Anda di halaman 1dari 149

Nama Pasien : Tn.

Y Diagnosa Medis : Meningitis + Pneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal : Rabu 15 Januari 2020.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 32 x/m, Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas tambahan:
tambahan lain ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)

Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler  Dilakukan suction secara
 Melakukan pengisapan lendir berkala.
(suction).  Pasien terpasang NRM
 Memberikan oksigen. 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi  RR : 32 x/m ,
 Memonitor frekuensi, irama, Takipneu, sesak.
kedalaman dan upaya napas  Pola napas : Irreguler.
 Memonitor pola napas  Sputum (+)
 Memonitor adanya produksi  Terdapat penumpukan
sputum secret.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Ronci.
nafas  SPO2 : 99%.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks
2 Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Monitor pola napas  RR : 32 x/m, Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas tambahan:
lain ronchi
 Sputum (+)
 Monitor sputum.

Terapeutik  Posisi Head up 30°.


 Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau  Dilakukan suction secara
fowler berkala
 Melakukan pengisapan lendir  Pasien terpasang NRM
(suction). 10 liter.
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 32 x/m ,


Observasi Takipneu, sesak
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas tambahan:
kedalaman dan upaya napas ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)
 Terjadi penumpukan
 Memonitor adanya produksi sputum.
sputum  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  SPO2 : 99%.
nafas  Terlampir.
 Melakukan auskultasi bunyi napas
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks
3 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 32 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat penumpukan
 Memonitor adanya sumbatan jalan secret.
nafas.  Terdapat bunyi napas
 Melakukan auskultasi bunyi napas ronchi.
 SPO2 : 99 %
 Memonitor saturasi oksigen  Hasil :
 Memonitor nilai AGD - PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks.
Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:  Memasang oksiometer
 Memonitor efektifitas terapi untuk mengetahui SPO2
oksigen (misalnya oksimetri, pada pasien dan
AGD) jika perlu melakukan pemeriksaan
AGD.
 Memasang oksiometer
 Memonitor kemampuan pada pasien.
melepaskan oksigen saat makan

Terapeutik:  Melakukan suction


 Membersihkan secret pada mulut, secara berkala.
hidung, dan trakea  Posisi Head Up 30°
 Mempertahankan kepatenan jalan
napas  MenggunakanNon-
 Memberikan oksigen tambahan Rebreathing Mask
dengan dosis 10 liter.

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh kondisi
lingkungan panas penggunaan penyakit pasien.
incubator)  T : 39°C
 Monitor suhu tubuh  Dilihat dari hasil lab
 Monitor kadar elektrolit tanggal 15 januari 2020:
- Magnesium : 2.7 mg/dl
- Calcium : 8.9 mg/dl
- Natrium : 134 mmol/I
- Kalium : 3.7 mmol/I
- Chlorida : 34 mmol/I

Terapeutik  Suhu diruangan dingin.


 Sediakan lingkungan yang dingin  Pakaian pasien
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dilonggarkan.
 Dilakukan perbeden
 Ganti linen setiap hari atau lebih setiap pagi.
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)

Regulasi temperatur (I. 14578)


Observasi  T = 39°C
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)  TTV
 Monitor tekanan darah, frekuensi - TD = 142/84 mmhg
pernapasan dan nadi - RR = 32 x/m
- N = 151x/m
 Warna kulit pucat, akral
 Monitor warna dan suhu kulit dingin.
 T = 39°C
 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermi.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan  TD : 142/84 mmhg
TIK N : 151 x/m
 Monitor tanda dan gejala  Pola napas : Irregular
peningkatan TIK (Tekanan darah Penurunan kesadaran.
meningkat, takikardi, pola napas
irreguler, dan kesadaran menurun)
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan  Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang penjenguk.
tenang  Pasien diberikan posisi
 Berikan posisi semi fowler semi fowler.
 Kolaborasi dengan tim
 Cegah terjadinya kejang dokter.

Kolaborasi  Kolaborasi dengan tim


 Kolaborasi pemberian sedasi dan dokter (pasien diberi obat
antikonvulsan fenitoin......)
 Kolaborasi dengan tim
 Kolaborasi pemberian dieuritic dokter (pasien diberi .
osmosis

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 25 x/m, Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas tambahan:
tambahan lain ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler  Dilakukan suction
 Melakukan pengisapan lendir berkala.
(suction).
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang NRM
10 liter.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 25 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas tambahan:
ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat penumpukan
 Memonitor adanya sumbatan jalan secret.
nafas  Bunyi napas Ronci.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  SPO2 : 99%.
 Memonitor saturasi oksigen  Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks
2 Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Monitor pola napas  RR : 25 x/m, Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas tambahan:
lain ronchi
 Sputum (+)
 Monitor sputum.
Terapeutik  Posisi Head up 30°.
 Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau  Dilakukan suction secara
fowler berkala.
 Melakukan pengisapan lendir  Pasien terpasang NRM
(suction). 10 liter.
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  Pasien terpasang NRM


Observasi 10 liter.
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 25 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas tambahan:
ronchi
 Memonitor adanya produksi  Terjadi penumpukan
sputum sputum.
 Bunyi napas Rochi.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  SPO2 : 99%.
nafas  Terlampir.
 Melakukan auskultasi bunyi napas
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks
3 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 25 x/m, Takipneu,
upaya napas Sesak
 Memonitor pola napas  Pola napas : Irreguler
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat penumpukan
 Memonitor adanya sumbatan jalan secret.
nafas.  Terdapat bunyi napas
 Melakukan auskultasi bunyi napas ronchi.
 SPO2 : 99 %
 Memonitor saturasi oksigen  Hasil :
 Memonitor nilai AGD - PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks.
Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:  Memasang oksiometer
 Memonitor efektifitas terapi untuk mengetahui SPO2
oksigen (misalnya oksimetri, pada pasien dan
AGD) jika perlu melakukan pemeriksaan
AGD.
 Memasang oksiometer
 Memonitor tanda-tanda pada pasien.
hipoventilasi
 Melakukan suction
Terapeutik: secara berkala.
 Membersihkan secret pada mulut,  Posisi Head Up 30°
hidung, dan trakea
 Mempertahankan kepatenan jalan  Menggunakan Non-
napas Rebreathing Mask
 Memberikan oksigen tambahan dengan dosis 10 liter.

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh kondisi
lingkungan panas penggunaan penyakit pasien.
incubator)  T : 39°C
 Monitor suhu tubuh  Dilihat dari hasil lab
 Monitor kadar elektrolit tanggal 15 januari 2020:
- Magnesium : 2.7 mg/dl
- Calcium : 8.9 mg/dl
- Natrium : 134 mmol/I
- Kalium : 3.7 mmol/I
- Chlorida : 34 mmol/I
Terapeutik  Suhu diruangan dingin.
 Sediakan lingkungan yang dingin  Pakaian pasien
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dilonggarkan.
 Dilakukan perbeden
 Ganti linen setiap hari atau lebih setiap pagi.
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)

Regulasi tempertaur (I. 14578)


Observasi  T = 39°C
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)  TTV
 Monitor tekanan darah, frekuensi - TD = 137/87 mmhg
pernapasan dan nadi - RR = 25x/m
- N = 123x/m
 Warna kulit pucat, akral
 Monitor warna dan suhu kulit dingin.
 T = 39.2°C
 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermi.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan  TD : 137/87 mmhg
TIK N : 123 x/m
 Monitor tanda dan gejala  Pola napas : Irregular
peningkatan TIK (Tekanan darah Penurunan kesadaran.
meningkat, tekanan nadi melebar,
bradikardi, pola napas irreguler,
dan kesadaran menurun)

Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan  Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang penjenguk.
tenang  Pasien diberikan posisi
 Berikan posisi semi fowler semi fowler.
 Kolaborasi dengan tim
 Cegah terjadinya kejang dokter.
 Pasien diberikan kompres
 Pertahankan suhu tubuh normal hangat, dan di berikan pct
flash 100 ml.

Kolaborasi  Kolaborasi dengan tim


 Kolaborasi pemberian sedasi dan dokter.
antikonvulsan  Kolaborasi dengan tim
 Kolaborasi pemberian dieuritic dokter.
osmosis.
No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon
Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 39 x/m, Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas tambahan:
tambahan lain ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler  Dilakukan suction secara
 Melakukan pengisapan lendir berkala
(suction).  Pasien terpasang NRM
 Memberikan oksigen. 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi  RR : 39 x/m, Takipneu,
 Memonitor frekuensi, irama, sesak.
kedalaman dan upaya napas  Bunyi nafas tambahan:
 Memonitor pola napas ronchi
 Sputum (+)
 Memonitor adanya produksi  Terdapat penumpukan
sputum secret.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Ronci.
nafas  SPO2 : 99%.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks.
2 Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Monitor pola napas  RR : 39 x/m, Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas tambahan:
lain ronchi
 Sputum (+)
 Monitor sputum.
Terapeutik  Posisi Head up 30°.
 Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau  Dilakukan suction secara
fowler berkala
 Melakukan pengisapan lendir  Pasien terpasang NRM
(suction). 10 liter.
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 39 x/m ,


Observasi Takipneu, sesak
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas tambahan:
kedalaman dan upaya napas ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)
 Terjadi penumpukan
 Memonitor adanya produksi sputum.
sputum  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  SPO2 : 99%.
nafas  Terlampir.
 Melakukan auskultasi bunyi napas
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks.
3 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 39 x/m, Takipneu,
upaya napas sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak teratur
(irreguler).
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat penumpukan
 Memonitor adanya sumbatan jalan secret.
nafas.  Terdapat bunyi napas
 Melakukan auskultasi bunyi napas ronchi.
 SPO2 : 99 %
 Memonitor saturasi oksigen  Hasil :
 Memonitor nilai AGD - PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:  Memasang oksiometer
 Memonitor efektifitas terapi untuk mengetahui SPO2
oksigen (misalnya oksimetri, pada pasien dan
AGD) jika perlu melakukan pemeriksaan
AGD.
 Memasang oksiometer
 Memonitor tanda-tanda pada pasien.
hipoventilasi
 Melakukan suction
Terapeutik: secara berkala.
 Membersihkan secret pada mulut,  Posisi Head Up 30°
hidung, dan trakea
 Mempertahankan kepatenan jalan  Menggunakan Non-
napas Rebreathing Mask
 Memberikan oksigen tambahan dengan dosis 10 liter.

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh kondisi
lingkungan panas penggunaan penyakit pasien.
incubator)  T : 37°C
 Monitor suhu tubuh  Dilihat dari hasil lab
 Monitor kadar elektrolit tanggal 15 januari 2020:
- Magnesium : 2.7 mg/dl
- Calcium : 8.9 mg/dl
- Natrium : 134 mmol/I
- Kalium : 3.7 mmol/I
- Chlorida : 34 mmol/I
 Intake : 1800
 Monitor haluaran urine Output : 2600

Terapeutik  Suhu diruangan dingin.


 Sediakan lingkungan yang dingin  Pakaian pasien
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dilonggarkan.
 Pasien diberikan diet
 Berikan cairan oral MC.
 Ganti linen setiap hari atau lebih  Dilakukan perbeden
sering jika mengalami setiap hari.
hiperhidrosis (keringat berlebih)
Regulasi tempertaur (I. 14578)
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)  T = 37°C
 Monitor tekanan darah, frekuensi  TTV
pernapasan dan nadi - TD = 141/89 mmhg
- RR = 39 x/m
- N = 139x/m
 Monitor warna dan suhu kulit  Warna kulit pucat, akral
dingin.
 Monitor dan catat tanda dan gejala  T = 37°C
hipotermia dan hipertermi.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan  TD : 141/89 mmhg
TIK N : 139 x/m
 Monitor tanda dan gejala  Pola napas : Irregular
peningkatan TIK (Tekanan darah Penurunan kesadaran.
meningkat, tekanan nadi melebar,
bradikardi, pola napas irreguler,
dan kesadaran menurun)
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 1800
Output : 2600
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan  Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang penjenguk.
tenang  Pasien diberikan posisi
 Berikan posisi semi fowler semi fowler.
 Kolaborasi dengan tim
 Cegah terjadinya kejang dokter.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan  Kolaborasi dengan tim
 Kolaborasi pemberian dieuritic dokter.
osmosis  Kolaborasi dengan tim
 Kolaborasi pemberian pelunak dokter.
tinja  Kolaborasi dengan tim
dokter.
Nama Pasien : Tn.Y Diagnosa Medis : Meningitis + Pneumonia
Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal : Kamis, 16 Januari 2020.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 12 x/m ,
Bradipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler  Dilakukan suction
 Melakukan pengisapan lendir secara berkala.
(suction).  Pasien terpasang
 Memberikan oksigen. NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi  RR : 12 x/m ,
 Memonitor frekuensi, irama, Bradipneu, sesak.
kedalaman dan upaya napas  Bunyi nafas
 Memonitor pola napas tambahan: ronchi
 Sputum (+)
 Memonitor adanya produksi  Terdapat
sputum penumpukan secret.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Ronci.
nafas  SPO2 : 100 %.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks
2 Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Monitor pola napas  RR : 12 x/m ,
Bradipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Sputum (+)
 Monitor sputum.
Terapeutik  Posisi Head up 30°.
 Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau  Dilakukan suction
fowler secara berkala
 Melakukan pengisapan lendir  Pasien terpasang
(suction). NRM 10 liter.
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 12 x/m ,


Observasi Takipneu, sesak
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas
kedalaman dan upaya napas tambahan: ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)
 Terjadi
 Memonitor adanya produksi penumpukan
sputum sputum.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Rochi.
nafas  SPO2 : 100%.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks
3 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 12 x/m ,
upaya napas Bradipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat
 Memonitor adanya sumbatan jalan penumpukan secret.
nafas.  Terdapat bunyi
 Melakukan auskultasi bunyi napas napas ronchi.
 SPO2 : 100 %
 Memonitor saturasi oksigen  Hasil AGD
 Memonitor nilai AGD - PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks.
Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:  Memasang
 Memonitor efektifitas terapi oksiometer untuk
oksigen (misalnya oksimetri, mengetahui SPO2
AGD) jika perlu pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memasang
oksiometer pada
 Memonitor tanda-tanda pasien
hipoventilasi

 Melakukan suction
secara berkala.
Terapeutik:  Posisi Head Up 30°
 Membersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea  Menggunakan
 Mempertahankan kepatenan jalan Non- Rebreathing
napas Mask dengan dosis
 Memberikan oksigen tambahan 10 liter.

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 T : 36.3°C
 Monitor suhu tubuh  Dilihat dari hasil lab
 Monitor kadar elektrolit tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
mmol/I
- Chlorida : 34
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Suhu diruangan
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dingin.
 Pakaian pasien
 Berikan cairan oral dilonggarkan.
 Pasien diberikan
 Ganti linen setiap hari atau lebih diet MC.
sering jika mengalami  Dilakukan perbeden
hiperhidrosis (keringat berlebih) setiap hari.
Regulasi tempertaur (I. 14578)
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi  T = 36.3°C
pernapasan dan nadi  TTV
- TD = 144/98
mmhg
- RR = 12 x/m
 Monitor warna dan suhu kulit - N = 114x/m
 Warna kulit pucat,
 Monitor dan catat tanda dan gejala akral dingin.
hipotermia dan hipertermi.  T = 36.3°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
 Identifikasi kebutuhan kalori dan makanan.
jenis nutrient  Kebutuhan kalori
3x200 cc/ hari
 Identifikasi perlunya penggunaan dengan jenis
selang nasogastrik nutrient MC.
 Monitor hasil pemeriksaan  Pasien dipasang
laboratorium selang NGT.
Terapeutik  Hasil Lab :
 Berikan makanan tinggi kalori dan terlampir
tinggi protein

 Hentikan pemberian makanan  Kolaborasi dengan


melalui selang nasogastrik jika tim gizi untuk
asupan oral dapat ditoleransi pemberian diet.
Promosi Berat Badan  Klien teropasang
Observasi NGT
 Monitor adanya mual dan muntah

 Monitor jumlah kalori yang  Klien tidak


dikonsumsi sehari-hari mengalami mual
 Monitor berat badan muntah.
 Klien mendapat diet
MC
 BB klien tidak dapat
 Monitor albumin, limfosit dan ditimbang karna
elektrolit serum klien mengalami
Terapeutik penurunan
 Sediakan makan yang tepat sesuai kesadaran.
kondisi pasien  Albumin 3mg/dl

 Klien mendapat diet


MC dan
dimasukkan melalui
selang NGT
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan  TD : 144/98 mmhg
TIK N : 114 x/m
 Monitor tanda dan gejala  Pola napas :
peningkatan TIK (Tekanan darah Irregular
meningkat, tekanan nadi melebar, Penurunan
bradikardi, pola napas irreguler, kesadaran.
dan kesadaran menurun)
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang  Membatasi jumlah
 Berikan posisi semi fowler penjenguk.
 Pasien diberikan
 Cegah terjadinya kejang posisi semi fowler.
 Kolaborasi dengan
 Pertahankan suhu tubuh normal tim dokter.
 Pasien diberi infus
hangat dan
Kolaborasi mendapat PCT flash
 Kolaborasi pemberian sedasi dan 100ml
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic  Kolaborasi dengan
osmosis tim dokter.
 Kolaborasi dengan
tim dokter.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 39 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler  Dilakukan suction
 Melakukan pengisapan lendir secara berkala.
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan  Pasien terpasang
endotrakeal NRM 10 liter.
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 39 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat
 Memonitor adanya sumbatan jalan penumpukan secret.
nafas  Bunyi napas Ronci.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  SPO2 : 99 %.
 Memonitor saturasi oksigen  Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks
2 Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Monitor pola napas  RR : 39 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Sputum (+)
 Monitor sputum.
Terapeutik  Posisi Head up 30°.
 Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau  Dilakukan suction
fowler secara berkala
 Melakukan pengisapan lendir  Pasien terpasang
(suction). NRM 10 liter.
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 39 x/m ,
Observasi Takipneu, sesak
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas
kedalaman dan upaya napas tambahan: ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)
 Terjadi
 Memonitor adanya produksi penumpukan
sputum sputum.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Rochi.
nafas  SPO2 : 99%.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks
3 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 39 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat
 Memonitor adanya sumbatan jalan penumpukan secret.
nafas.  Terdapat bunyi
 Melakukan auskultasi bunyi napas napas ronchi.
 SPO2 : 99 %
 Memonitor saturasi oksigen  Hasil pemeriksaan
 Memonitor nilai AGD lab tanggal 15
januari 2020:
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
Terlampir
 Memonitor hasil x-ray toraks.
Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:  Memasang
 Memonitor efektifitas terapi oksiometer untuk
oksigen (misalnya oksimetri, mengetahui SPO2
AGD) jika perlu pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memasang
oksiometer pada
 Memonitor tanda-tanda pasien.
hipoventilasi
 Melakukan suction
secara berkala.
Terapeutik:  Posisi Head Up 30°
 Membersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea  Menggunakan
 Mempertahankan kepatenan jalan Non- Rebreathing
napas Mask dengan dosis
 Memberikan oksigen tambahan 10 liter.

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 T : 38.4°C
 Monitor suhu tubuh  Dilihat dari hasil lab
 Monitor kadar elektrolit tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
mmol/I
- Chlorida : 34
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Suhu diruangan
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dingin.
 Pakaian pasien
 Berikan cairan oral dilonggarkan.
 Pasien diberikan
 Ganti linen setiap hari atau lebih diet MC.
sering jika mengalami  Dilakukan perbeden
hiperhidrosis (keringat berlebih) setiap hari.
Regulasi temperatur (I. 14578)
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi  T = 38.4 °C
pernapasan dan nadi  TTV
- TD = 142/89
mmhg
- RR = 39 x/m
 Monitor warna dan suhu kulit - N = 128 x/m
 Warna kulit pucat,
 Monitor dan catat tanda dan gejala akral dingin.
hipotermia dan hipertermi.  T = 38.4 °C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makananIdentifikasi kebutuhan alergi obat dan
kalori dan jenis nutrient makanan.
 Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik  Kebutuhan kalori
3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Monitor hasil pemeriksaan Pasien dipasang
laboratorium selang NGT.
Terapeutik  Hasil Lab :
 Lakukan oral hygiene sebelum terlampir
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Monitor adanya mual dan muntah

 Klien tidak
 Monitor jumlah kalori yang mengalami mual
dikonsumsi sehari-hari dan muntah
 Monitor albumin, limfosit dan  Klien mendapat diet
elektrolit serum MC
 Albumin :3.3 mg/dl
Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien
 Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan  TD : 142/89 mmhg
TIK N : 128 x/m
 Monitor tanda dan gejala  Pola napas :
peningkatan TIK (Tekanan darah Irregular
meningkat, tekanan nadi melebar, Penurunan
bradikardi, pola napas irreguler, kesadaran.
dan kesadaran menurun)

 Monitor cairan serebro-spinal

 Intake : 745 cc
Terapeutik Output : 800 cc
 Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang  Membatasi jumlah
 Berikan posisi semi fowler penjenguk.
 Pasien diberikan
 Cegah terjadinya kejang posisi semi fowler.
 Kolaborasi dengan
 Pertahankan suhu tubuh normal tim dokter.
 Klien diberikan
kompres hangat dan
mendapat pct flash
100 ml.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan  Kolaborasi dengan
 Kolaborasi pemberian dieuritic tim dokter.
osmosis  Kolaborasi dengan
tim dokter.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 46 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).  Pasien terpasang
 Memberikan oksigen. NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi  RR : 46 x/m ,
 Memonitor frekuensi, irama, Takipneu, sesak.
kedalaman dan upaya napas  Bunyi nafas
 Memonitor pola napas tambahan: ronchi
 Sputum (+)
 Memonitor adanya produksi  Terdapat
sputum penumpukan secret.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Ronci.
nafas  SPO2 : 95 %.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 46 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Sputum (+)
 Monitor sputum.
Terapeutik  Posisi Head up 30°.
 Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau  Dilakukan suction
fowler secara berkala
 Melakukan pengisapan lendir  Pasien terpasang
(suction). NRM 10 liter.
 Memberikan oksigen.
Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 46 x/m ,
Observasi Takipneu, sesak
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas
kedalaman dan upaya napas tambahan: ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)
 Terjadi
 Memonitor adanya produksi penumpukan
sputum sputum.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Rochi.
nafas  SPO2 : 95%.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 46 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat
 Memonitor adanya sumbatan jalan penumpukan secret.
nafas.  Terdapat bunyi
 Melakukan auskultasi bunyi napas napas ronchi.
 SPO2 : 95 %
 Memonitor saturasi oksigen  Hasil pemeriksaan
 Memonitor nilai AGD lab tanggal 15
januari 2020:
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:  Memasang
 Memonitor efektifitas terapi oksiometer untuk
oksigen (misalnya oksimetri, mengetahui SPO2
AGD) jika perlu pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memasang
oksiometer pada
 Memonitor tanda-tanda pasien.
hipoventilasi
 Melakukan suction
secara berkala.
Terapeutik:  Posisi Head Up 30°
 Membersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea  Menggunakan
 Mempertahankan kepatenan jalan Non- Rebreathing
napas Mask dengan dosis
 Memberikan oksigen tambahan 10 liter.

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 T : 38.7°C
 Monitor suhu tubuh  Dilihat dari hasil lab
 Monitor kadar elektrolit tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
mmol/I
- Chlorida : 34
 Monitor haluaran urine mmol/I
 Intake : 745 cc
Terapeutik Output : 800 cc
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Suhu diruangan
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dingin.
 Pakaian pasien
 Berikan cairan oral dilonggarkan.
 Pasien diberikan
 Ganti linen setiap hari atau lebih diet MC.
sering jika mengalami  Dilakukan perbeden
hiperhidrosis (keringat berlebih) setiap hari.
Regulasi tempertaur (I. 14578)
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 T = 38.7 °C
 Monitor tekanan darah, frekuensi  TTV
pernapasan dan nadi - TD = 155/105
mmhg
- RR = 48 x/m
- N = 141 x/m
 Monitor warna dan suhu kulit  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 Monitor dan catat tanda dan gejala  T = 38.7 °C
hipotermia dan hipertermi.
5 Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
 Identifikasi kebutuhan kalori dan makanan.
jenis nutrient  Kebutuhan kalori
3x200 cc/ hari
 Identifikasi perlunya penggunaan dengan jenis
selang nasogastrik nutrient MC.
 Monitor hasil pemeriksaan  Pasien dipasang
laboratorium selang NGT.
Terapeutik  Hasil Lab :
 Berikan makanan tinggi kalori dan terlampir
tinggi protein

 Hentikan pemberian makanan  Kolaborasi dengan


melalui selang nasogastrik jika tim gizi untuk
asupan orl dapat ditoleransi pemberian diet.

Promosi Berat Badan


Observasi
 Monitor adanya mual dan muntah

 Monitor jumlah kalori yang  Klien tidak


dikonsumsi sehari-hari mengalami mual
Monitor berat badan muntah.
 Monitor albumin, limfosit dan  Klien mendapat diet
elektrolit serum MC

 BB klien tidak dapat


Terapeutik ditimbang karna
 Sediakan makan yang tepat sesuai klien mengalami
penurunan
kondisi pasien kesadaran.

 Diet yang diberikan


MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan  TD : 155/105
TIK mmhg
 Monitor tanda dan gejala N : 141 x/m
peningkatan TIK (Tekanan darah  Pola napas :
meningkat, tekanan nadi melebar, Irregular
bradikardi, pola napas irreguler, Penurunan
dan kesadaran menurun) kesadaran.
 Monitor intake dan output cairan

Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan  Intake : 745 cc
menyediakan lingkungan yang Output : 800 cc
tenang
 Berikan posisi semi fowler  Membatasi jumlah
penjenguk.
 Cegah terjadinya kejang  Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Atur ventilator agar PaCO2  Kolaborasi dengan
optimal tim dokter.
 Pertahankan suhu tubuh normal
 Klien mendapat
kompres hangat dan
diberi pct flash
Kolaborasi 100ml
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic  Kolaborasi dengan
osmosis tim dokter
 Kolaborasi dengan
tim dokter

Nama Pasien : Tn.Y Diagnosa Medis: Meningitis + Pneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal : Jumat.., 17 Januari 2020.
No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon
Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 42 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 42 x/m ,


Observasi Takipneu, sesak.
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas
kedalaman dan upaya napas tambahan: ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)

 Memonitor adanya produksi  Terdapat


sputum penumpukan secret.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Ronci.
nafas  SPO2 : 98%.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 42 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik  Posisi Head up 30°.
 Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau  Dilakukan suction
fowler secara berkala
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

 RR : 42 x/m ,
Pemantauan Respirasi (I.01014) Takipneu, sesak
Observasi  Bunyi nafas
 Memonitor frekuensi, irama, tambahan: ronchi
kedalaman dan upaya napas  Sputum (+)
 Memonitor pola napas

Terjadi
 Memonitor adanya produksi penumpukan
sputum sputum.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Rochi.
nafas  SPO2 : 98%.
 Terlampir.
 Melakukan auskultasi bunyi napas
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 42 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.
Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan  Memasang
melepaskan oksigen saat makan oksiometer pada
 Memonitor tanda-tanda pasien.
hipoventilasi

 Memonitor tanda dan gejala


toksikasi oksigen dan atelaktesis  Melakukan suction
secara berkala.
 Posisi Head Up 30°
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Menggunakan
hidung, dan trakea Non- Rebreathing
 Mempertahankan kepatenan jalan Mask dengan dosis
napas 10 liter.
 Memberikan oksigen tambahan

 Tetap berikan oksigen saat


transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi  penyebab hipertermi
 Identifikasi penyebab hipertemi disebabkan oleh
(mis. Dehidrasi terpapar kondisi penyakit
lingkungan panas penggunaan pasien.
incubator)  T : 37.9°C
 Monitor suhu tubuh  Dilihat dari hasil lab
 Monitor kadar elektrolit tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
mmol/I
- Chlorida : 34
 Monitor haluaran urine mmol/I
 Intake :
Terapeutik Output :
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Suhu diruangan
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dingin.
 Pakaian pasien
 Berikan cairan oral dilonggarkan.
 Pasien diberikan
 Ganti linen setiap hari atau lebih diet MC.
sering jika mengalami  Dilakukan perbeden
hiperhidrosis (keringat berlebih) setiap hari.
Regulasi tempertaur (I. 14578)
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi  T = 37.7°C
pernapasan dan nadi  TTV
- TD = 138/96
mmhg
- RR = 42 x/m
 Monitor warna dan suhu kulit - N = 130x/m
 Warna kulit pucat,
 Monitor dan catat tanda dan gejala akral dingin.
hipotermia dan hipertermi.  T = 37.7°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
 Identifikasi perlunya penggunaan dengan jenis
selang nasogastrik nutrient MC.
 Monitor hasil pemeriksaan  Pasien dipasang
laboratorium selang NGT.
Terapeutik  Hasil Lab :
 Lakukan oral hygiene sebelum terlampir
makan
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Kolaborasi dengan
 Hentikan pemberian makanan tim gizi untuk
melalui selang nasogastrik jika pemberian diet.
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit serum

Terapeutik  Albumin :3.3 mg/dl


 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien
 Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 138/96 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 130 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu  Intake :
 Monitor ICP (Intra Cranial Output :
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)  Membatasi jumlah
 Monitor gelombang ICP penjenguk.
 Monitor status pernapasan  Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Mninimalkan stimulus dengan  Dipantau
menyediakan lingkungan yang menggunakan
tenang monitor.
 Berikan posisi semi fowler

 Cegah terjadinya kejang


 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2
optimal
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 35 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 35 x/m ,


Observasi Takipneu, sesak.
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas
kedalaman dan upaya napas tambahan: ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)

 Memonitor adanya produksi  Terdapat


sputum penumpukan secret.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Ronci.
nafas  SPO2 : 98%.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 35 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 35 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 32 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis  Melakukan suction
Terapeutik: secara berkala.
 Membersihkan secret pada mulut,  Posisi Head Up 30°
hidung, dan trakea
 Mempertahankan kepatenan jalan  Menggunakan
napas Non- Rebreathing
 Memberikan oksigen tambahan Mask dengan dosis
10 liter.

 Tetap berikan oksigen saat


transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.4°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 34
mmol/I
 Intake :
Output :
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin  Suhu diruangan
dingin.
 Longgarkan atau lepaskan pakaian  Pakaian pasien
dilonggarkan.
 Berikan cairan oral  Pasien diberikan
diet MC.
 Ganti linen setiap hari atau lebih  Dilakukan perbeden
sering jika mengalami setiap hari.
hiperhidrosis (keringat berlebih)
Regulasi tempertaur (I. 14578)
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)  T = 37.4°C
 Monitor tekanan darah, frekuensi  TTV
pernapasan dan nadi - TD = 120/81
mmhg
- RR = 35 x/m
- N = 120x/m
 Monitor warna dan suhu kulit  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 Monitor dan catat tanda dan gejala  T = 37.4°C
hipotermia dan hipertermi.
5 Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Albumin :3.3 mg/dl


 Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Diet yang diberikan
kondisi pasien MC dengan
menggunakan
selang NGT.

6 Manajemen Peningkatan Tekanan


Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 120/81 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 120 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 774 cc
Output : 600 cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
 Membatasi jumlah
tenang
penjenguk.
 Berikan posisi semi fowler
 Pasien diberikan
 Cegah terjadinya kejang
posisi semi fowler.
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2
optimal  Dipantau
 Pertahankan suhu tubuh normal menggunakan
Kolaborasi monitor.
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 45 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 45 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 25 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 45 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 45 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien
4 Manajemen Hipertermia (I.5506)
Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.8°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 34
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake :
Output :
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 37.8°C
 TTV
- TD = 138/96
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 45 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 135x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 37.8°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :3.3 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Diet yang diberikan
kondisi pasien MC dengan
menggunakan
selang NGT.

6 Manajemen Peningkatan Tekanan


Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 145/79 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 135x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake :
Output :
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Membatasi jumlah
 Minimalkan stimulus dengan
penjenguk.
menyediakan lingkungan yang
tenang
 Pasien diberikan
 Berikan posisi semi fowler
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik  Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

Nama Pasien : Tn.Y Diagnosa Medis: Meningitis + Pneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal : Sabtu, 18 Januari 2020.
No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon
Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 48 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 48 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.
2 Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Monitor pola napas  RR : 48 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 48 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 48 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.2°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
mmol/I
Terapeutik - Chlorida : 34
 Sediakan lingkungan yang dingin mmol/I

 Longgarkan atau lepaskan pakaian


 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 38.2°C
 TTV
- TD = 145/102
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 48 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 146 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 38.2°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :3.3 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 145/102
peningkatan TIK (Tekanan darah mmhg
meningkat, tekanan nadi melebar,  N : 146 x/m
bradikardi, pola napas irreguler,  Pola napas :
dan kesadaran menurun) Irregular
 Penurunan
 Monitor MAP (Mean Arterial kesadaran.
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 724 cc
Output : 600 cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Membatasi jumlah
 Minimalkan stimulus dengan
penjenguk.
menyediakan lingkungan yang
tenang
 Pasien diberikan
 Berikan posisi semi fowler
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik  Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja
7

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 43 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 43 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 43 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 43 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 43 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.1 °C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 34
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 724 cc
Output : 600 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 38.1°C
 TTV
- TD = 134/90
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 43 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 132 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 38.1°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :3.3 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 134/90 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 132 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,
bradikardi, pola napas irreguler,  Pola napas :
dan kesadaran menurun) Irregular
 Penurunan
 Monitor MAP (Mean Arterial kesadaran.
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan
 Intake : 724 cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Output : 600 cc
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
 Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang
penjenguk.
tenang
 Berikan posisi semi fowler
 Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

7
No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon
Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 56 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 56 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 56 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 56 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 56 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.
Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.2 °C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 34
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 1794 cc
Output : 1600 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 38.2°C
 TTV
- TD = 128/83
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 56 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 132 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 38.2°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :3.3 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 128/83 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 132 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
 Monitor MAP (Mean Arterial kesadaran.
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan
 Intake : 1794 cc
 Monitor cairan serebro-spinal Output : 1600 cc
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan  Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang penjenguk.
tenang
 Berikan posisi semi fowler  Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

Nama Pasien : Tn.Y Diagnosa Medis: Meningitis + Pneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal : Minggu, 19 Januari 2020.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 49 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 49 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 96 %.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 12 x/m ,
Bradipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 49 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 96%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 49 x/m ,
upaya napas Bradipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 96 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.8°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
mmol/I
Terapeutik - Chlorida : 34
 Sediakan lingkungan yang dingin mmol/I
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 37.8°C
 TTV
- TD = 141/93
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 49 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 150 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 37.8 °C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :3.3 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 141/93 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 150 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang  Membatasi jumlah
tenang penjenguk.
 Berikan posisi semi fowler
 Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 48 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 48 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 48 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 48 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 48 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38 °C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 34
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 872 cc
Output : 600 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
diet MC.
hiperhidrosis (keringat berlebih)  Dilakukan perbeden
Regulasi tempertaur (I. 14578) setiap hari.
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi  T = 38°C
 TTV
- TD = 133/90
mmhg
 Monitor warna dan suhu kulit - RR = 48 x/m
- N = 141 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala  Warna kulit pucat,
hipotermia dan hipertermi. akral dingin.
 T = 38°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari  BB sebelum sakit :
 Monitor berat badan kg
 BB setelah sakit :
kg

 Albumin :3.3 mg/dl


 Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Diet yang diberikan
kondisi pasien MC dengan
menggunakan
selang NGT.

6 Manajemen Peningkatan Tekanan


Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 133/90 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 141 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Intake : 872 cc
 Monitor intake dan output cairan Output : 600 cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik  Membatasi jumlah
 Minimalkan stimulus dengan penjenguk.
menyediakan lingkungan yang
tenang  Pasien diberikan
 Berikan posisi semi fowler posisi semi fowler.

 Cegah terjadinya kejang


 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik  Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 46 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 46 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 97%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 46 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau
fowler  Dilakukan suction
 Melakukan pengisapan lendir secara berkala
(suction).  Pasien terpasang
 Melakukan hiperoksigenasi NRM 10 liter.
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.
 RR : 46 x/m ,
Takipneu, sesak
Pemantauan Respirasi (I.01014)  Bunyi nafas
Observasi tambahan: ronchi
 Memonitor frekuensi, irama,  Sputum (+)
kedalaman dan upaya napas
 Memonitor pola napas  Terjadi
penumpukan
 Memonitor adanya produksi sputum.
sputum  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  SPO2 : 98%.
nafas  Terlampir.

 Melakukan auskultasi bunyi napas


 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 46 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 97 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala  Melakukan suction
toksikasi oksigen dan atelaktesis secara berkala.
Terapeutik:  Posisi Head Up 30°
 Membersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea  Menggunakan
 Mempertahankan kepatenan jalan Non- Rebreathing
napas Mask dengan dosis
 Memberikan oksigen tambahan 10 liter.

 Tetap berikan oksigen saat


transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.2°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 34
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 1850 cc
Output : 1300 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 38.2°C
 TTV
- TD = 130/85
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 46 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 131 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 38.2°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein
 Kolaborasi dengan
 Hentikan pemberian makanan tim gizi untuk
melalui selang nasogastrik jika pemberian diet.
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
 BB sebelum sakit :
dikonsumsi sehari-hari kg
 Monitor berat badan  BB setelah sakit :
kg
 Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit serum  Albumin :3.3 mg/dl

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 130/85 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 131 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 1850 cc
Output : 1300cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
 Membatasi jumlah
tenang
penjenguk.
 Berikan posisi semi fowler
 Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

Nama Pasien : Tn.Y Diagnosa Medis: Meningitis + Pneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal : Senin, 20 Januari 2020.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 46 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi  RR : 46 x/m ,
 Memonitor frekuensi, irama, Takipneu, sesak.
kedalaman dan upaya napas  Bunyi nafas
 Memonitor pola napas tambahan: ronchi
 Sputum (+)
 Memonitor adanya produksi
sputum  Terdapat
 Memonitor adanya sumbatan jalan penumpukan secret.
nafas  Bunyi napas Ronci.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  SPO2 : 92 %.
 Memonitor saturasi oksigen  Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 46 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 46 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 92%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 46 x/m ,
upaya napas Bradipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 92 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.8°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 2.7
mg/dl
- Calcium : 8.9
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 3.7
mmol/I
Terapeutik - Chlorida : 34
 Sediakan lingkungan yang dingin mmol/I

 Longgarkan atau lepaskan pakaian


 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 37.8°C
 TTV
- TD = 140/93
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 46 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 147 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 37.8 °C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari  BB sebelum sakit :
 Monitor berat badan kg
 BB setelah sakit :
kg

 Albumin :3.3 mg/dl


 Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Diet yang diberikan
kondisi pasien MC dengan
menggunakan
selang NGT.

6 Manajemen Peningkatan Tekanan


Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 140/93 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 147 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
 Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang
penjenguk.
tenang
 Berikan posisi semi fowler
 Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 57 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 57 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 95%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 57 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 57 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 95%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.
3 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 57 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 95 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 39.4 °C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 20 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 95
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 900 cc
Output : 750 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 39.4°C
 TTV
- TD = 147/93
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 57 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 147 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 39.4°C
5 Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :3.3 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Diet yang diberikan
kondisi pasien MC dengan
menggunakan
selang NGT.

6 Manajemen Peningkatan Tekanan


Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 147/93 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 147 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 900 cc
Output : 750cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Membatasi jumlah
 Minimalkan stimulus dengan
penjenguk.
menyediakan lingkungan yang
tenang
 Pasien diberikan
 Berikan posisi semi fowler
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik  Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 47 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 47 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.
2 Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Monitor pola napas  RR : 47 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 47 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 47 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.9 °C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 20 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 95
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 2000 cc
Output : 1670 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 38.9°C
 TTV
- TD = 127/85
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 47 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 143 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 38.9°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :2.7 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 127/85 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 143 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 2000 cc
Output : 1670cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Membatasi jumlah
 Minimalkan stimulus dengan
penjenguk.
menyediakan lingkungan yang
tenang
 Pasien diberikan
 Berikan posisi semi fowler
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik  Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja
7

Nama Pasien : Tn.Y Diagnosa Medis: Meningitis + Pneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal : Selasa, 21 Januari 2020.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 18 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 18 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 18 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 18 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 18 x/m ,
upaya napas Bradipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.5°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
mmol/I
Terapeutik - Chlorida : 95
 Sediakan lingkungan yang dingin mmol/I

 Longgarkan atau lepaskan pakaian  Suhu diruangan


dingin.
 Berikan cairan oral  Pakaian pasien
dilonggarkan.
 Ganti linen setiap hari atau lebih  Pasien diberikan
sering jika mengalami diet MC.
hiperhidrosis (keringat berlebih)  Dilakukan perbeden
Regulasi tempertaur (I. 14578) setiap hari.
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi  T = 37.5°C
 TTV
- TD = 126/88
mmhg
 Monitor warna dan suhu kulit - RR = 18 x/m
- N = 153 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala  Warna kulit pucat,
hipotermia dan hipertermi. akral dingin.
 T = 37.5 °C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :2.7 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 126/88 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 153 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,
bradikardi, pola napas irreguler,  Pola napas :
dan kesadaran menurun) Irregular
 Penurunan
 Monitor MAP (Mean Arterial kesadaran.
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
 Membatasi jumlah
tenang
penjenguk.
 Berikan posisi semi fowler
 Pasien diberikan
 Cegah terjadinya kejang
posisi semi fowler.
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2
optimal  Dipantau
 Pertahankan suhu tubuh normal menggunakan
Kolaborasi monitor.
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 47 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 47 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 47 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 47 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 47 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.4 °C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
mmol/I
 Monitor haluaran urine - Chlorida : 95
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 1250 cc
Output : 800 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 38.4°C
 TTV
- TD = 120/74
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 47 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 140 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 38.4°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :3.3 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 120/74 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 140 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 1250 cc
 Monitor cairan serebro-spinal Output : 800cc
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan  Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang penjenguk.
tenang
 Berikan posisi semi fowler  Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 62 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 62 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 100%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 62 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 47 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 100%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 62 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 100 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.1°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 95
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 2040cc
Output : 1900 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
diet MC.
hiperhidrosis (keringat berlebih)  Dilakukan perbeden
Regulasi tempertaur (I. 14578) setiap hari.
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi  T = 38.1°C
 TTV
- TD = 120/78
mmhg
 Monitor warna dan suhu kulit - RR = 62 x/m
- N = 138 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala  Warna kulit pucat,
hipotermia dan hipertermi. akral dingin.
 T = 38.1°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari  BB sebelum sakit :
 Monitor berat badan kg
 BB setelah sakit :
kg

 Albumin :3.3 mg/dl


 Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Diet yang diberikan
kondisi pasien MC dengan
menggunakan
selang NGT.

6 Manajemen Peningkatan Tekanan


Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 120/78 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 138 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Intake : 2040 cc
 Monitor intake dan output cairan Output : 1900cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik  Membatasi jumlah
 Minimalkan stimulus dengan penjenguk.
menyediakan lingkungan yang
tenang  Pasien diberikan
 Berikan posisi semi fowler posisi semi fowler.

 Cegah terjadinya kejang


 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik  Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

Nama Pasien : Tn.Y Diagnosa Medis: Meningitis + Pneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal : Rabu, 22 Januari 2020.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 43 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 43 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 43 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 43 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 43 x/m ,
upaya napas Bradipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.5°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
mmol/I
Terapeutik - Chlorida : 95
 Sediakan lingkungan yang dingin mmol/I

 Longgarkan atau lepaskan pakaian


 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi

 T = 37.6°C
 TTV
 Monitor warna dan suhu kulit - TD = 119/78
mmhg
 Monitor dan catat tanda dan gejala - RR = 43 x/m
hipotermia dan hipertermi. - N = 139 x/m
 Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 37.6 °C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :3.3 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 119/78 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 139 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan  Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang penjenguk.
tenang
 Berikan posisi semi fowler  Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 40 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 40 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 40 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 40 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 40 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.8 °C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
mmol/I
 Monitor haluaran urine - Chlorida : 95
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 825 cc
Output : 800 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 37.8°C
 TTV
- TD = 106/67
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 40 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 144 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 37.8°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari  BB sebelum sakit :
 Monitor berat badan kg
 BB setelah sakit :
kg

 Albumin :3.3 mg/dl


 Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Diet yang diberikan
kondisi pasien MC dengan
menggunakan
selang NGT.

6 Manajemen Peningkatan Tekanan


Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 106/67 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 144 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 825 cc
Output : 800cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Membatasi jumlah
 Minimalkan stimulus dengan
penjenguk.
menyediakan lingkungan yang
tenang
 Pasien diberikan
 Berikan posisi semi fowler
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik  Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 39 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 39 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 39 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 39 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.
3 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 39 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 100 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.3 °C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
 Monitor haluaran urine mmol/I
- Chlorida : 95
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin  Intake : 1652cc
Output : 1700 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 38.3°C
 TTV
- TD = 102/64
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 39 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 135 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 38.1°C
5 Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :2.7 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Diet yang diberikan
kondisi pasien MC dengan
menggunakan
selang NGT.

6 Manajemen Peningkatan Tekanan


Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 106/64 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 139 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : 1652 cc
Output : 1700cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Membatasi jumlah
 Minimalkan stimulus dengan
penjenguk.
menyediakan lingkungan yang
tenang
 Pasien diberikan
 Berikan posisi semi fowler
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik  Dipantau
 Atur ventilator agar PaCO2 menggunakan
optimal monitor.
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

Nama Pasien : Tn.Y Diagnosa Medis: Meningitis + Pneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 211166
No. Kamar/ Bed : ICU/Bed 3 Hari/ Tanggal :Kamis, 23 Januari 2020.

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Pagi Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 36 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 36 x/m ,


Observasi Takipneu, sesak.
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas
kedalaman dan upaya napas tambahan: ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)

 Memonitor adanya produksi  Terdapat


sputum penumpukan secret.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Bunyi napas Ronci.
nafas  SPO2 : 99 %.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terlampir.
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 36 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

 Pasien terpasang
Pemantauan Respirasi (I.01014) NRM 10 liter.
Observasi  RR : 36 x/m ,
 Memonitor frekuensi, irama, Takipneu, sesak
kedalaman dan upaya napas  Bunyi nafas
 Memonitor pola napas tambahan: ronchi
 Sputum (+)
 Memonitor adanya produksi
sputum 
Terjadi
 Memonitor adanya sumbatan jalan penumpukan
nafas sputum.
 Bunyi napas Rochi.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  SPO2 : 99%.
 Memonitor saturasi oksigen  Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 36 x/m ,
upaya napas Bradipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 99 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi:  Memasang
 Memonitor efektifitas terapi oksiometer untuk
oksigen (misalnya oksimetri, mengetahui SPO2
AGD) jika perlu pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.

 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan  Memasang
 Memonitor tanda-tanda oksiometer pada
hipoventilasi pasien.
 Memonitor tanda dan gejala  Melakukan suction
toksikasi oksigen dan atelaktesis secara berkala.
Terapeutik:  Posisi Head Up 30°
 Membersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea  Menggunakan
 Mempertahankan kepatenan jalan Non- Rebreathing
napas Mask dengan dosis
 Memberikan oksigen tambahan 10 liter.

 Tetap berikan oksigen saat


transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.8°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
mmol/I
- Chlorida : 95
mmol/I
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Suhu diruangan
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dingin.
 Pakaian pasien
 Berikan cairan oral dilonggarkan.
 Pasien diberikan
 Ganti linen setiap hari atau lebih diet MC.
sering jika mengalami  Dilakukan perbeden
hiperhidrosis (keringat berlebih) setiap hari.
Regulasi tempertaur (I. 14578)
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi  T = 37.8°C
pernapasan dan nadi  TTV
- TD = 104/66
mmhg
- RR = 36 x/m
 Monitor warna dan suhu kulit - N = 139 x/m
 Warna kulit pucat,
 Monitor dan catat tanda dan gejala akral dingin.
hipotermia dan hipertermi.  T = 37.8°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
 Monitor hasil pemeriksaan kg
laboratorium  BB setelah sakit :
Terapeutik kg
 Lakukan oral hygiene sebelum  Hasil Lab :
makan terlampir

 Berikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein

 Hentikan pemberian makanan  Kolaborasi dengan


melalui selang nasogastrik jika tim gizi untuk
asupan orl dapat ditoleransi pemberian diet.

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang  BB sebelum sakit :
dikonsumsi sehari-hari kg
 Monitor berat badan  BB setelah sakit :
 Monitor albumin, limfosit dan kg
elektrolit serum

Terapeutik  Albumin :3.3 mg/dl


 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien

 Diet yang diberikan


MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 104/66 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 139 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
 Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang
penjenguk.
tenang
 Berikan posisi semi fowler
 Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

7
No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon
Dx
1. 1 Sore Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 43 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 43 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 43 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir  Dilakukan suction
(suction). secara berkala
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Memberikan oksigen.  Pasien terpasang
NRM 10 liter.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama,  RR : 43 x/m ,
kedalaman dan upaya napas Takipneu, sesak
 Memonitor pola napas  Bunyi nafas
tambahan: ronchi
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan 
Terjadi
nafas penumpukan
sputum.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98%.
 Memonitor hasil x-ray toraks  Terlampir.

3 Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 43 x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum
 Memonitor adanya sumbatan jalan  Terdapat
nafas. penumpukan secret.
 Melakukan auskultasi bunyi napas  Terdapat bunyi
napas ronchi.
 Memonitor saturasi oksigen  SPO2 : 98 %
 Memonitor nilai AGD  Hasil :
- PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
 Memonitor hasil x-ray toraks. Terlampir.
Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:
 Memonitor efektifitas terapi  Memasang
oksigen (misalnya oksimetri, oksiometer untuk
AGD) jika perlu mengetahui SPO2
pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.
 Memonitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
 Memonitor tanda-tanda  Memasang
hipoventilasi oksiometer pada
pasien.
 Memonitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelaktesis
Terapeutik:
 Membersihkan secret pada mulut,  Melakukan suction
hidung, dan trakea secara berkala.
 Mempertahankan kepatenan jalan  Posisi Head Up 30°
napas
 Memberikan oksigen tambahan  Menggunakan
Non- Rebreathing
Mask dengan dosis
 Tetap berikan oksigen saat 10 liter.
transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien

4 Manajemen Hipertermia (I.5506)


Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 37.6°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
mmol/I
 Monitor haluaran urine - Chlorida : 95
Terapeutik mmol/I
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Intake : 1062 cc
 Longgarkan atau lepaskan pakaian Output : 1000 cc
 Suhu diruangan
 Berikan cairan oral dingin.
 Pakaian pasien
 Ganti linen setiap hari atau lebih dilonggarkan.
sering jika mengalami  Pasien diberikan
hiperhidrosis (keringat berlebih) diet MC.
Regulasi tempertaur (I. 14578)  Dilakukan perbeden
Observasi setiap hari.
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 T = 37.6°C
 TTV
- TD = 106/68
 Monitor warna dan suhu kulit mmhg
- RR = 43 x/m
 Monitor dan catat tanda dan gejala - N = 142 x/m
hipotermia dan hipertermi.  Warna kulit pucat,
akral dingin.
 T = 37.6°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
makanan.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan  Kebutuhan kalori
jenis nutrient 3x200 cc/ hari
dengan jenis
nutrient MC.
 Identifikasi perlunya penggunaan  Pasien dipasang
selang nasogastrik selang NGT.
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  Hasil Lab :
laboratorium terlampir
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan  Kolaborasi dengan


tinggi protein tim gizi untuk
pemberian diet.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan orl dapat ditoleransi

Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan  BB sebelum sakit :
kg
 BB setelah sakit :
kg

 Monitor albumin, limfosit dan  Albumin :2.7 mg/dl


elektrolit serum

Terapeutik
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien  Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 106/68 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 142 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
 Monitor MAP (Mean Arterial kesadaran.
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan
 Intake : 1062 cc
 Monitor cairan serebro-spinal Output : 1000cc
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan  Membatasi jumlah
menyediakan lingkungan yang penjenguk.
tenang
 Berikan posisi semi fowler  Pasien diberikan
posisi semi fowler.
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

No No. Shift Tindakan Keperawatan Respon


Dx
1. 1 Malam Manajemen Airway (I.01011)
Observasi
 Memonitor pola napas  RR : 40 x/m ,
Takipneu
 Memonitor bunyi napas  Bunyi nafas
tambahan lain tambahan: ronchi
 Monitor sputum.  Sputum (+)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan  Posisi Head up 30°.
jalan napas
 Posisikan semi fowler atau  Posisi semi fowler.
fowler
 Melakukan pengisapan lendir
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan  Pasien terpasang
endotrakeal NRM 10 liter.
 Memberikan oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)  RR : 40 x/m ,


Observasi Takipneu, sesak.
 Memonitor frekuensi, irama,  Bunyi nafas
kedalaman dan upaya napas tambahan: ronchi
 Memonitor pola napas  Sputum (+)
 Terdapat
 Memonitor adanya produksi penumpukan secret.
sputum  Bunyi napas Ronci.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  SPO2 : 99%.
nafas  Terlampir.
 Melakukan auskultasi bunyi napas
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks

2 Manajemen Airway (I.01011)


Observasi
 Monitor pola napas  RR : 40 x/m ,
Takipneu
 Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi nafas
lain tambahan: ronchi
 Sputum (+)
 Monitor sputum.
Terapeutik  Posisi Head up 30°.
 Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-trush jika curiga
trauma cervical)  Posisi semi fowler.
 Posisikan semi fowler atau
fowler  Dilakukan suction
 Melakukan pengisapan lendir secara berkala
(suction).
 Melakukan hiperoksigenasi  Pasien terpasang
sebelum penghisapan NRM 10 liter.
endotrakeal
 Memberikan oksigen.
 RR : 40 x/m ,
Pemantauan Respirasi (I.01014) Takipneu, sesak
Observasi  Bunyi nafas
 Memonitor frekuensi, irama, tambahan: ronchi
kedalaman dan upaya napas  Sputum (+)
 Memonitor pola napas  Terjadi
penumpukan
 Memonitor adanya produksi sputum.
sputum  Bunyi napas Rochi.
 Memonitor adanya sumbatan jalan  SPO2 : 100%.
nafas  Terlampir.
 Melakukan auskultasi bunyi napas
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor hasil x-ray toraks
3 Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
 Memonitor frekuensi, irama, dan  RR : 40x/m ,
upaya napas Takipneu, sesak.
 Memonitor pola napas  Pola napas tidak
teratur.
 Memonitor adanya produksi  Sputum (+)
sputum  Terdapat
 Memonitor adanya sumbatan jalan penumpukan secret.
nafas.  Terdapat bunyi
 Melakukan auskultasi bunyi napas napas ronchi.
 SPO2 : 100 %
 Memonitor saturasi oksigen  Hasil :
 Memonitor nilai AGD - PaCO2: 51mmHg
- HCO3: 29 mEq/L
- SaO2: 100 %
Terlampir.
 Memonitor hasil x-ray toraks.
Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:  Memasang
 Memonitor efektifitas terapi oksiometer untuk
oksigen (misalnya oksimetri, mengetahui SPO2
AGD) jika perlu pada pasien dan
melakukan
pemeriksaan AGD.

 Memonitor kemampuan  Memasang


melepaskan oksigen saat makan oksiometer pada
 Memonitor tanda-tanda pasien.
hipoventilasi

 Memonitor tanda dan gejala  Melakukan suction


toksikasi oksigen dan atelaktesis secara berkala.
Terapeutik:  Posisi Head Up 30°
 Membersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea  Menggunakan
 Mempertahankan kepatenan jalan Non- Rebreathing
napas Mask dengan dosis
 Memberikan oksigen tambahan 10 liter.

 Tetap berikan oksigen saat


transportasi pasien
 Menggunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan mobilisasi
pasien
4 Manajemen Hipertermia (I.5506)
Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemi  penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi terpapar disebabkan oleh
lingkungan panas penggunaan kondisi penyakit
incubator) pasien.
 Monitor suhu tubuh  T : 38.6°C
 Monitor kadar elektrolit  Dilihat dari hasil lab
tanggal 15 januari
2020:
- Magnesium : 1.8
mg/dl
- Calcium : 7.7
mg/dl
- Natrium : 134
mmol/I
- Kalium : 4.4
mmol/I
- Chlorida : 95
 Monitor haluaran urine mmol/I
 Intake : cc
Terapeutik Output : cc
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Suhu diruangan
 Longgarkan atau lepaskan pakaian dingin.
 Pakaian pasien
dilonggarkan.
 Berikan cairan oral  Pasien diberikan
diet MC.
 Ganti linen setiap hari atau lebih  Dilakukan perbeden
sering jika mengalami setiap hari.
hiperhidrosis (keringat berlebih)
Regulasi tempertaur (I. 14578)
Observasi
 Monitor suhu (36,5 – 37,5°C)  T = 38.6°C
 Monitor tekanan darah, frekuensi  TTV
pernapasan dan nadi - TD = 99/66
mmhg
- RR = 40 x/m
 Monitor warna dan suhu kulit - N = 142 x/m
 Warna kulit pucat,
 Monitor dan catat tanda dan gejala akral dingin.
hipotermia dan hipertermi.  T = 38.6°C

5 Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi  Pasien mendapatkan
Diet MC 3 x 200
cc/hari.
 Identifikasi alergi dan intoleransi  Pasien tidak ada
makanan alergi obat dan
 Identifikasi kebutuhan kalori dan makanan.
jenis nutrient  Kebutuhan kalori
3x200 cc/ hari
 Identifikasi perlunya penggunaan dengan jenis
selang nasogastrik nutrient MC.
 Monitor berat badan  Pasien dipasang
selang NGT.
 BB sebelum sakit :
kg
 Monitor hasil pemeriksaan  BB setelah sakit :
laboratorium kg
Terapeutik  Hasil Lab :
 Lakukan oral hygiene sebelum terlampir
makan

 Berikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein

 Hentikan pemberian makanan  Kolaborasi dengan


melalui selang nasogastrik jika tim gizi untuk
asupan orl dapat ditoleransi pemberian diet.
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan

 BB sebelum sakit :
 Monitor albumin, limfosit dan kg
elektrolit serum  BB setelah sakit :
Terapeutik kg
 Sediakan makan yang tepat sesuai  Albumin :3.3 mg/dl
kondisi pasien
 Diet yang diberikan
MC dengan
menggunakan
selang NGT.
6 Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (I.06198)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan
TIK
 Monitor tanda dan gejala  TD : 99/66 mmhg
peningkatan TIK (Tekanan darah  N : 142 x/m
meningkat, tekanan nadi melebar,  Pola napas :
bradikardi, pola napas irreguler, Irregular
dan kesadaran menurun)  Penurunan
kesadaran.
 Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure) jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan  Intake : cc
Output : cc
 Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang  Membatasi jumlah
tenang penjenguk.
 Berikan posisi semi fowler  Pasien diberikan
 Cegah terjadinya kejang posisi semi fowler.
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2  Dipantau
optimal menggunakan
 Pertahankan suhu tubuh normal monitor.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
 Kolaborasi pemberian dieuritic
osmosis
 Kolaborasi pemberian pelunak
tinja

Anda mungkin juga menyukai