Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN PENYANDANG TUNANETRA

MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


(STUDI KASUS DI YAYASAN MITRA NETRA DAN PSBN TAN MIYAT)

BLIND PEOPLE’S EMPOWERMENT THROUGH


EDUCATION AND TRAINING
(CASE STUDIES IN THE MITRA NETRA FOUNDATION
AND PSBN MIYAT TAN)
Ray Septianis Kartika
Pusat Litbang Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri
E-mail: raseka_twpa@yahoo.com

ABSTRACT
People with visual impairment is one who just had a vision defect, not a personality flaw nor defect in the
will. Even reversed their eyesight defects, many of the potencies latent are difficult to actualize due to a lack of
accessibility that they can get. Therefore it would be wise if the government agencies / private sector are more
concerned and attentive to this issue. Blind people, as part of the Indonesian people, should be brought out of
poverty that shackled his life. This means that they are given the opportunity to transform themselves into better
by participating in education and training, so they can become professional and reliable. Thus, their the empower-
ment of people with visual impairment is an effort to improve a certain dignity in order to escape limitations.
Keywords: Blind People’s Empowerment

ABSTRAK
Penyandang tunanetra adalah orang yang hanya mengalami cacat penglihatan, tidak cacat kepribadian dan
tidak pula cacat dalam kemauan. Bahkan dibalik cacat penglihatan mereka, banyak potensi yang terpendam dan
sulit untuk diaktualisasikan karena minimnya aksesibilitas yang bisa mereka peroleh. Oleh karena itu, alangkah
bijaknya apabila lembaga pemerintah/swasta lebih peduli dan perhatian terhadap masalah ini. Penyandang
tunanetra sebagai, bagian dari masyarakat Indonesia harus dibawa keluar dari kemiskinan yang membelenggu
kehidupannya. Hal Ini berarti bahwa mereka diberi kesempatan untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan
keikutsertaannya dalam pendidikan dan pelatihan sehingga mereka bisa menjadi tenaga profesional dan dapat
diandalkan. Denga­n demikian, pemberdayaan penyandang tunanetra merupakan upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat tertentu agar dapat lepas dari keterbatasan mereka.
Kata Kunci: Pemberdayaan Penyandang Tunanetra

PENDAHULUAN penanganan khusus secara sungguh-sungguh


Pusat Data Indonesia Departemen Sosial1 men­ terhadap keberadaan kelompok masyarakat
gungkapkan bahwa penyandang cacat tahun 2006 rentan yang satu di antaranya adalah kelompok
adalah sebesar 2.063.840 jiwa. Atas dasar itulah penyandang tunanetra. Adapun faktor-faktor
maka pemerintah Indonesia senantiasa meng­ yang memengaruhi penyandang tunanetra untuk
upayakan pencapaian perwujudan keadilan dan mengaktualisasikan potensinya disebabkan
kemakmuran serta kecerdasan dan kesejahteraan beberapa hal, yaitu.
bagi seluruh masyarakat, dengan cara mengajak 1) Kurang siapnya penyandang tunanetra.
masyarakat agar memberikan atensi maupun Masalah ini sangat erat kaitannya dengan

| 211
faktor sebab dan usia kebutaan serta faktor Yayasan Mitra Netra dan PSBN Tan Miyat
lingkungan. Seseorang yang mengalami Bekasi Timur dalam memberdayakan para
kebutaan pada usia anak, secara umum akan penyandang tunanetra, khususnya melalui
lebih cepat dalam proses penyesuaian diri pendidikan dan pelatihan?
bila tinggal di lingkungan yang penuh den­
gan keharmonisan. Sebaliknya, seseorang TUJUAN
yang mengalami kebutaan pada usia remaja,
secara umum membutuhkan waktu cukup 1) Mengetahui sarana, metode, bentuk, dan
lama dalam proses penerimaan, pemahaman, materi pendidikan dan pelatihan yang
dan penyesuaian diri. diperlukan penyandang tunanetra.
2) Sikap dan pandangan yang masih keliru. Di 2) Mendapatkan gambaran mengenai proses
mana banyak anggapan tunanetra tidak dapat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
berbuat apa-apa, kebutuhannya hanyalah di Yayasan Mitra Netra dan PSBN Tan
belas kasih sehingga memberikan peluang Miyat.
kepada tunanetra untuk tumbuh dan terbiasa 3) Mengetahui hambatan-hambatan yang
merupakan beban lingkungan. diha­dapi Yayasan Mitra Netra dan PSBN Tan
Oleh karena itu pemberian pendidikan Miyat Bekasi Timur dalam memberdayakan
dan pelatihan kepada penyandang tunanetra penyandang tunanetra.
merupakan salah satu cara mendidik dan melatih
mereka agar bisa berdaya guna dan mampu meng­ TEORI
gunakan kekuatan tangannya sendiri sehingga 1) Pemberdayaan, menurut Bookman dan
dapat lebih optimis dalam merengkuh masa depan Morgan2 , merupakan konsep yang sedang
yang lebih cerah. Mengingat pendidikan dan mengacu pada usaha menumbuhkan keingi­
pelatihan yang dilaksanakan tersebut diarahkan nan seseorang untuk mengaktualisasikan
guna mewujudkan SDM yang produktif dan diri, melakukan mobilitas ke atas serta
diharapkan dapat melahirkan tenaga-tenaga kerja memberikan pengalaman psikologis yang
yang dapat diandalkan oleh dunia kerja maka membuat seorang merasa berdaya. Adapun
sangatlah penting kita melakukan penelitian dasar-dasar pemberdayaan masyarakat yang
mengenai pemberdayaan penyandang tunanetra termasuk di dalamnya adalah:
melalui pendidikan dan pelatihan. Ini penting
a) Mengutamakan masyarakat, khususnya
dilakukan mengingat kapabilitas yang dimiliki
kaum miskin, buta huruf, dan kelompok
tunanetra tidak kalah dengan mereka yang
terpinggirkan.
awas asalkan adanya pemberian aksesibilitas
sebagai wujud perlakuan yang disetarakan guna b) Menciptakan hubungan kerja sama antara
mendapatkan kesamaan kesempatan sehingga masyarakat dan lembaga-lembaga pengem­
mereka dapat mengaktualisasikan potensi dirinya bangan.
seoptimal mungkin. c) Memobilisasi dan optimalisasi penggunaan
sumber daya lokal secara berkelanjutan.
PERUMUSAN MASALAH d) Mengurangi ketergantungan.
1) Bagaimana sarana, metode, bentuk, dan e) Membagi kekuasaan dan tanggung jawab.
materi pendidikan serta pelatihan yang f) Meningkatkan tingkat keberlanjutan.3
diberikan Yayasan Mitra Netra dan PSBN 2) Pendidikan dan Pelatihan
Tan Miyat Bekasi Timur kepada para Menurut Supriatna4, pengembangkan
penyandang tunanetra? SDM dilakukan melalui jalur pendidikan yang
2) Bagaimana proses pelaksanaan pendidikan harus berakses pada hal-hal di bawah ini, yaitu:
dan pelatihan di Yayasan Mitra Netra dan a) Pemerataan kesempatan dalam mem­
PSBN Tan Miyat Bekasi Timur? peroleh pendidikan yang mengandung
3) Hambatan-hambatan apa yang dihadapi makna kesempatan (equality opportunity),

212 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


akse­sibilitas (accesibility) serta keadilan Bulus III Jakarta Selatan 12440 dan PSBN
dan kewajaran (equity ). Tan Miyat Bekasi Timur selama 3 bulan,
b) Relevansi pendidikan. yaitu dari bulan September–Desember 2004
dengan bentuk penyajian disertai data-data
c) Kualitas proses dan produk pendidikan
yang terbaru.
untuk menciptakan sumber daya manusia
bagi kepentingan pembangunan. 2) Cara Pengumpulan data adalah melalui:
d) Efisiensi pendidikan yang berkaitan erat a) Observasi sebagai pengamatan dan pen­
dengan tujuan pendidikan itu sendiri, baik catatan dengan sistematik fenomena-
makro maupun mikro. fenomena yang diselidiki sekaligus diamati
oleh penulis. Dalam mengumpulkan data,
Peraturan Pemerintah5 No.71 tahun 1991 pasal
penulis terjun langsung melihat pelaksa­
6 ayat 2 menyebutkan bahwa penyelenggaraan
naan pendidikan dan pelatihan di Yayasan
latihan kerja dapat dilakukan untuk perorangan
Mitra Netra dan PSBN Tan Miyat Bekasi
atau kelompok, dengan pelaksanaan di
Timur sehingga penulis dengan sendirinya
lembaga latihan kerja, latihan kerja keliling,
akan memahami sekaligus dapat mem­
tempat kerja, pemagangan dan di tempat lain
peroleh data yang otentik dikarenakan
yang memenuhi persyaratan akreditasi.
data tersebut adalah hasil dari pengamatan
3) Hakikat Belajar penulis sendiri di Yayasan Mitra Netra dan
Definisi belajar bergantung pada teori belajar PSBN Tan Miyat Bekasi Timur.
yang dianut oleh seseorang. Ada beberapa b) Wawancara, yaitu percakapan secara
batasan mengenai teori ini sebagaimana yang mendalam dengan bertatap muka dengan
dikutip Nasution 6, yaitu: tujuan memperoleh informasi yang aktual.
a) Belajar adalah perubahan-perubahan dalam Pada wawancara ini penulis menggunakan
sistem urat saraf sebagai hasil respons pedoman wawancara dengan memakai
terhadap stimulus. tape recorder, memo, dan catatan-catatan
b) Belajar adalah penambahan pengetahuan dengan tujuan mempermudah proses
yang membawa perubahan pada individu pencatatan dalam penulisan. Dalam hal
dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, ini, penulis mewawancarai tutor dan klien
pengertian, penghargaan, minat, dan penyandang tunanetra yang mengikuti
penyesuaian diri. pendidikan dan pelatihan di Yayasan Mitra
4) Klien Tunanetra menurut Buku Putih Reha­ Netra dan PSBN Tan Miyat Bekasi Timur,
bilitasi Sosial Cacat Netra,7 tunanetra adalah serta pimpinan Yayasan Mitra Netra dan
seseorang yang tidak dapat menghitung PSBN Tan Miyat Bekasi Timur.
jari-jari tangan pada jarak satu meter di c) Studi Kepustakaan adalah teknik mengum­
depannya dengan menggunakan indra mata, pulkan data dengan cara mengumpulkan
dengan kriteria tunanetra total (Totally informasi yang bersumber dari buku-buku
Blind) dan tunanetra yang masih mempunyai perpustakaan, foto-foto, laporan penelitian,
sisa penglihatan (Low Vision ). kumpulan makalah, dan situs internet.
5) Pemberdayaan tunanetra merupakan upaya Data yang penulis peroleh tersebut tidak
untuk meningkatkan harkat dan martabat hanya didapat dari satu perpustakaan saja,
lapisan tertentu dalam masyarakat yang tetapi juga dari perpustakaan PDII LIPI,
berada dalam kondisi kurang mampu untuk perpustakaan UMJ, baik FISIP maupun
lepas dari perangkap keterbatasan mereka. pusat dan perpustakaan nasional.
3) Metode analisis data, di dalam penelitian ini
teknik analisis data yang digunakan adalah
METODE PENELITIAN studi kasus, dengan terlebih dahulu men­
1) Waktu dan Tempat, Penelitian ini telah gelompokkan jawaban ataupun keterang-
dilaksanakan di Yayasan Mitra Netra an responden terkait dengan perumusan
Jakarta Selatan Jln. Gunung Balong II Lebak masalah. Lalu mengintrepretasikan data

Pemberdayaan Penyandang Tunanetra ... | Ray Septianis Kartika | 213


tersebut ke dalam bentuk narasi dan meng­ ruangan untuk PKK dan Activity Daily Living
hubungkan data tersebut dengan teori yang (ADL), ruangan untuk lokal kerja (keterampilan),
ada sekaligus mengembangkan opini penulis ruangan untuk teori dan praktik massage, ruangan
terkait pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk show room, ruangan untuk kesenian, 1 ruang-
yang dilakukan di kedua lembaga tersebut. an untuk teori dan praktik shiatsu dan satu untuk
praktik kerja lulusan Massage dan Shiatsu di Lt. 1
HASIL DAN PEMBAHASAN gedung milik bersama, buku panduan pendidikan
umum, komputer bicara, CCTV, display Braille,
Sarana, Metode, Bentuk, dan Materi print Braille, patung Biologi, alat-alat musik, buku
Pendidikan dan Pelatihan massage dan shiatsu, krem untuk massage, tempat
Sebagaimana yang telah dilakukan pengumpulan tidur, ruang teori dan praktik shiatsu, titik-titik
data di Yayasan Mitra Netra maupun PSBN meridian, serta komputer bicara.
Tan Miyat Bekasi Timur, maka hasil penelitian
mengenai pemberdayaan penyandang tunanetra Metode Pengajaran
melalui pendidikan dan pelatihan dapat terlihat
Metode pengajaran yang digunakan Yayasan
pada terpenuhinya sarana pendukung kegiatan,
Mitra Netra meliputi metode imajinatif, misalnya
metode pengajaran yang optimal, bentuk pen­
menghafal angka, metode realistik dengan
didikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh
menyentuhkan tangan ke benda-benda faktual
keduanya serta materi pendidikan yang relevan
(yang dapat diraba), metode pengajaran intuitif,
dengan pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan.
yaitu menggabungkan unsur imajinatif dengan
Hasil penelitian tersebut dapat dilihat dibawah ini.
realistik, metode pengajaran by self orientaty the
shape of the materials yaitu siswa mempelajari
Sarana Pendidikan dan Pelatihan sendiri benda-benda yang ada di sekelilingnya
Yayasan Mitra Netra memiliki sarana dan untuk mendapatkan pengertian pemahaman
prasarana yang dapat mendukung terlaksananya tentang benda dan bentuknya dan metode
pendidikan dan pelatihan, yang mencakup ruang pengajaran by empirisme, yaitu siswa memahami
kelas, komputer bicara, tape recorder, alat peraga alam atau benda-benda dengan memanfaatkan
matematika, globe timbul, ketik berhitung Braille, alam semesta, contoh bunyi-bunyi benda,
Heather Machine untuk membuat gambar timbul, sentuhan angin. Sementara itu, PSBN Tan Miyat
Braille display, jaws, buku bicara dalam bentuk mengadopsi metode pengajaran yang digunakan
kaset dan digital, perpustakaan kaset, studio oleh para tutor, meliputi metode ceramah, tanya
rekaman, Mitranetra Braille Converter (MBC) jawab, dan praktik.
yang merupakan sebuah perangkat lunak yang
dapat melakukan konversi dokumen teks latin Bentuk Pendidikan dan Pelatihan
berbahasa Indonesia ke dalam dokumen Braille
Bentuk pendidikan dan pelatihan yang diadakan
secara otomatis, mesin ketik manual, internet,
Yayasan Mitra Netra dalam rangka memberday­
buku panduan komputer dalam huruf Braille,
akan penyandang tunanetra berupa.
CCTV, Print Braille dan layanan perpustakaan
braille online dengan mengutamakan penyediaan 1) Bimbingan dan pendampingan memasuki
buku MIPA dan bahasa Inggris. sekolah/perguruan tinggi. Layanan ini ber­
tujuan untuk: (a) memberikan informasi dan
Tak hanya Yayasan Mitra Netra, PSBN Tan
penyuluhan kepada peserta didik tunanetra
Miyat juga menyediakan sarana dan prasarana
agar mereka memahami kemampuan, minat
guna menunjang terlaksananya kualitas pendidik-
dan bakat serta sumber-sumber penunjang
an dan pelatihan yang optimal seperti ruangan un­
yang tersedia sehingga dapat memilih
tuk kelas persiapan, ruangan untuk Sekolah Dasar
sekolah/perguruan tinggi yang tepat dan (b)
dan Sekolah Menengah Pertama, ruangan untuk
memberikan informasi kepada pengelola
latihan OM, ruangan untuk kepala sekolah, guru
sekolah/perguruan tinggi mengenai hak-hak
dan TU, ruangan perpustakaan, ruangan untuk
pendidikan dan kemampuan tunanetra
psikologi dan konsultasi, asrama putra dan putri,
untuk mengikuti proses pendidikan secara

214 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


terpadu sehingga mereka bersedia meneri­ 2) Kursus komputer bicara, kursus ini di-
manya. Layanan ini diberikan karena masih selenggarakan sebagai tindak lanjut kursus
adanya penolakan dari sekolah/perguruan mengetik awas sepuluh jari. Tujuan peny­
tinggi umum untuk menerima peserta fisik elenggaraan kursus ini adalah memberikan
tunanetra. bekal keteram­pilan kepada tunanetra agar
2) Pendampingan belajar, layanan ini diberikan dapat mengope­rasikan komputer sebagai
untuk membantu peserta didik tunanetra sarana bantu untuk kebutuhan hidup yang
agar dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah/ menggunakan teknologi tinggi. Bagi tu­
perguruan tinggi, termasuk di dalamnya nanetra, untuk mengoperasikan komputer
pengalihan tulisan dari huruf Braille ke dapat dilakukan dengan cara, yaitu dengan
dalam huruf latin. menggunakan speech synthesizer, berupa
3) Tutorial dan Remedial, layanan ini diberikan software yang dapat mengubah tampilan
untuk membantu peserta didik tunanetra pada monitor menjadi suara atau dengan
dalam memahami mata pelajaran tertentu, menggunakan Braille display, berupa alat
terutama matematika, fisika, biologi, kimia (hardware) yang dapat menampilkan data
dan bahasa asing. tulisan pada monitor dalam huruf Braille.

4) Bimbingan dan pendampingan ujian, layanan 3) Kursus abakus bertujuan agar peserta didik
ini diberikan untuk membantu peserta didik tunanetra mempunyai fondasi yang kokoh
tunanetra yang akan menempuh ujian tengah dalam menerapkan prinsip-prinsip hitungan
semester, ujian akhir semester dan ujian me­ aritmatika yang meliputi penjumlahan, pen­
masuki sekolah/perguruan tinggi. Layanan gurangan, perkalian dan pembagian dengan
berupa bimbingan dalam memahami materi menggunakan alat bantu berupa sempoa.
yang akan diujikan dan latihan mengerjakan Kegiatan ini merupakan upaya alternatif
soal ujian sehingga mereka dapat mengenal yang patut diterapkan dan dikembangkan,
perintah, bentuk, dan materi soal ujian serta karena bukan saja dapat meningkatkan
dapat menyesuaikan dengan waktu yang kemampuan berhitung peserta didik tu­
disediakan. nanetra, tetapi lebih dari itu dapat pula
meningkatkan konsentrasi, imajinasi, daya
5) Kunjungan ke lembaga penyelenggara pen­
ingat, ketahanan berpikir, kemandirian,
didikan terpadu agar dapat mengidentifikasi
ketekunan, disiplin, logika, dan sebagainya.
permasalahan-permasalahan yang mungkin
Terlebih lagi dalam kursus ini diberikan juga
muncul yang berkaitan dengan keberadaan
latihan untuk menghitung dengan mental,
peserta didik tunanetra di sekolah yang
yaitu menghitung tanpa menggunakan alat
menerimanya.
bantu apapun, melainkan semata-mata hanya
6) Membantu guru-guru di sekolah-sekolah mengandalkan kemampuan otak peserta
umum yang menerima siswa tunanetra. didik tunanetra. Pada tahap ini peserta didik
7) Bantuan pendidikan, program bantuan tunanetra dilatih membayangkan posisi
pendidikan dilatarbelakangi oleh kondisi naik turunnya manik sempoa di dalam otak
ekonomi sebagian besar peserta didik tu­ sebagai simbol pengganti angka. Jadi,
nanetra yang berasal dari kalangan kurang peserta didik tunanetra dapat secara efektif
mampu. dan efisien melakukan proses penghitungan
tanpa perlu menggunakan media coretan
Untuk membantu kemandirian tunanetra, kertas, sebagaimana umumnya dilakukan
Yayasan Mitra Netra juga menyelenggarakan oleh peserta didik yang berpenglihatan.
pelatihan-pelatihan yang terdiri dari: Dalam penyelenggaraan kursus abakus ini,
1) Kursus mengetik awas 10 jari bertujuan Yayasan Mitra Netra bekerja sama dengan
untuk menyiapkan tunanetra agar dapat Yayasan Aritmatika Indonesia guna melatih
berkomunikasi secara tertulis melalui huruf beberapa staf untuk menjadi instruktur pada
awas dengan orang yang berpenglihatan. kursus tersebut.

Pemberdayaan Penyandang Tunanetra ... | Ray Septianis Kartika | 215


4) Kursus bahasa Inggris, kursus ini diseleng­ 7) Latihan/bimbingan OM (orientasi dan mo­
garakan untuk membantu siswa/mahasiswa bilitas) bertujuan memberikan kemampuan
tunanetra dalam mempelajari bahasa Inggris, pada klien untuk mengenali dan bergerak
serta untuk mengoptimalkan pemanfaatan dengan secepat dan setepat mungkin di
Meldict (Mitranetra Electronic Dictionary). lingkungannya. Kegiatan ini dilaksanakan
Para siswa yang mengikuti kursus ini dibagi melalui latihan pengamatan lingkungan
dalam kelas-kelas sesuai dengan kemampuan dan latihan berjalan menggunakan sisa
awal yang mereka miliki. indra yang masih ada serta dibantu dengan
tongkat.
Hampir sama yang dilakukan yayasan Mitra 8) Bimbingan Activity of Daily Living (ADL)
Netra, PSBN Tan Miyat turut pula memberikan bertujuan menumbuhkembangkan kemam­
atensinya kepada penyandang tunanetra dalam puan kepada klien untuk melakukan kegiatan
bentuk pendidikan dan pelatihan seperti: rutin dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan
1) Bimbingan kecerdasan SLB terdiri dari: ini dilakukan melalui berbagai latihan untuk
a) Sekolah Dasar terdiri dari kelas 1/per­ melaksanakan kegiatan, seperti mencuci,
siapan berjumlah 6 orang, lalu pada kelas menyetrika, menyapu, mengatur tempat
2 berjumlah 3 orang, serta pada kelas 3 tidur, mengepel lantai, dan sebagainya.
berjumlah 7 orang, dan kelas 4 berjumlah 9) Bimbingan mental bertujuan untuk me­
2 orang, kelas 5 berjumlah 5 orang, dan numbuhkembangkan kemampuan mental
kelas 6 berjumlah 6 orang. secara positif sehingga memiliki rasa
b) Sekolah Menengah Pertama terdiri dari harga diri, percaya diri, tanggung jawab,
kelas 1 berjumlah 4 orang, pada kelas 2 dan sebagainya.
berjumlah 7 orang, dan kelas 3 berjumlah 10) Bimbingan sosial bertujuan untuk menumbuh­
2 orang. kembangkan kemampuan bersosialisasi agar
c) Sekolah Menengah Atas terdiri dari klien dapat menjadi anggota masyarakat yang
kelas 1 berjumlah 4 orang, dan kelas 2 bertanggung jawab. Kegiatan ini dilaksanakan
berjumlah 7 orang, sedangkan pada kelas melalui latihan-latihan kerja sama, bergotong
3 berjumlah 2 orang. royong, sopan santun, menghargai orang lain,
2) Bimbingan keterampilan massage berjumlah ketaatan pada tata tertib, dan sebagainya.
24 orang.
3) Bimbingan keterampilan shiatsu berjumlah Materi Pendidikan dan Pelatihan
13 orang. Dalam aplikasinya, materi yang diberikan kepada
4) Bimbingan keterampilan meliputi anyaman tunanetra di Yayasan Mitra Netra meliputi semua
rotan berjumlah 24 orang, keset berjumlah mata pelajaran dari SD-Perguruan tinggi, microsoft
17 orang, dan taplak Bali berjumlah 10 access, internet, excel, word, power point, gram-
orang. mar, dan conversation. Diikuti pula oleh PSBN
5) Praktik belajar kerja (PBK), yaitu memper­ Tan Miyat yang memberikan materi yang sama
siapkan klien dalam rangka penyaluran ke seperti sekolah umum, hanya bedanya mereka
suatu lapangan pekerjaan tertentu. mempelajari huruf Braille, materi ostiologi, ilmu
otot, teknik-teknik pijat seperti thump trust-
6) Pendidikan (integrasi) yang mana bentuk
ing, tapping, first rocker, the pitcher, juga
pendidikan ini dilaksanakan bagi klien
diperkenalkan dengan titik-titik pijat, garis-garis
yang berkemampuan dan dinilai mampu
meridian, kewiraswastaan, keselamatan kerja,
untuk melanjutkan pendidikannya ke SMA/
budi pekerti, bimbingan sosial, fisiologi, serta
sederajat. Dalam pelaksanaannya mereka
di shiatsu materinya ada teknik tekanan, posisi
belajar bersama-sama dengan teman-teman
duduk, telungkup, dan telentang.
yang awas di sekolah umum.

216 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Hambatan-Hambatan
Pendidikan dan pelatihan di Yayasan Mitra Netra Ada beberapa hambatan yang dihadapi Yayasan
dan PSBN Tan Miyat dilaksanakan setiap hari Mitra Netra dan PSBN Tan Miyat dalam mewu­
kecuali hari Minggu dan hari libur lainnya yang judkan kemandirian tunanetra di antaranya adalah
diikuti oleh klien atau siswa siswi tunanetra Pertama tumbuhnya sikap apatis dan tertutup dari
yang berada di Yayasan Mitra Netra dan PSBN orang tua dalam memberikan dukungan kepada si
Tan Miyat. Dalam menyelenggarakan misi anak. Kedua adalah kesulitan memperoleh wali
kemanusiaannya, PSBN Tan Miyat mengadakan pengganti bagi anak tunanetra yang terlantar dan
hubungan kerja sama dengan instansi terkait, adanya orang tua yang kesulitan memasukkan
baik pemerintah maupun swasta antara lain anaknya ke panti karena terbentur faktor ekonomi.
Yayasan Mitra Netra, Pertuni, Fakultas kedok­ Ketiga adalah keterbatasan kemampuan si pe­
teran UI, JICA dalam bentuk penyediaan tenaga nyandang tunanetra dalam menerima peng­ajaran,
instruktur dari Jepang dan kelengkapan pelatihan yang dikarenakan sarana dan prasarana yang
shiatsu dalam rangka penuntasan program tersedia di Yayasan Mitra Netra kurang memadai.
pelayanan rehabilitasi sosial. Depdiknas Jabar Menyimak keterangan di atas, selain
dan Kandepdiknas Bekasi dan DKI Jakarta, faktor lingkungan mikro seperti keluarga yang
dalam menyediakan tenaga pengajar SLB dan secara siginifikan dapat memicu terjadinya
berbagai pelatihan keterampilan/penataran bagi penghambatan dalam diri si tunanetra Juga, sikap
guru SLB serta bantuan buku-buku panduan masyarakat yang kurang merespons kemampuan
belajar, IBF (Inverso Vaglivo Foundation) dalam tunanetra dalam bekerja sehingga secara mental
bentuk pelayanan deteksi dini bagi klien low mereka mengalami kesulitan untuk bersosialisasi
vision serta bantuan kacamata. Adapun pelayanan dan bersaing dengan masyarakat awas lainnya.
kesehatan yang dilakukan Puskesmas Kabupaten/
Kodya Bekasi, adalah setiap 1 minggu sekali,
PEMBAHASAN
Dinas Sosial Bekasi dan para Petugas Sosial
Kecamatan adalah dalam bentuk koordinasi untuk Yayasan Mitra Netra dan PSBN Tan Miyat
penerimaan klien baru,YPI - 45 Bekasi dalam Bekasi Timur secara praktiknya telah mampu
bentuk penyelenggaraan sekolah integrasi SMU/ memberdayakan penyandang tunanetra dengan
sederajat, dan sebagainya. cara mendidik dan melatih, sekaligus berkreasi
Begitu pula Yayasan Mitra Netra yang dan berinovasi sehingga mereka dapat bangkit
bekerja sama dengan Force Foundation dan dari keterpurukannya dan ketidakberdayaannya.
Cordaid dari Belanda pada bulan Juni 2002 Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan
dalam menyelenggarakan “workshop produksi Bookman dan Morgan dalam buku Pember­
buku Braille di Indonesia”, yang dihadiri antara dayaan Konsep, Kebijakan dan Implementasi
lain oleh 15 produser buku Braille di Jaringan bahwa pemberdayaan harus mengacu pada usaha
kerja sama antara produser buku Braille di In­ menumbuhkan keinginan seseorang untuk
donesia yang telah dilembagakan dalam bentuk mengaktualisasikan diri, melakukan mobilitas
komunitas e-Braille Indonesia (Ke-BI), organisasi ke atas serta memberikan pengalaman psikologis
ketunanetraan di daerah, Kementerian Pendidikan yang membuat dirinya merasa berdaya. Selaras
Nasional. dengan hal tersebut, penulis menegaskan bahwa
memang peserta yang telah dididik maupun
Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa
dilatih oleh Yayasan Mitra Netra maupun PSBN
penyediaan dana digunakan untuk kegiatan
Tan Miyat berkesempatan bersaing di dunia
pendidikan dan pelatihan di Yayasan Mitra Netra
kerja, dengan cara menyalurkan skill mereka
atas kontribusi dana negara Belanda, lain halnya
agar mampu berkontribusi secara aktif di instansi
dengan PSBN Tan Miyat yang sumber dana
swasta yang notabene mau menerima kehadiran
kegiatannya berasal dari APBN. Dengan harapan
mereka. Contohnya, banyak tunanetra yang telah
proses pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
bekerja sebagai Operator Telepon di PT Sandoz
oleh kedua lembaga tersebut menjadikan penyan­
Biochermic Farma Indonesia, PT Indosiar Visual
dang tunanetra dapat berpartisipasi aktif sesuai
Mandiri, Rumah Sakit Fatmawati, PT. Batubara
dengan kemampuan mereka.

Pemberdayaan Penyandang Tunanetra ... | Ray Septianis Kartika | 217


Umbilin Sawah Lunto, Penyiar radio non berita, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
operator studio rekaman, dan konseptor. Bahkan tanpa memandang status sosialnya di
langkah tepat yang dilakukan PSBN Tan Miyat masyarakat asalkan ada kemauan dalam diri
adalah membuka praktik memijat maupun shiatsu mereka untuk mengubah nasib.
di tempat panti dengan sasaran konsumennya 2) Aksesibilitas, seperti yang kita ketahui
adalah masyarakat umum di sekitar panti. bahwa di kedua lembaga tersebut telah
Upaya PSBN Tan Miyat mendirikan tempat menyediakan segala kemudahan-kemudahan
praktik tersebut sejalan dengan yang diungkapkan bagi tunanetra. Seperti penyediaan buku
Bookman dan Morgan mengenai dasar-dasar bicara, CCTV, komputer bicara, alat peraga
pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah matematika, globe timbul, dan banyak
mengurangi ketergantungan. Di mana peserta lainnya.
didik di PSBN Tan Miyat selain dapat menerapkan 3) Keadilan dan kewajaran. Tidak ada satu pun
dan mengasah ilmu yang mereka peroleh juga peserta didik yang merasa diperlakukan
sekaligus dapat menambah pemasukan uang saku tidak adil bahkan yang paling ekstrim
mereka sehari-harinya. adalah tidak manusiawi. Semua peserta
Kemampuan para peserta didik untuk didik merasa senang bisa mengikuti program
menambah pendapatan itu tentu saja berbuah ini. Harapan mereka adalah mereka tidak
kebanggaan dan motivasi dalam diri mereka lagi hidup seperti parasit yang mengharap
karena dengan kepercayaan diri yang tinggi akan belas kasih orang, namun yang terpenting
memudahkan bagi mereka untuk berkarya. Bah­ adalah mereka dapat menggunakan kekuatan
kan masyarakat awam dapat lebih terbuka hatinya tangannya sendiri untuk berdiri dan hidup
serta menyadari bahwa penyandang tunanetra karena mereka yakin dan optimis bahwa
saat ini bukanlah makhluk yang lemah dan tidak dibalik kekurangan mereka banyak sekali
berdaya, namun insan yang memiliki daya pikir kelebihan yang dimiliki dan belum tentu
dan kapabilitas yang sejajar dengan masyarakat dapat dimiliki oleh orang yang awas.
normal lainnya.
Penulis berpendapat bahwa pendidikan dan
Hal menarik yang ditemui selama melakukan pelatihan yang dilakukan Yayasan Mitra Netra
penelitian adalah bentuk pendidikan dan pelatihan dan PSBN Tan Miyat dimaksudkan agar para
yang diberikan keduanya sangat berbeda, di mana penyandang tunanetra dapat:
Yayasan Mitra Netra lebih mengadopsi pada pem­
1) Meningkatkan kepribadiannya serta lebih
berian sarana kegiatan untuk operasional yang
percaya diri dan mampu untuk melakukan
lebih modern dan mengikuti kemajuan teknologi,
pekerjaan.
sedangkan sarana dan bentuk pendidikan dan
2) Meningkatkan kualitas pengetahuan dan
pelatihan yang diberikan PSBN Tan Miyat lebih
keterampilan.
bersifat konvensional, salah satunya memijat dan
3) Menumbuhkan rasa kemandirian dan siap
shiatsu. Asumsinya peluang dunia kerja sangat
memasuki lapangan kerja.
besar membutuhkan tenaga tunanetra saat ini.
Apabila kita tarik benang merahnya, upaya Dari hasil penelitian di atas, perlu penulis
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan di sedikit kemukakan bahwa pendidikan dan
Yayasan Mitra Netra maupun PSBN Tan Miyat pelatihan sebagaimana yang telah dilakukan
telah sesuai dengan yang diungkapkan Supriatna tersebut juga dibenturkan pada suatu kondisi yang
dalam bukunya “Birokrasi, Pemberdayaan dan dapat menghambat peserta didik untuk mengikuti
Pengentasan Kemiskinan” bahwa pengemban­ pendidikan dan pelatihan, baik yang bersumber
gan potensi tunanetra dilakukan melalui jalur dari dalam lembaga itu sendiri, maupun keluarga
pendidikan yang telah berakses pada pemerataan dan masyarakat. Adapun hambatan-hambatan
kesempatan dalam memperoleh pendidikan yang yang ditemui seperti (1) keterbatasan jumlah
mengandung makna: tenaga tutor di mana jumlah peserta didik melebihi
1) Kesempatan, di mana semua penyandang jumlah tutor yang ada, yang otomatis tidak terca­
tunanetra diberikan kesempatan yang sama painya proses belajar mengajar yang efektif dan

218 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


kurangnya tenaga tutor yang memahami komputer dengan perkembangan IPTEK saat ini, yang
bicara sebagaimana yang terjadi di PSBN Tan Mi­ otomatis akan membawa progress yang baik
yat. Alhasil komputer bicara tersebut terbengkalai bagi perkembangan klien tunanetra terutama
karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki mereka yang mengikuti pendidikan dan
oleh tutor dalam mengaplikasikan ilmunya pelatihan di Yayasan Mitra Netra dan PSBN
kepada peserta didik. (2) Tingkat kemampuan Tan Miyat.
yang tidak sama yang dimiliki oleh penyandang 2) Lebih lanjut penelitian ini mengungkapkan
tunanetra untuk menyerap ilmu yang diberikan bahwa pendidikan dan pelatihan di Yayasan
oleh tutor karena kebanyakan dipengaruhi oleh Mitra Netra dan PSBN Tan Miyat dilak­
faktor usia si anak, di mana banyak dari mereka sanakan dengan jadwal waktu dan hari yang
yang sudah berusia lebih dari 17 tahun, karena ke­ bersamaan, dengan catatan pada hari minggu
banyakan dari penyandang tunanetra mengalami ataupun hari besar lainnya tidak ada aktivitas
keterlambatan sekolah karena banyak faktor yang berarti di kedua lembaga tersebut.
yang memengaruhinya dan biasanya berkaitan Ditambah lagi adanya kerja sama dengan
dengan psikologis anak yang merasa minder pihak ketiga guna mendukung keberhasilan
untuk bersekolah di sekolah umum. (3) Tidak program di Yayasan Mitra Netra maupun
adanya dukungan orang tua, baik moril maupun PSBN Tan Miyat.
materiil terhadap keberadaan tunanetra, mungkin
3) Hambatan yang dihadapi Yayasan Mitra
ini bisa disebabkan tingkat ekonomi yang rendah,
Netra maupun PSBN Tan Miyat adalah
kurangnya informasi orang tua bahwa anak yang
faktor eksternal yang merujuk pada sikap
dilahirkannya bisa mempunyai peluang untuk
pesimis dan acuh tak acuh orang tua dalam
dibina dan bisa pula diandalkan untuk menopang
memberikan dukungan, kesulitan mem­
perekonomian keluarga mereka.
peroleh wali pengganti bagi anak tunanetra
Oleh karena itu, meski hambatan-hambatan yang terlantar, ketidakmampuan orang tua
ditemui dalam pelaksanaan pendidikan dan pelati­ untuk memasukkan anaknya ke dalam panti
han, yang perlu digarisbawahi bahwa penyandang karena faktor ekonomi, terbatasnya sarana
tunanetra telah dapat memperoleh hak-haknya dan prasarana yang tersedia, jumlah tenaga
sebagai warga negara Indonesia karena diberikan pengajar atau tutor yang sangat minim, di
kesempatan yang sama dengan warga negara tambah lagi kurang antusiasnya masyarakat
lainnya guna mengeksplorasi segenap daya, dalam menerima tenaga kerja tunanetra.
upaya, kemampuan bahkan daya pikirnya untuk Hal itu, diikuti pula oleh faktor internal
berperan aktif dalam pembangunan. yang dihadapi klien pada umumnya yang
meliputi kurang siapnya mental penyandang
KESIMPULAN tunanetra dalam menghadapi persaingan
dengan masyarakat awas sekaligus kesulitan
1) Sarana, metode, bentuk maupun materi
tunanetra saat bersosialisasi di dunia kerja
pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
serta tingkat kemampuan si penyandang
Yayasan Mitra Netra maupun PSBN Tan
tunanetra dalam menerima pengajaran yang
Miyat pada prinsipnya sangat bermanfaat
menuntut adanya kesabaran, ketekunan
bagi penyandang tunanetra dalam men­
maupun keuletan tutor dalam mengajari
gaktualisasikan bakat terpendam dalam
mereka.
dirinya. Karena kesemuanya tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain sehingga dengan SARAN
penyediaan sarana yang lengkap, metode, 1) Bagi Yayasan Mitra Netra dan PSBN Tan
dan materi yang tepat akan membawa Miyat hendaknya sarana dan prasarana
angin segar dalam diri tunanetra untuk yang tersedia harus ditingkatkan lagi se-
selangkah lebih maju dari sebelumnya. Oleh perti penambahan jumlah sarana komputer
sebab itu, ada relevansinya antara bentuk beserta jaws-nya, penyediaan kaset untuk
pendidikan dan pelatihan yang dilakukan klien sehingga sarana yang tersedia sesuai

Pemberdayaan Penyandang Tunanetra ... | Ray Septianis Kartika | 219


dengan jumlah peserta diklat. Sementara UCAPAN TERIMA KASIH
bagi tutor untuk lebih meningkatkan metode
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,
pengajarannya sebaiknya tutor yang ada
tak luput penulis sampaikan terima kasih tak
di kedua lembaga tersebut adalah tutor
terhingga untuk Prof. Rusdi Muchtar, M.A.
yang benar-benar secara teknik maupun
selaku pembimbing yang telah memberikan
pendekatan memahami benar tentang
arahan yang berguna bagi kesempurnaan karya
tunanetra, karena mengajar anak tunanetra
tulis ilmiah ini, staf Pusbindiklat LIPI maupun
sangat berbeda dengan orang yang awas.
rekan-rekan seangkatan yang memberikan
Untuk bentuk pendidikan dan pelatihan
motivasi maupun inspirasi sehingga karya tulis
yang dilaksanakan PSBN Tan Miyat hen­
ilmiah yang pernah saya rampungkan di tahun
daknya perlu dikembangkan lebih lanjut
2005 mengenai ”Pemberdayaan Penyandang
mengikuti perkembangan teknologi seperti
Tunanetra Melalui Pendidikan Dan Pelatihan”
yang telah dilakukan Yayasan Mitra Netra
dapat disajikan kembali pada kegiatan Diklat
dan tidak konvensional lagi. Materi pun
Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama
dapat disesuaikan dengan Diknas maupun
Gelombang II Tahun 2010. Semoga karya tulis
kebutuhan dunia kerja.
ilmiah ini bisa membawa manfaat untuk kita
2) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan semua. Amien
sebaik­n ya tidak lagi bersifat insidental
jurnalis, operator telepon, tapi lebih bersifat
DAFTAR PUSTAKA
rutinitas.
1
Pengaruh Kecerdasan Kinestetik Terhadap Gerak
3) Guna mengatasi hambatan-hambatan terse­
Motorik Penyandang Tunanetra di Panti
but, dukungan kepada klien maupun orang Rehabilitasi Cacat Netra ”Budi Mulya” Malang
tua klien sebagai wujud perhatian kepada Tahun 2004–2009.
mereka guna meminimalisir sifat introvert 2
Onny S. Prijono, A.M.W Pranarka. 1996. Pember-
dan pesimis orang tua yang merasa malu dayaan Konsep, Kebijakan dan Implementasi.
apabila anaknya mengalami ketunanetraan Jakarta,. CSIS.
pula diberikan. Menginisiasi pengajaran 3
Pemberdayaan Masyarakat, www. Deliveri.org
dengan cara membuat dua kelompok/kelas. 4
Departemen Sosial RI, Keputusan Menteri Sosial RI
Kelas pertama merupakan kelompok klien No. 24/Huk/1996 Tentang Sistim Kesejahteraan
yang kemampuannya lebih cepat dan kelas Nasional, Jakarta.
kedua merupakan klien yang mengalami ket­ 5
Proyek Penelitian dan Pengembangan Ketenaga­
erlambatan IQ dalam memahami pendidikan kerjaan Tahun Anggaran 2000.2000. Studi
dan pelatihan yang diberikan tutor sehingga Pemberdayaan Masyarakat dalam menyeleng-
garakan Pelatihan, Depnaker.
dengan pemisahan atau pengelompokan dua
kelas tersebut akan memudahkan peserta
6
S. Nasution. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar,
1995, Jakarta:Bumi Aksara.
untuk dididik, diawasi, dan dilatih supaya 7
Tjahya Supriatna. 1997. Birokrasi, Pemberdayaan
kemampuan kelompok kedua tidak kalah
dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung:
tertinggal dengan kelompok yang pertama. Humaniora Utama Press.

220 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011

Anda mungkin juga menyukai