ABSTRACT
People with visual impairment is one who just had a vision defect, not a personality flaw nor defect in the
will. Even reversed their eyesight defects, many of the potencies latent are difficult to actualize due to a lack of
accessibility that they can get. Therefore it would be wise if the government agencies / private sector are more
concerned and attentive to this issue. Blind people, as part of the Indonesian people, should be brought out of
poverty that shackled his life. This means that they are given the opportunity to transform themselves into better
by participating in education and training, so they can become professional and reliable. Thus, their the empower-
ment of people with visual impairment is an effort to improve a certain dignity in order to escape limitations.
Keywords: Blind People’s Empowerment
ABSTRAK
Penyandang tunanetra adalah orang yang hanya mengalami cacat penglihatan, tidak cacat kepribadian dan
tidak pula cacat dalam kemauan. Bahkan dibalik cacat penglihatan mereka, banyak potensi yang terpendam dan
sulit untuk diaktualisasikan karena minimnya aksesibilitas yang bisa mereka peroleh. Oleh karena itu, alangkah
bijaknya apabila lembaga pemerintah/swasta lebih peduli dan perhatian terhadap masalah ini. Penyandang
tunanetra sebagai, bagian dari masyarakat Indonesia harus dibawa keluar dari kemiskinan yang membelenggu
kehidupannya. Hal Ini berarti bahwa mereka diberi kesempatan untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan
keikutsertaannya dalam pendidikan dan pelatihan sehingga mereka bisa menjadi tenaga profesional dan dapat
diandalkan. Dengan demikian, pemberdayaan penyandang tunanetra merupakan upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat tertentu agar dapat lepas dari keterbatasan mereka.
Kata Kunci: Pemberdayaan Penyandang Tunanetra
| 211
faktor sebab dan usia kebutaan serta faktor Yayasan Mitra Netra dan PSBN Tan Miyat
lingkungan. Seseorang yang mengalami Bekasi Timur dalam memberdayakan para
kebutaan pada usia anak, secara umum akan penyandang tunanetra, khususnya melalui
lebih cepat dalam proses penyesuaian diri pendidikan dan pelatihan?
bila tinggal di lingkungan yang penuh den
gan keharmonisan. Sebaliknya, seseorang TUJUAN
yang mengalami kebutaan pada usia remaja,
secara umum membutuhkan waktu cukup 1) Mengetahui sarana, metode, bentuk, dan
lama dalam proses penerimaan, pemahaman, materi pendidikan dan pelatihan yang
dan penyesuaian diri. diperlukan penyandang tunanetra.
2) Sikap dan pandangan yang masih keliru. Di 2) Mendapatkan gambaran mengenai proses
mana banyak anggapan tunanetra tidak dapat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
berbuat apa-apa, kebutuhannya hanyalah di Yayasan Mitra Netra dan PSBN Tan
belas kasih sehingga memberikan peluang Miyat.
kepada tunanetra untuk tumbuh dan terbiasa 3) Mengetahui hambatan-hambatan yang
merupakan beban lingkungan. dihadapi Yayasan Mitra Netra dan PSBN Tan
Oleh karena itu pemberian pendidikan Miyat Bekasi Timur dalam memberdayakan
dan pelatihan kepada penyandang tunanetra penyandang tunanetra.
merupakan salah satu cara mendidik dan melatih
mereka agar bisa berdaya guna dan mampu meng TEORI
gunakan kekuatan tangannya sendiri sehingga 1) Pemberdayaan, menurut Bookman dan
dapat lebih optimis dalam merengkuh masa depan Morgan2 , merupakan konsep yang sedang
yang lebih cerah. Mengingat pendidikan dan mengacu pada usaha menumbuhkan keingi
pelatihan yang dilaksanakan tersebut diarahkan nan seseorang untuk mengaktualisasikan
guna mewujudkan SDM yang produktif dan diri, melakukan mobilitas ke atas serta
diharapkan dapat melahirkan tenaga-tenaga kerja memberikan pengalaman psikologis yang
yang dapat diandalkan oleh dunia kerja maka membuat seorang merasa berdaya. Adapun
sangatlah penting kita melakukan penelitian dasar-dasar pemberdayaan masyarakat yang
mengenai pemberdayaan penyandang tunanetra termasuk di dalamnya adalah:
melalui pendidikan dan pelatihan. Ini penting
a) Mengutamakan masyarakat, khususnya
dilakukan mengingat kapabilitas yang dimiliki
kaum miskin, buta huruf, dan kelompok
tunanetra tidak kalah dengan mereka yang
terpinggirkan.
awas asalkan adanya pemberian aksesibilitas
sebagai wujud perlakuan yang disetarakan guna b) Menciptakan hubungan kerja sama antara
mendapatkan kesamaan kesempatan sehingga masyarakat dan lembaga-lembaga pengem
mereka dapat mengaktualisasikan potensi dirinya bangan.
seoptimal mungkin. c) Memobilisasi dan optimalisasi penggunaan
sumber daya lokal secara berkelanjutan.
PERUMUSAN MASALAH d) Mengurangi ketergantungan.
1) Bagaimana sarana, metode, bentuk, dan e) Membagi kekuasaan dan tanggung jawab.
materi pendidikan serta pelatihan yang f) Meningkatkan tingkat keberlanjutan.3
diberikan Yayasan Mitra Netra dan PSBN 2) Pendidikan dan Pelatihan
Tan Miyat Bekasi Timur kepada para Menurut Supriatna4, pengembangkan
penyandang tunanetra? SDM dilakukan melalui jalur pendidikan yang
2) Bagaimana proses pelaksanaan pendidikan harus berakses pada hal-hal di bawah ini, yaitu:
dan pelatihan di Yayasan Mitra Netra dan a) Pemerataan kesempatan dalam mem
PSBN Tan Miyat Bekasi Timur? peroleh pendidikan yang mengandung
3) Hambatan-hambatan apa yang dihadapi makna kesempatan (equality opportunity),
4) Bimbingan dan pendampingan ujian, layanan 3) Kursus abakus bertujuan agar peserta didik
ini diberikan untuk membantu peserta didik tunanetra mempunyai fondasi yang kokoh
tunanetra yang akan menempuh ujian tengah dalam menerapkan prinsip-prinsip hitungan
semester, ujian akhir semester dan ujian me aritmatika yang meliputi penjumlahan, pen
masuki sekolah/perguruan tinggi. Layanan gurangan, perkalian dan pembagian dengan
berupa bimbingan dalam memahami materi menggunakan alat bantu berupa sempoa.
yang akan diujikan dan latihan mengerjakan Kegiatan ini merupakan upaya alternatif
soal ujian sehingga mereka dapat mengenal yang patut diterapkan dan dikembangkan,
perintah, bentuk, dan materi soal ujian serta karena bukan saja dapat meningkatkan
dapat menyesuaikan dengan waktu yang kemampuan berhitung peserta didik tu
disediakan. nanetra, tetapi lebih dari itu dapat pula
meningkatkan konsentrasi, imajinasi, daya
5) Kunjungan ke lembaga penyelenggara pen
ingat, ketahanan berpikir, kemandirian,
didikan terpadu agar dapat mengidentifikasi
ketekunan, disiplin, logika, dan sebagainya.
permasalahan-permasalahan yang mungkin
Terlebih lagi dalam kursus ini diberikan juga
muncul yang berkaitan dengan keberadaan
latihan untuk menghitung dengan mental,
peserta didik tunanetra di sekolah yang
yaitu menghitung tanpa menggunakan alat
menerimanya.
bantu apapun, melainkan semata-mata hanya
6) Membantu guru-guru di sekolah-sekolah mengandalkan kemampuan otak peserta
umum yang menerima siswa tunanetra. didik tunanetra. Pada tahap ini peserta didik
7) Bantuan pendidikan, program bantuan tunanetra dilatih membayangkan posisi
pendidikan dilatarbelakangi oleh kondisi naik turunnya manik sempoa di dalam otak
ekonomi sebagian besar peserta didik tu sebagai simbol pengganti angka. Jadi,
nanetra yang berasal dari kalangan kurang peserta didik tunanetra dapat secara efektif
mampu. dan efisien melakukan proses penghitungan
tanpa perlu menggunakan media coretan
Untuk membantu kemandirian tunanetra, kertas, sebagaimana umumnya dilakukan
Yayasan Mitra Netra juga menyelenggarakan oleh peserta didik yang berpenglihatan.
pelatihan-pelatihan yang terdiri dari: Dalam penyelenggaraan kursus abakus ini,
1) Kursus mengetik awas 10 jari bertujuan Yayasan Mitra Netra bekerja sama dengan
untuk menyiapkan tunanetra agar dapat Yayasan Aritmatika Indonesia guna melatih
berkomunikasi secara tertulis melalui huruf beberapa staf untuk menjadi instruktur pada
awas dengan orang yang berpenglihatan. kursus tersebut.