
Adapun kekurangan yang terdapat dalam instrument penelitian
dengan metode dokumentasi ini, antara lain adalah sebagai berikut;
a) Memerlukan validitas dokumentasi untuk mengetahui keabsahan
dokumentas.
b) Dokumentasi terkadang tidak lengkap sehingga dapat menyesatkan
peneliti.
2) Sumber Dokumen
Sumber dokumen yang ada di dalam pengembilan dalam
instrument penelitian, pada umumnya dibedakan menjadi empat sebagai
berikut.
a) Dokumen resmi, berupa dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh
suatu lembaga secara resmi, misalnya rapor, nilai akhir semester, dan
arsip sejarah.
b)Dokumen tidak resmi, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber
tidak resmi tetapi memberikan informasi penting terkait suatu
kejadian.
c) Dokumen primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber ash atau
orang yang menjadi informan dan penehitan. Dokumen mi
mempunyai nilai keaslian dan bobot lebih valid daripada dokumen
lain.
d)Dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh selain dan sumber
ash, bisa orang lain atau berbagai media seperti surat kabar, laporan
penehitian, makalah, dan publikasi lainnya. Dokumen mi tidak
memihiki nilai dan bobot keaslian sevahid dokumen primer.

e. Tes
Tes sebagai instrumen penelitian, khususnya dalam pengumpulan
data penelitian merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur keterampihan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, dan bakat.
1) Macam-Macam Instrument Penelitian Tes
Penjelasan mengenai tes ini, setidaknya terbagi menjadi lima
bentuk, antara lainnya adalah sebagai berikut;
a) Tes kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang.
b) Tes bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahul
bakat seseorang.
c) Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang dalam bidang tertentu, misalnya akademik.
d) Tes inteliegensi, yaitu tes yang digunakan untuk membuat penaksiran
tingkat intelektuah seseorang.
e) Tes sikap, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kecenderungan
sikap seseorang.
Langkah yanga dipergunakan dalam penyusunan instrumen penelitian
sebenarnya bisa dikatakan susuah dan gambang. Akan tetapi dalam kepastiannya
penyusunan instrumen penelitian yang utamanya adalah mengkaji secara teoritik
tantng subtansi penelitian yang akan dikur.
Menurut Iskandar (2008) yang diperlukan dalam penyusunan instrumen penelitian
antara lain adalah sebagai berikut;
1) Memberikan pengulasan mengenai variabel penelitian yang diambil
2) Memberikan penjelasan mengenai variabel kepada sub dimensi dalam
penelitian.
3) Mendapatkan indikator dari setiap sub dimensi yang dijelaskan.
4) Melakukan deskripsi terhadap kisi instrument dalam penelitian
5) Melakukan perumusan pertanyaan atau pernyataan
6) Membuat dan merancang petunjuk pengisian terhadap alat instrumen
penelitian, baik kuesionar, wawancara penelitian, dan lain sebaginya.
15. Validitas dan Realibilitas
a. Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam


mengukur apa yang ingin dukur. Dalam pengujian instrumen pengumpulan data,
validitas bisa dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Validitas
faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara
faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini
dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu
faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran
validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total
item.

Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap


item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara
skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor
berarti pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total faktor (penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil
perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk
mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item
layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang
akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf
signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan
terhadap skor total. Atau jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien
korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0,30.
Menurut Azwar (1999) semua item yang mencapai koefisien korelasi
minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan
bahwa bila jumlah item belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas
kriteria 0,30 menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas kriteria di bawah 0,20 sangat
tidak disarankan. Untuk pembahasan ini dilakukan uji signifikansi koefisien
korelasi dengan kriteria menggunakan r kritis pada taraf signifikansi 0,05
(signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
penelitian)
Pada program SPSS teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti
untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk
Momen Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation. Masing-masing teknik
perhitungan korelasi akan dibahas sebagai berikut:

a) Bivariate Pearson (Korelasi Produk Momen Pearson)


Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor
item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan
item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total
menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam
mengungkap apa yang ingin diungkap.
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05.
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
- Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid).
- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung negatif,
maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Contoh Kasus:
            Seorang mahasiswa bernama Andi melakukan penelitian dengan
menggunakan skala untuk mengetahui atau mengungkap prestasi belajar
seseorang. Andi membuat 10 butir pertanyaan dengan menggunakan skala Likert,
yaitu angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak setuju, 3 = Setuju dan 4 = Sangat
Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12 responden didapatlah tabulasi data-
data sebagai berikut:

                           Tabel 1. Tabulasi Data (Data Fiktif)


Skor Item Skor
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 33
2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 32
3 2 2 1 3 2 2 3 1 2 3 21
4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 34
5 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 34
6 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 35
7 2 3 3 4 4 4 3 4 3 2 32
8 1 2 2 1 2 2 1 3 4 3 21
9 4 2 3 3 4 2 1 1 4 4 28
10 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 35
11 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 36
12 3 2 1 2 3 1 1 2 3 3 21

Langkah-langkah dengan program SPSS


- Masuk program SPSS
- Klik variable view pada SPSS data editor
- Pada kolom Name ketik item1 sampai item10, kemudian terakhir
ketikkan skortot (skor total didapat dari penjumlahan item1 sampai
item10)
- Pada kolom Decimals angka ganti menjadi 0 untuk seluruh item
- Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
- Buka data view pada SPSS data editor
- Ketikkan data sesuai dengan variabelnya, untuk skortot ketikkan total
skornya.
- Klik Analyze - Correlate - Bivariate
- Klik semua variabel dan masukkan ke kotak variables
- Klik OK. Hasil output yang diperoleh dapat diringkas sebagai berikut:
                        Tabel. Hasil Analisis  Bivariate Pearson
Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total.
Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada
signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 12, maka didapat r tabel
sebesar 0,576 (lihat pada lampiran tabel r).
Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk item 1, 9 dan 10
nilai kurang dari 0,576. Karena koefisien korelasi pada item 1, 9 dan 10 nilainya
kurang dari 0,576 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak
berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak valid) sehingga harus
dikeluarkan atau diperbaiki. Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari
0,576 dan dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
b. Reabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Hal ini menunjukan sejauh mana hasul pengukuran itu tetap konsisten
bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat ukur yang sama.
Alat ukur RELIABEL jika menghasilkan hasil yang sama meskipun
dilakukan pengukuran berkali-kali.
Kuesioner RELIABEL jika jawaban kuesioner konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu.
Ex: mengukur tinggi seseorang menggunakan meteran kayu,
walaupun dilakukan pengukuran berkali-kali maka hasil yang didapatkan
akan tetap sama. Berbeda jika alat ukurnya menggunakan plastik.
Bagitupula dengan kuesioner sebagai alat ukur harus mempunyai
reliabilitas yang tinggi.
Perhitungan reliabilitas HANYA dapat dilakukan jika kuesionernya
VALID
Metode yng digunakan untuk mengukur reliabilitas kuesioner adalah
METODE CRONBACH’S ALPHA.
Kuesioner RELIABEL jika nilai CRONBACH’S ALPHA > r tabel.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Korelasi (r)

0,80-1,000 Sangat Tinggi

0,60-0,799 Tinggi

0,40-0,599 Cukup Tinggi

0,20-0,399 Rendah

<0,20 Sangat Rendah

Langkah-langkah uji reliabilitas dengan SPSS


1) Distribusikan skor tiap pertanyaan
2) Masukan ke SPSS
3) Pilih: analyze à scale à reliability analysis
4) Pada reliability analysis, masukan “no1, no2 sampai no10” ke
dalam kolom items.
5) Setelah semua nama masuk ke kolom items, klik menu statistik.
Pada menu statistik centang scale dan scale if item deleted.
6) Hasil output

Nilai cronbach alpha = 0,954 yang artinya > r tabel (0,632)


dengan taraf signifikan 5%.

Sehingga, kuesioner di atas RELIABEL, dengan kata lain data


angket tsb DAPAT DIPERCAYA.

16. Hipotesis Penelitian


1) Pengertian Hipotesis
Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah
hipotesa) dapat diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani hypo yang berarti di bawah
dan thesis  yang berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.
Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang
kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan kebenaran dari
pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan
kebenarannya.
Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti
dapat dengan sengaja menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan
atau penelitian. Jika sebuah hipotesis telah teruji kebenarannya, maka
hipotesis akan disebut teori.
Dalam penelitian ada dua jenis hipotesis yang seringkali harus
dibuat oleh peneliti, yakni hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Pengujian hipotesis penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis
tersebut betul-betul terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa
yang ada dalam hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis penelitian
terbukti, begitu pun sebaliknya. Sementara itu, pengujian hipotesis statistik
berarti menguji apakah hipotesis penelitian yang telah terbukti atau tidak
terbukti berdasarkan data sampel tersebut dapat diberlakukan pada
populasi atau tidak.
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara,
patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan
dalam penelitian tersebut.
Hipotesis adalah penjelasan sementara yang diajukan tentang
hubungan antara dua atau lebih fenomena terukur/variabel untuk
pembuktian secara empirik.
Setelah melalui pembuktian dengan penelitian yang dilakukan,
maka hipotesis yang dibuat tentu saja dapat terbukti benar atau salah,
dapat diterima atau ditolak. Jika diterima atau terbukti benar, maka
hipotesis tersebut menjadi tesis.1, 9
2) Kegunaan Hipotesis
Hipotesis berguna untuk :6
b) Menuntun arah penelitian : hubungan dua fenomena atau lebih dari dua
c) Identifikasi variabel yang digunakan: Misalnya untuk meneliti status
gizi dengan mengukur berat badan yang dibandingkan dengan usia
menggunakan KMS.
d) Menentukan disain penelitian: analitik vs deskriptif; Potong lintang vs
eksperimental
e) Petunjuk jenis analisis statistik yang digunakan : satu arah atau dua arah
3) Macam Hipotesis
Terdapat tiga macam hipotesis dalam penelitian, yakni hipotesis
deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Masing-masing
dari hipotesis ini dapat digunakan sesuai dengan bentuk variabel penelitian
yang digunakan. Apakah penelitian menggunakan variabel tunggal/
mandiri atau kah variabel jamak? Jika yang digunakan adalah variabel
jamak, apa yang ingin diketahui oleh peneliti dalam rumusan masalah?

a) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau
jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berhubungan
dengan variabel tunggal/mandiri.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah bakso di restoran Bakso
Idola Malang mengandung boraks atau tidak.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut:
Apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks?

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel


tunggal yakni bakso di restoran Bakso Idola Malang, maka hipotesis
yang digunakan adalah hipotesis deskriptif. Ada dua pilihan hipotesis
yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia
gunakan, yakni:

Ho : Bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks


Atau
H1 : Bakso di restoran Bakso Idola Malang tidak mengandung boraks
b) Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau


jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan
perbandingan (komparasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara
pendukung club sepakbola Manchester United jika dibandingkan dengan
sikap loyal pendukung club sepakbola Chelsea. Apakah pendukung
memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah berbeda.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut:
Apakah pendukung club sepakbola Manchester United dan Chelsea
memiliki tingkat loyalitas yang sama?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel
jamak. Variabel pertama adalah loyalitas club sepakbola Manchester
United, sedangkan variabel kedua adalah loyalitas club sepakbola Chelsea.
Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal perbandingan antara
dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis komparatif.
Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan
dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang
sama dengan pendukung club Chelsea
Atau
H1: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang
tidak sama (berbeda) dengan pendukung club Chelsea

c) Hipotesis Asosisatif

Hipotesis asosiatif dapat didefinisikan sebagai dugaan/jawaban


sementara terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan hubungan
(asosiasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah sinetron berjudul “Anak
Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut:
Apakah sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-
laki dalam mengendarai motor?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel
jamak. Variabel pertama adalah sinetron berjudul “Anak Jalanan”,
sedangkan variabel kedua adalah gaya remaja laki-laki dalam mengendarai
motor. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal hubungan antara
dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif.
Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan
dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki
dalam mengendarai motor.
Atau
H1: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” tidak memengaruhi gaya remaja
laki-laki dalam mengendarai motor.
17. Teknik Analisis Data
a. Statistik Deskriptif

Analisa statistik deskriptif adalah statistik yang dipergunakan


untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan atau juga
menggambarkan data yang sudah terkumpul tanpa ada maksud mebuat
kesimpulan yang berlakuk untuk umum.

Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk


deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan hubungan,
membuat ramalan, atau penarikan kesimpulan.

Teknik analisa statisik yang bersifat deskriptif ini biasanya


digunakan dalam penelitian yang bersifat eksplorasi seperti
menganalisa tentang minat konsumen terhadap sebuah produk.
Secara umum, teknik analisa data statistik yang sering digunakan
di antaranya adalah :

1) Menyajikan data dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi dan


tabulasi. Dengan teknik analisa ini akan diketemukan
kecenderungan hasil dari penelitian.
2) Menyajikan data dalam bentuk visual seperti diagram batang
,diagram lingkaran atau diagram lambang.
3) Memperhitungkan ukuran tendensi sentral.
4) Memperhitungkan ukuran letak.

b. Statistik Inferensial
Statistik inferensial fokus pada analisis data sampel untuk bisa
menyimpulkan populasi.
Alur dari penggunaan statistik inferensial adalah pengambilan
sampel, pemilihan analisis, dan pengambilan keputusan untuk
keseluruhan populasi.
Statistik inferensial digunakan banyak orang karena mampu
menghasilkan estimasi yang akurat dengan biaya yang relatif terjangkau.
Tenaga yang digunakan juga tidak sebesar penggunaan statistik deskriptif
sehingga jauh lebih efisien.

1) Manfaat statistik inferensial


Statistik inferensial memiliki manfaat yang berbeda bila
dibandingkan dengan statistik deskriptif.
a) Alat untuk menduga populasi
Tujuan utama dari penggunaan statistik inferensial adalah
untuk menduga nilai populasi. Dengan adanya penggunaan metode
ini, tentu kita mengharapkan hasil pengukuran yang akurat dan tepat
dan mampu menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

b) Metode analisis yang sangat terstruktur


Statistik inferensial memiiki formula yang sangat rapi dan
terstruktur. Metode yang digunakan teruji secara matematis dan bisa
dikatakan sebagai estimator yang tidak bias

2) Prosedur penggunaan statistik inferensial


a) Tentukan data populasi yang ingin kita teliti
b) Tentukan jumlah sampel yang representatif terhadap populasi
tersebut
c) Pilih analisis yang cocok dengan tujuan dan jenis data yang kita
miliki
d) Buat kesimpulan atas hasil analisis tersebut
Bila statistik deskriptif bersifat memaparkan data maka di dalam
teknik analisa data inferensial sudah melakukan usaha untuk menari
kesimpulan dan menentukan keputusan yang berlandaskan analisa yang
telah dilakukan.

Pada umumnya, analisa statistik inferensial menggunakan sampel


tertentu dari populasi yang jumlah banyak.

Berdasarkan dari hasil analisa terhadap sampel tersebut di


generalisasikan terhadap keseluruhan populasi.

Oleh sebab itu, jenis analisa statistik inferensial ini juga bisa
disebut dengan statistik induktif.

Berdasarkan dari jenis analisisnya statistik inferensial dapat dibagi


menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

1) Analisa Korelasional

Analisa korelasional adalah analisa statistik yang berupaya mencari


pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih.
Didalam analisa korelasional ini, variabel dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :

a) Variabel bebas (Independent Variable) : variabel yang tidak


dipengaruhi oleh variabel lainnya.
b)Variabel terikat ( Dependent Variable) : variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lainnya.

Banyak teknik analisa data yang dapat digunakan dalam analisa


korelasional ini seperti statistik parametrik atau non parametrik.

Penggunaaan teknik analisa tersebut tergantung pada jenis skala


datanya yang terdiri dari :

a) Nominal : data kualitatif yang tidak memiliki jenjang.


b) Ordinal : data yang memiliki jenjang.
c) Interval : data kuantitatif atau data yang berbentuk angka atau dapat
di angkakan.

2) Analisa Komparasi

Analisa komparasi adalah teknik analisa data statistik yang memiliki


tujuan untuk membandingkan antara kondis dua kelompok atau lebih.

Teknik analisa yang digunakan cukup banyak tergantung dengan


jenis skala data dan juga banyaknya kelompok.

c. Statistik Parametrik
Statistik Parametrik, yaitu ilmu statistik yang mempertimbangkan
jenis sebaran atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara
normal atau tidak. Dengan kata lain, data yang akan dianalisis
menggunakan statistik parametrik harus memenuhi asumsi normalitas.
Pada umumnya, jika data tidak menyebar normal, maka data seharusnya
dikerjakan dengan metode statistik non-parametrik, atau setidak-tidaknya
dilakukan transformasi terlebih dahulu agar data mengikuti sebaran
normal, sehingga bisa dikerjakan dengan statistik parametrik. 
Pengujian data melalui statistik parametrik disyarati dengan
adanya sejumlah anggapan-anggapan yang kuat yang mendasari
penggunaanya. Manakala anggapan-anggapan itu terpenuhi, pengujian-
pengujian parametrik inilah yang paling besar kemungkinannya untuk
menolak H0 ketika H0 salah. Artinya, kalau data penelitian dianalisis
secara tepat dengan pengujian parametrik, pengujian tersebut akan lebih
kuat dari pengujian mana pun dalam hal penolakan terhadap H0 jika
H0 salah. Oleh karenanya dalam penggunaan pengujian statistik
parametrik perlu dipenuhi beberapa unsur-unsur dari model pengujian
dengan statistik parametrik, diantaranya :
1) Objek pengamatan harus saling independen. Artinya pemilihan
sembarang kasus dari populasi untuk dimasukan dalam sampel tidak
boleh menimbulkan bias pada kemungkinan-kemungkinan bahwa
kasus yang lain akan termasuk juga dalam sampel tersebut dan juga
skor yang diberikan pada suatu kasus tidak boleh mempengaruhi
skor yang diberikan kepada kasus lainnya.
2) Objek pengamatan harus ditarik dari populasi yang berdistribusi
normal.
3) Populasi-populasi di mana objek pengamatan ditarik harus memiliki
varians yang sama.
4) Variabel-variabel yang terlibat harus setidaknya dalam skala
interval, sehingga memungkinkan digunakannya penanganan secara
ilmu hitung terhadap skor-skornya (menambah, membagi,
menemukan rata-rata, dst)
5) Rata-rata populasi normal dan bervarians sama itu harus juga
merupakan kombinasi linier dari efek-efek yang ditimbulkan.
Artinya, efek-efek itu harus bersifat penjumlahan. (khusus dalam
analisis varians atau uji F)
Kalau kita cukup mempunyai alasan untuk percaya bahwa persyaratan
tersebut terpenuhi oleh data yang sedang dianalisis, tentu kita akan memilih suatu
tes statistik parametrik, untuk menganalisis data. Pemilihan ini adalah paling baik,
sebab tes parametrik akan merupakan tes paling kuat untuk menolak H0 manakala
H0 memang harus ditolak.
Contoh penggunaan statistik parametrik seperti pada uji t dan F, yang
aplikasinya banyak diterapkan semisal pada analisi regresi, path analisis,
rancangan percobaan, analisis faktor (CFA), struktural equation modeling (SEM),
dll.
1) Keunggulan dan kelemahan statistik parametrik : 
a) Keunggulan :
- Syarat syarat parameter dari suatu populasi yang menjadi sampel
biasanya tidak diuji dan dianggap memenuhi syarat, pengukuran
terhadap data dilakukan dengan kuat.
- Observasi bebas satu sama lain dan ditarik dari populasi yang
berdistribusi normal serta memiliki varian yang homogen.
b) Kelemahan :
-  Populasi harus memiliki varian yang sama.
-  Variabel-variabel yang diteliti harus dapat diukur setidaknya dalam
skala interval.
-  Dalam analisis varian ditambahkan persyaratan rata-rata dari populasi
harus normal dan bervarian sama, dan harus merupakan kombinasi
linear dari efek-efek yang ditimbulkan.
2) Ciri-ciri statistik parametrik:
a) Data dengan skala interval dan rasio
b) Data menyebar/berdistribusi normal

d. Statistik Non-Parametrik
Statistik Non-Parametrik adalah test yang modelnya tidak
menetapkan syarat-syaratnya yang mengenai parameter-parameter
populasi yang merupakan induk  sampel penelitiannya. Oleh karena itu
observasi-observasi independent dan variabel yang diteliti pada dasarnya
memiliki kontinuitas. Uji metode non parametrik atau bebas sebaran
adalah prosedur pengujian hipotesa yang tidak mengasumsikan
pengetahuan apapun mengenai sebaran populasi yang mendasarinya
kecuali selama itu kontinu.
Pendeknya: Statistik Non-Parametrik adalah yaitu statistik bebas
sebaran (tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik
normal atau tidak). Selain itu, statistik non-parametrik biasanya
menggunakan skala pengukuran sosial, yakni nominal dan ordinal yang
umumnya tidak berdistribusi normal. 
Tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak
menetapkan syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi yang
merupakan induk sampel penelitiannya. Tes non parametrik tidak
menuntut pengukuran sekuat yang dituntut tes statistik parametrik.
Sebagian besar tes non parametrik dapat diterapkan untuk data dalam skala
ukur ordinal dan beberapa yang lain dapat diterapkan untuk data dalam
skala ukur nominal.
Meskipun semua anggapan tes parametrik mengenai populasi dan
syarat-syarat mengenai kekuatan pengukuran dipenuhi (5 poin syarat
parametrik), kita ketahui bahwa dengan memperbesar ukuran
sampel dengan banyak elemen yang sesuai dapat menggunakan suatu tes
non parametrik sebagai ganti tes parametrik dengan masih
mempertahankan kekuatan yang sama untuk menolak H0.
1) Ciri-ciri statistik non-parametrik :
a) Data tidak berdistribusi normal 
b) Umumnya data berskala nominal dan ordinal
c) Umumnya dilakukan pada penelitian sosial
d) Umumnya jumlah sampel kecil 
2) Keunggulan dan kelemahan statistik non-parametrik :  
a) Keunggulan :
- Tidak membutuhkan asumsi normalitas.
- Secara umum metode statistik non-parametrik lebih mudah
dikerjakan dan lebih mudah dimengerti jika dibandingkan
dengan statistik parametrik  karena ststistika non-parametrik
tidak membutuhkan perhitungan matematik yang rumit seperti
halnya statistik parametrik.
- Statistik non-parametrik dapat digantikan data numerik
(nominal) dengan jenjang (ordinal).
- Kadang-kadang pada statistik non-parametrik tidak dibutuhkan
urutan atau jenjang secara formal karena sering dijumpai hasil
pengamatan yang dinyatakan dalam data kualitatif.
- Pengujian hipotesis pada statistik non-parametrik dilakukan
secara langsung pada pengamatan yang nyata.
- Walaupun pada statistik non-parametrik tidak terikat pada
distribusi normal populasi, tetapi dapat digunakan pada populasi
berdistribusi normal.
- Pernyataan kemungkinan yang diperoleh dari sebagian besar tes
statistik non parametrik adalah kemungkinan-kemungkinan yang
eksak, tidak peduli bagaimana bentuk distribusi populasi yang
merupakan induk sampel-sampel yang kita tarik.
- Jika sampelnya sekecil N = 6, hanya tes statistik non parametrik
yang dapat digunakan kecuali kalau sifat distribusi populasinya
diketahui secara pasti.
- Terdapat tes statistik non parametrik untuk menggarap sampel-
sampel yang terdiri dari observasi-observasi dari beberapa
populasi yang berlainan. Tidak ada satupun di antara tes
parametrik dapat digunakan untuk data semacam itu tanpa
menuntut kita untuk membuat anggapan-anggapan yang nampak
tidak realistis.
- Tes statistik non parametrik dapat untuk menggarap data yang
pada dasarnya merupakan ranking dan juga untuk data yang
skor-skor keangkaanya secara sepintas kelihatan memiliki
kekuatan ranking. Jika data pada dasarnya berupa ranking atau
bahkan data itu hanya bisa diikategorikan sebagai plus (+) atau
minus (-), data tersebut dapat digarap dengan menggunakan
statistik non parametrik.
- Metode statistik non parametrik dapat digunakan untuk
menggarap data yang hanya merupakan klasifikasi semata,
yakni yang diukur dalam skala nominal.
b) Kelemahan :
- Statistik non-parametrik terkadang mengabaikan beberapa
informasi tertentu.
- Hasil pengujian hipotesis dengan statistik non-parametrik tidak
setajam statistik parametrik.
- Hasil statistik non-parametrik tidak dapat diekstrapolasikan ke
populasi studi seperti pada statistik parametrik. Hal ini
dikarenakan statistik non-parametrik mendekati eksperimen
dengan sampel kecil dan umumnya membandingkan dua
kelompok tertentu. (Khairul Amal)
- Jika data telah memenuhi semua anggapan model statistik
parametrik, dan jika pengukurannya mempunyai kekuatan
seperti yang dituntut, maka penggunaan tes statistik non
parametrik akan merupakan penghamburan data. Misal : kita
ingat bahwa bila suatu tes statistik non parametrik memiliki
kekuatan efisiensi besar, katakanlah 90%, ini berarti bahwa
kalau semua syarat tes statistik parametrik dipenuhi, maka tes
statistik parametrik yang sesuai akan efektif dengan sampel
yang 10% lebih kecil daripada yang digunakan dalam tes
statistik non parametrik.
- Belum ada satupun metode statistik non parametrik untuk
menguji interaksi-interaksi dalam model analisis varian
(ANOVA), kecuali kita berani membuat anggapan-anggapan
khusus tentang aditivitas.
Contoh metode statistik non-parametrik (selengkapnya dapat
dilihat disini) :
1) Uji tanda (sign test)
2) Rank sum test (wilcoxon)
3) Rank correlation test (spearman)
4) Fisher probability exact test.
5) Chi-square test, dll
18. Penyajian Data
a. Pengertian Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan


laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan
dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan.Data yang disajikan harus
sederhanaan jelas agar mudau dibaca.Penyajian data juga dimaksudkan
agar para pengamatd dapat dengan  mudah memahami apa yang kita ajikan
untuk selanjutnya dilakukan penilaian atau perbandingan dan lain lain.
b. Jenis Jenis Cara Penyajian Data
1) Penyajian Data Dalam Bentuk  Tulisan (Textular Presentation)
Penyajian dalan bentuk tulisan sebenarnya merupakan gambaram
umum tentang kesimpulan hasil pengamatan.Dalam bidang
kedokteran,penyajian dalm bentuk tulisan hanya digunakan untuk
memberikan informasi.
Penyajian dalam bentuk tulisan banyak digunakan dalam bidang
sosial,ekonomi,pssikologi dan lain laindan berperan sebagai laporan hasil
penelitian kualitatif.Misalnya,untuk mengetahui persepsi masyarakat
tentang suatu produk yang telah dipasarkan atau penerimaan,pendapat
serta kepercayaan masyarakat terhadap suatu program pemerintah atau
program pelayanan pada manyarakat atau keberadaan petugas kesehatan
yang terdapat didaerah.
2) Penyajian Data Dalam Bentuk Tabel (Table Persentation)
  Penyajian dalam bentuk tabel merupakan penyajian data dalam
bentuk angka yang disusun secara teratur dalam bentuk kolom dan
baris.Penyajian dalam bentuk tebel banyak digunakan pada penuilsan
laporan hasil penelitian dengan maksud agar orang mudah memperoleh
gambaran rinci tentang hasil penelitian yang telah dilakukan.Suatu tabel
yang lengkap terdiri dari :
a) Nomor tabel
Bila tabel yang disajikan lebih dari satu makna hendaknya
diberi nomor agar mudah untuk mencari kembali bila
dibutukan.Nomor tebel biasanya ditempatkan diatas sebelah kiri
sejajar denga judul tabel.
b) Judul Tabel
Setiap tabel yang disajikan harus diberikn judul karena dari
judul tabel orang dapat mengetahui tentang apa yang disajikan.
c) Catatan Pendahuluan
Catatan pendahuluan biasanya diletakkan dibawah judul dan
berfungsi sebagai keterangan tambahan tentang tahun pembuatan tabel
atau jumlah pengamatam yang dilakukan.
d) Badan Tabel
Badan atbel terdiri dari judul kolom,judul baris,judul
kompartemen dan sel.
e) Catatan kaki
Catatan kaki dimaksudkan untuk memberi keterangan terhadap
singkatan atau ukuran yang digunakan.Bisanya dengan member tanda
yang sesuai dengan tanda yang terdapat dikanan atas singkatan yang
digunakan.Tanda yang biasanya dapat berupa  *x dan lain lain.Catatan
kaki diletakkan dibawah kiri tabel.
f) Sumber Data
Sumber data diletakan dibagian kiri bawah(dibawah catatan
kaki),sumber ini mempunyai arti penting bila data yang sajikan berupa
data sekunder.
c. Bentuk Data yang Disajikan
Penyajian data dilakukan untuk menyusun atau mengatur data. Data
yang disajikan dapat berbentuk skor, persentase atau indeks. Bentuk data
sangat tergantung pada bentuk mana yang memberikan manfaat maksimal
kepada pembaca dalam memahami data.
1) Skor
Data berbentuk skor merupakan data asli hasil pengukuran. Data
ini langsung diambil berdasarkan hasil pengukuran variabel tertentu atau
responden. Pengukuran dilakukan dengan mengubah respons yang
diberikan oleh responden atas instrumen menggunakan aturan skoring.
2) Persentase
Data dapat disajikan dalam bentuk persentase. Skor diubah
menjadi persentase dengan cara membagi suatu skor dengan totalnya dan
mengalikan 100.  Misalnya:
Siswa yang tidak lulus ujian adlah 15 orang dari 50 orang peserta
ujian. Data siswa yang tidak lulus adalah (15/50) x 100 = 30 %.
Data bentuk persentase biasanya dipilih bila ingin mengetahui
posisi data diantara total keseluruhan.
3) Indeks
Data yang disajikan juga dapat diubah ke dalam bentuk indeks.
Seperti juga penyajian data menggunakan persentase, pengubahan ke
dalam angka indeks juga dapat dimaksudkan untuk mengetahui nilai suatu
skor di antara keseluruhan data. Bedanya, presentase disajikan dalam
bentuk persen, sedang angka indeks disajikan dalam bentuk angka
desimal. Misalnya:
Terdapat sebanyak 15 orang siswa yang tidak lulus dalam sebuah
tes yanng diikuti oleh 20 orang, maka angka ketidaklulusan adalah 15/20 =
0,75.
d. Macam-Macam Teknik Penyajian Data
Setiap peneliti harus dapat menyajikan data telah diperoleh, baik yang
diperoleh melalui observasi, wawancara, kuesioner (angket) maupun
dokumentasi. Prinsip dasar penyajian data adalah komunikatif dan lengkap, dalam
arti data yang disajikan dapat menarik pihak lain untuk membacanya dan mudah
memahami isinya. Penyajian data yang komunikatif dapat dilakukan dengan:
penyajian data dibuat berwarna, dan bila data yang disajikan cukup banyak maka
perlu bervariasi penyajiannya.
Teknik penyajian data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu membuat
tabel atau daftar dan grafik atau diagram.
1) Tabel
Tabel merupakan kumpulan angka-angka yang disusun menurut kategori-
kategori (misalnya: jumlah pegawai menurut pendidikan dan masa kerja) sehingga
memudahkan dalam pembuatan analisis data.
Penyajian data dalam bentuk tabel bertujuan untuk memberikan informasi dan
gambaran mengenai jumlah secara terperinci sehingga memudahkan pengolah
data dalam menganalisis data tersebut.
- Macam – macam penyajian data dalam bentuk tabel antara lain:
a) Tabel Baris Kolom
Sebagaimana namanya, tabel ini memuat keterangan yang terdiri
dari baris dan kolom yang mempunyai ciri tidak terdiri dari faktor-faktor
yang terdiri dari beberapa kategori dan bukan merupakan data kuantitatif
yang dibuat menjadi beberapa kelompok. 
b) Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel distribusi frekuensi adalah tabel yang menyusun distribusi
datanya dalam frekuensi.
c) Tabel Kontingensi ( Tabel Faktorial )
Tabel kontingensi merupakan bagian dari tabel baris kolom, akan
tetapi tabel ini mempunyai ciri khusus, yaitu untuk menyajikan data yang
terdiri atas dua faktor (variabel) atau lebih dalam satu perpaduan baris
dan kolom.
2) Grafik
Selain dapat disajikan ke dalam bentuk tabel sebagaimana
dikemukakan di atas, data-data kuantitatif (numerik) yang terkumpul  juga
dapat disajikan ke dalam bentuk grafik. Penyajian data dalam bentuk
grafik adalah menggambarkan data secara visual dalam sebuah
gambar. Sehingga penyajian data dalam bentuk ini lebih mudah untuk
dibaca dan lebih menarik.
Pembuatan grafik pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari
pembuatan tabel distribusi frekuensi karena pembuatan grafik itu haruslah
didasarkan pada tabel distribusi frekuensi. Oleh karena itu pembuatan
grafik selalu diawali dengan pembuatan tabel distribusi frekuensi.
Penggambaran data dalam sebuah grafik dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis grafik, tergantung jenis datanya. Bila data
yang hendak disajikan berupa data nominal, maka penyajian data
menggunakan grafik batang, gambar, garis, atau lingkaran. Sedangkan jika
data bersifat kontinum maka penyajian data biasanya menggunakan grafik
histogram, poligon, atau kurva.
a) Data nominal
Data nominal merupakan data yang bersifat kategorik. Data yang
satu dengan yang lain dapat dipisah-pisahkan secara tegas.
- Grafik Batang
Grafik batang merupakan grafik yang menggambarkan data
menggunakan batang. Batang menunjukkan data dan ketinggiannya
menunjukkan frekuensinya
- Grafik Gambar (Pictogram)
Grafik gambar adalah grafik yang disajikan dalam bentuk
gambar. Hal ini dilakukan supaya gambar yang disajikan lebih
komunikatif. Di dalam bidang koordinat XY dinyatakan dalam
gambar – gambar dengan ciri khusus untuk suatu karakteristik.
-   Grafik Garis
Grafik garis adalah grafik yang menyajikan data dalam sebuah
garis, biasanya dibuat untuk menunjukkan perkembangan suatu
keadaan dari waktu ke waktu. Perkembangan tersebut bias naik bias
turun. Hal ini akan Nampak secara visual melalui garis dalam grafik.
-   Grafik  Lingkaran
Cara lain untuk menyajikan data hasil penelitian adalah
dengan grafik lingkaran. Diagram lingkaran digunakan untuk
membandingkan data dari berbagai kelompok.
b) Data kontinum
Berbeda dengan data nominal, data kontinum tidak dapat
dipisahkan satu sama lain secara eksklusif. Data kontinum
bersambungan dalam sebuah skala yang bersifat kontinum.
- Grafik Histogram merupakan grafik batang yang disusun secara
teratur dan berimpitan satu dengan yang lainnya tanpa ruang antara.
- Grafik Poligon
Poligon merupakan grafik distribusi dari distribusi frekuensi
bergolong suatu variable. Tampilan poligon berupa garis-garis patah
yang menghubungkan nilai tengah dari setiap interval kelas. Poligon
juga disebut grafik untuk menggambarkan data dengan
menghubungkan titik – titik tengah batang histogram sehingga sering
disebut dengan frekuensi histogram.
- Grafik Kurva
Kurva merupakan perataan atau penghalusan dari garis-garis
poligon. Gambar poligon sering tidak rata karena adanya perbedaan
frekuensi data skor dan data skor itu sendiri mencerminkan fluktuasi
sampel. Pembuatan kurve dilakukan dengan meratakan garis gambar
poligon yang tidak rata dan terlihat tidak beraturan sehingga menjadi
rata.

Anda mungkin juga menyukai