MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bagi Anak
dengan Disabilitas Majemuk
Dosen Pengampu:
Dr. Nia Sutisna, M.Si
Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd
Oleh:
Cantika Widiani (1807383)
Dani Hidayat Sarifudin (1806985)
Giri Raharja Susena (1800232)
Mega Eka Setiawan ` (1803971)
Muhammad Rafi W.A.T.B (1804320)
Putri Alifia Salsabila (1806803)
Winny Istiani Maulida (1800535)
Zakiyya Hafidza Tsany (1806818)
1. Yth. Dr. Nia Sutisna, M.Si. dan Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd
selaku pembimbing yang telah memberikan motivasi,
bimbingan, dan arahan dalam penyusunan laporan.
2. Yth. Orang tua para penyusun yang telah memberikan
motivasi baik materiil maupun moril selama pelaksanaan
kegiatan studi kampus dan penyusunan laporan ini, dan
3. Teman-teman seperjuangan yang telah berpartisipasi aktif
dalam melakukan observasi dan penyusunan laporan ini.
i
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................1
1.3 Sistematika...........................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................17
BAB V PENUTUP................................................................................................21
ii
5.1 Simpulan............................................................................................21
5.2 Saran..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
LAMPIRAN..........................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari observasi yang telah kami lakukan antara lain adalah untuk
mengetahui kondisi anak serta bagaimana cara mengasesmen anak dengan
hambatan majemuk. Selain itu, tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk
menguraikan laporan hasil observasi dan identifikasi yang telah kami laksanakan.
1.3 Sistematika
Untuk memahami lebih jelas makalah, maka materi yang tertera pada makalah
dikelompokkan menjadi beberapa subbab dengan sistematika penyampaian
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: berisi tentang latar belakang, tujuan dan sistematika
penulisan
Bab II Kajian Teori: berisi tentang penjelasan asesmen menurut para ahli
dan beberapa sumber lainnya
Bab III Deskripsi Kasus: berisi tentang penjelasan hasil observasi
meliputi instrumen asesmen sentuhan, asesmen penglihatan, asesmen
1
orientasi dan mobilitas, asesmen pendengaran, asesmen oregon serta
contoh hasil asesmen yang telah dilaksanakan oleh sekolah kepada salah
seorang siswa
Bab IV Pembahasan: berisi tentang uraian analis yang dilakukan
kelompok mengenai hasil observasi
Bab V: berisi tentang kesimpulan dan saran dari keseluruhan laporan yang
telah dibuat
Daftar Pustaka: berisi tentang sumber-sumber materi yang digunakan
dalam penyempurnaan penyusunan makalah
Lampiran: berisi tentang dokumentasi dan beberapa contoh instrumen
asesmen yang digunakan di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
7. Izlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is
obtained relative to some known objective or goal. Assessment is a broad
term that includes testing. A test is a special form of assessment. Tests are
assessments made under contrived circumstances especially so that they
may be administered. In other words, all tests are assessments, but not all
assessments are tests. (Artinya : asesmen adalah suatu proses dimana
informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah
istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus
dari asesmen. Tes adalah salah satu bentuk asesmen. Dengan kata lain,
semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua asesmen berupa tes).
4
Tes tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal maupun
jawabannya). Dalam menjawab soal siswa tidak selalu harus merespons
dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk
mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram dan sebagainya.
2. Performance Assessment
Performance Assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam
tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan
pemahaman dan pengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta
keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan
bahwa Performance Assessment adalah suatu penilaian yang meminta
peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan
ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan criteria yang diinginkan.
3. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat
memberikan informasi bagi suatu penilaian.
4. Penilaian Proyek
Penilaian Proyek. Adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode/
waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data.
Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/
sekunder, evaluasi hasil dan kerjasama dengan pihak lain, proyek
merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum
dalam semua bidang.
5. Product Assessment
Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap keterampilan
siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk
tersebut. Penilaian sikap.
Manusia mempunyai sifat bawaan, misalnya: kecerdasan, temperamen,
dan sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap
pembentukan sikap.
6. Self Assessment
Penilaian diri di tingkat kelas (PDK) atau classroom Self Assessmen
(GSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang
bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar
(KBM) di tingkat kelas. Penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik
istimewa, yaitu:
Pusat Belajar dan Berakar dalam Proses Pembelajaran
5
Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan
mengajar melainkan pada perhatian guru dan peserta didik dalam
perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan
program pengajaran sebagai mana diuraikan di atas, tujuan tidak lain
adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik. Penilaian
berbasis kelas dapat memberikan informasi dan petunjuk bagi guru dan
peserta didik dalam membuat pertimbangan yang tujuan utamanya adalah
untuk memperbaiki hasil belajar. Sebagai contoh misalnya ketika seorang
peserta didik memiliki nilai yang kurang baik dari suatu mata pelajaran,
maka yang harus diperbaiki adalah bukan cara mengajar melainkan
menekankan pada bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik
tersebut.
7. Umpan Balik
Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses
umpan balik (feedback loop) di kelas. Guru maupun peserta didik dapat
dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas sebagai
umpan balik. Dari hasil penilaian berbasis kelas guru maupun peserta didik
dapat melakukan saran perbai kan belajar. Melalui umpan balik ini seluruh
pihak yang berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan
peserta didik dalam proses pembelajaran akan mejadi lebih efisien dan
lebih efektif. Penilaian berbasis kelas dapat di pandang sebagai alat untuk
formatif. Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk memberi nilai atau
skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi
perbaikan mutu belajar peserta didik.
6
2.4 Tujuan Asesmen
Menurut Chittenden (1994) menyatakan bahwa tujuan penilaian
“assessment purpose” adalah “keeping track”, checking up, finding out and
summming up
1. Keeping Track
Keeping track yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta
didik yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah
diterapkan. Maka dari itu guru wajib mengumpulkan data dan informasi
dalam kurun waktu tertentu dari berbagai jenis dan teknik penilaian untuk
mendapatkan gambaran suatu pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
2. Checking Up
Checking Up adalah untuk mengecek pencapaian kemampuan peserta
didik didalam proses belajar dan kekurangan-kekurangan peserta didik
ketika mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru penting
melaksanakan penilaian untuk tahu bagian mana dari materi yang telah
dikuasai peserta didik dan bagian dari materi yang belum dikuasai.
3. Finding Out
Finding Out adalah mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan
kesalahan atau kelemahan peserta didik didalam proses belajar, sehingga
guru bisa dengan tanggap mencari alternatif penyelesaiannya.
4. Summing Up
Summing Up adalah cara untuk menyimpulkan tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi yang sudah ditetapkan. Hasil dari penyimpulan ini
bisa digunakan guru dalam menyusun laporan kemajuan belajar ke
berbagai pihak yang saling membutuhkan.
7
pada bagian yang mana mereka butuhkan untuk diteruskan dan bagaimana cara
terbaik untuk mendapatkannya (p. 144)
Assessment as learning adalah proses mengembangkan dan mensuport
metakognitif siswa. Siswa diikut sertakan dalam aktivfitas proses penilaian yang
dimana mereka memonitor diri mereka sendiri.
Asesmen
Of Learning For Learning As Learning
Dilakukan oleh guru Dilakukan oleh guru Dilakukan oleh siswa (diri
sendiri atau teman sejawat)
Untuk menentukan instruksi Untuk menentukan tingkat Untuk menentukan apa
apa yang dilakukan prestasi siswa dari ekspetasi yang dilakukan selanjutnya
selanjutnya (strategi, seluruhnya pada pemberian dalam belajar
perbedaan) poin disetiap waktu
Untuk menyiapkan Sebagai bukti pada Tujuannya adalah untuk
deskripsi umpan balik pada pengambilan keputusan menjadikan refleksi, belajar
siswa (apa mereka secara profesional memonitoring diri sendiri
mengerjakan dengan baik,
apa membutuhkan
perbaikan, dan bagaimana
memperbaikinya)
2.6 Perkembangan Anak
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu
perubahan–perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses pematangan
fungsi–fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara berkelanjutan,
yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan melalui proses
maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu proses penyempurnakan,
pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang terjadi secara alami. Proses
learning merupakan proses belajar, melalui pengalaman pada jangka waktu
tertentu untuk menuju kedewasaan (Agoes Achir).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan
dan perkembangan anak, dalam Kartini (1979:37) disebutkan bahwa para ahli
mengelompokan perkembangan anak berdasar usia mereka.
a. Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak
menjadi 5, yaitu :
0 – 2 tahun adalah masa bayi
1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar
8
12 – 14 adalah masa remaja
14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal
9
1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hierarkinya.usun
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hierarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih
rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman”
yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama. Berikut merupakan subkategori dari taksonomi Bloom:
Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri
dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian
kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
a. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb.
Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg
berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk
produk.
b. Pemahaman (Comprehension)
Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan
mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan,
menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan gagasan
utama
• Terjemahan
• Pemaknaan
• Ekstrapolasi
10
Pertanyaan seperti: Membandingkan manfaat mengkonsumsi apel dan
jeruk terhadap kesehatan
c. Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya
reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu
merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam
bentuk fish bone diagram.
d. Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu
memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
e. Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesis akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya
terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
f. Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,
gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu
menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas,
urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.
Domain Afektif
a. Penerimaan (Receiving/Attending
11
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.
Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b. Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
c. Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d. Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,
dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Domain Psikomotor
a. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
d. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap.
12
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola
gerakan yang kompleks.
f. Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam
berbagai situasi.
g. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau
permasalahan tertentu.
13
BAB III
DESKRIPSI KASUS
14
dilakukan anak misalnya mencuci, makan, memasak dan kegiatan utama.
kegiatan utama misalnya berenang, saat kegiatan berenang tersebut bisa
dilihat apakah anak sudah bisa memakai baju sendiri, menggunakan
gayung, melepas baju sendiri dan lain-lain.
Pelayanan dini atau PELDI adalah program pendidikan bagi anak
usia 0-7 tahun. Pada tahap ini potensi awal anak mulai diamati, digali, dan
dikembangkan melalui program-program yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan anak. Layanan ini dilakukan dengan
memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Program ini merupakan proses pengumpulan data
berupa data anak, data medis (klinis), angket orang tua, wawancara dan
home visti yang dilakukan asesor.
Pelayanan Dini ini memakai asesmen oregon. Dalam prosesnya
asesmen oregon disesuaikan dan dilihat berdasarkan kegiatan anak sehari-
hari. Seperti asesmen untuk keterampilan kognitif dan anak dilihat respon
terhadap stimulasi gerakan sehari-hari yang dapat diraba/ dilihat/
didengarnya. Untuk asesmen oregon terdapat beberapa aspek yang dinilai
di antaranya adalah aspek kognitif, bahasa, sosialisasi, penglihatan,
kompensasi, keterampilan bina diri, motorik halus, dan motorik kasar.
Setelah melakukan perekrutan untuk pelayanan dini, selanjutnya
dilakukan identifikasi atau assesmen yang bisa menggunakan wawancara
pada orangtua dan menggunakan instrumen assesmen Oregon yang
dilakukan oleh guru kelasnya. Untuk penilaian instrumen oregon
ini dilakukan dengan skor +/- atau juga dikosongkan
apabila aspek tersebut belum diketahui oleh asesor.
Biasanya asesmen ini dilakukan dalam jangka waktu 3-6
bulan. Dan setelah diketahui hambatan dan kebutuhan
anak maka dapat dibuat PPI (program pembelajaran
individual) bagi anak.
15
Idealnya, dalam melaksanakan asesmen diperlukan 3 orang yang
bertugas sebagai asesor, guru yang mengamati, dan guru yang mencatat.
Walau dalam kenyataannya sering kali tidak seperti itu dikarenakan
kurangnya sumber daya yang diperlukan. Asesmen ini di lakukan pada
saat anak melakukan kegiatan sehari-hari. Pada saat pengetesan instrumen
fungsional, guru harus menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
Perlu waktu mulai dari 2 minggu sampai 2 bulan untuk melakukan
proses asesmen. Bahkan pihak sekolah melakukan asesmen minimal satu
tahun sekali pada setiap anak guna mengetahui sejauh mana
perkembangan pada masing-masing anak. Asesmen ini menjadi hal yang
amat penting di lakukan, karena pengajar harus mengetahui kemampuan
anak yang sudah berkembang, yang belum berkembang dan kebutuhan apa
yang anak perlukan guna menyiapkan program pembelajaran individual
(PPI) yang tepat bagi masing-masing anak.
Jadi, berdasarkan hasil pengamatan kami, asesmen di SLB G
Rawinala di bagi menjadi dua bagian, asesmen Oregon dan asesmen ceklis
perkembangan. Terdapat pula asesmen khusus masa transisi yang
dilakukan untuk mengarahkan anak pada minat, bakat, dan
kemampuannya. Untuk melakukan proses asesmen di sana diperlukan
waktu 2 minggu- 2 bulan untuk asesmen ceklis perkembangan dan
asesmen ini dilakukan paling sedikit satu tahun sekali. Hal ini merupakan
hal unik yang kami temui di SLB G Rawinala, karena pada beberapa SLB
yang sudah kami kunjungi umumnya asesmen dilakukan sekali pada
waktu awal sebelum anak menempuh pendidikan di SLB tersebut.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
17
mengatakan bahwa hasil observasinya menunjukkan penonjolan aspek
perkembangan psikofisik yang selaras dengan jenjang praktik pendidikan, ia juga
membagi tahap yang lamanya masing-masing tiga tahun perkembangan individu
sampai menjelang dewasa, ialah
Stage Indikator
Perkembangan fisik yang pesat
(1) 0;0 – 3;0 Perkembangan mental yang pesat
(2) 3;0 – 6;0 Perkembangan sosial yang pesat
(3) 6;0 – 9;0 Perkembangan sikap individualis (II)
Awal penyesuaian sosial
(4) 9;0 – 12;0
Awal pilihan kecenderungan pola hidup
(5) 12;0 – 15;0 yang akan diikuti sampai dewasa
(6) 15;0 – 18;0
Instrumen ini dilakukan saat anak memasuki prasekolah atau setara dengan
TK. Sesuai dengan usianya (0-7 tahun) menurut teori Witherington, anak
mengalami perkembangan fisik, mental dan sosial yang pesat, sehingga asesor
dapat melihat dengan jelas di mana bagian anak belum menguasai, apa yang sudah
ia kuasai dan apa yang menjadi kebutuhan bagi anak untuk ke depannya. Sehingga
asesor dapat menetapkan hambatan apa yang anak miliki dan mencari kebutuhan
apa saja yang anak butuhkan untuk mengembangkan minat dan bakat yang
terpendam tanpa memaksa sembari menuntaskan tugas perkembangan yang ada di
instrumen oregon tersebut. Jika anak belum menuntaskan atau belum menguasai
suatu hal yang menjadi tugas perkembangannya, asesor dapat memberi stimulus
yang berkesinambungan agar anak secara perlahan menguasai hal itu.
Setelah asesor dapat menemukan data berupa apa hambatan anak, apa
yang telah ia kuasai, apa yang belum ia kuasai dan apa saja yang menjadi
kebutuhan anak. Maka, asesor akan terus melanjutkan instrumen asesmen oregon
sampai anak siap mengikuti program pembelajaran individual atau program
18
lanjutan. Dan laporan instrumen tersebut ditulis ke dalam sebuah laporan
observasi berupa deskripsi hasil asesmen yang dilakukan asesor. Setiap 3-6 bulan
akan diadakan diskusi bersama asesor lain dan orang tua untuk memperkuat data
dan memastikan langkah apa yang selanjutnya dibuat. Sehingga saat anak telah
menginjak usia 6-7 tahun, asesor beserta orang tua akan berdiskusi apakah anak
ini akan meneruskan program lanjutan (sekolah) di SLB-G Rawinala atau ke SLB
lainnya atau bahkan jika memungkinkan dapat masuk ke sekolah inklusif.
Oleh karena itu, asesmen oregon di SLB-G Rawinala telah sesuai dengan
teori perkembangan anak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Meyakinkan
bahwa asesmen yang dilakukan oleh pihak SLB-G Rawinala sangat baik sampai
memiliki unit pelayanan dini yang mendeteksi hambatan dan kebutuhan anak
sejak dini, sehingga didapatkan data untuk menindaklanjuti/ mengintervensi apa
yang telah di asesmen oleh asesor yang dikemas ke dalam program pembelajaran
individual agar mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di dalam diri anak
tersebut. Lalu, asesmen Oregon di SLB-G Rawinala telah sesuai dengan konsep
asesmen of, for dan as learning yaitu proses mengumpulkan dan menginterpretasi
bukti penilaian dan membuat pertimbangan tentang kualitas pembelajaran siswa
kelak, kemudian proses penilaian yang terus menerus dalam mengumpulkan data
dan mengembangkan serta mendukung metakognitif siswa melalui asesmen
Oregon ini.
Pada pembahasan asesmen lanjutan atau transisi ini bertujuan untuk
mengarahkan anak pada minat, bakat, dan kemampuannya. Pada asesmen ini anak
akan diarahkan sesuai dengan yang diinginkan atau dikuasai oleh anak. Adapun
minat dan bakat anak diperoleh melalui proses asesmen yang nantinya mampu
mengarahkan anak sesuai yang dikuasainya.
19
Salah satu contoh yang telah dipaparkan mengenai asesmen
lanjutan/transisi ini yaitu adalah anak diarahkan pada keterampilan keterampilan
yang berkaitan dengan aktivitas sehari hari seperti memasak, mencuci piring dan
aktivitas lainnya. Dalam melakukan asesmen lanjutan ini, ada beberapa pihak
yang harus turut serta mendukung. Pihak pihak tersebut antara lain adalah orang
tua, teman dekat, dan tentu saja guru. Dalam pelaksanaannya, Anak akan
diarahkan sesuai jenis aktivitas atau bidang pekerjaan yang dikuasainya sesuai
SOP perusahaan yang terkait. SOP ini akan menentukan kualitas kinerja anak saat
terjun di dunia kerja nanti. Dalam pelaksanaannya, asesmen transisi ini dilakukan
satu kali ketika anak menginjak usia 14 tahun.
Adapun teori yang berkenaan dengan ciri masa transisi ini menurut
charlotte bubler usia 14 sampai 19 tahun merupakan masa purbetas, dimana anak
merasa gelisah karena mereka sedang mengalami sturn and drag (ingin
memberontak,gemar mengkritik,suka menentang dan sebagainya)
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Asesmen merupakan suatu proses yang sistematis dan komprehensif dalam
mengumpulkan data-data dan informasi mengenai seorang siswa. Baik itu berupa
hal-hal yang sudah dapat ia lakukan, hal-hal yang belum dapat ia lakukan, dan
hal-hal apa saja yang mereka butuhkan dalam pengembangan diri mereka.
Terdapat dua cara mengasesmen anak yakni asesmen
pelayanan dini (PELDI) dan asesmen ceklis perkembangan. Pada
tahap Pelayanan dini (PELDI) dilakukan asesmen untuk rentang
usia 0-7 tahun namun dengan kemampuan anak yang di bawah
kemampuan anak normal lainnya dapat digunakan untuk anak
dengan rentang usia 0-7 tahun dengan menggunakan instrumen
Oregon yang merupakan instrumen adaptasi dari Amerika dan
disusun secara langsung oleh pihak Rawinala. Dibuat dua format
asesmen yang berbeda karena disesuaikan dengan usia anak yang akan di asesmen
dan kurikulum yang akan dipakai anak karena di SLB Rawinala sendiri
menggunakan kurikulum fungsional / pendekatan kurikulum berdasarkan
asesmen. Untuk melakukan proses asesmen di sana diperlukan waktu 2 minggu- 2
bulan untuk asesmen ceklis perkembangan dan asesmen ini dilakukan paling
sedikit satu tahun sekali. Hal ini merupakan hal unik yang kami temui di SLB G
Rawinala, karena pada beberapa SLB yang sudah kami kunjungi umumnya
asesmen dilakukan sekali pada waktu awal sebelum anak menempuh pendidikan
di SLB tersebut.
5.2 Saran
Diharapkan bagi yang membaca makalah ini dapat menambah awasan
tentang Bagaimana proses asesmen yang dilakukan di SLB-G Rawinala. serta
mengetahui layanan-layanan dan program-program yang dilakukan oleh sekolah
tersebut. Diharpakan pembaca mencari literatur lain yang bisa mengembangkan
wawasan mengenai proses asesmen yang dilakukan oleh SLB-G Rawinala
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
PROFIL SEKOLAH SLB-G RAWINALA
1.Identitas
SLB-G RAWINALA
1. Nama sekolah
20103433
2. NPSN
SLB
3. Jenjang pendidikan
Swasta
4. Status Sekolah
Jl. Inerbang No.38
5. Alamat Sekolah 10/20
RT/RW 13520
Kode Pos Batu Ampar
Kelurahan Kec . Kramat Jati
Kecamatan Kota Jakarta Timur
Kabupaten/Kota Prov . DKI Jakarta
Provinsi indonesia
Negara
-6,286505
6. Posisi Geografis
106,862587
23
PROYEK OREGON
Untuk Anak-anak Prasekolah dengan
Gangguan Penglihatan
Inventaris Ketrampilan
Edisi Kelima
Diadaptasi dari :
The Oregon Project
For Visually Impaired & Blind Preschool Children
Skills Inventory
Fifth Edition
24
Adaptasi versi Indonesia diterbitkan oleh:
Helen Keller International Indonesia
Hilton/Perkins International Program
2006
Proyek OR
25
Proyek Oregon untuk Anak-anak Prasekolah dengan
Gangguan Penglihatan . Edisi Kelima
INVENTARIS KETRAMPILAN
26
KOGNITIF
KETERAMPILAN KOGNITIF
27
Menunjukkan bahwa ketrampilan ini mungkin untuk dicapai secara
nyata oleh seorang tunanetra di kemudian hari.
KOGNITIF TGL
LAHIR – 1 TAHUN ASESMEN MENGUASAI
KETRAMPILAN
1 Respon terhadap
stimulasi gerakan
sehari-hari yang dapat
diraba/dilihat /
didengar.
2 Menggapai mainan
yang digantung di atas
tempat tidur karena
melihat atau
mendengar sesuatu
yang menarik.
3 Menyentuh benda-
benda baru dengan
rasa ingin tahu.
4 Bermain dengan
tangan atau kakinya
sendiri.
5 Mengantisipasi
beberapa kejadian
sehari-hari yang
dikenalnya
berdasarkan tanda-
tanda sensori.
6 Mengkombinasikan
tiga atau lebih perilaku
pada saat
mengeksplorasi
mainan (misalnya,
Bergoyang-goyang,
28
menyentuh dengan
mulut).
7 Mengidikasikan
keinginan untuk
melanjutkan suatu
aktivitas yang biasa
dilakukan bersama-
sama dengan orang
dewasa dengan cara
bergerak dan/atau
bersuara.
8 Meletakkan suatu
benda secara sengaja
untuk mencari benda
lain.
9 Bermain sesuai
karakteristik terbaik
tiap benda :
mengelinding bola,
menggoyang bel,
melipat kertas.
10 Memindahkan benda
dari tempat
penyimpanan dengan
mengambil ke
dalamnya.
29
konsep ruang untuk
menyimpan).
30
31
32
33
34
35
36
37