Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KEJENUHAN DAN TRANSFER DALAM BELAJAR

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Mudjiran, M.S., Kons

KELOMPOK XI

ADELA PUTRI SALBILA 18002084

SAFIRA KHAYRUNNISA 18075189

SITI ZAHWA AULIA A. 18180074

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEJENUHAN
DAN TRANSFER DALAM BELAJAR” ini dengan baik.

Tidak lupa kami sampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yg
telah memberikan bimbingan dan masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-
rekan yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga makalah ini dapat selesai dikerjakan.

Kami secara penuh menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari pembaca agar
menjadi bahan evaluasi, agar kedepannya kami dapat menyusun makalah yang
lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2
BAB II PEMBAHASAN3
A. KEJENUHAN DALAM BELAJAR 3
1. PENGERTIAN KEJENUHAN DALAM BELAJAR 3
2. JENIS-JENIS KEJENUHAN 4
3. FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA KEJENUHAN DALAM BELAJAR 5
4. CARA MENGATASI KEJENUHAN DALAM BELAJAR 8
B. TRANSFER DALAM BELAJAR 10
1. PENGERTIAN TRANSFER DALAM BELAJAR 10
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSFER DALAM BELAJAR 11
3. RAGAM TRANSFER DALAM BELAJAR 12
BAB III PENUTUP 14
A. KESIMPULAN 14
B. SARAN 14
DAFTAR ISI 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan inti dari pendidikan. Tanpa belajar tidak akan ada
pendidikan. Karena belajar adalah proses untuk berubah dan berkembang.
Setiap manusia sepanjang hidupnya baik sadar maupun tidak sadar harus
selalu belajar. Karena hanya dengan belajar manusia dapat bertahan dalam
persaingan hidup di dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non-formal
proses belajar menjadi tanggung jawab pengajar di dalam kelas.
Dalam proses belajar peserta didik tidak jarang ditemukan kendala-
kendala dalam belajar. Salah satunya yang paling sering dijumpai adalah
jenuh. Peserta didik seringkali merasakan kejenuhan dengan berbagai
faktor penyebab. Jika tidak diatasi, kejenuhan ini dapat menjadi penyebab
turunnya prestasi peserta didik dan membuat tujuan belajar tidak tercapai.
Untuk itu, sebagai seorang pendidik harus mengetahui dan menguasai cara
mengatasi kejenuhan peserta didik dalam belajar.
Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari
mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan
sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau
pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran
yang lain.
Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut, dapat
berupa pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau
afektif .
Dengan demikian, tantangan bagi pengajaran adalah untuk secara
serempak meningkatkan transfer belajar dalam mendukung kegiatan
pembelajaran. Untuk melakukan ini, hal yang harus dilakukan adalah
memahami apa itu transfer belajar.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kejenuhan dalam belajar?
2. Apa faktor penyebab terjadinya kejenuhan dalam belajar?
3. Bagaimana cara mengatasi kejenuhan dalam belajar?
4. Apa itu transfer dalam belajar?
5. Apa faktor penyebab terjadinya transfer dalam belajar?
6. Apa saja ragam dari transfer dalam belajar?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian kejenuhan dalam belajar
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kejenuhan dalam belajar
3. Untuk mengetahui cara mengatasi kejenuhan dalam belajar
4. Untuk mengetahui pengertian transfer dalam belajar
5. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya transfer dalam belajar
6. Untuk mengetahui ragam dari transfer dalam belajar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEJENUHAN DALAM BELAJAR


1. Pengertian Kejenuhan Dalam Belajar
Dalam belajar setiap siswa mempunyai peluang untuk meraih prestasi
dan untuk mencapainya harus dibarengi dengan usaha dan kerja keras
dalam belajar agar mendapat hasil sesuai yang diharapkan, namun tidak
jarang juga banyak siswa dalam meraih prestasi tersebut banyak
menemukan kendala-kendala dalam proses belajar yang salah satu
diantaranya adalah rasa jenuh. Contohnya ketika sedang bermain bola voli,
banyak para siswa merasa gagal dan tidak mampu bermain sehingga
menyebabkan siswa mengalami kejenuhan dan malas belajar pendidikan
jasmani dan olahraga (Winarni, 2011).
Fenomena kejenuhan belajar pada siswa merupakan fenomena yang
banyak terjadi didunia pendidikan, jika hal ini terjadi maka dapat
mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai sesuai yang di tetapkan
dan peluang siswa untuk berhasil dalam mencapai prestasi belajar pun
menjadi menurun. Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental
seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga
mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak
bergairah untuk melakukan aktivitas belajar (Hakim, 2004).
Reber menyebutkan kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu
yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Seorang
siswa yang mengalami kejenuhan belajar seakan-akan pengetahuan dan
kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan (Muhibbin
Syah, 2012). Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak
berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya
seminggu. Namun, tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu

3
yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar
tertentu.
Muhibbin Syah (2012) menyatakan bahwa seorang siswa yang sedang
dalam keadaan jenuh system akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana
yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman
baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”.
Dari berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi dimana siswa merasa bosan,
lelah, kurang perhatian dalam pelajaran, tidak ada minat dan motivasi
dalam belajar serta tidak mendatangkan hasil.

2. Jenis-Jenis Kejenuhan
Satu langkah penting yang sangat dibutuhkan ketika kita mulai berusaha
mengatasi masalah kejenuhan, yaitu mengenali jenis-jenih kejenuhan.
Secara umum ada tiga jenis kejenuhan yaitu kejenuhan positif, kejenuhan
wajar dan kejenuhan negatif (Abu Abdirrahman Al-Qowiy, 2004):
a. Kejenuhan positif
Kejenuhan positif adalah kejenuhan terhadap segala sesuatu yang
buruk, baik berupa penyimpangan perilaku, perbuatan dosa, tindak
kezhaliman, kesesatan, hingga keyakinan bathil, contoh kejenuhan
positif: misalnya seorang bosan berhura-hura, bosan menipu, bosan
berbuat dosa dan lain-lain.Kejenuhan positif tidak perlu dilawan, atau
di carikan kiat-kiat tertentu untuk memusnahkannya. Akan tetapi,
kejenuhan seperti ini harus terus ditumbuh kembangkan.
b. Kejenuhan wajar
Kejenuhan wajar merupakan kejenuhan yang sangat lumrah terjadi.
Setiap orang melakukan kesibukan berulang-ulang pasti akan
mengalami kejenuhan. Kejenuhan wajar sering kita jumpai dalam
aktifitas belajar, berkerja, berumah tangga, bergaul dan lain-lain.Dari
pengertian diatas jelas bahwa kejenuhan wajar pasti akan dialami

4
setiap orang, karena kejenuhan tidak bisa dihapuskan dan sudah
menyatu dengan kodrat hidup manusia.

c. Kejenuhan negatif
Kejenuhan negatif adalah kejenuhan yang berat, merusak kehidupan
dan bisa memicu munculnya keburukan-keburukan lain yang lebih
serius. Kejenuhan negatif, misalnya kejenuhan akibat kegagalan,
kesempitan hidup, penganiyayaan, sakit hati, juga hidup kacau dan
lain-lain. Kejenuhan negatif merupakan bahaya bagi kehidupan
manusia karena pengaruhnya sangat buruk.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Kejenuhan Dalam Belajar


Kejenuhan adalah suatu proses bertahap yang merusak fisik, emosi dan
psikis, ini disebabkan oleh stresor (penyebab stres) yang potensial dari
dalam diri orang itu sendiri maupun dari pihak luar dirinya (Armand T.
Fabella, 1993).
Kejenuhan problematika hidup, apalagi jika kadar kejenuhan melebihi
ambang kewajaran. Tidak ada jalan lain yang ditempuh, selain mengatasi
kejenuhan itu dengan sebaik-baiknya. Untuk tujuan itu kita perlu
memahami sebab-sebab timbulnya kejenuhan. Dengan memahami sebab-
sebab ini kita akan memperoleh beberapa manfaat penting antara lain (Abu
Abdirrahman Al-Qowiy, 2004) :
a. Kita memiliki pengetahuan untuk memahami gejala-gejala yang terjadi
dalam kehidupan.
b. Kita bisa menhindari kejenuhan yang merugikan.
Kita bisa menyusun strategi yang tepat untuk mengatasai kejenuhan
ketika ia datang melanda.
c. Kita akan memiliki kemunkinan besikap yang lebih bijaksana.

Abu Abdirrahman Al-Qowiy (2004) menyebutkan, sebab-sebab yang


menimbulkan kejenuhan :

5
a. Kesibukan monoton
Kemonotonan sering kali merupakan salah satu sebab kebosanan.
Melakukan hal yang sama secara berulang-ulang tanpa beberapa
perubahan juga dapat membuat jenuh. Sebab paling umum dibalik
timbulnya rasa jenuh adalah kesibukan yang monoton. Seseorang yang
mengerjakan sesuatu berulang, dengan proses sama, suasana yang
sama, hasil sama, dalam kurun waktu yang lama. Misalnya seorang
siswa yang diajar oleh gurunya dengan menggunakan metode yang
tidak bervariasi, setiap pertemuan gurunya tersebut menggunakan
metode ceramah, menerangkan saja tanpa diselini dengan metode yang
lain maka hal tersebut juga bisa menimbulkan kejenuhan.
b. Prestasi mandeg
Sebab selanjutnya yang kerap memicu kejenuhan adalah
kemandegan prestasi. Siswa yang terus menerus belajar dengan giat
secara konsisten tidak kenal lelah pantang menyerah. Namun setelah
sekian lama belajar tidak mengalami perubahan yang diharapkan.
Maka kondisi seperti ini berpotensi melahirkan kejenuhan, bahkan rasa
frustasi
c. Lemah minat
Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang menekuni yang tidak
diinginkan. Demikian pula dengan siswa yang sejak awal tidak
menyukai atau tidak minat pada mata pelajaran tertentu ia akan selalu
merasa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran tersebut.
d. Penolakan hati nurani
Penyebab selanjutnya adalah tinggal atau berkecimpung di sebuah
lingkungan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Demikian pula
dengan seorang siswa, kalau tempat sekolahnya karena dipilih oleh
orang tua tidak sesuai dengan kehendaknya maka ia akan merasa jenuh
dan malas untuk sekolah.
e. Kegagalan berusaha

6
Penyebab lain kejenuhan adalah kegagalan yang beruntun. Seorang
siswa yang pernah mengalami kegagalan dalam meraih prestasi di
sekolah pdahal ia telah belajar dan berusaha tetapi gagal. Maka siswa
tersebut pasti mengalami kejenuhan.
f. Penghargaan nihil
Sebab lain yang memicu kejenuhan adalah penghargaan kecil
terhadap penghargaan prestasi pengorbanan yang telah dilakukan.
Didunia belajar, betapa banyak kita saksikan pelajar-pelajar yang
kecewa terhadap guru atau lembaga penyelenggara pendidikan.
g. Ketegangan panjang
Sebab selanjutnya yang menimbulkan kejenuhan adalah ketegangan
yang berkepanjangan Ketegangan dalam hidup kadang perlu,
setidaknya agar hidup ini tidak terasa datar atau monoton. Tetapi
ketegangan yang terusmenerus bisa menimbulkan kejenuhan besar.
h. Perlakuan buruk
Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah
perlakuan buruk. Hal tersebut juga bisa terjadi pada siswa yang
mendapat perlakuan buruk dari gurunya pada salah satu bidang studi,
tentunya siswa tersebut akan merasa jenuh, bosen dan males terhadap
mata pelajaran itu.

Kejenuhan belajar, sebagaimana kejenuhan pada aktivitas-aktivitas


lainnya, pada umumnya disebabkan suatu proses yang berlangsung secara
monoton (tidak bervariasi) dan telah berlangsung sejak lama. Adapun
faktor-faktor yang menjadi penyebab kejenuhan belajar sebagai berikut
(Hakim, 2004) :

a. Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi.


b. Belajar hanya di tempat tertentu.
c. Suasana belajar yang tidak berubah-ubah.
d. Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan.
e. Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat belajar

7
Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai
pada batas kemampuan jasmaniahnya, karena bosan (boring) dan
kelelahan (fatigue). Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum
adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi
penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.

Keletihan mental pada siswa merupakan faktor utama penyebab


munculnya kejenuhan belajar, oleh karena itu ada beberapa faktor
penyebab keletihan siswa, yaitu:

a. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan


oleh keletihan itu sendiri.
b. Karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasilan
di bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama
ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-
bidang studi.
c. Karena siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang lelah
menuntut lebih banyak karya intelek yang berat.
d. Karena siswa mempunyai konsep kinerja akademik yang optimum,
sedangkan dia sendiri menilai belajarnya hanya berdasarkan
ketentuan yang ia buat sendiri.

4. Cara Mengatasi Kejenuhan Dalam Belajar


Kejenuhan sebagai suatu stres yang sangat negatif adalah sebuah
masalah didalam. Hal itu terjadi didalam diri orang itu sendiri. Karena itu
menjadi urusannya sendiri untuk mencegah atau melawan kejenuhan.
Langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi adanya kejenuhan
bukan berpengkal pada sifat-sifat permanen orang, melainkan pada faktor-
faktor sosial dan situasional, spesifik yang dapat diubah. Strategi-strategi
yang digunakan untuk mengatasi kejenuhan adalah sebagai berikut
(Armand T. Fabella, 1993) :
a. Tingkatkan mawas diri.

8
b. Pelajarilah pengetahuan dan keterampilan baru.
c. Santai.
d. Kembangkan minat-minat baru.
e. Gerak badan secara teratur.
f. Kembangkan ketrampilan mengatur waktu.
g. Kembangkan dan tumbuhkan rasa humor

Berikut ini ada beberapa metode yang membuat belajar siswa lebih
stimulus, antara lain (Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes,
2004):

a. Berikan keberagaman dalam belajar.


b. Hubungan pembelajaran dengan ketrampilan siswa.
c. Gunakan kemampuan tak terduga dalam menjaga lingkungan
pembelajaran.
d. Gunakan metode dan muatan pengajaran baru dan tidak biasa pada
siswa.
e. Beri siswa pertanyaan dan tugas-tugas yang membuat mereka berfikir
diluar kepala.
f. Sudahkah murud-murid aktif berpartisipasi dalam pelajaran.
g. Memberikan pengaruh baik yang konsisten.
h. Menciptakan pengalaman belajar yang memiliki akibat atau hasil yang
wajar.
i. Menggunakan teknik-teknik belajar bersama.
j. Mendorong murid-murid untuk memilih dalam situasi belajar.
k. Memberikan pelajarang yang menantang.

Menurut Thursan Hakim (2004), usaha-usaha untuk mencegah dan


mengatasi kejenuhan adalah sebagai berikut:

a. Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi.


b. Mengadakan perubahan fisik di ruang belajar.
c. Menciptakan situasi baru diruang belajar.

9
d. Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan.
e. Hindarkan adanya ketegangan mental saat belajar.

Menurut Muhibbin Syah (2012), keletihan mental yang menyebabkan


munculnya kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan
menggunakan kiat-kiat antara lain :

a. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang


bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
b. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dan hari-hari belajar
yang lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
c. Pengubahan dan penataan kembali lingkungan belajar.
d. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong
untuk belajar lebih giat dari sebelumnya.
e. Siswa harus berbuat nyata dengan cara mencoba belajar dan belajar
lagi.

Dari cara-cara mengatasi kejenuhan tersebut dapat diambil


kesimpulan bahwa apapun masalahnya pasti ada jalan keluarnya.
Demikian pula dengan kejenuhan kalau orang yang mengalaminya itu mau
berusaha dan menghindar serta mengambil beberapa cara tersebut, niscaya
akan hilang rasa kejenuhan yang muncul.

B. TRANSFER BELAJAR
1. Pengertian Transfer Belajar
Transfer Belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu
transfer dan belajar. Transfer itu sendiri adalah kata pungut dari bahasa
inggris, yaitu “transfer” yang berarti pergantian, serah terima, atau
pemindahan. Belajar sebagaimana telah diketahui adalah serangkaian
kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Syaiful
Bahri Djamarah, 2008).

10
Menurut L.D. Crow dan A. Crow dalam transfer belajar adalah
pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu
pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan ke keadaan belajar
yang lain. Pengetahuan dan keterampilan peserta didik sebagai hasil
belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang
sedang dialaminya sekarang (Suryabrata, 2004).
Transfer dalam proses pembelajaran yang biasa disebut dengan transfer
belajar (transfer of learning) itu mengandung arti pemindahan
keterampilan hasil belajar dari suatu situasi ke situasi berikutnya
(Santrock, 2008). Makna kata pemindahan keterampilan tidak berkonotasi
hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena
digantikan dengan keterampilan baru yang telah diperoleh saat
pembelajaran. Oleh sebab itu definisi di atas harus dimaknai sebagai
pemindahan pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu
terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lainnya, yang pada
umumnya selalu membawa dampak baik itu positif atau dampak negatif
terhadap aktifitas dan hasil pembelajaran. Transfer belajar akan mudah
terjadi pada diri peserta didik apabila situasi belajarnya dibuat sama atau
mirip dengan situasi yang sehari-hari yang akan ditempati peserta didik
tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
akan dia pelajari di sekolah. Transfer positif dalam pengertian seperti
inilah sebenarnya secara umum adalah terciptanya sumber daya manusia
berkualitas yang edukatif.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Transfer Belajar


a. Intelegensi
Individu yang lancar dan pandai biasanya segera mampu
menganalisa dan melihat hubungan-hubungan logis, ia segera melihat
unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, hingga
sangat mudah terjadi transfer.
b. Sikap

11
Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta
hubungannya dengan yang lain, tetapi pendirian atau
kecenderungannya menolak/sikap negatif, maka transfer tidak akan
terjadi, demikian sebaliknya.
c. Materi pelajaran
Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan
misalnya matematika dengan statistik, Ilmu Jiwa Sosial dengan
Sosiologi, lebih mudah terjadi transfer.
d. Sistem penyampaian guru
Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara pelajaran
yang sedang dipelajari dengan mata pelajaran lain atau dengan
menunjuk ke ekhidupan nyata yang dialami anak, biasanya lebih
membantu terjadinya transfer (Mustaqim, 2012).

3. Ragam Transfer Belajar


Menurut Gagne seorang education psychologist (pakar psikologi
pendidikan) yang masyur, transfer dalam belajar dapat digolongkan
kedalam empat kategori :
a. Transfer positif
Transfer positif yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan
belajar selanjutnya. Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang
siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang
mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya.
Dalam hal ini, transfer positif adalah learning in one situation helpful
in other situation, yakni belajar dalam suatu situasi yang dapat
membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
b. Transfer negatif
Transfer negatif yaitu transfer yang berakibat buruk terhadap
kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang
siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh
merusak terhadap keterampilan/ pengetahuan yang dipelajari dalam

12
situasi-situasi lainnya. Jadi, transfer dikatakan negatif bila dalam
penggunaan hasil belajar untuk menghadapi situasi baru mengalami
hambatan, kesulitan, kerusakan, dan sebagainya.

c. Transfer vertikal
Transfer vertikal adalah transfer yang berakibat baik terhadap
kegiatan belajar dalam mempelajari pengetahuan/keterampilan yang
lebih tinggi atau rumit. Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi
dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam
situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit.
d. Transfer lateral
Transfer lateral yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan
belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Transfer lateral (ke
arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu
menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari
materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam
hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil
belajar siswa tersebut (Muhibbin Syah, 1995).

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi dimana siswa merasa
bosan, lelah, kurang perhatian dalam pelajaran, tidak ada minat dan
motivasi dalam belajar serta tidak mendatangkan hasil.
Kalau orang yang mengalami kejenuhan itu mau berusaha untuk
menghilangkan rasa jenuh tersebut, niscaya akan hilang rasa kejenuhan
yang muncul.
Transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir,
perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu
keadaan ke keadaan belajar yang lain. Pengetahuan dan keterampilan
peserta didik sebagai hasil belajar pada masa lalu seringkali
mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang.
Transfer belajar mempunya 4 macam jenis yaitu Transfer Positif,
Transfer Negatif, Transfer Vertikal, dan Transfer Lateral.

B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah Psikologi Pendidikan tentang
“KEJENUHAN DAN TRANSFER BELAJAR” ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, apabila ada kesalahan dalam pengetikan ataupun bahasa
kami mohon maaf. Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang
positif dari pembaca, sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki
makalah ini dikemudian hari.

14
DAFTAR RUJUKAN

Al-Qawiy, Abdirrahman, Abu. 2004. Mengatasi Kejenuhan. Jakarta : Khalifa

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Fabella, Armand T. 1993. Anda Sanggup Mengatasi Stres. Indonesia Publishing


House.

Hakim, Thursan. 2004. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Suara

Mustaqim. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes. 2004. Motivasi belajar. Jakarta :


Cerdas Pusaka

Sri, Winarni. 2011. Pengembangan Karakter Dalam Olahraga dan Pendidikan


Jasmani. FIK Universitas Negeri Yogyakarta

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi: suatu pendekatan baru. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta : Kencana

15

Anda mungkin juga menyukai