Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana penelitian itu
dilakukan atau data-data serta informasi apa yang ingin dicapai dari penelitian
itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret, yang
dapat diamati dan dapat di ukur. Jadi bukan kalimat tanya. Penelitian pada
umumnya bertujuan untuk menemukan ilmu yang baru, mengembangkan
pengetahuan yang sudah ada dan yang terakhir untuk menguji pengetahuan yang
ada.
Pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk menemukan suatu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan bagi manusia dan lingkungannya. Menurut
beberapa ahli, ada tiga tujuan penelitian praktis, yaitu:
1. Tujuan Eksploratif
Dalam hal ini, penelitian dengan tujuan eksploratif adalah untuk
menemukan pengetahuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Misalnya, penelitian tentang manfaat ekstrak kayu manis untuk masalah
diabetes dalam tubuh manusia.
2. Tujuan Verifikatif
Penelitian dengan tujuan verifikatif adalah untuk membuktikan
atau menguji kembali kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang telah ada
sebelumnya. Misalnya, membuktikan manfaat ekstrak belimbing wuluh
sebagai anti bakteri.
3. Tujuan Pengembangan
Penelitian dengan tujuan pengembangan adalah untuk menggali
lebih dalam atau mengembangkan suatu penelitian atau pengetahuan yang
telah ada. Misalnya, penelitian mengenai manfaat ekstrak kulit manggis
untuk masalah diabetes yang sudah ada sebelumnya.
Secara umum tujuan sebuah penelitian adalah untuk mencari atau
menemukan kebenaran atau pengetahuan yang benar. Dalam uraian yang lebih
rinci, Satjipoto Rahardjo menjabarkan pandangan Selltiz tentang tujuan penelitian
dengan mengemukakan bahwa suatu penelitian memiliki tujuan-tujuan sebagai
berikut :
mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga dapat
merumuskan masalah secara tepat ;
memperoleh pengatahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala,
sehingga dapat merumuskan hipotesa ;
untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari suatu
keadaan, perilaku individu dan perilaku kelompok ;
mendapatkan keterangan tentang frekwensi suatu peristiwa ;
memperoleh data mengenai hubungan antara satu gejala dengan gejala
lain;
menguji hipotesa yang berisikan hubungan sebab akibat (untuk sebuah
penelitian yang didasarkan pada sebuah hipotesa).[11]
Kelima tujuan ini sesuai dengan ucapan August Comte, bahwa ilmu
sesungguhnya mempunyai tugas praktis, karena katanya “savoir pour prevoir,
prevoir pour prevenir” (dengan mengetahui kita dapat meramalkan, dank arena
kita dapat meramalkan kita dapat mencegah bahaya).[12] Berdasarkan pandangan
ini Sunaryati Hartono berpandangan bahwa sebuah penelitian tidak berhenti pada
perumusan teori saja, akan tetapi harus mengembangkan prediksi berdasarkan
teori yang sudah dirumuskan
- Penelitian Eksplorasi.
Definisi yang paling mudah untuk penelitian eksplorasi ialah jenis
penelitian yang dilakukan untuk mengenalkan suatu gagasan atau topik
baru kepada masyarakat luas, menjelaskan gambaran umum secara
sederhana tentang gagasan yang akan dibahas dan pekembangan teori
yang bersifat tentatif. Contoh: penilitian tentang kurikulum yang
paling efektif untuk diterapkan di Indonesia.
- Penelitian Pengembangan.
Jenis penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan teori yang
sudah ada. Contoh: Penenelitian tentang tingkat keefektifan dari sistem
reward dan punishment dalam sebuah perusahaan.
- Penelitian Verifikasi.
Penelitian yang dilakukan untuk menguji keakuratan teori yang sudah
ada, baik dalam bentuk dasar, prosedur, konsep ataupun prinsip dari
teori it sendiri. Contoh: Penelitian tentang keterkaitan kecerdasan
intelektual terhadap gaya kepemimpinan.
b. Jenis Penelitian Berdasarkan Pendekatan
- Penelitian Kuantitatif.
Jenis penelitian yang bertujuan untuk menolak atau mendukung sebuah
teori. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan deret ukur
matematis hingga menemukan kesimpulan tertentu. Contoh: Penelitian
tentang fenomena alam.
- Penelitian Kualitatif.
Penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung objek
yang diteliti baik berupa orang atau sebuah peristiwa. Contoh:
Penelitian tentang cara belajar siswa berprestasi di tingkat SMA.
- Penelitian Perkembangan.
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perubahan atau
perkembangan objek yang sedang diteliti. Contoh: Penelitian tentang
kemajuan seorang atlet dalam bidang olahraga tertentu.
c. Penelitian berdasarkan tingkat
- Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel (independen) atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau
penghubung dengan variabel yang lain. Suatu penelitian yang berusaha
menjawab pertanyaan seperti penelitian dengan tema bagaimana
profil presiden di Indonesia, seberapa
besar keuntungan BUMN dan BUMD tahun ini.
Penelitian deskriptif memiliki beberapa ciri sebagaimana
disampaikan oleh Ronny Kountur:
a. pertama, Hal yang berhubungan dengan kondisi saat itu.
b. kedua, Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel
namun diuraikan satu persatu.
c. ketiga, Tidak dilakukan manipulasi terhadap variabel yang
diteliti serta tidak pula diberikan perlakuan.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah penggambaran kondisi
yang terjadi dari sebuah kelompok secara akurat, kondisi mekanisme
proses dan korelasinya, penafsiran lain dari hasil sebuah penelitian
dalam bentuk verbal atau numerikal, penyajian data utama atau
mendasar mengenai sebuah hubungan peristiwa, penciptaan
kategorisasi tertentu, subjek klasifikasi dalam penelitian, tahapan dan
proses dalam sebuah perangkat sistem atau mekanisme, dan
penyimpanan informasi yang sifatnya kontradiktif terkait subjek pada
proses penelitian.
Umumnya pada proses penelitian deskriptif dilakukan dengan
tujuan yaitu penggambaran sistematis atas fakta dan ciri khas dari
objek yang akan dilakukan penelitian secara tepat. Dalam
perkembangannya sekarang, metode penelitian deskriptif banyak
digunakan untuk proses pengamatan empiris dan juga untuk
mendapatkan variasi dari permasalahan deskriptif yang berkorelasi
dengan bidang pendidikan ataupun perilaku manusia. Penelitian
deskriptif yang baik adalah proses penelitian yang dilakukan secara
sadar sama seperti proses penelitian kuantitatif lainnya.
- Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan. Nilai variabelnya adalah sama terhadap nilai
penelitian yang digunakan pada variabel mandiri namun untuk sampel
yang lebih dari satu, atau dalam waktu penelitian berbeda. Tujuannya
tidak lain adalah untuk menentukan mana yang lebih baik dari variabel
yang dibandingkan tersebut.
Contoh dari penelitian komparatif adalah penelitian dalam hal
mengetahui perbandingan, apakah berbedaan keuntungan antara
BUMN dengan perusahaan swasta atau contoh lain seperti
perbandingan kemampuan membaca siswa laki-laki terhadap siswa
perempuan ditingkat sekolah dasar.
- Penelitian Asosiatif atau Penelitian Hubungan
Penelitian asosiatif atau penelitian hubungan adalah suatu pendekatan
studi mengenai hubungan dari dua variabel atau lebih. Dimana dari
hasil studi tersebut diharapkan dapat dibangun sebuah landasan
pemahaman yang dapat memberikan penjelasan, peramalan, dan
pengendalian atau kontrol terhadap suatu fenomena. Pada penelitian
asosiatif terdapat dua variabel minimal yang akan diteliti
keterhubungannya.
Bentuk keterhubungan antar variabel ada tiga, yaitu: simetris,
kausal, dan interaktif atau resoprocal.
Hubungan simetris, adalah bentuk hubungan yang terjadi
karena kemunculan kejadian yang terjadi secara bersamaan, contoh
rumah yang kedatangan tamu pada saat didalam rumah tersebut
dimasuki kupu-kupu. Dimana mitos masyarakat menyatakan kalau ada
kupu-kupu yang masuk rumah berarti akan ada tamu yang datang,
padahal yang menyebabkan datangnya tamu bukanlah kupu-kupu yang
ada didalam rumah tersebut.
Hubungan kausal, merpakan hubungan antara sebab dan akibat, jika
kondisi X maka kondisi Y. Contoh, bila kualitas pelayanan publik oleh
pemerintah kepada masyarakat baik, maka tidak akan terjadi
demonstrasi. Jadi yang menyebabkan masyarakat tidak melakukan
demonstrasi adalah karena pelayanan kepada masyarakat baik.
Hubungan interaktif atau resiprocal, adalah bentuk hubungan
yang saling memengaruhi satu sama lain. Seperti membuat iklan untuk
membuat konsumen membeli barang, jika barang yang dibeli
konsumen meningkat, maka biaya iklanpun juga akan naik.
Penelitian Dasar
Sebuah penelitian yang bertujuan meningkatkan pemahaman dengan
prinsip dan hukum ilmiah yang dilakukan dengan cara mengembangkan
konsep, prinsip, dalil dari teori yang sudah ada. Penelitian ini bukanlah
untuk menemukan masalah atau solusi dari suatu peristiwa. Melainkan
hanya penemuan sebuah dasar yang nantinya dapat dikembangkan lebih
lanjut.
Penelitian Terapan
Tindak lanjut dari penelitian dasar. Inilah penelitian menindaklanjuti,
mengembangkan dan menerapkan suatu data atau teori yang dihasilkan
dari penelitian dasar.
Penelitian Tindakan.
Penelitian tindakan adalah penerapan dari teori yang sudah ada ke dalam
praktik nyata yang bertujuan memperoleh suatu dampak dari sebuah
peristiwa.
Penelitian Penilaian.
Jenis penelitian yang bertujuan untuk memberi nilai tentang perubahan,
perkembangan atau perbaikan suatu teori dalam tempo waktu tertentu.
Penelitian Evaluasi.
Penelitian yang dilakukan untuk mengukur sebuah teori atau data dengan
cara membandingkan dengan target dan pencapaian.
Penelitian Komparatif.
Penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan perbedaan dan persamaan dua atau lebih teori atau fakta
dan sifat objek yang di teliti berdasarkan aspek atau komponen tertentu.
Penelitian Korelasional.
Penelitian korelasional bertujuan untuk mengkaji sebuah hipotesis
mengenai hubungan antarvariabel atau untuk menguji keterkaitan
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian Studi Kasus.
Sebuah metode penelitian yang dikhususkan untuk mengkaji seatu
peristiwa yang terjadi di dalam konteks kehidupan nyata. Penelitian ini
dilakukan ketika batasan-batasan antara peristiwa dan konteksnya belum
jelas dengan memakai beragam sumber data.
Penelitian dan Pengembangan.
Sebuah rangkaian proses yang dilakukan dalam rangka mengembangkan
atau menyempurnakan teori/produk baik yang sudah ada ataupun yang
sama sekali baru agar lebih bermanfaat.
3. Karakteristik penelitian
o Menguji teori.
o Kuesioner.
o Kuantitatif.
o Besar
o Representatif
o Deduktif
4. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajari
sehingga didapatkan informasi mengenai hal tersebut dan ditariklah
sebuah kesimpulan.
Variabel merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
penelitian, karena sangat tidak memungkinkan bagi seorang peneliti
melakukan penelitian tanpa variabel.
Variabel penelitian ini sangat ditentukan oleh landasan teoritis dan
kejelasannya yang ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu,
jika landasan teori dalam suatu penelitian berbeda, maka akan berbeda
pula hasil variabelnya.
Kemudian variabel-variabel yang hendak digunakan perlu
penetapan, klasifikasi dan identifikasi. Luas dan sempitnya variabel
penelitian juga dapat menentukan jumlah variabel yang akan digunakan.
Terdapat perbedaan variabel antara ilmu ekstrak dan ilmu sosial.
Pada ilmu ekstrak variabel yang dipakai biasanya mudah diketahui karena
bisa dilihat dan divisualisasikan.
Sedangkan variabel dalam ilmu sosial itu bersifat abstrak sehingga
susah dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial lahir dari suatu
konsep yang perlu dijelaskan dan diubah bentuknya sehingga bisa diukur
dan dipergunakan secara operasional.
Menurut sifatnya, variabel ini dapat dibedakan menjadi 5 yaitu:
Sifat variabel, hubungan antar variabel, urgensi pembukaan instrumen, dan
tipe skala pengukuran. Berikut penjelasannya.
a. Hubungan antar Variabel
b. Sifat Variabel
Berdasarkan sifatnya, variabel penelitian bisa dikelompokan menjadi
dua, yaitu variabel statis dan variabel dinamis.
- Variabel Statis
Variabel statis adalah variabel yang memiliki sifat yang tetap, tidak
bisa diubah keberadaan maupun karakteristiknya. Dalam kondisi yang
normal dan wajar sifat-sifat tersebut sukar untuk diubah, misalnya seperti
jenis kelamin, jenis status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, tempat tinggal
dan sebagainya. Variabel statis ini juga ada yang menyebutnya dengan
variabel atributif (Sudjarwo dan Basrowi, 2009:198). Sifat yang ada
padanya adalah tetap, untuk itu penelitian hanya mampu untuk memilih
atau menyeleksi. Oleh sebab itu variabel ini juga dikenal juga dengan
nama variabel selektif. Menurut Suharsimi (2006:124), selain
menggunakan istilah variabel statis, juga menggunakan istilah variabel
tidak berdaya untuk masud yang sama, dikarenakan peneliti tidak mampu
mengubah ataupun mengusulkan untuk merubah variabel ini.
- Variabel Dinamis
Variabel dinamis adalah suatu variabel yang bisa diubah
keberadaannya ataupun karakteristiknya. Variabel ini memungkinkan
untuk dilakukan manipulasi maupun diubah sesuai dengan ktujuan yang
dikehendaki oleh peneliti. Pengubahan tersebut bisa berupa peningkatan
ataupun penurunan. Contohnya seperti berikut; motivasi belajar, kinerja
pegawai,prestasi belajar, dan sebagainya. Selain memakai istilah variabel
dinamis, untuk maksud yang sama Suharsimi (2006:124), memakai istilah
variabel berubah. Sedangkan Sudjarwo dan Basrowi (2009:197) memakai
istilah variabel aktif, untuk menyebut variabel dinamis ini.
c. Urgensi Faktual
Bedasarkan penting atau tidaknya sebuah instrumen dalam
mengumpulkan data, maka dapat dibedakan menjadi 2 yaitu variabel
konseptual dan faktual, berikut penjelasannya:
Bedasarkan penting atau tidaknya sebuah instrumen dalam
mengumpulkan data, maka dapat dibedakan menjadi 2 yaitu variabel
konseptual dan faktual, berikut penjelasannya:
- Variabel Konseptual
Dinamakan variabel konseptual karena variabel ini tidak terlihat
secara fakta dan tersembunyi dalam suatu konsep. Variabel konsep hanya
bisa diketahui berdasarkan indikator yang tampak.
Contoh variabel konsep adalah, motivasi belajar, minat, konsep
diri, bakat, kinerja, dan lain-lain. Karena tersembunyi di dalam konsep,
maka keakuratan data yang terdapat pada variabel konsep tergantung
keakuratan indikator dari beberapa konsep yang sudah dikembangkan oleh
peneliti.
- Variabel Faktual
Berbeda dengan yang di atas, variabel ini merupakan variabel yang
ada di dalam faktanya. Contoh yang dapat kamu lihat dalam variabel ini
adalah, gen, usia, asal daerah/sekolah, agama, pendidikan, dan lain-lain.
Karena sifatnya yang faktual, maka apabila terjadi kesalahan dalam
pengumpulan data itu bukanlah kesalahan instrumen akan tetapi
respondennya, misal si responden tidak jujur atau terdapat sifat-sifat buruk
pada responden itu sendiri.
- Variabel Nominal
Variabel nominal adalah, variabel yang hanya bisa dikelompokkan
terpisah secara kategori dan diskrit. Variabel nominal bisa disebut juga
dengan variabel diskrit. Dilihat dari namanya nominal atau nomi
mempunyai arti nama, hal ini menunjukkan bahwa tanda atau label hanya
digunakan untuk membedakan antar variabel.
Contoh dari variabel ini yaitu: Gender, agama, wilayah, dan lain-
lain. Variabel nominal juga merupakan variabel yang memiliki variasi
paling sedikit.
- Variabel Ordinal
Variabel ordinal yaitu variabel yang memiliki variasi perbedaan,
tingkatan, urutan, namun tidak memiliki kesamaan jarak perbedaan dan
tidak bisa dibandingkan. Pada urutan ini tergambar adanya gradasi atau
sebuah tingkatan, namun itu semua tidak bisa diketahui secara pasti.
Contohnya yaitu peringkat dalam kejujuran, di mana selisih yang
menggambarkan jarak pencapaian skor/pretasi juara 1, 2, 3, dan seterusnya
tidak dipermasalahkan.
- Variabel Interval
Berbeda lagi dengan variabel-variabel di atas, skala variabel jenis
ini dapat dibedakan, bertingkat dan memiliki jarak yang sama dari satuan
hasil pengukuran, namun kesamaan tersebut sifatnya tidak bisa
dibandingkan dan tidak mutlak.’
Contoh interval, penerimaan raport dari hasil belajar diberikan
angka 4, 5, 6 , 7, 8, 9, 10 dan seterusnya. Skala penilaian dari angka 1 – 10
memiliki satuan 1 per unit. Jarak angka 4 ke 5 sama saja dengan jarak 5 ke
6…. dan seterusnya.
Namun angka tersebut tidak memiliki arti perbandingan, dalam
artian bahwa angka 4 yang didapatkan oleh seorang siswa itu tidak berarti
bahwa kepintaran siswa setengah lebih baik dari siswa yang mendapat
angka 8.
- Variabel Rasio
Variabel rasio merupakan variabel yang mempunyai skor yang
bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai kesamaan jarak perbedaan, dan
bisa diperbandingkan. Dengan demikian variaebl yang mempunyai
skala rasio merupakan variabel yang mempunyai tingkat tertinggi
dalam penskalaan pengukuran variabel, karena bisa menunjukkan
perbedan, tingkat, jarak, dan dapat diperbandingkan. Contohnya
variabel berat badan, seorang berat badannya 30 kg adalah setengah
dari orang yang bertnya 60 kg.
Variabel rasio adalah variabel yang memiliki skor dan bisa
dibedakan, diurutkan, adanya persamaan jarak perbedaan, dan dapat
dibandingkan.
Contohnya, tinggi badan, seseorang yang tinggi badannya 50
cm adalah setengah dari orang yang tinggi badannya 100 cm.
- Variabel Maksimalis
Variabel maksimalis adalah, variabel yang ketika proses
pengumpulan data, ada dorongan terhadap responden agar menunjukkan
penampilan maksimal. Contohnya, kreativitas, bakat, pretasi dll.
- Variabel Tipikalis
Variabel tipikalis adalah variabel yang ketika peroses
pengumpulan data tidak ada dorongan terhadap responden dalam
menunjukkan penampilan secara maksimal, namun lebih kepada jujur diri
terhadap variabel yang diukur.
Contohnya yaitu: Minat, kepribadian, sikap terhadap pelajaran
tertentu dll.
5. Paradigma penelitian
Paradigma kata berasal dari kata Yunani “paradeigma” yang berarti
pola. Kata ini pertama kali digunakan dalam penelitian oleh “Kuhn” pada
tahun 1962 untuk menggambarkan kerangka kerja konseptual yang
diterima oleh komunitas peneliti atau ilmuwan dan yang memberi mereka
pedoman mendalam untuk melakukan penelitian.
Sejak saat itu perdebatan antara para ilmuwan mengenai paradigma
terbaik untuk melakukan penelitian selalu ada. Sampai tahun 1980-an para
ilmuwan percaya bahwa paradigma penelitian kuantitatif adalah satu-
satunya paradigma atau pendekatan penelitian yang harus digunakan
dalam penelitian ilmu pengetahuan murni dan ilmu sosial.
a. Jenis Paradigma Penelitian
1) Paradigma Positivis
Sebagian besar penelitian ilmiah atau kuantitatif menggunakan
positivisme sebagai kerangka kerja konseptual untuk penelitian. Penelitian
kuantitatif selalu mengikuti pendekatan positivis karena kaum positivis
meyakini pengujian hipotesis empiris. Dalam ilmu murni, positivisme
lebih disukai karena sifatnya yang empiris untuk mempelajari fakta.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian ini mengikuti model
probabilistik yang ditentukan oleh penelitian sebelumnya. Positivis
percaya bahwa temuan dari satu penelitian dapat digeneralisasikan ke
penelitian lain dari jenis yang sama terlepas dari itu dilakukan dalam
lingkungan dan situasi yang berbeda. Ini berlaku untuk variabel ilmiah
seperti volume, kecepatan, kepadatan, kekuatan, dan berat.
Sebagai contoh, jika sebuah penelitian ilmiah membuktikan
hipotesis bahwa jika lapisan tertentu diaplikasikan pada kain katun halus
akan kehilangan sebagian kekuatan alami, hasil ini dapat digeneralisasikan
ke kain serupa lainnya yang mendapatkan hasil setelah selesai yang sama.
Ketika berbicara tentang ilmu sosial dan perilaku, peneliti
kuantitatif percaya bahwa setiap perilaku manusia dapat dipelajari dan
diprediksi secara kuantitatif dan mereka percaya bahwa perilaku dapat
dijelaskan dengan menggunakan pendekatan ilmiah untuk penelitian.
Saat menggunakan paradigma positivis dalam ilmu sosial, peneliti
mengendalikan semua faktor lain yang dapat merusak penelitiannya
dengan memiliki dampaknya. Untuk mencapai lingkungan yang
terkendali, peneliti harus melakukan penelitian di lingkungan laboratorium
seperti eksperimen ilmiah, meskipun perilaku manusia sulit dipelajari
dalam lingkungan yang terkendali, ini menyulitkan peneliti ilmu sosial
untuk menggunakan paradigma positivis dalam studi tentang perilaku
manusia.
Sebagai contoh, jika seorang peneliti berhipotesis bahwa remaja
yang putus sekolah juga terlibat dalam kegiatan kriminal, ia harus
mempelajari siswa yang drop out di lingkungan alami daripada di
laboratorium. Karena perilaku manusia tidak dapat dipelajari dalam
pengaturan lab, sulit untuk menggeneralisasi perilaku manusia ke
sekelompok orang yang luas dan beragam terlepas dari apakah mereka
memiliki beberapa kesamaan.
2) Paradigma Penafsir
Sebagian besar penelitian kualitatif dalam ilmu sosial
menggunakan pendekatan interpretivisme untuk penelitian. Penafsir
percaya bahwa perilaku manusia adalah berlapis-lapis dan tidak dapat
ditentukan oleh model probabilistik yang telah ditentukan.
Itu tergantung pada situasi dan ditentukan oleh faktor lingkungan
selain gen. Perilaku manusia tidak seperti variabel ilmiah yang mudah
dikendalikan. Perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
sebagian besar bersifat subyektif. Oleh karena itu interpretivistic percaya
dalam mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari
daripada di lingkungan yang terkendali.
b. Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Ada pernyataan dari Egon G. Guba yang cukup menarik untuk
ditanggapi di sini, yaitu bahwa “A paradigm may be viewed as set of basic
beliefs (or metaphisies) that deals with ultimetes or principles[7].
Keyakinan itu, menurut Guba, merepresentasikan pandangan dunia tentang
hakikat sesuatu, serta merupakan dasar di dalam nurani dimana ia diterima
dengan penuh kepercayaan. Sesuatu yang diyakini kebenarannya tanpa
didahului penelitian sistematis, dalam filsafat ilmu, disebut dengan aksioma
atau asumsi dasar. Keyakinan (beliefs), aksioma atau asumsi dasar tersebut
menempati posisi penting dalam menentukan skema konseptual penelitian,
ia merupakan dasar permulaan yang melandasi semua proses dan kegiatan
penelitian.
Berkait dengan proposisi di atas, penelitian kuantitatif dan kualitatif
memiliki perbedaan paradigma yang amat mendasar. Penelitian kuantitatif
dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-
1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma
fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).
1) Paradigma kuantitatif:
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian
yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah
satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari
realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan
teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian
dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan
Idealisme).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya
pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan
(science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada
pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk
kemudian diolah oleh nalar (reason)
Dalam metode kuantitatif, dianut suatu paradigma bahwa
dalam setiap event/peristiwa sosial mengandung elemen-elemen
tertentu yang berbeda-beda dan dapat berubah. Elemen-elemen
dimaksud disebut dengan variabel. Variabel dari setiap even/case, baik
yang melekat padanya maupun yang
mempengaruhi/dipengaruhinya, cukup banyak, karena itu tidak
mungkin menangkap seluruh variabel itu secara keseluruhan. Atas
dasar itu, dalam penelitian kuantitatif ditekankan agar obyek
penelitian diarahkan pada variabel-variabel tertentu saja yang dinilai
paling relevan. Jadi, di sini paradigma kuantitatif cenderung pada
pendekatan partikularistis..
1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam
pengumpulan dan analisa data, termasuk dalam penarikan
sampel.
2. Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis,
yaitu suatu cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau
sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan
subyektif dari individu di dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi,
sehingga dalam pendekatannya menggunakan pengaturan-
pengaturan secara ketat (obstrusive) dan berusaha
mengendalikan stuasi (controlled).
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti,
sehingga peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar” dari
obyek penelitiannya.
5. Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk
mendapatkan kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel
yang ditetapkan.
6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan
pengumpulan data lebih dipercayakan pada intrumen
(termasuk pengumpul data lapangan).
7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas
dan biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard fact).
8. Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun
selalu ditekankan pada pembuatan generalisasi.
9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa
variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.
8. Populas
a. Pengertian Populsi
Menurut Kamus Pelajar terbitan Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2003, populasi adalah jumlah orang atau
penduduk dalam suatu daerah; jumlah penghuni baik manusia maupun
makhluk hidup lainnya pada suatu tempat atau ruang tertentu. Populasi
menurut Gay (1987:102) merupakan kelompok tertentu dari sesuatu
(orang, benda, peristiwa, dan sebagainya) yang dipilih oleh peneliti yang
hasil studinya atau penelitiannya dapat digeneralisasikan terhadap
kelompok tersebut. Suatu populasi sedikitnya mempunyai satu
karakteristik yang membedakannya dengan kelompok yang lain.
Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi atau studi populasi atau sensus. Subyek penelitian adalah tempat
variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian. Sementara
itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua anggota
kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama
dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari
hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo dalam Mardalis
(2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang
memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti.
udjana : Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Ismiyanto : Populasi ialah keseluruhan subjek atau totalitas subjeek
penelitian yang bisa berupa orang, benda atau suatu hal yang didalamnya
bisa diperoleh dan atau bisa memberikan informasi (data) penelitian.
Arikunto : Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Jika
seseorang ingin meneliti seluruh elemen yang terdapat dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Sugiyono : Mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
b. Sifat Populasi
Margono (2012:119) mengemukakan bahwa suatu populasi bagi
suatu penelitian harus dibedakan kedalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama. Misalnya, seorang dokter yang akan
melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes
darah saja. Dakter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan
sebotol darah hasilnya akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yaitu populasi yang unsur-
unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu
ditetapkan batas-batasnya.
c. Jenis-jenis Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) jika dilihat dari segi jumlah populasi
dapat dibedakan antara lain:
- Jumlah terhingga, yang terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu,
contohnya:
1) Semua orang yang terdaftar dalam Angkatan Laut pada hari tertentu,
2) Semua televisi dari tipe yang sama yang diproduksi oleh suatu pabrik
dalam satu tahun tertentu, dan
3) Semua mahasiswa yang terdaftar mengambil matakuliah tertentu.
- Jumlah tak hingga, terdiri dari elemen yang sulit dicari jumlahnya,
seperti jumlah penonton sebuah stasiun tv, semua jenis senjata yang
diperbolehkan oleh undang-undang, dan sebagainya.
9. Sampel
Sampel adalah jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus benar-benar representatif (mewakili). Sugiyono (2001: 56),
a. Ukuran Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan
maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk
penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil
yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah
sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian
survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.
Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama
dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi
1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang
tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil secara
sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 10000 orang makin besar
jumlah sampel mendekati populai, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang
dikehendaki. Tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki
sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel
yang diperlukan dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka
akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai
sumber data.
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan
maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk
penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil
yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah
sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian
survey jumlah sampel minimum adalah 100. Roscoe (1975) yang dikutip
Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan
ukuran sampel :
1) Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
2) Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior,
dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepat
3) Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam
penelitian
4) Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin
dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran
tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam
hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat
kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka
makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah
semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka
semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin
kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar
peluang kesalahan generalisasi.
b. Jenis Sample
1) Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. teknik sampling ini meliputi :
a) Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu.
b) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional.
c) Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
d) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik daerah digunakan untuk menentukan jumlah sampel
bila obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas, misal
penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.
2) Nonprobability Sampling
a) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberikan nomor
urut.
b) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan.
c) Sampling Insidential
Sampling insidential adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidential bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data.
d) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
e) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel jika semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
f) Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju
yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
c. Kriteria
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Penentuan criteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian
yang bias.
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,
2003: 96).
Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota
pupulasi menjadi sampel yang memenuhi kriteria teoritis penelitian,
yaitu kriteria yang secara teori sesuai dan terkait dengan topik dan
kondisi penelitian. Sementara itu pengertian kriteria eksklusi adalah
kriteria yang dapat digunakan untuk mengeluarkan anggota sampel
yang telah didapatkan melalui proses kriteria inklusi dari objek
penelitian disebabkan adanya kriteria-kriteria tertentu yang bersifat
teknis pada anggota sampel tersebut yang dapat menghambat jalannya
penelitian.
2) Kriteria Eksklusi
Definisi kriteria eksklusi adalah mengeluarkan atau menghilangkan
beberapa subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian
dikarenakan kriteria dan sebab-sebab tertentu (Nursalam : 2003).
Kriteria eksklusi yaitu kriteria di luar kriteria inklusi (Hajijah,
2012). Kriteria eksklusi adalah kriteria yang apabila dijumpai
menyebabkan objek tidak dapat digunakan dalam penelitian.
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
= derajat kepercayaan
p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif
q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif
d = limit dari error atau presisi absolut
Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2
1- /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang
diketahui kadang-kadang diubah menjadi:
a. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran paling sederhana atau
tingkatannya paling rendah di dalam suatu penelitian.
Skala interval ini bisa dikatakan berada diatas skala ordinal dan
nominal. Besar interval atau jarak satu data dengan data yang lainnya
memiliki bobot nilai yang sama. Besar interval ini bisa saja di tambah atau
dikurang.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari skala interval:
a) Kategori data memiliki sifat saling memisah.
b) Kategori data memiliki aturan yang logis.
c) Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karaaktristik
khusus yang dimilikinya.
d) Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang
sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
e) Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam skala (tidak
memiliki nilai nol absolut).
Contoh Skala Interval
Contoh pertama,
Contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu.
Misalkan suatu ruangan memiliki suhu 0C, ini bukan berarti bahwa
ruangan tersebut tidak ada suhunya.
Angka 0C disini merupakan suhu, hal ini dikarena pada skala
interval 0 (nol) bukanlah nilai yang mutlak.
Contoh kedua,
Jam 00.00 bukan berarti waktunya kosong atau tidak ada nilainya,
karena jam 00.00 sendiri masih menunjukkan waktu dimana jam 00.00
sama dengan jam 12 malam.
d. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil
pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan
bisa dibandingkan.
- Interval Penilaian
Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin ;ya – tidak;benar-
salah; positif – negative; pernah-belum pernah ; setuju – tidak setuju; dan
sebagainya. Penelitian dengan menggunakan skala Guttman apabila ingin
mendapatkan jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan
yang ditanyakan.
Contoh:
a) Yakin atau tidakkah anda, pergantian Menteri cabinet Indonesia Bersatu
akan
dapat mengatasi persoalan bangsa.
1. Yakin
2. Tidak
b) Pernahkah pimpinan saudara mengajak diskusi bersama?
1. Setuju
2. Tidak Setuju
c. Skala Thrustone
Skala Thurstone adalah skala yang disusun agar responden memilih
pernyataan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan
pandangan yang berbeda-beda.perbedaan antara skala Thurstone dan skala
Likert adalah pada skala Thurstone, panjang intervalnya sama memiliki
intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala likert tidak harus sama.
Apabila skala yang kita susun menggunakan model Likert maka data
yang akan kita peroleh berjenis ordinal, namun apabila kita menghendaki jenis
data satu tingkat lebih tinggi atau data interval maka kita dapat menggunakan
skala Thurstone atau sering juga disebut metode equal appearing interval.
Penyusunan skala dengan model ini memang relatif agak rumit dibandingkan
dengan penyusunan skala model Likert. Ada beberapa langkah awal yang
mungkin sama dengan model likert, seperti :
Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
Bertanggung 7 6 5 4 3 2 1 Tidak
Jawab Bertanggung
Jawab
Memberi 7 6 5 4 3 2 1 Mendominasi
Kepercayaan
Menghargai 7 6 5 4 3 2 1 Tidak Menghargai
Bawahan Bawahan
Keputusan 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan
Diambil Bersama Diambil Sendiri
Contoh lain : Penilaian pelajaran kimia
Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam observasi
untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi Rating Scale
adalah alat pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah
laku/sifat yang harus dicatat secra bertingka. Rating Scale merupakan sebuah
daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian Rating Scale
adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi
tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara
bertingkat.
e. Tes
Tes sebagai instrumen penelitian, khususnya dalam pengumpulan
data penelitian merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur keterampihan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, dan bakat.
1) Macam-Macam Instrument Penelitian Tes
Penjelasan mengenai tes ini, setidaknya terbagi menjadi lima
bentuk, antara lainnya adalah sebagai berikut;
a) Tes kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang.
b) Tes bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahul
bakat seseorang.
c) Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang dalam bidang tertentu, misalnya akademik.
d) Tes inteliegensi, yaitu tes yang digunakan untuk membuat penaksiran
tingkat intelektuah seseorang.
e) Tes sikap, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kecenderungan
sikap seseorang.
Langkah yanga dipergunakan dalam penyusunan instrumen penelitian
sebenarnya bisa dikatakan susuah dan gambang. Akan tetapi dalam kepastiannya
penyusunan instrumen penelitian yang utamanya adalah mengkaji secara teoritik
tantng subtansi penelitian yang akan dikur.
Menurut Iskandar (2008) yang diperlukan dalam penyusunan instrumen penelitian
antara lain adalah sebagai berikut;
1) Memberikan pengulasan mengenai variabel penelitian yang diambil
2) Memberikan penjelasan mengenai variabel kepada sub dimensi dalam
penelitian.
3) Mendapatkan indikator dari setiap sub dimensi yang dijelaskan.
4) Melakukan deskripsi terhadap kisi instrument dalam penelitian
5) Melakukan perumusan pertanyaan atau pernyataan
6) Membuat dan merancang petunjuk pengisian terhadap alat instrumen
penelitian, baik kuesionar, wawancara penelitian, dan lain sebaginya.
15. Validitas dan Realibilitas
a. Validitas
Contoh Kasus:
Seorang mahasiswa bernama Andi melakukan penelitian dengan
menggunakan skala untuk mengetahui atau mengungkap prestasi belajar
seseorang. Andi membuat 10 butir pertanyaan dengan menggunakan skala Likert,
yaitu angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak setuju, 3 = Setuju dan 4 = Sangat
Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12 responden didapatlah tabulasi data-
data sebagai berikut:
0,60-0,799 Tinggi
0,20-0,399 Rendah
a) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau
jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berhubungan
dengan variabel tunggal/mandiri.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah bakso di restoran Bakso
Idola Malang mengandung boraks atau tidak.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut:
Apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks?
c) Hipotesis Asosisatif
b. Statistik Inferensial
Statistik inferensial fokus pada analisis data sampel untuk bisa
menyimpulkan populasi.
Alur dari penggunaan statistik inferensial adalah pengambilan
sampel, pemilihan analisis, dan pengambilan keputusan untuk
keseluruhan populasi.
Statistik inferensial digunakan banyak orang karena mampu
menghasilkan estimasi yang akurat dengan biaya yang relatif terjangkau.
Tenaga yang digunakan juga tidak sebesar penggunaan statistik deskriptif
sehingga jauh lebih efisien.
Oleh sebab itu, jenis analisa statistik inferensial ini juga bisa
disebut dengan statistik induktif.
1) Analisa Korelasional
2) Analisa Komparasi
c. Statistik Parametrik
Statistik Parametrik, yaitu ilmu statistik yang mempertimbangkan
jenis sebaran atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara
normal atau tidak. Dengan kata lain, data yang akan dianalisis
menggunakan statistik parametrik harus memenuhi asumsi normalitas.
Pada umumnya, jika data tidak menyebar normal, maka data seharusnya
dikerjakan dengan metode statistik non-parametrik, atau setidak-tidaknya
dilakukan transformasi terlebih dahulu agar data mengikuti sebaran
normal, sehingga bisa dikerjakan dengan statistik parametrik.
Pengujian data melalui statistik parametrik disyarati dengan
adanya sejumlah anggapan-anggapan yang kuat yang mendasari
penggunaanya. Manakala anggapan-anggapan itu terpenuhi, pengujian-
pengujian parametrik inilah yang paling besar kemungkinannya untuk
menolak H0 ketika H0 salah. Artinya, kalau data penelitian dianalisis
secara tepat dengan pengujian parametrik, pengujian tersebut akan lebih
kuat dari pengujian mana pun dalam hal penolakan terhadap H0 jika
H0 salah. Oleh karenanya dalam penggunaan pengujian statistik
parametrik perlu dipenuhi beberapa unsur-unsur dari model pengujian
dengan statistik parametrik, diantaranya :
1) Objek pengamatan harus saling independen. Artinya pemilihan
sembarang kasus dari populasi untuk dimasukan dalam sampel tidak
boleh menimbulkan bias pada kemungkinan-kemungkinan bahwa
kasus yang lain akan termasuk juga dalam sampel tersebut dan juga
skor yang diberikan pada suatu kasus tidak boleh mempengaruhi
skor yang diberikan kepada kasus lainnya.
2) Objek pengamatan harus ditarik dari populasi yang berdistribusi
normal.
3) Populasi-populasi di mana objek pengamatan ditarik harus memiliki
varians yang sama.
4) Variabel-variabel yang terlibat harus setidaknya dalam skala
interval, sehingga memungkinkan digunakannya penanganan secara
ilmu hitung terhadap skor-skornya (menambah, membagi,
menemukan rata-rata, dst)
5) Rata-rata populasi normal dan bervarians sama itu harus juga
merupakan kombinasi linier dari efek-efek yang ditimbulkan.
Artinya, efek-efek itu harus bersifat penjumlahan. (khusus dalam
analisis varians atau uji F)
Kalau kita cukup mempunyai alasan untuk percaya bahwa persyaratan
tersebut terpenuhi oleh data yang sedang dianalisis, tentu kita akan memilih suatu
tes statistik parametrik, untuk menganalisis data. Pemilihan ini adalah paling baik,
sebab tes parametrik akan merupakan tes paling kuat untuk menolak H0 manakala
H0 memang harus ditolak.
Contoh penggunaan statistik parametrik seperti pada uji t dan F, yang
aplikasinya banyak diterapkan semisal pada analisi regresi, path analisis,
rancangan percobaan, analisis faktor (CFA), struktural equation modeling (SEM),
dll.
1) Keunggulan dan kelemahan statistik parametrik :
a) Keunggulan :
- Syarat syarat parameter dari suatu populasi yang menjadi sampel
biasanya tidak diuji dan dianggap memenuhi syarat, pengukuran
terhadap data dilakukan dengan kuat.
- Observasi bebas satu sama lain dan ditarik dari populasi yang
berdistribusi normal serta memiliki varian yang homogen.
b) Kelemahan :
- Populasi harus memiliki varian yang sama.
- Variabel-variabel yang diteliti harus dapat diukur setidaknya dalam
skala interval.
- Dalam analisis varian ditambahkan persyaratan rata-rata dari populasi
harus normal dan bervarian sama, dan harus merupakan kombinasi
linear dari efek-efek yang ditimbulkan.
2) Ciri-ciri statistik parametrik:
a) Data dengan skala interval dan rasio
b) Data menyebar/berdistribusi normal
d. Statistik Non-Parametrik
Statistik Non-Parametrik adalah test yang modelnya tidak
menetapkan syarat-syaratnya yang mengenai parameter-parameter
populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Oleh karena itu
observasi-observasi independent dan variabel yang diteliti pada dasarnya
memiliki kontinuitas. Uji metode non parametrik atau bebas sebaran
adalah prosedur pengujian hipotesa yang tidak mengasumsikan
pengetahuan apapun mengenai sebaran populasi yang mendasarinya
kecuali selama itu kontinu.
Pendeknya: Statistik Non-Parametrik adalah yaitu statistik bebas
sebaran (tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik
normal atau tidak). Selain itu, statistik non-parametrik biasanya
menggunakan skala pengukuran sosial, yakni nominal dan ordinal yang
umumnya tidak berdistribusi normal.
Tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak
menetapkan syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi yang
merupakan induk sampel penelitiannya. Tes non parametrik tidak
menuntut pengukuran sekuat yang dituntut tes statistik parametrik.
Sebagian besar tes non parametrik dapat diterapkan untuk data dalam skala
ukur ordinal dan beberapa yang lain dapat diterapkan untuk data dalam
skala ukur nominal.
Meskipun semua anggapan tes parametrik mengenai populasi dan
syarat-syarat mengenai kekuatan pengukuran dipenuhi (5 poin syarat
parametrik), kita ketahui bahwa dengan memperbesar ukuran
sampel dengan banyak elemen yang sesuai dapat menggunakan suatu tes
non parametrik sebagai ganti tes parametrik dengan masih
mempertahankan kekuatan yang sama untuk menolak H0.
1) Ciri-ciri statistik non-parametrik :
a) Data tidak berdistribusi normal
b) Umumnya data berskala nominal dan ordinal
c) Umumnya dilakukan pada penelitian sosial
d) Umumnya jumlah sampel kecil
2) Keunggulan dan kelemahan statistik non-parametrik :
a) Keunggulan :
- Tidak membutuhkan asumsi normalitas.
- Secara umum metode statistik non-parametrik lebih mudah
dikerjakan dan lebih mudah dimengerti jika dibandingkan
dengan statistik parametrik karena ststistika non-parametrik
tidak membutuhkan perhitungan matematik yang rumit seperti
halnya statistik parametrik.
- Statistik non-parametrik dapat digantikan data numerik
(nominal) dengan jenjang (ordinal).
- Kadang-kadang pada statistik non-parametrik tidak dibutuhkan
urutan atau jenjang secara formal karena sering dijumpai hasil
pengamatan yang dinyatakan dalam data kualitatif.
- Pengujian hipotesis pada statistik non-parametrik dilakukan
secara langsung pada pengamatan yang nyata.
- Walaupun pada statistik non-parametrik tidak terikat pada
distribusi normal populasi, tetapi dapat digunakan pada populasi
berdistribusi normal.
- Pernyataan kemungkinan yang diperoleh dari sebagian besar tes
statistik non parametrik adalah kemungkinan-kemungkinan yang
eksak, tidak peduli bagaimana bentuk distribusi populasi yang
merupakan induk sampel-sampel yang kita tarik.
- Jika sampelnya sekecil N = 6, hanya tes statistik non parametrik
yang dapat digunakan kecuali kalau sifat distribusi populasinya
diketahui secara pasti.
- Terdapat tes statistik non parametrik untuk menggarap sampel-
sampel yang terdiri dari observasi-observasi dari beberapa
populasi yang berlainan. Tidak ada satupun di antara tes
parametrik dapat digunakan untuk data semacam itu tanpa
menuntut kita untuk membuat anggapan-anggapan yang nampak
tidak realistis.
- Tes statistik non parametrik dapat untuk menggarap data yang
pada dasarnya merupakan ranking dan juga untuk data yang
skor-skor keangkaanya secara sepintas kelihatan memiliki
kekuatan ranking. Jika data pada dasarnya berupa ranking atau
bahkan data itu hanya bisa diikategorikan sebagai plus (+) atau
minus (-), data tersebut dapat digarap dengan menggunakan
statistik non parametrik.
- Metode statistik non parametrik dapat digunakan untuk
menggarap data yang hanya merupakan klasifikasi semata,
yakni yang diukur dalam skala nominal.
b) Kelemahan :
- Statistik non-parametrik terkadang mengabaikan beberapa
informasi tertentu.
- Hasil pengujian hipotesis dengan statistik non-parametrik tidak
setajam statistik parametrik.
- Hasil statistik non-parametrik tidak dapat diekstrapolasikan ke
populasi studi seperti pada statistik parametrik. Hal ini
dikarenakan statistik non-parametrik mendekati eksperimen
dengan sampel kecil dan umumnya membandingkan dua
kelompok tertentu. (Khairul Amal)
- Jika data telah memenuhi semua anggapan model statistik
parametrik, dan jika pengukurannya mempunyai kekuatan
seperti yang dituntut, maka penggunaan tes statistik non
parametrik akan merupakan penghamburan data. Misal : kita
ingat bahwa bila suatu tes statistik non parametrik memiliki
kekuatan efisiensi besar, katakanlah 90%, ini berarti bahwa
kalau semua syarat tes statistik parametrik dipenuhi, maka tes
statistik parametrik yang sesuai akan efektif dengan sampel
yang 10% lebih kecil daripada yang digunakan dalam tes
statistik non parametrik.
- Belum ada satupun metode statistik non parametrik untuk
menguji interaksi-interaksi dalam model analisis varian
(ANOVA), kecuali kita berani membuat anggapan-anggapan
khusus tentang aditivitas.
Contoh metode statistik non-parametrik (selengkapnya dapat
dilihat disini) :
1) Uji tanda (sign test)
2) Rank sum test (wilcoxon)
3) Rank correlation test (spearman)
4) Fisher probability exact test.
5) Chi-square test, dll
18. Penyajian Data
a. Pengertian Penyajian Data