Anda di halaman 1dari 41

ASESMEN DI SLB-G RAWINALA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bagi Anak
dengan Disabilitas Majemuk

Dosen Pengampu:
Dr. Nia Sutisna, M.Si
Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd

Oleh:
Cantika Widiani (1807383)
Dani Hidayat Sarifudin (1806985)
Giri Raharja Susena (1800232)
Mega Eka Setiawan ` (1803971)
Muhammad Rafi W.A.T.B (1804320)
Putri Alifia Salsabila (1806803)
Winny Istiani Maulida (1800535)
Zakiyya Hafidza Tsany (1806818)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT.


yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami membahas mengenai


Asesmen di SLB-G Rawinala. Penyusunan makalah ini
direkomendasikan untuk mata kuliah Pendidikan Bagi Anak
dengan Disabilitas Majemuk.

Dalam penyusunannya tidak sedikit penyusun mengalami


kesulitan, hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengalaman
penyusun. Namun, berkat usaha, bantuan, bimbingan, dan
petunjuk dari berbagai pihak pada akhirnya laporan ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yth. Dr. Nia Sutisna, M.Si. dan Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd
selaku pembimbing yang telah memberikan motivasi,
bimbingan, dan arahan dalam penyusunan laporan.
2. Yth. Orang tua para penyusun yang telah memberikan
motivasi baik materiil maupun moril selama pelaksanaan
kegiatan studi kampus dan penyusunan laporan ini, dan
3. Teman-teman seperjuangan yang telah berpartisipasi aktif
dalam melakukan observasi dan penyusunan laporan ini.

Mengingat keterbatasan pengalaman dan kemampuan yang


penyusun miliki, maka dengan kerendahan hati penyusun
memohon kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
guna perbaikan penulisan laporan berikutnya. Penyusun
mengharapkan semoga laporan ini berguna, khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, November 2019

i
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Tujuan..................................................................................................1

1.3 Sistematika...........................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3

2.1 Pengertian Asesmen............................................................................3

2.2 Jenis-jenis Asesmen.............................................................................4

2.3 Fungsi Asesmen...................................................................................6

2.4 Tujuan Asesmen..................................................................................7

2.5 Asesmen for, of, dan as Learning......................................................7

2.6 Perkembangan Anak..........................................................................8

2.7 Taksonomi Bloom.............................................................................10

BAB III DESKRIPSI KASUS.............................................................................15

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................17

BAB V PENUTUP................................................................................................21

ii
5.1 Simpulan............................................................................................21

5.2 Saran..................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

LAMPIRAN..........................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK) adalah berorientasi kepada kebutuhan anak. Layanan
pendidikan lebih ditekankan kepada layanan individual. Layanan pendidikan
seperti ini, sebetulnya merupakan bentuk penghargaan dari heterogenitas yang
dialami anak berkebutuhan khusus.
Dalam upaya memahami kebutuhan ABK, seorang guru selalu
membutuhkan data yang akurat berkenaan dengan kebutuhan dan masalah yang
dihadapi setiap anak didiknya. Untuk dapat menggali data dan informasi tentang
kebutuhan dan masalah yang dihadapi ABK, guru dapat melakukannya melalui
kegiatan yang disebut dengan asesmen. Asesmen dapat dipandang sebagai upaya
yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK
pada bidang tertentu. Data hasil asesmen dapat dijadikan bahan penyusunan
program dalam mengintervensi ABK. Sehubungan dengan itu, asesmen harus
menjadi kompetensi bagi setiap guru khususnya dalam melakukan intervensi
kepada ABK.
Berkenaan dengan asesmen yang seyogyanya menjadi kompetensi bagi
para guru di sekolah terutama yang mengintervensi ABK. Maka pada makalah ini
akan dibahas tentang konsep, ruang lingkup asesmen dan proses asesmen di SLB-
G Rawinala.

1.2 Tujuan
Tujuan dari observasi yang telah kami lakukan antara lain adalah untuk
mengetahui kondisi anak serta bagaimana cara mengasesmen anak dengan
hambatan majemuk. Selain itu, tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk
menguraikan laporan hasil observasi dan identifikasi yang telah kami laksanakan.

1.3 Sistematika
Untuk memahami lebih jelas makalah, maka materi yang tertera pada makalah
dikelompokkan menjadi beberapa subbab dengan sistematika penyampaian
sebagai berikut:
 Bab I Pendahuluan: berisi tentang latar belakang, tujuan dan sistematika
penulisan
 Bab II Kajian Teori: berisi tentang penjelasan asesmen menurut para ahli
dan beberapa sumber lainnya
 Bab III Deskripsi Kasus: berisi tentang penjelasan hasil observasi
meliputi instrumen asesmen sentuhan, asesmen penglihatan, asesmen

1
orientasi dan mobilitas, asesmen pendengaran, asesmen oregon serta
contoh hasil asesmen yang telah dilaksanakan oleh sekolah kepada salah
seorang siswa
 Bab IV Pembahasan: berisi tentang uraian analis yang dilakukan
kelompok mengenai hasil observasi
 Bab V: berisi tentang kesimpulan dan saran dari keseluruhan laporan yang
telah dibuat
 Daftar Pustaka: berisi tentang sumber-sumber materi yang digunakan
dalam penyempurnaan penyusunan makalah
 Lampiran: berisi tentang dokumentasi dan beberapa contoh instrumen
asesmen yang digunakan di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Asesmen


Kata asesmen memiliki berbagai macam arti sesuai dengan sudut pandang
dan tokoh yang mengutarakan pendapatnya. Berikut merupakan beberapa
pengertian asesmen:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Asesmen memiliki dua
pengertian; Pertama, yaitu penilaian; kedua, asesmen merupakan kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data atau informasi
tentang peserta didik dan lingkungannya untuk memperoleh gambaran
tentang kondisi individu dan pengembangan program layanan bimbingan
dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan

2. Menurut Kepmensos No. 10/HUK/2007 tentang Pembinaan Teknis Jabatan


Fungsional Pekerja Sosial. Asesmen adalah Proses pengungkapan dan
pemahaman permasalahan, kebutuhan, dan potensi klien, serta sumber yang
dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan klien.

3. Rosenberg (1982) Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan


informasi yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan
keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak.

4. McLounghlin & Lewis (1986) Asesmen adalah proses yang sistematis


dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan
untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan
informasi tersebut, guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang
bersifat realistis sesuai dengan kenyataan yang obyektif.

5. Wallace & Longlin (1979) Asesmen merupakan suatu proses sistematis


dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku
belajar, penempatan, dan pembelajaran.

6. Mangungsong (1995) asesmen adalah suatu proses yang dilakukan untuk


mengumpulkan informasi, data-data yang berkaitan dalam membantu
seseorang mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah
pendidikan.

3
7. Izlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is
obtained relative to some known objective or goal. Assessment is a broad
term that includes testing. A test is a special form of assessment. Tests are
assessments made under contrived circumstances especially so that they
may be administered. In other words, all tests are assessments, but not all
assessments are tests. (Artinya : asesmen adalah suatu proses dimana
informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah
istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus
dari asesmen. Tes adalah salah satu bentuk asesmen. Dengan kata lain,
semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua asesmen berupa tes).

Jika melihat penjabaran diatas, masing-masing ahli mengemukakan


pendapat yang berbeda-beda serta beragam dalam membahas pengertian asesmen
itu sendiri. Rosenberg lebih menekankan asesmen sebagai proses pengumpulan
informasi mengenai anak untuk membantu proses pembelajaran. Sedangkan
McLouglin memandang asesmen sebagai suatu proses sistematis untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi oleh seorang anak. Berikutnya, Wallace
& Longlin sudah menambahkan kata instrument dalam pengertian asesmen,
sehingga menurut mereka suatu asesmen memerlukan suatu pakem/pola yang
sudah tersusun yang dituangkan dalam instrumen. Pendapat dari Bob izlik
menerangkan bahwa asesmen merupakan istilah yang luas, yang didalamnya
mencakup suatu unsur yang dinamakan dengan tes. Sehingga menurutnya semua
tes merupakan asesmen, namun tidak semua asesmen berupa tes.
Pendapat-pendapat dari ahli diatas pun sesungguhnya juga memiliki
beberapa unsur yang terdapat persamaan di dalamnya. Rosenberg, McLoughlin,
dan Mangungsong memiliki satu unsur yang sama mengenai pendapat mereka
tentang pengertian asesmen. Mereka bertiga berpendapat bahwa asesmen
merupakan suatu proses pengumpulan data dari seorang anak. Selain itu, mereka
pun sama-sama berargumen bahwa asesmen nantinya akan berfungsi dalam
membantu proses belajar atau Pendidikan sang anak nantinya.
Jika merujuk kepada pendapat-pendapat ahli di atas, maka kelompok dapat
mengambil suatu kesimpulan mengenai pengertian asesmen. Asesmen merupakan
suatu proses yang sistematis dan komprehensif dalam mengumpulkan data-data
dan informasi mengenai seorang siswa. Baik itu berupa hal-hal yang sudah dapat
ia lakukan, hal-hal yang belum dapat ia lakukan, dan hal-hal apa saja yang mereka
butuhkan dalam pengembangan diri mereka.

2.2 Jenis Jenis Asesmen


Assessment memiliki beberapa bentuk dan jenis. Dari jenis Assessment
itulah yang kemudian menjadi alat ukur dari objek penilaian yang dilakukan. jenis
Assessment, yaitu:
1. Tes Tertulis

4
Tes tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal maupun
jawabannya). Dalam menjawab soal siswa tidak selalu harus merespons
dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk
mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram dan sebagainya.

2. Performance Assessment
Performance Assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam
tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan
pemahaman dan pengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta
keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan
bahwa Performance Assessment adalah suatu penilaian yang meminta
peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan
ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan criteria yang diinginkan.

3. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat
memberikan informasi bagi suatu penilaian.

4. Penilaian Proyek
Penilaian Proyek. Adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode/
waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data.
Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/
sekunder, evaluasi hasil dan kerjasama dengan pihak lain, proyek
merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum
dalam semua bidang.

5. Product Assessment
Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap keterampilan
siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk
tersebut. Penilaian sikap.
Manusia mempunyai sifat bawaan, misalnya: kecerdasan, temperamen,
dan sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap
pembentukan sikap.

6. Self Assessment
Penilaian diri di tingkat kelas (PDK) atau classroom Self Assessmen
(GSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang
bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar
(KBM) di tingkat kelas. Penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik
istimewa, yaitu:
Pusat Belajar dan Berakar dalam Proses Pembelajaran

5
Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan
mengajar melainkan pada perhatian guru dan peserta didik dalam
perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan
program pengajaran sebagai mana diuraikan di atas, tujuan tidak lain
adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik. Penilaian
berbasis kelas dapat memberikan informasi dan petunjuk bagi guru dan
peserta didik dalam membuat pertimbangan yang tujuan utamanya adalah
untuk memperbaiki hasil belajar. Sebagai contoh misalnya ketika seorang
peserta didik memiliki nilai yang kurang baik dari suatu mata pelajaran,
maka yang harus diperbaiki adalah bukan cara mengajar melainkan
menekankan pada bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik
tersebut.

7. Umpan Balik
Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses
umpan balik (feedback loop) di kelas. Guru maupun peserta didik dapat
dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas sebagai
umpan balik. Dari hasil penilaian berbasis kelas guru maupun peserta didik
dapat melakukan saran perbai kan belajar. Melalui umpan balik ini seluruh
pihak yang berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan
peserta didik dalam proses pembelajaran akan mejadi lebih efisien dan
lebih efektif. Penilaian berbasis kelas dapat di pandang sebagai alat untuk
formatif. Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk memberi nilai atau
skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi
perbaikan mutu belajar peserta didik.

2.3 Fungsi Asesmen


Dalam kegiatan belajar mengajar, assessment atau penilaian mempunyai
peranan yang penting. Karena assessment mempunyai dua fungsi yakni fungsi
formatif dan fungsi sumatif.
• Fungsi Formatif
Fungsi formatif yaitu dimana assessment dipakai untuk memberikan
umpan balik atau feedback terhadap para guru untuk dijadikan dasar ketika
memperbaiki dan membenarkan proses pembelajaran dan juga
mengadakan remedial untuk para peserta didik.
• Fungsi Sumatif
Adalah fungsi sebagi penentu nilai belajar siswa dalam satu mata pelajaran
tertentu, sehingga selanjutnya bisa dijadikan bahan memberikan laporan,
menentukan kenaikan kelas serta menentukan lulus atau tidaknya siswa.

6
2.4 Tujuan Asesmen
Menurut Chittenden (1994) menyatakan bahwa tujuan penilaian
“assessment purpose” adalah “keeping track”, checking up, finding out and
summming up
1. Keeping Track
Keeping track yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta
didik yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah
diterapkan. Maka dari itu guru wajib mengumpulkan data dan informasi
dalam kurun waktu tertentu dari berbagai jenis dan teknik penilaian untuk
mendapatkan gambaran suatu pencapaian kemajuan belajar peserta didik.

2. Checking Up
Checking Up adalah untuk mengecek pencapaian kemampuan peserta
didik didalam proses belajar dan kekurangan-kekurangan peserta didik
ketika mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru penting
melaksanakan penilaian untuk tahu bagian mana dari materi yang telah
dikuasai peserta didik dan bagian dari materi yang belum dikuasai.

3. Finding Out
Finding Out adalah mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan
kesalahan atau kelemahan peserta didik didalam proses belajar, sehingga
guru bisa dengan tanggap mencari alternatif penyelesaiannya.

4. Summing Up
Summing Up adalah cara untuk menyimpulkan tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi yang sudah ditetapkan. Hasil dari penyimpulan ini
bisa digunakan guru dalam menyusun laporan kemajuan belajar ke
berbagai pihak yang saling membutuhkan.

2.5 Asesmen of, for, dan as Learning


Assessment of learning adalah proses mengumpulkan dan
menginterpretasikan bukti dengan maksud meringkas penilaian pada sebuah
pemberian poin setiap waktu, membuat pertimbangan tentang kualitas
pembelajaran siswa atas dasar kriteria penilaian dan menetapkan nilai untuk
merempretasi kualitas siswa. Informasi yang dikumpulkan, digunakan untuk
mengkominkasikan prestasi siswa pada orang tuanya, pada guru-guru yang lain,
siswa itu sendiri atau pada yang lainnya. Hal ini diinformasikan pada dekat-dekat
akhir proses pembelajaran.
Assessment for learning adalah proses penilaian yang terus menerus dalam
mengumpulkan dan menginterpretasikan bukti tentang hasil belajar siswa dengan
maksud untuk menentukan sampai sejauh mana pencapaian hasil belajar mereka,

7
pada bagian yang mana mereka butuhkan untuk diteruskan dan bagaimana cara
terbaik untuk mendapatkannya (p. 144)
Assessment as learning adalah proses mengembangkan dan mensuport
metakognitif siswa. Siswa diikut sertakan dalam aktivfitas proses penilaian yang
dimana mereka memonitor diri mereka sendiri.

Secara sederhana, perbedaan asesmen of, for, dan as Learning akan


disajikan dalam tabel di bawah ini:

Asesmen
Of Learning For Learning As Learning
Dilakukan oleh guru Dilakukan oleh guru Dilakukan oleh siswa (diri
sendiri atau teman sejawat)
Untuk menentukan instruksi Untuk menentukan tingkat Untuk menentukan apa
apa yang dilakukan prestasi siswa dari ekspetasi yang dilakukan selanjutnya
selanjutnya (strategi, seluruhnya pada pemberian dalam belajar
perbedaan) poin disetiap waktu
Untuk menyiapkan Sebagai bukti pada Tujuannya adalah untuk
deskripsi umpan balik pada pengambilan keputusan menjadikan refleksi, belajar
siswa (apa mereka secara profesional memonitoring diri sendiri
mengerjakan dengan baik,
apa membutuhkan
perbaikan, dan bagaimana
memperbaikinya)
2.6 Perkembangan Anak
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu
perubahan–perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses pematangan
fungsi–fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara berkelanjutan,
yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan melalui proses
maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu proses penyempurnakan,
pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang terjadi secara alami. Proses
learning merupakan proses belajar, melalui pengalaman pada jangka waktu
tertentu untuk menuju kedewasaan (Agoes Achir).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan
dan perkembangan anak, dalam Kartini (1979:37) disebutkan bahwa para ahli
mengelompokan perkembangan anak berdasar usia mereka.
a. Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak
menjadi 5, yaitu :
0 – 2 tahun adalah masa bayi
1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar

8
12 – 14 adalah masa remaja
14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal

b. Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi


3, yaitu :
0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil
7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah
rendah –
14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak
menjadi dewasa

Selain dua pendapat diatas, Elizabeth Hurlock dalam bukunya yang


berjudul Child Development, perkembangan anak dibagi menjadi 5 periode,
yaitu :
a. Periode pra lahir yang dimulai dari saat pembuahan sampai lahir. Pada
periode ini terjadi perkembangan fisiologis yang sangat cepat yaitu
pertumbuhan seluruh tubuh secara utuh.
b. Periode neonatus adalah masa bayi yang baru lahir. Masa ini terhitung
mulai 0 sampai dengan 14 hari. Pada periode ini bayi mengadakan adaptasi
terhadap lingkungan yang sama sekali baru untuk bayi tersebut yaitu
lingkungan di luar rahim ibu.
c. Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada masa
ini bayi belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai bayi tersebut
mempunyai keinginan untuk mandiri.
d. Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak dini dan
akhir masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak dini adalah masa anak berusia
2 sampai 6 tahun, masa ini disebut juga masa pra sekolah yaitu masa anak
menyesuaikan diri secara sosial. Akhir masa kanak-kanak adalah anak usia
6 sampai 13 tahun, biasa disebut sebagai usia sekolah.
e. Masa puber adalah masa anak berusia 11 sampai 16 tahun. Masa ini
termasuk periode yang tumpang tindih karena merupakan 2 tahun masa
kanak-kanak akhir dan 2 tahun masa awal remaja. Secara fisik tubuh anak
pada periode ini berubah menjadi tubuh orang dewasa.

2.7 Taksonomi Bloom


Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan
pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun

9
1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hierarkinya.usun
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hierarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih
rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman”
yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama. Berikut merupakan subkategori dari taksonomi Bloom:

Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri
dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian
kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
a. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb.
Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg
berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk
produk.

b. Pemahaman (Comprehension)
Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan
mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan,
menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan gagasan
utama

• Terjemahan
• Pemaknaan
• Ekstrapolasi

10
Pertanyaan seperti: Membandingkan manfaat mengkonsumsi apel dan
jeruk terhadap kesehatan

c. Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya
reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu
merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam
bentuk fish bone diagram.

d. Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu
memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.

e. Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesis akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya
terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

f. Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,
gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu
menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas,
urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.

Domain Afektif
a. Penerimaan (Receiving/Attending

11
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.
Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.

b. Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.

c. Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

d. Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,
dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or


Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya.

Domain Psikomotor
a. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

b. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

c. Respon Terpimpin (Guided Response)


Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

d. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap.

e. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

12
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola
gerakan yang kompleks.

f. Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam
berbagai situasi.

g. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau
permasalahan tertentu.

13
BAB III
DESKRIPSI KASUS

Yayasan Dwituna Rawinala adalah sebuah lembaga yang melayani


kebutuhan pendidikan penyandang tunaganda netra, sebuah kondisi
dimana penyandangnya memiliki dua atau lebih keterbatasan, utamanya
pada indra penglihatan . penyandang tunaganda netra sulit mendapatkan
layanan pendidikan di sekolah luar biasa adapun layanan yang terdapat
meliputi pelayanan dini, pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan yang
semua pelayanan saling berkaitan dalam mengembangkan anak.
Perekrutan siswa di SLB Rawinala pada tahun ajaran baru biasanya
disesuaikan kuota yang tersedia, bergantung pada jumlah siswa yang lulus.
Jika jumlah pendaftar melebihi jumlah siswa yang lulus maka pendaftar
masuk ke dalam waiting list atau bisa dibilang menerima kuota yang
terbatas, dikarenakan dibutuhkannya asesmen yang berkesinambungan.
Diperkirakan hanya menerima 1 sampai 3 anak dalam setiap tahunnya.
SLB-G Rawinala mempunyai beberapa program pendidikan, antaralain
pelayanan dini (PELDI) yang setingkat dengan Taman Kanak-kanak (TK),
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Yayasan Dwituna
Rawinala menerima segala jenis hambatan dalam
pelayanan dini, namun setelah dilakukan asesmen dan
diketahui hambatan spesifik anak, maka sekolah akan
menerima siswa tersebut untuk ke jenjang yang lebih
tinggi atau merekomendasikan anak sesuai dengan
hambatannya ke sekolah yang dirasa memang sesuai
dengan hambatan dan kebutuhan anak, bisa berupa
rekomendasi ke SLB lain atau ke sekolah inklusif. Begitu anak
masuk sekolah anak memberikan data-data diri seperti data medis, data
dari psikolog, ataupun riwayat lainnya yang semuanya merupakan bagian
dari assesmen. Data- data itu penting agar tahu karakteristik anak yang
bersangkutan.
Asesmen di Rawinala terdiri dari dua jenis. Yang pertama
asesmen Oregon untuk anak di bawah usia 7 tahun, dan ceklis
perkembangan untuk anak di atas 7 tahun. Asesmen Oregon merupakan
asesmen yang di adaptasi dari Amerika dan disesuaikan dengan
kemampuan anak normal pada usianya dalam kegiatan sehari-hari di
Indonesia. Asesmen Oregon ini termasuk asesmen fungsional yaitu
asesmen yang tidak dilakukan dalam bentuk tertulis, tetapi asesmen
dilakukan saat anak melakukan aktivitas atau kegiatan sehari-hari, dan saat
anak melakukan aktivitas guru-pun menilainya. Aktivitas yang bisa

14
dilakukan anak misalnya mencuci, makan, memasak dan kegiatan utama.
kegiatan utama misalnya berenang, saat kegiatan berenang tersebut bisa
dilihat apakah anak sudah bisa memakai baju sendiri, menggunakan
gayung, melepas baju sendiri dan lain-lain.
Pelayanan dini atau PELDI adalah program pendidikan bagi anak
usia 0-7 tahun. Pada tahap ini potensi awal anak mulai diamati, digali, dan
dikembangkan melalui program-program yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan anak. Layanan ini dilakukan dengan
memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Program ini merupakan proses pengumpulan data
berupa data anak, data medis (klinis), angket orang tua, wawancara dan
home visti yang dilakukan asesor.
Pelayanan Dini ini memakai asesmen oregon. Dalam prosesnya
asesmen oregon disesuaikan dan dilihat berdasarkan kegiatan anak sehari-
hari. Seperti asesmen untuk keterampilan kognitif dan anak dilihat respon
terhadap stimulasi gerakan sehari-hari yang dapat diraba/ dilihat/
didengarnya. Untuk asesmen oregon terdapat beberapa aspek yang dinilai
di antaranya adalah aspek kognitif, bahasa, sosialisasi, penglihatan,
kompensasi, keterampilan bina diri, motorik halus, dan motorik kasar.
Setelah melakukan perekrutan untuk pelayanan dini, selanjutnya
dilakukan identifikasi atau assesmen yang bisa menggunakan wawancara
pada orangtua dan menggunakan instrumen assesmen Oregon yang
dilakukan oleh guru kelasnya. Untuk penilaian instrumen oregon
ini dilakukan dengan skor +/- atau juga dikosongkan
apabila aspek tersebut belum diketahui oleh asesor.
Biasanya asesmen ini dilakukan dalam jangka waktu 3-6
bulan. Dan setelah diketahui hambatan dan kebutuhan
anak maka dapat dibuat PPI (program pembelajaran
individual) bagi anak.

Selain Oregon terdapat pula asesmen ceklis perkembangan yang


digunakan untuk anak usia 7 tahun ke atas. Prinsipnya tidak jauh berbeda
dengan asesmen Oregon, hanya saja ceklis perkembangan ini di
kembangkan sendiri oleh pihak sekolah, dan sekolahlah yang membuat
instrumen secara menyeluruh. Terdapat beberapa area dalam ceklis
perkembangan ini, diantaranya area kognitif, sosial emosi, sensorik motor,
area belanja, dan area hidup. Selain itu, terdapat pula asesmen khusus yang
di lakukan pada masa transisi anak di usia 14 tahun sebagai upaya
memfokuskan minat dan bakat anak agar dapat di arahkan sesuai dengan
kemampuannya.

15
Idealnya, dalam melaksanakan asesmen diperlukan 3 orang yang
bertugas sebagai asesor, guru yang mengamati, dan guru yang mencatat.
Walau dalam kenyataannya sering kali tidak seperti itu dikarenakan
kurangnya sumber daya yang diperlukan. Asesmen ini di lakukan pada
saat anak melakukan kegiatan sehari-hari. Pada saat pengetesan instrumen
fungsional, guru harus menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
Perlu waktu mulai dari 2 minggu sampai 2 bulan untuk melakukan
proses asesmen. Bahkan pihak sekolah melakukan asesmen minimal satu
tahun sekali pada setiap anak guna mengetahui sejauh mana
perkembangan pada masing-masing anak. Asesmen ini menjadi hal yang
amat penting di lakukan, karena pengajar harus mengetahui kemampuan
anak yang sudah berkembang, yang belum berkembang dan kebutuhan apa
yang anak perlukan guna menyiapkan program pembelajaran individual
(PPI) yang tepat bagi masing-masing anak.
Jadi, berdasarkan hasil pengamatan kami, asesmen di SLB G
Rawinala di bagi menjadi dua bagian, asesmen Oregon dan asesmen ceklis
perkembangan. Terdapat pula asesmen khusus masa transisi yang
dilakukan untuk mengarahkan anak pada minat, bakat, dan
kemampuannya. Untuk melakukan proses asesmen di sana diperlukan
waktu 2 minggu- 2 bulan untuk asesmen ceklis perkembangan dan
asesmen ini dilakukan paling sedikit satu tahun sekali. Hal ini merupakan
hal unik yang kami temui di SLB G Rawinala, karena pada beberapa SLB
yang sudah kami kunjungi umumnya asesmen dilakukan sekali pada
waktu awal sebelum anak menempuh pendidikan di SLB tersebut.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan kami, Di Yayasan Dwituna Rawinala ini


digunakan dua cara mengasesmen anak yakni asesmen Oregon yang digunakan di
unit pelayanan dini (PELDI) dan asesmen ceklis perkembangan. Pada tahap
Pelayanan dini (PELDI) dilakukan asesmen untuk rentang usia 0-7 tahun
menggunakan instrumen Oregon yang merupakan instrumen adaptasi dari
Amerika dan disusun secara langsung oleh pihak Rawinala.
Asesmen Oregon ini mencakup aspek, kognitif, Bahasa, sosialisasi,
penglihatan, kompensasi, bina diri, motorik kasar dan motorik halus. Ketujuh
aspek ini telah sesuai dengan teori taksonomi Bloom (1956). Dalam Taksonomi
Bloom terdapat beberapa domain (ranah, kawasan) yaitu:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Bloom juga menjelaskan bagian dari domain
kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Di dalam instrumen asesmen Oregon terdapat bagian yang
berhubungan dengan ranah kognitif yaitu bagian kognitif dan Bahasa.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri. Dengan bagian domain berupa penerimaan,
tanggapan, penghargaan, pengorganisasian dan karakterisasi berdasarkan
nilai-nilai. Di dalam instrumen asesmen Oregon terdapat bagian yang
berhubungan dengan afektif yaitu bagian sosialisasi, kompensasi dan bina
diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Bagian dari domain
psikomotor ialah persepsi, kesiapan, respons terpimpin, mekanisme,
respons tampak yang kompleks, penyesuaian dan penciptaan. Di dalam
instrumen asesmen Oregon terdapat bagian yang berhubungan dengan
psikomotor yaitu bagian penglihatan, motorik kasar dan motorik halus.

Asesmen yang dilakukan di unit pelayanan dini SLB-G Rawinala ini


diberikan kepada anak yang berusia 0-7 tahun dikarenakan menurut Aristoteles
untuk usia 0-7 tahun merupakan masa anak kecil, pada saat usia ini anak akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik dalam segi fisik,
mental dan sosialnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Witherington (1952) yang

17
mengatakan bahwa hasil observasinya menunjukkan penonjolan aspek
perkembangan psikofisik yang selaras dengan jenjang praktik pendidikan, ia juga
membagi tahap yang lamanya masing-masing tiga tahun perkembangan individu
sampai menjelang dewasa, ialah
Stage Indikator
Perkembangan fisik yang pesat
(1) 0;0 – 3;0 Perkembangan mental yang pesat
(2) 3;0 – 6;0 Perkembangan sosial yang pesat
(3) 6;0 – 9;0 Perkembangan sikap individualis (II)
Awal penyesuaian sosial
(4) 9;0 – 12;0
Awal pilihan kecenderungan pola hidup
(5) 12;0 – 15;0 yang akan diikuti sampai dewasa
(6) 15;0 – 18;0

Instrumen ini dilakukan saat anak memasuki prasekolah atau setara dengan
TK. Sesuai dengan usianya (0-7 tahun) menurut teori Witherington, anak
mengalami perkembangan fisik, mental dan sosial yang pesat, sehingga asesor
dapat melihat dengan jelas di mana bagian anak belum menguasai, apa yang sudah
ia kuasai dan apa yang menjadi kebutuhan bagi anak untuk ke depannya. Sehingga
asesor dapat menetapkan hambatan apa yang anak miliki dan mencari kebutuhan
apa saja yang anak butuhkan untuk mengembangkan minat dan bakat yang
terpendam tanpa memaksa sembari menuntaskan tugas perkembangan yang ada di
instrumen oregon tersebut. Jika anak belum menuntaskan atau belum menguasai
suatu hal yang menjadi tugas perkembangannya, asesor dapat memberi stimulus
yang berkesinambungan agar anak secara perlahan menguasai hal itu.

Instrumen ini juga mengandung aspek yang sejalan dengan pendapat


Erikson (1963), anak yang pada masa bayi (infancy), dilihatnya bagaimana
kualitas kehidupan masa bayi seperti cinta kasih, rasa kepercayaan dan psikososial
lainnya yang akan menjadi kekuatan psikososial yang amat fundamental bagi
perkembangan selanjutnya. Pada usia masa kanak-kanak awal (early childhood)
memberikan stimulus kepada anak berupa kesempatan untuk mengembangkan
self-control (apa yang ia kuasai dan lakukan) tanpa mengurangi self-esteem (harga
dirinya) yang akan menumbuhkan rasa otonomi, mandiri atau bahkan anak akan
memiliki rasa kebergantungan, malu dan ragu-ragu. Dan yang terakhir pada masa
kanak-kanak (childhood/preschool age) yang menjelaskan bahwa anak
memungkinkan berprakarsa dan akan menimbulkan inisiatif.

Setelah asesor dapat menemukan data berupa apa hambatan anak, apa
yang telah ia kuasai, apa yang belum ia kuasai dan apa saja yang menjadi
kebutuhan anak. Maka, asesor akan terus melanjutkan instrumen asesmen oregon
sampai anak siap mengikuti program pembelajaran individual atau program

18
lanjutan. Dan laporan instrumen tersebut ditulis ke dalam sebuah laporan
observasi berupa deskripsi hasil asesmen yang dilakukan asesor. Setiap 3-6 bulan
akan diadakan diskusi bersama asesor lain dan orang tua untuk memperkuat data
dan memastikan langkah apa yang selanjutnya dibuat. Sehingga saat anak telah
menginjak usia 6-7 tahun, asesor beserta orang tua akan berdiskusi apakah anak
ini akan meneruskan program lanjutan (sekolah) di SLB-G Rawinala atau ke SLB
lainnya atau bahkan jika memungkinkan dapat masuk ke sekolah inklusif.

Instrumen Asesmen Oregon memiliki kelebihan yaitu, 1) membantu asesor


untuk mengetahui hambatan yang dimiliki anak dan apa yang telah dikuasai oleh
anak, 2) memudahkan asesor dalam mengamati perkembangan anak dalam
kegiatan sehari-hari di sekolah, 3) memberikan stimulus kepada anak agar anak
dapat menuntaskan tugas perkembangan sesuai dengan usianya dan 4) membantu
asesor untuk mendapatkan sekolah lanjutan yang tepat sesuai dengan hambatan
yang dimiliki anak.

Di samping itu, instrumen asesmen Oregon ini memiliki kekurangan


yakni, 1) waktu yang diperlukan dalam mengasesmen anak cukup lama yaitu
sekitar 3-6 bulan, dan 2) asesmen ini harus dilakukan oleh 3 asesor dan
melibatkan orang tua dalam waktu dan tempat yang berbeda, sehingga dalam
penarikan kesimpulan harus dilakukan diskusi terlebih dahulu antara ketiga asesor
dan orang tua agar mendapatkan kesimpulan yang sama.

Oleh karena itu, asesmen oregon di SLB-G Rawinala telah sesuai dengan
teori perkembangan anak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Meyakinkan
bahwa asesmen yang dilakukan oleh pihak SLB-G Rawinala sangat baik sampai
memiliki unit pelayanan dini yang mendeteksi hambatan dan kebutuhan anak
sejak dini, sehingga didapatkan data untuk menindaklanjuti/ mengintervensi apa
yang telah di asesmen oleh asesor yang dikemas ke dalam program pembelajaran
individual agar mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di dalam diri anak
tersebut. Lalu, asesmen Oregon di SLB-G Rawinala telah sesuai dengan konsep
asesmen of, for dan as learning yaitu proses mengumpulkan dan menginterpretasi
bukti penilaian dan membuat pertimbangan tentang kualitas pembelajaran siswa
kelak, kemudian proses penilaian yang terus menerus dalam mengumpulkan data
dan mengembangkan serta mendukung metakognitif siswa melalui asesmen
Oregon ini.
Pada pembahasan asesmen lanjutan atau transisi ini bertujuan untuk
mengarahkan anak pada minat, bakat, dan kemampuannya. Pada asesmen ini anak
akan diarahkan sesuai dengan yang diinginkan atau dikuasai oleh anak. Adapun
minat dan bakat anak diperoleh melalui proses asesmen yang nantinya mampu
mengarahkan anak sesuai yang dikuasainya.

19
Salah satu contoh yang telah dipaparkan mengenai asesmen
lanjutan/transisi ini yaitu adalah anak diarahkan pada keterampilan keterampilan
yang berkaitan dengan aktivitas sehari hari seperti memasak, mencuci piring dan
aktivitas lainnya. Dalam melakukan asesmen lanjutan ini, ada beberapa pihak
yang harus turut serta mendukung. Pihak pihak tersebut antara lain adalah orang
tua, teman dekat, dan tentu saja guru. Dalam pelaksanaannya, Anak akan
diarahkan sesuai jenis aktivitas atau bidang pekerjaan yang dikuasainya sesuai
SOP perusahaan yang terkait. SOP ini akan menentukan kualitas kinerja anak saat
terjun di dunia kerja nanti. Dalam pelaksanaannya, asesmen transisi ini dilakukan
satu kali ketika anak menginjak usia 14 tahun.

Adapun teori yang berkenaan dengan ciri masa transisi ini menurut
charlotte bubler usia 14 sampai 19 tahun merupakan masa purbetas, dimana anak
merasa gelisah karena mereka sedang mengalami sturn and drag (ingin
memberontak,gemar mengkritik,suka menentang dan sebagainya)

Berdasarkan analisa kami asesmen lanjutan/transisi ini sangat


mempengaruhi sekali dalam menentukan minat dan bakat anak sebagaimana teori
yang dikemukakan oleh charlotte bubler bahwa pada usia 14-19 tahun anak
sedang mencari jati dirinya dalam mengembangkan potensi-potensi yang anak
miliki oleh karena itu kita perlu memberikan dukungan agar anak mampu
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Asesmen merupakan suatu proses yang sistematis dan komprehensif dalam
mengumpulkan data-data dan informasi mengenai seorang siswa. Baik itu berupa
hal-hal yang sudah dapat ia lakukan, hal-hal yang belum dapat ia lakukan, dan
hal-hal apa saja yang mereka butuhkan dalam pengembangan diri mereka.
Terdapat dua cara mengasesmen anak yakni asesmen
pelayanan dini (PELDI) dan asesmen ceklis perkembangan. Pada
tahap Pelayanan dini (PELDI) dilakukan asesmen untuk rentang
usia 0-7 tahun namun dengan kemampuan anak yang di bawah
kemampuan anak normal lainnya dapat digunakan untuk anak
dengan rentang usia 0-7 tahun dengan menggunakan instrumen
Oregon yang merupakan instrumen adaptasi dari Amerika dan
disusun secara langsung oleh pihak Rawinala. Dibuat dua format
asesmen yang berbeda karena disesuaikan dengan usia anak yang akan di asesmen
dan kurikulum yang akan dipakai anak karena di SLB Rawinala sendiri
menggunakan kurikulum fungsional / pendekatan kurikulum berdasarkan
asesmen. Untuk melakukan proses asesmen di sana diperlukan waktu 2 minggu- 2
bulan untuk asesmen ceklis perkembangan dan asesmen ini dilakukan paling
sedikit satu tahun sekali. Hal ini merupakan hal unik yang kami temui di SLB G
Rawinala, karena pada beberapa SLB yang sudah kami kunjungi umumnya
asesmen dilakukan sekali pada waktu awal sebelum anak menempuh pendidikan
di SLB tersebut.

5.2 Saran
Diharapkan bagi yang membaca makalah ini dapat menambah awasan
tentang Bagaimana proses asesmen yang dilakukan di SLB-G Rawinala. serta
mengetahui layanan-layanan dan program-program yang dilakukan oleh sekolah
tersebut. Diharpakan pembaca mencari literatur lain yang bisa mengembangkan
wawasan mengenai proses asesmen yang dilakukan oleh SLB-G Rawinala

21
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tersedia [online] di:


bahasa.kemendiknas.go.id/kbbi/index.php. (diakses pada 10 Desember 2019)
Kemensos. (tt). Kepmensos No. 10/HUK/2007 tentang Pembinaan Teknis
Jabatan Fungsional Pekerja Sosial.Tersedia di [daring]: kemensos.go.id
(diakses tanggal 25 November 2019)
Makmun, Syamsuddin Abin. (2012). Psikologi kependidikan. Bandung: Rosda
Tjutju Soendari. (tt). Konsep Dasar Asesmen. PLB FIP UPI. Tersedia di
[daring]: upi.edu (diakses tanggal 25 November 2019).
Tjutju Soendari. (2009). Asesmen: Dasar Penyusunan Program Intervensi Anak
Berkebutuhan Khusus. PLB FIP UPI. Tersedia di [daring]: upi.edu (diakses
tanggal 25 November 2019)
Tawadlu'un, F. (2014). BAB III KONSEP TAKSONOMI BLOOM. Tersedia
[daring] di: eprints.walisongo.ac.id (diakses pada 10 Desember 2019)
Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala. Tersedia di [daring]: rawinala.org
(diakses 25 November 2019)

22
LAMPIRAN
PROFIL SEKOLAH SLB-G RAWINALA
1.Identitas
SLB-G RAWINALA
1. Nama sekolah
20103433
2. NPSN
SLB
3. Jenjang pendidikan
Swasta
4. Status Sekolah
Jl. Inerbang No.38
5. Alamat Sekolah 10/20
RT/RW 13520
Kode Pos Batu Ampar
Kelurahan Kec . Kramat Jati
Kecamatan Kota Jakarta Timur
Kabupaten/Kota Prov . DKI Jakarta
Provinsi indonesia
Negara

-6,286505
6. Posisi Geografis
106,862587

23
PROYEK OREGON
Untuk Anak-anak Prasekolah dengan
Gangguan Penglihatan
Inventaris Ketrampilan

Edisi Kelima

Diadaptasi dari :
The Oregon Project
For Visually Impaired & Blind Preschool Children
Skills Inventory
Fifth Edition

24
Adaptasi versi Indonesia diterbitkan oleh:
Helen Keller International Indonesia
Hilton/Perkins International Program

2006

Proyek OR

25
Proyek Oregon untuk Anak-anak Prasekolah dengan
Gangguan Penglihatan . Edisi Kelima

Donnise Brown ● Vickie Simmons ● Judy Methvin


Edisi Revisi :
Sharon Anderson ● Sue Boigon ● Kris Davis
Jackson Education Service District ● 101 N. Grape St. ● Medford OR
97501

INVENTARIS KETRAMPILAN

26
KOGNITIF

KETERAMPILAN KOGNITIF

27
 Menunjukkan bahwa ketrampilan ini mungkin untuk dicapai secara
nyata oleh seorang tunanetra di kemudian hari.

KOGNITIF TGL
LAHIR – 1 TAHUN ASESMEN MENGUASAI
KETRAMPILAN

1 Respon terhadap
stimulasi gerakan
sehari-hari yang dapat
diraba/dilihat /
didengar.

2 Menggapai mainan
yang digantung di atas
tempat tidur karena
melihat atau
mendengar sesuatu
yang menarik.

3 Menyentuh benda-
benda baru dengan
rasa ingin tahu.

4 Bermain dengan
tangan atau kakinya
sendiri.

5 Mengantisipasi
beberapa kejadian
sehari-hari yang
dikenalnya
berdasarkan tanda-
tanda sensori.

6 Mengkombinasikan
tiga atau lebih perilaku
pada saat
mengeksplorasi
mainan (misalnya,
Bergoyang-goyang,

28
menyentuh dengan
mulut).

7 Mengidikasikan
keinginan untuk
melanjutkan suatu
aktivitas yang biasa
dilakukan bersama-
sama dengan orang
dewasa dengan cara
bergerak dan/atau
bersuara.

8 Meletakkan suatu
benda secara sengaja
untuk mencari benda
lain.

9 Bermain sesuai
karakteristik terbaik
tiap benda :
mengelinding bola,
menggoyang bel,
melipat kertas.

10 Memindahkan benda
dari tempat
penyimpanan dengan
mengambil ke
dalamnya.

11* Bergerak (berlari atau


merangkak) untuk
mencapai benda
ketika diberikan suatu
tanda visual atau
suara.

12* Meletakkan satu


benda ke dalam benda
lainnya (menemukan

29
konsep ruang untuk
menyimpan).

/12 /12 /12

30
31
32
33
34
35
36
37

Anda mungkin juga menyukai