Anda di halaman 1dari 2

B.

Pengertian Mafhum

Mafhum secara bahasa ialah sesuatu yang di pahami dari satu teks. Dan menurut istilah
adalah pengertian tersirat dari suatu lafal atau pengertian kebalikan dari pengertian lafal yang
diucapkan. Mafhum menurut mayoritas ulama ushul fiqh dapat di bagi menjadi dua macam yaitu

1. Mafhum muwafaqah
Mafhum muwafaqah ialah penunjukan dalam hukum melalui motivasi tersirat atau alas
an logis dimana rumusan hukum dalam mafhum di landaskan. Contohnya ayat 10 surah
an Nisa menjelaskan :
“sesungguhnya orang orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala nyala (neraka). (Q.S. an Nisa 3:10)
Mafhum dari ayat tersebut menunjukan haram memakan harta anak yatim di luar
ketentuan hukum nya. Dapat di ketahui bahwa alasan larangan tersebut adalah karena
tindakan itu mengakibatkan lenyap atau rusaknya harta anak yatim. Melalui mafhum
muwafaqahnya tanpa memerlukan ijtihad di ketahui bahwa setiap tindakan yang bisa
melenyapkan atau merusak harta anak yatim, seperti menipu, membakar, dan sebagainya
adalah haram hukumnya.
2. Mafhum mukhalafah
Mafhum mukhalafah menurut jumhur ulama ushul fiqh seperti di nukil Musthafa said al
khin adalah penunjukan lafal atas tetap nya hukum kebalikan dari yang tersurat ketika
ternafinya suatu persyaratan. Mafhum mukhalafah di dapati pada objek hukum yang di
kaitkan dengan sifat, syarat, batasan waktu, atau jumlah bilangan tertentu, sehingga
hukum sebaliknya menurut mayoritas ulama ushul fiqh secara sah dapat di tarik bilamana
objek hukum itu terlepas dari berbagai kaitan tersebut.
Berbeda dengan itu, kalangan hanafiah menolak mafhum mukhalaf sebagai pembentukan
hukum. Alasan mereka antara lain, bahwa dapat di buktikan dalam Al quran dimana
apabila mahfum mukhalafah di fungsikan akan rusaklah pemahaman ayat hukum.
Misalnya surah Ali imran ayat 130 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertawakallah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. Ali
imran 3:130).
Mafhum mukhalafah dari ayat tersebut berarti halalnya riba yang tidak berlibat ganda,
namun pemahaman seperti itu adalah keliru, karena riba yang tidak berlipat ganda pun
haram hukumnya. Hal itu menunjukan bahwa mafhum mukhalafah tidak dapat di
fungsikan dalam Al quran.
Menurut mayoritas ulama, mafhum mukhalafah dapat di jadikan dalil, kecuali di ketahui
bahwa penyebutan sifat, syarat, batas waktu, dan jumlah bilangan bukan untuk tujuan
tasyri (pembentukan hukum). Contoh mafhum mukhalafah adalah hadits riwayat Bukhari
dari Anas yang menceritakan keterangan rasulullah tentang zakat binatang ternak, di
antaranya kewajiban menzakatkan ternak kambing as saimah. Hadits tersebut menurut
jumhur ulama menunjuk dua hukum. Pertama, hukum yang di tarik melalui mantuq, yaitu
berupa kewajiban membayar zakat ternak kambing as saimah. Kedua, hukum yang di
tarik melalui mafhum mukhalafah nya yaitu tidak ada kewajiban menzakatkan ternak
kambing yang al ma’lufah. Hukum yang di sebut kedua ini, yaitu tidak wajib
menzakatkan kambing yang ma’lufah, disepakati oleh sebagian Hanafiah.

Anda mungkin juga menyukai