Anda di halaman 1dari 8

NUTRISI PADA PASIEN TUBERCULOSIS DENGAN GERIATRI DISERTAI

GIZI BURUK

Asrini Safitri
Bagian Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

IDENTITAS KASUS 1. Keluhan Utama: Asupan makan


No. Rekam Medis : 80 29 55 berkurang
2. Anamnesis Terpimpin: dialami sejak 1
Tempat Perawatan: Infection Centre ruang
bulan yang lalu dan memberat sejak 4
isolasi
hari terakhir, karena sesak nafas, mual
Nama : Tn. M
dan muntah tidak ada, riwayat mutah
Jenis Kelamin : Laki-laki tidak ada, gangguan menelan tidak ada,
Umur : 76 tahun, 4 bulan, 29 nyeri ulu hati tidak ada, nyeri perut tidak
hari ada, saat ini demam tidak ada, riwayat
Agama : Islam demam ada, batuk ada, lendir ada warna
Pekerjaan : pembuat kompor minyak kuning kehijauan.
tanah dan pembawa Penurunan berat badan dirasakan ada
becak dalam 6 bulan terakhir, besarnya tidak
diketahui.
Status : Kawin
BAB: kesan biasa
Pendidikan Akhir : SD
BAK: kesan lancar
Alamat : Jl. Ketilang no 39, gowa 3. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Diagnosis Medis : Tuberculosis paru + hipertensi dan diabetes melitus tidak
atelectasis dan efusi ada riwayat, terdiagnosa TB sejak 9
pleura bulan yang lalu
4. Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada
DATA SAAT DIJADIKAN KASUS penderita batuk lama dalam keluarga
5. Riwayat Psikososial: morokok ada 2
Subjektif
bungkus setiap hari selama ± 20 tahun,
Pasien dikonsul dari bagian Interna
dan berhenti sejak 4 tahun yang lalu,
divisi Pulmonologi untuk evaluasi dan
pekerjaan pembuat kompor minyak
penatalaksanaan gizi serta rawat bersama
tanah dan tukang becak.
dengan diagnosis medis Tuberkulosis Paru
6. Riwayat terapi: mendapat OAT kategori
on treatment BTA positif +atelectasis dan
2 hari 88
efusi pleura, Berdasarkan anamnesis dan
7. Kebiasaan makan: saat sehat makan
pemeriksaan didapatkan hal sebagai berikut:
4x sehari nasi 1 porsi sering makan
lauk yang digoreng atau bersantan,
sayur sering, buah jarang, sejak 1 bulan lidah normal, mukosa tidak
terakhir makan 3x sehari nasi 5 sdm hiperemis, gusi tampak
dengan lauk sedikit, tidak ada riwayat normal, tidak ada perdarahan.
alergi makanan maupun pantangan Leher : Tidak tampak pembesaran
makanan. kelenjar getah bening, tiroid
8. Food Recall 24 jam dan massa tumor, tidak ada
Energi: 885 kkal nyeri tekan.
Karbohidrat: 153 gram Thoraks
Protein: 29.8 gram Inspeksi : Terlihat simetris kiri dan
Lemak: 14.13 gram kanan, ikut gerak napas,
9. Kapasitas fungsional: pasien hanya tulang costa tampak
berbaring ditempat tidur, tidak bisa menonjol, lemak subkutan
melakukan aktifitas. pada daerah antar iga
Objektif berkurang.

Keadaan Umum : sakit sedang/E4M6V5 Palpasi : Sela iga kiri sama dengan
kanan, tidak teraba massa
1. Tanda Vital:
tumor, tidak teraba krepitasi,
Tekanan darah : 130/80 mmhg
vokal fremitus sama kiri dan
Nadi : 84x/menit kanan. Nyeri tekan tidak ada.
Pernapasan : 28x/menit Perkusi : Sonor pada kedua lapangan
Suhu : 37˚C paru, pekak jantung setinggi
2. Antropometri ICS V kiri. Pekak hepar
Panjang badan (PB) : 160 cm setinggi ICS VI kanan.
Lingkar lengan atas (LLA): 20 cm Auskultasi : Bunyi pernapasan
Berat badan ideal (BBI) : 60 kg bronkovesikuler, bunyi
Berat badan lila : 45.6 kg napas tambahan ronki ada
pada kedua lapangan paru,
% lila : 67%
wheezing tidak ada
3. Pemeriksaan Fisik
Jantung
Kepala
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Rambut : Warna putih, lurus, tidak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
mudah tercabut
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Mata : Konjungtiva tampak anemis
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni,
Hidung : Tidak tampak kelainan
bunyi tambahan tidak ada
Bibir : Tampak kering dan pecah-
Abdomen
pecah
Mulut : Tampak gigi geligi yang Inspeksi : Cekung, ikut gerak nafas
sudah tidak lengkap, papil Auskultasi : Bunyi peristaltik kesan
normal
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, tidak 2. Hiperkatabolik, akibat inflamasi
teraba masa tumor, tidak dan infeksi sekunder
teraba hepar maupun lien 3. Deplesi ringan system imun,
Perkusi : Timpani berkaitan dengan status gizi buruk,
Ekstremitas inflamasi
4. Pengetahuan pasien dan keluarga
Superior : Tampak muscle wasting. Tidak
mengenai gizi masih belum memadai.
tampak edema
- Masalah Potensial
Inferior : Tampak muscle wasting. Status gizi semakin buruk akibat dari
tampak ada edema (dorsum pemenuhan kebutuhan nutrisi jangka
pedis kiri) panjang yang tidak adekuat sehingga
4. Pemeriksaan Penunjang dan dapat memperlambat penyembuhan,
Laboratorium meningkatkan risiko komplikasi dan
Foto Thorax PA/AP (30-10-2017) mortalitas.
- TB paru lama aktif lesi luas disertai Penatalaksanaan Gizi
atelectasis sinistra Tujuan Penatalaksanaan Gizi:
- Efusi Pleura Sinistra
1. Mecegah kerusakan jaringan paru lebih
Assessment
lanjut
Diagnosis Medis 2. Meningkatkan imunitas
Bagian Interna : Tuberkulosis Paru on 3. Meningkatkan status gizi
treatment BTA positif 4. Mengatasi hiperkatabolisme dan deplesi
+atelectasis dan efusi ringan sistem imun
pleura 5. Meningkatkan pengetahuan gizi pasien
Diagnosis Gizi dan keluarganya.
Status gizi : Severe malnutrisi (ICD- Kebutuhan energi menggunakan
10 E 41.0) Formula Harris Benedict
Status metabolic : Hiperkatabolisme (ICD- Kebutuhan energi basal (KEB): (Formula
10 E88.9) Harris Benedict)
Deplesi ringan system imun (ICD-10 D 72.8) 66,5 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x umur)
Hiperkalemia (ICD-10 E87.5 ) 66,5 + (13,7 x 45.6) + (5 x 160) - (6,8 x 57 ) =
Status gastrointestinal : Fungsional 1110.42 kkal
Perencanaan (Planning) Kebutuhan energi total (KET):
Permasalahan: Kebutuhan energi basal x faktor aktifitas x
faktor stress
- Masalah Aktual
1. Severe malnutrisi, akibat asupan 1110.42 x 1,1 x 1,4 = 1709 kkal= 1700 kkal
nutrisi tidak adekuat, respon
inflamasi dan gangguan metabolisme
pada pasien tuberkulosis
Intervensi gizi: dietisien agar preskripsi diet dapat
1. Diet 1700 kkal dengan komposisi terlaksana.
makronutrien 9. Edukasi gizi pada pasien dan keluarga
• Protein: 1.5 g/kgBBI = 90 gram = 21 pasien berupa:
% • Perjalanan penyakit dan
• Karbohidrat: 50% = 212.5 gram prognosisnya
• Lemak: 29% = 54.7 gram • Peranan penting nutrisi dalam
2. Diet direncanakan 75 % KET (1200 penyembuhan penyakit pasien
kkal) via oral berupa ; • Motivasi pasien mengkonsumsi
• Makanan biasa 700 kkal (lauk 6 makanan dan suplementasi sesuai
porsi) anjuran
• Susu Formula tinggi protein 300 10. Lab: asam urat, profil lipid, UUN, cek
kkal (Tiap saji = 5 sendok takar ulang elektrolit
mengandung Energi 240 kkal dengan Terapi medis bagian penyakit dalam
kandungan protein 14 g, karbohidrat IVFD NaCl 0.9% 20 tts/24 jam
45 g dan lemak 3 g) N ace 200 mg/8jam
• Virgin Coconut oil 320 kkal
Ceftriaxone 2 gr/24 jam/iv
3. Jumlah, jenis dan komposisi diet dapat
berubah sesuai kondisi dan toleransi OAT
dan akan ditingkatkan bertahap dengan Betahistin 6 mg/8jam
manajemen peningkatan berat badan Paracetamol 500 mg/8jam
jika KET sudah tercapai. Monitoring dan Evaluasi
4. Koreksi hiperkalemia menunggu hasil 1. Penilaian keadaan umum dan tanda
laboratorium terbaru vital perhari
5. Kebutuhan cairan: 1800 cc/24 jam 2. Analisis asupan gizi meliputi jumlah dan
6. Suplementasi via oral: jenis makanan perhari
• Zink 20 mg/24 jam 3. Penilaian status gizi berdasarkan klinis
• Curcuma 400 mg/8 jam dan antropometri peminggu
• B1 4 mg, B2 4 mg, B6 4 mg, 4. Penilaian status metabolik berdasarkan
Nicotinamide 40 mg, Ca Pantothenate laboratorium perhari
20 mg/8 jam 5. Penilaian status gastrointestinal
• Vitamin C 100 mg/24 jam meliputi fungsi saluran cerna perhari
• Ca hydrogen phosphate 500 mg,
Pemeriksaan penunjang selama
cholecalciferol 133 IU )/ 24 jam
perawatan
• Vitamin A 6000 IU/24 jam
7. Monitoring: asupan harian, MSCT Thorax (tanpa kontras) 05-06-2017
antropometri, laboratorium - TB paru lama lesi luas
8. Kerjasama dan komunikasi yang - Atelectasis sinistra
baik dengan pasien, keluarga, dokter - Hidropneumothorax sinistra
penanggung jawab utama pasien dan - Bronchiektasis dextra
- Efusi pleura dextra dalam kondisi katabolik, mengalami
- Dilatation et atherosclerosis aortae penurunan berat badan dan memperlihatkan
gejala kekurangan vitamin dan mineral pada
saat diagnosis. Penurunan berat badan dapat
MIKROBIOLOGI (13-10-2017)
Pemeriksaan Sputum disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
asupan makanan berkurang karena hilangnya
Nilai nafsu makan, mual dan sakit perut, kehilangan
Mikrobiologi 26 / 8 /2015
Rujukan
unsur hara karena muntah dan diare dan
Pewarnaan
Negatif Negatif perubahan metabolik yang disebabkan oleh
BTA 1
Pewarnaan penyakit (WHO, 2013; Gupta et al, 2009).
Positif Negatif
BTA 2
Pada pasien ini, asupan makan pasien
Pewarnaan
BTA 3 negatif Negatif berkurang sejak 1 bulan yang lalu karena
sesak nafas. Penurunan asupan terjadi melalui
beberapa mekanisme antara lain peningkatan
IDENTIFIKASI DAN PENYELESAIAN sitokin pro inflamasi yang terjadi pada pasien
MASALAH GIZI TB dan saling berinteraksi dengan hormon
Identifikasi dan penyelesaian masalah dan neurotransmiter yang menyebabkan
gizi pada pasien ini sebagai berikut: penurunan asupan. Pada penderita TB terjadi
Severe Malnutrisi peningkatan sitokin pro inflamasi TNF-α, IL-
Diagnosis severe malnutrisi ditegakkan 1β, IL18, IL 6, TGFβ, IL10, IFNγ, IL17, IL22
berdasarkan antropometri didapatkan LLA (Fenton dan Vermeulen, 1996).
20 cm dengan PB 160 cm sehingga persentase Pada penderita TB terdapat peningkatan
LLA didapatkan 67% yang termasuk kategori sitokin TNF-α yang berkorelasi dengan
severe malnutrisi disertai dengan muscle peningkatan leptin. Leptin merupakan
wasting dan hilangnya lemak subkutan. hormon penekan nafsu makan. Leptin
Faktor risiko pada pasien ini adalah dan cholecystokinin (CCK) bekerja sama
merokok,, tingkat sosial ekonomi yang menimbulkan sensasi kenyang (Yeh et al,
rendah serta pendidikan yang rendah. 2008). Meta analisis menyarankan bahwa
Merokok meningkatkan risiko terinfeksi suplementasi kurkumin dapat meningkatkan
TB 2.5 kali lebih tinggi dibandingkan yang kadar adiponektin dan mengurangi leptin
tidak merokok (WHO, 2009). Kemiskinan (Panahi et al, 2016). Disamping itu curcuma
dan tingkat pendidikan rendah merupakan juga berfungsi memodulasi makrofag dengan
faktor determinan infeksi TB (Oxlade dan meningkatkan eliminasi M. tuberculosis
Murray, 2012). Gizi buruk dapat semakin intrasel melalui proses autofagi dan apoptosis
memperlemah kekebalan tubuh, sehingga (Chan et al, 2010; Bai et al, 2016) yang
meningkatkan kemungkinan TB laten akan mengurangi inflamasi pada pasien TB
berkembang menjadi penyakit aktif dan seshingga dapat menekan produksi sitokin
sebaliknya, TB dapat menyebabkan gizi pro inflamasi yang menurunkan nafsu makan.
buruk. Kebanyakan pasien TB aktif berada
Zinc juga memiliki peran penting merupakan reaksi inflamasi, terutama
dalam metabolisme vitamin A. Defisiensi ketika yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
zinc mengganggu sintesis retinol binding Lymphocytopenia juga telah digambarkan
protein sehingga mengurangi kadar retinol sebagai penanda diagnostik infeksi bakteri
plasma. Suplementasi zinc memiliki efek yang (Yoon et al, 2013). Peningkatan kadar lekosit
menguntungkan pada metabolisme vitamin A dan kadar prokalsitonin menandakan adanya
yangmemilikiperanpentingdalamTB.Vitamin infeksi bakteri (Koncoro dan Suta, 2015).
A dilaporkan menghambat multiplikasi basil Malnutrisi dan TB terkait erat, wasting
virulen, berperan penting dalam proliferasi pada penderita TB aktif merupakan kombinasi
limfosit dan dalam menjaga fungsi dari berbagai faktor seperti penurunan nafsu
epitel jaringan. Kadar retinol plasma yang makan dan asupan makan, meningkatnya
rendah dapat disebabkan sejumlah faktor kehilangan zat gizi, dangangguan metabolisme
antara lain asupan lemak kurang, demam akibat inflamasi dan respon imun. Pada saat
meningkatkan metabolisme dan ekskresi penderita TB terdiagnosis, laju metabolisme
vitamin A melalui urin, selama respon fase atau basal metabolic rate meningkat, namun
akut terjadi kebocoran proalbumin melalui disisi lain terjadi penurunan asupan energi
endotel pembuluh darah sehingga produksi disebabkan anoreksia. Selain itu penggunaan
retinol binding protein oleh hati berkurang, asam amino dan sintesis protein menurun
Pada pasien ini diberikan zinc 20 mg perhari karena adanya sitokin inflamasi. Kadar
dan vitamin A 6000IU/24 jam. antioksidan penderita TB aktif juga terbukti
Hiperkatabolisme lebih rendah sementara kadar stress oksidatif
Saat tubuh terinfeksi Mycobacterium lebih tinggi. (Schaible,2007)
tuberculosis, maka sistem imun akan Edukasi gizi secara umum yang
merespon infeksi bakteri tersebut dengan diberikan kepada keluarga pasien adalah
fagositosis makrofag melalui peristiwa sebagai berikut:
Respiratory burst. Respiratory burst 1. Makan dengan porsi kecil tapi sering
menyebabkan peningkatan Reactive untuk mencegah sesak. Pada awal
Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen fase intensif pengobatan, pasien TB
Intermediate (RNI) di paru-paru. Peningkatan mungkin masih mengalami batuk dan
ROS ini, dapat menimbulkan cedera jaringan ketidaknyamanan dalam bernafas yang
dan peradangan di paru. (Yuniastuti Ari, et al berdampak pada tingkat penerimaan
2013) makanan. Dosis obat fase intensif
Hiperkatabolisme yang terjadi pada yang masih cukup tinggi seringkali
pasien ini disebabkan oleh infeksi dan menimbulkan rasa mual pada pasien.
inflamasi akibat penyakit TB paru yang Frekwensi makan mulai dari 4 kali – 6
diderita yang ditandai dengan adanya kali per harinya dengan porsi yang kecil
muscle wasting, hilangnya lemak subkutan sesuai dengan toleransi pasien dengan
terjadi lekositosis dan deplesi system tambahan 3 kali makanan selingan.
imun. Peningkatan total WBC dan neutrofil
2. Makan makanan yang mengandung 2. Boloorsaz, M.R., Ali,R. M., Soheila, K
kalori dan protein tinggi. Protein et al., 2003. The Positive Effect of Oral
diberikan setiap kali makan 2 porsi Zinc Sulphate on Sputum Conversion of
masing-masing untuk hewani dan Patients with Pulmonary Tuberculosis.
nabati. Anjuran untuk konsumsi putih National Research Institute of
telur dan segelas susu setidaknya 2 kali Tuberculosis and Lung Disease,
sehari (siang dan sore hari). Anjuran Iran. Online] available at: http://
untuk mengkonsumsi protein dengan www.tanaffosjournal.ir/files_site/
nilai biologik tinggi. paperlist/r_551_120927093219.pdf
3. Memperhatikan jarak antara obat dan 3. Chan,E.D., et al., 2010. Curcumin
makanan, karena dapat mempengaruhi Enhances Macrophage Killing
bioavailabilitas isoniazid dan rifampisin Of Mycobacterium Tuberculosis.
dalam regimen terapi TB, setidaknya [Online]. Available: http://www.
diberikan jarak 30 menit - 1 jam setelah atsjournals.org/doi/pdf/10.1164/
meminum obat Fixed Drug Combination ajr c c m- c o nfe re nc e .2 0 1 0 .1 8 1 .1 _
(FDC) di pagi hari baru kemudian MeetingAbstracts.A3171
sarapan. 4. Coussensa,A,K., Robert J. W., Yasmeen
4. Meningkatkan asupan buah dan sayuran H., et al., 2012. Vitamin D accelerates
yang banyak mengandung mikronutrien resolution of inflammatory responses
yang dibutuhkan seperti yang banyak during tuberculosis treatment. [Online]
mengandung vitamin A, C dan zinc. available at: www.pnas.org/cgi/
5. Asupan cairan setidaknya 10-12 gelas doi/10.1073/pnas.1200072109 PNAS
air putih untuk memenuhi kebutuhan 5. Fenton, M.J and Vermeulen, M.W., 1996.
cairan yang harus terpenuhi saat sakit Immunopathology of Tuberculosis:
dan menjaga fungsi klirens ginjal Roles of Macrophages and Monocytes.
terhadap obat-obatan TB juga. Infection and immunity
6. Gupta, K. B., Gupta, R., Atreja, A., Verma,
DAFTAR PUSTAKA M., & Vishvkarma, S. 2009. Tuberculosis
and nutrition. Lung India : Official
1. Bai, X., et al, 2016.Curcumin enhances
Organ of Indian Chest Society, 26(1),
human macrophage control of
9–16. http://doi.org/10.4103/0970-
Mycobacterium tuberculosis infection.
2113.45198
[Online]. Available: http://onlinelibrary.
wiley.com/doi/10.1111/resp.12762/
abstract
7. Karyadi, E., Clive, E. W., Werner, S. et
al, 2002. A double-blind, placebo-
controlled study of vitamin A and
zinc supplementation in persons with
tuberculosis in Indonesia:effects on
clinical response and nutritional status.
Am J Clin Nutr;75:720–7. American
Society for Clinical Nutrition. [Online]
available at: http://ajcn.nutrition.org/
content/75/4/720.full.pdf+html
8. Oxlade, O and Murray, M., 2012.
Tuberculosis and Poverty: Why Are the
Poor at Greater Risk in India? [Online]
available at: http://journals.plos.org/
plosone/article?id=10.1371/journal.
pone.0047533
9. Panahi, Y., Hosseini,M.S., Khalili,
N., Naimi, E., Soflaei, S.S., Majeed,
M., Sahebkar,A., 2016. Effects of
supplementation with curcumin on
serum adipokine concentrations: A
randomized controlled trial. Nutritition.
[Online] available at:https://www.ncbi.
nlm.nih.gov/pubmed/27297718

Anda mungkin juga menyukai