Anda di halaman 1dari 27

MODUL III

PROTEIN

Kegiatan Belajar I :
Klasifikasi, Struktur dan Sifat Fisikokimia Protein
Proses Pencernaan dan Penyerapan Protein

Kegiatan Belajar II :
Metabolisme Protein
Siklus Urea
91

KEGIATAN BELAJAR I
Klasifikasi, Struktur dan Sifat Fisikokimia Protein
Proses Pencernaan dan Penyerapan Protein

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:


Setelah mempelajari ini mahasiswa akan dapat menjelaskan mengenai klasifikasi
protein, struktur protein dan sifat fisikokimia protein.

MATERI PEMBELAJARAN

KLASIFIKASI PROTEIN
Protein berasal dari kata "proteios" yang berarti "pertama" atau
kepentingan primer". Protein merupakan senyawa organik yang sebagian besar
unsurnya terdiri dari Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur dan Fosfor.
Ciri khusus protein adalah adanya kandungan Nitrogen. Berdasarkan bentuknya,
protein dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu : protein berbentuk bulat,
serat dan gabungan keduanya.

Protein berbentuk bulat (globular), diantaranya:


1) Albumin adalah protein yang larut dalam air dan menggumpal apabila
terkena panas. Umumnya albumin menjadi komponen pada albumin telur,
albumin serum, leucosin pada gandum dan legumelin pada kacang-
kacangan
2) Globulin umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam kuat dan
menggumpal apabila terkena panas. Globulin terdapat sebagai komponen
globulin serum, fibrinogen, myosinogen, edestin pada biji hemp, legumin
pada kacang-kacangan, concanavalin pada jack bean dan excelsin pada
kacang brazil.
92

3) Glutelin tidak larut dalam air dan pelarut netral, tetapi lebih cepat larut
dalam larutan asam atau basa. Contoh yang umum terdapat pada glutelin
pada jagung yang lisinnya tinggi, dan oxyzenin pada padi,
4) Prolamin atau gliadin adalah protein sederhana yang larut dalam 70
sampai dengan 80 persen etanol tetapi tidak larut dalam air, alkohol dan
pelarut netral. Contohnya terdapat pada zein dalam jagung dan gandum,
gliading pada gandum dan rye serta hordein pada barley,
5) Histon adalah protein dasar yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam
larutan amonia. Histon sebagian besar bergabung dengan asam nukleat
pada sel makluk hidup. Contoh yang umum adalah globin pada
hemoglobin dan scombron pada spermatozoa mackerel
6) Protamin adalah molekul dengan bobot rendah pada protein, larut dalam
air, tidak menggumpal terkena panas berbentuk garam stabil. Contohnya
adalah salmine dari sperma ikan salmon, sturine dari ikan sturgeon,
clupeine dari ikan herring, dan scombrine dari ikan mackerel.

Protein berbentuk serat (fibrous), diantaranya:


1) Kolagen adalah protein utama pada jaringan penghubung skeletal.
Umumnya collagen tidak larut dalam air dan tahan pada enzim pencernaan
hewan, tetapi berubah cepat dalam bentuk larutan, dalam bentuk gelatin
lebih mudah dicerna apabila dipanaskan dalam air atau larutan asam atau
basa. Kolagen mempunyai karakteristik struktur asam amino unik
diantaranya adalah hidroksiprolin yang molekulnya besar, hidroksilisin
sistein, sistin dan triptofan,
2) Elastin adalah protein pada jaringan elastis seperti pada tendon dan arteri.
Meskipun penampakannya sama dengan kolagen, elastin tidak dapat
diubah menjadi gelatin,
3) Keratin merupakan protein yang suka dilarutkan dan tidak dapat dicerna.
Umumnya menjadi komponen rambut, kuku, bulu, tanduk dan paruh.
Keratin mengadung 14 sampai dengan 15 persen sistin,
93

Protein gabungan (conjugated) diantaranya:


1) Nuleoprotein adalah satu atau lebih molekul protein yang berkombinasi
dengan asam nukleat, yang dalam sel dikenal sebagai
deoksiribonukleatprotein, ribonukleatprotein ribosom dan lain-lain,
2) Mukoid atau mukoprotein, bagian karbohidrat dalam protein adalah
mukopolisakarida yang mengandung n-asetil-heksosamin seperti
glukosamin atau galaktosamin yang berkombinasi dengan asam uronik,
galakturonik atau asam glukoronik, banyak juga yang mengandung asam
sialik,
3) Glikoprotein adalah protein yang mengandung karbohidarat kurang dari 4
persen, sering kali dalam bentuk heksosa sederhana, seperti manosa
sebesar 1,7 persen dalam albumin telur,
4) Lipoprotein adalah protein larut dalam air yang bergabung dengan lesitin,
cepalin, kolesterol, atau lemak dan fosfolipid lain, dan
5) Kromoprotein adalah kelompok yang mempunyai bentuk karakteristik
yang merupakan gabungan dari protein sederhana dengan kelompok
prospetik pewarna. Komoprotein meliputi hemoglobin, sitokrom,
flavoprotein, visual purple pada retina mata dan enzim katalase.

Berdasarkan kekomplekskan strukturnya, protein dibagi menjadi :


1) Protein sederhana, yaitu protein yang apabila mengalami hidrolisis akan
menghasilkan hanya asam-asam amino atau derivatnya, contohnya adalah :
albumin, globulin, glutelin, albuminoid dan protamin,
2) Protein gabungan, yaitu protein sederhana yang bergabung dengan radikal
protein, contohnya adalah : nukleoprotein (protein bergabung dengan asam
nukleat), glikoprotein (protein bergabung dengan zat yang mengandung
gugusan karbohidrat seperti mucin), fosfoprotein (protein bergabung
dengan zat yang mengandung fosfor seperti kasein), hemoglobin (protein
bergabung dengan zat-zat sejenis hematin seperti hemoglobin) dan
lesitoprotein (protein bergabung dengan lesitin, seperti jaringan
fibrinogen)
94

3) Protein asal, adalah protein yang terdegradasi yang meliputi protein primer
(misal : protean) dan protein sekunder (misal : proteosa, pepton dan
peptida).

Fungsi protein meliputi :


1) Struktur penting untuk jaringan urat daging, tenunan pengikat, kolagen,
rambut, bulu, kuku dan bagian tanduk serta paruh pada hewan.
2) Sebagai komponen protein darah, albumin dan globulin yang dapat
membantu mempertahankan sifat homeostatis dan mengatur tekanan
osmosis
3) Terlibat dalam proses pembekuan darah sebagai komponen fibrinogen,
tromboplastin
4) Membawa oksigen ke sel dalam bentuk sebagai hemoglobin
5) Sebagai komponen lipoprotein yang berfungsi mentransportasi vitamin
yang larut dalam lemak dan metabolit lemak yang lain
6) Sebagai komponen enzim yang bertugas mempercepat reaksi kimia dalam
sistem metabolisme
7) Sebagai nukleoprotein, glikoprotein dan vitellin.

Protein merupakan gabungan asam-asam amino dengan cara ikatan peptida, yaitu
suatu ikatan antara gugus amino (NH 2) dari suatu asam dengan gugus karboksil
dari asam yang lain, dengan membebaskan satu molekul air (H2O). Protein
disusun oleh 22 macam asam amino, tetapi dari ke 22 macam asam amino tersebut
yang berfungsi sebagai penyusun utama protein sebanyak 20 macam. Dari 20
macam asam amino tersebut ternyata ada sebagian yang dapat disintesis dalam
tubuh, sedang sebagian lainnya tidak dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus
didapatkan dari makanan. Asam amino yang harus ada atau harus didapatkan dari
makanan disebut asam amino esensial dalam makanan (dietary essential amino
acid atau indespensible amino acid). Asam amino yang termasuk dalam
kelompok ini adalah metionin, arginin, treonin, triptofan, histidin, isoleusin,
leusin, lisin, valin dan fenilalanin. Asam amino yang dapat disintesis dalam tubuh
disebut asam amino non esensial dalam makanan, tetapi apabila esensial untuk
95

metabolisme maka disebut pula sebagai asam amino esensial metabolik


(metabolic essential amino acid atau dispensible amino acid). Asam amino yang
termasuk kelompok ini adalah : alanin, asam aspartat, asam glutamat, glutamin,
hidroksiprolin, glisin, prolin dan serin. Disamping itu ada pengelompokan asam
amino setengah esensial (semi essential amino acid atau semi dispensible amino
acid) karena asam amino ini hanya dapat disintesis dalam tubuh dalam jumlah
yang terbatas dari substrat tertentu. Asam amino yang termasuk dalam kelompok
ini adalah tirosin, sistin dan hidroksilisin.

STRUKTUR PROTEIN
Protein yang aktif secara biologis adalah polimer yang tersusun oleh asam amino
yang terikat dengan ikatan kovalen. Berbagai konformasi (struktur tiga dimensi)
yang berbeda mungkin terbentuk bagi suatu molekul besar seperti protein. Dari
berbagai struktur tersebut, hanya sedikit yang memiliki aktivitas biologis; jenis ini
disebut dengan konformasi alami (native conformation). Sebagian besar protein
kelihatannya hanya mempunyai sedikit keteraturan dalam susunan atom-atomnya.
Sebagai akibatnya, berbagai protein sering digambarkan mempunyai segmen
besar berstruktur acak (juga dikenal sebagai gulungan). Istilah “acak” sebenarnya
tidak cocok, karena struktur kompleks yang sama ditemukan dalam semua
molekul protein yang mempunyai konformasi asal yang sama. Mengingat begitu
kompleksnya protein, maka biasanya didefinisikan dalam empat tingkatan struktur
agar lebih efisien.

1. Struktur Primer
Struktur primer adalah urutan asam amino pada rantai polipeptida.
Peptida yang tersusun dari H2N- Leu – Gly – Thr – Val – Arg – Asp – His –
COOH mempunyai struktur primer yang berbeda dengan peptida H 2N- Val -
Leu – Gly – Thr –– Arg – Asp – His – COOH, walaupun keduanya mempunyai
jumlah dan jenis asam amino yang sama. Struktur primer adalah satu dimensi
pertama dari struktur tiga dimensi protein.
96

Urutan asam amino pada struktur primer menentukan struktur tiga


dimensinya. Pada setiap protein, struktur tiga dimensi yang benar, dibutuhkan
agar berfungsi dengan benar. Salah satu contoh hal yang dapat menggambarkan
betapa pentingnya struktur primer adalah hemoglobin penderita anemia sel sabit
(bentuk selnya seperti sabit). Pada penyakit genetik ini, sel darah merah tidak
dapat mengikat oksigen dengan efisien. Sel sabit cenderung terperangkap dalam
pembuluh darah halus, menyebabkan sirkurasi darah terhenti yang berujung pada
kerusakan organ. Penyebab anemia sel sabit adalah perubahan satu residu asam
amino dalam urutan struktur primer protein.

2. Struktur Sekunder
Struktur sekunder adalah susunan dalam ruang atom-atom dalam tulang
punggung (selain rantai samping asam amino) pada satu rantai polipeptida.
Susunan α – helik dan lembaran terlipat β yang terikat melalui ikatan hidrogen
adalah dua jenis struktur sekunder protein. Konformasi rantai samping asam
amino tidak termasuk bagian dari struktur sekunder. Pada protein yang sangat
besar, pelipatan bagian-bagian rantai dapat terjadi secara tidak langsung dari
pelipatan bagian yang lain. Bagian yang melipat secara tidak langsung pada
protein disebut domain atau struktur super sekunder.
Strukktur α – helik dan lembaran terlipat β adalah struktur periodik,
bentuk ini berulang pada interval yang teratur. Bentuk α – helik seperti batang dan
hanya melibatkan satu rantai polipeptida. Bentuk lembaran terlipat β dapat
menghasilkan susunan dua dimensi dan dapat melibatkan satu atau lebih rantai
polipeptida.

Bentuk α – helik
Struktur α – heliks distabilkan oleh ikatan hidrogen dalam tulang
punggung dari satu rantai polipeptida. Dihitung dari ujung N-terminal, gugus CO
dari masing-masing residu asam amino terikat melalui ikatan hidrogen dengan
gugus NH residu asam amino keempat setelahnya pada tulang punggung.
Konformasi heliks menyebabkan susunan linier dari atom-atom yang terlibat
dalam ikatan hidrogen yang memberikan kekuatan maksimum pada ikatan dan
97

membuat konformasi heliks sangat stabil. Ada 3,6 residu asam amino setiap
putaran heliks dan jaraknya adalah 5,4 A (1 A = 10-8 cm) yang cukup leluasa
untuk jarak antar atom dalam molekul.
Protein memiliki struktur α – helik dalam jumlah yang bervariasi mulai
beberapa persen sampai mendekati 100 persen. Berbagai faktor dapat menganggu
α – helik. Asam amino prolin dapat membuat belokan pada tulang punggung
karena memiliki struktur siklik. Asam amino ini tidak pas dalam struktur α – helik
karena dua alasan; (1) rotasi di sekitar ikatan antara nitrogen dan karbon α sama
sekali terbatas.; (2) gugus α-amino prolin tidak dapat berpartisipasi pada ikatan
hidrogen dalam rantai polipeptida. Faktor lain adalah melibatkan rantai samping
termasuk gaya elektrostatik kuat yang disebabkan gugus bermuatan dengan tanda
yang sama. Misalnya gugus bermuatan positif pada residu lisin dan arginin atau
gugus-gugus bermuatan negatif residu glutamat dan aspartat. Kemungkinan lain
adalah kesesakan yang disebabkan berbagai rantai samping. Pada konformasi α –
heliks semua rantai samping mencuat ke luar heliks; tidak cukup ruang baginya
untuk tetap berada di dalam heliks. Atom karbon β justru berada di luar heliks dan
kesesakan dapat terjadi jika atom karbon β terikat pada dua atom lain selain
hidrogen, seperti pada kasus valin dan treonin.

Gambar 16. Struktur α-heliks


(Rolfes&Whitney,2008)
98

Bentuk Lembaran Terlipat β


Susunan atom-atom pada konformasi lembaran terlipat β berbeda dengan α
– heliks. Peptida tulang punggung pada lembaran terlipat β hampir semuanya
melebar (Gambar 17). Ikatan hidrogen dapat terbentuk antara bagian yang
berbeda dalam satu rantai yang melipat atau antara dua rantai yang berbeda. Jika
rantai peptida berhubungan dalam arah yang sama maka terbentuk struktur
paralel, jika sebaliknya, terbentuk struktur anti paralel. Ikatan hidrogen diantara
rantai peptida dalam konformasi lembaran terlipat β, menghasilkan struktur zigzag
yang berulang sehingga dinamakan ‘lembaran terlipat”.

Gambar 17. Struktur lembaran terlipat β


(Rolfes&Whitney,2008)
99

α –Heliks dan Lembaran Terlipat β dalam Protein


Kedua jenis konformasi yaitu α –heliks dan lembaran terlipat β bergabung
dalam berbagai cara, sebagaimana rantai polipeptida melipat dalam protein.
Residu glisin sering ditemukan pada putaran dengan arah berlawanan pada rantai
polipeptida yang berubah arah. Atom hidrogen pada rantai samping glisin
mencegah kesesakan . Mengingat struktur rantai sampingnya yang siklik, residu
prolin memiliki geometri yang tepat untuk berbalik arah sehingga asam amino ini
juga sering ditemukan pada polipeptida yang berubah arah. Kombinasi α –heliks
dan lembaran terlipat β menghasilkan berbagai struktur super sekunder dalam
protein. Misalnya unit β α β berarti dua untaian paralel lembaran β dihubungkan
oleh satu α –heliks.

Dua Jenis Konformasi Protein : Serat dan Globular


Sulit untuk menggambarkan pemisahan yang jelas antara struktur
sekunder dan tersier. Sifat rantai samping dalam protein ( bagian dari struktur
tersier) dapat mempengaruhi pelipatan tulang punggung (struktur sekunder).
Perbandingan kolagen dengan serat sutera dan wool dapat memberikan ilustrasi.
Serat sutera terdiri dari sejumlah besar protein fibrion yang seperti kolagen yaitu
mempunyai struktur serat tetapi tidak seperti kolagen karena karena tersusun dari
lembaran β. Serat wool terdiri dari sejumlah besar protein keratin yang
berstruktur α –heliks yang besar. Kolagen adalah protein serat yang terdiri dari
tripel heliks. Kolagen, fibroin dan keratin adalah protein serat walaupun
konformasinya berbeda-beda. Susunan asam amino pada kolagen, fibroin dan
keratin menentukan konformasi apa yang akan diambil.
Pada protein lain, tulang punggung melipat sendiri , menghasilkan lebih
banyak bentuk bola sehingga disebut protein globular. Bagian heliks atau
lembaran terlipat dapat disusun sehingga menyebabkan ujung rantai saling
menutup satu sama lain dalam tiga dimensi. Protein globular, tidak seperti protein
serat, karena dapat larut dalam air dan mempunyai struktur kompak; struktur
tersier maupun kuarterner biasanya berhubungan dengan protein globular.

Keratin alfa.
100

Keratin alfa adalah segolongan protein serat yang membentuk jaringan kuku
hewan ternak, lapisan kulit luar (epidermis), rambut, wol, kuku hewan menyusui.
Molekul protein kompleks yang terdiri dari heliks alfa putar kanan yang panjang
yang saling melilit (supercoil) menjadi tali tambang yang terdiri dari tiga atau
tujuh rantai.
Untuk membuat serat wol yang kuat tapi elastic diperlukan banyak tambang
saling lilit ini. Jika anda pernah mencuci pakaian dari wol, anda tentu mengetahui
bahwa serat wol yang basah dan hangat dapat diregang, tetapi akhirnya kembali
pada keadaan semula atau bahkan mengerut. Hal ini terjadi karena heliks alfa dari
serat lembab mudah dipanjangkan. Bentuk memanjang ini kurang mantap
dibandingkan heliks alfa, yang pada saatnya akan menyusun kembali menjadi
konformasi rantai heliks alfa. Jembatan disulfida, baik dalam-rantai atau anta-
rantai, menyebabkan kekakuan keratin alfa; keratin alfa dari kuku hewan yang
keras memiliki lebih banyak jembatan disulfida dibandingkan epidermis yang
lebih elastis.

Keratin beta
Beberapa keratin alfa dihasilkan oleh unggas dan reptil, tetapi keratin beta
menyusun cakar dan lapisan hewan pelindung ini. Serat tipis panjang yang
disekresikan oleh ulat sutra dan laba-laba tersusun dari fibroin, yakni keratin β
yang telah diketahui dengan baik. Fibroin, terutama terdiri dari lapisan lembaran
terlipat β. Rantai peptida fibroin terutama terdiri dari residu glisin dan alanin.
Rantai samping kecil dari kedua residu tersebut penting dalam organisasi fibroin,
karena rantai samping yang lebih besar akan mengganggu lembaran terlipat
menjadi lapisan-lapisan.

Kolagen
Kolagen adalah protein terbanyak dalam vertebrata. Hampir sepertiga
protein dalam tubuh manusia berada dalam kolagen tulang, gigi, lapisan kulit
dalam (dermis), tendon (urat daging), dan tulang rawan. Bahan di bagian dalam
101

lensa mata dapat dikatakan tersusun dari kolagen murni. Kolagen ada dalam
semua organ yang menampilkan kekuatan dan kekakuan.
Kolagen terbentuk dari tiga rantai peptida, masing-masing berupa heliks
tergulung seperti tali tambang mirip keratin α. Tetapi ada perbedaan antara keratin
α.dan kolagen. Kolagen kaya akan prolina (40%), yang tidak cocok dalam heliks
α. teratur, dan heliks kolagen tidak seketat heliks α.. Kolagen mengandung banyak
glisin (35%) dan asam amino tak lazim 4-hidroksiprolin (5%) serta 5-hidroksilisin
(1%). Disamping itu, kolagen adalah glikoprotein. Unit gula (biasanya disakarida
dari glukosa dan galaktosa. Secara kovalen melekat pada rantai peptida melalui
ikatan glikosida dengan fungsi hidroksil dari 5-hidroksilisin

3. Struktur Tersier
Struktur tersier adalah susunan tiga dimensi semua atom-atom dalam
protein, termasuk rantai samping dan gugus prostetik (atom-atom selain asam
amino) (Gambar 4). Konformasi rantai samping dan posisi berbagai gugus
prostetik adalah bagian dari struktur tersier. Pada protein serat seperti kolagen,
bentuk keseluruhan adalah seperti batang yang panjang, struktur sekunder
menyediakan hampir seluruh informasi tentang struktur tersier. Helik tulang
punggung dari protein tidak melipat dengan sendirinya, dan aspek penting dari
struktur tersier yang tidak dispesifikasi oleh struktur sekunder adalah susunan
atom-atom dari rantai samping.
Untuk suatu protein globular , lebih banyak informasi yang dibutuhkan.
Perlu untuk menentukan cara bagian heliks dan lembaran terlipat untuk
menggulung atau melipat satu sama lain, pada posisi atom-atom rantai samping
dan berbagai gugus prostetik. Interaksi antara rantai samping memainkan peranan
penting dalam pelipatan protein. Pola pelipatan sering membawa residu-residu
yang terpisah jauh dalam urutan asam amino menjadi dekat, dalam struktur tersier
dari protein alami (native protein).
102

Gambar 18. Struktur tersier protein


(Rolfes&Whitney,2008)

Struktur tersier dipertahankan oleh interaksi non kovalen yaitu yang


memiliki energi paling rendah. Beberapa jenis ikatan hidrogen ditemukan dalam
protein. Ikatan hidrogen pada tulang punggung adalah penentu utama struktur
sekunder; ikatan hidrogen antara rantai samping asam amino juga terjadi pada
protein. Residu non polar cenderung bergabung bersama dibagian dalam molekul
protein dan hasilnya adalah interaksi hidrofobik. Gaya elektrostatik antar muatan
yang berlawanan, sering terdapat pada permukaan molekul. Beberapa rantai
samping dapat dikompleks oleh ion logam (ion logam juga terdapat sebagai
bagian dari gugus prostetik). Ikatan disulfida membentuk ikatan kovalen diantara
103

rantai samping asam amino. Ketika ikatan ini terbentuk, ikatan tersebut
membatasi pola pelipatan pada rantai polipeptida.

4. Struktur Kuarterner
Suatu protein dapat tersusun lebih dari satu rantai polipeptida, yang
disebut subunit-subunit. Susunan subunit-subunit membentuk struktur kuaterner
pada protein. Interaksi diantara subunit dihubungkan oleh interaksi non kovalen
seperti ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik
Jumlah rantai polipeptida yang menyusun struktur kuarterner berkisar dua
sampai lebih dari selusin dan rantai-rantai tersebut dapat identik atau berbeda.
Umumnya terdapat sebagai dimer, trimer dan tetramer yang berturut-turut terdiri
dari dua, tiga dan empat rantai polipeptida. Rantai-rantai polipeptida ini
berinteraksi satu sama lain secara non kovalen.
Sebagai hasil dari interaksi non kovalen ini, perubahan kecil dalam
struktur pada satu sisi molekul protein dapat menyebabkan perubahan drastis
dalam sifat pada bagian yang berdekatan. Protein yang menunjukan sifat ini
disebut allosterik.
Contoh klasik struktur kuarterner protein dan pengaruhnya pada sifat
adalah hemoglobin (Gambar 19.). Hemoglobin adalah suatu protein allosterik
dengan mioglobin yang terdiri dari rantai polipeptida tunggal. Harus diingat,
interaksi antar sub unit-sub unit protein sering terjadi dan dapat membentuk
struktur yang besar dalam tingkat molekul. Contohnya adalah interaksi monomer-
monomer protein pelindung dari suatu virus yang menghasilkan pelindung
(selubung) virus.
104

a b
Gambar 19. Hemolglobin, salah satu contoh struktur kuartener protein.
a) hemoglobin yang mengikat oksigen ; b) hemoglobin yang telah melepaskan
oksigen (Rolfes&Whitney,2008)
DENATURASI PROTEIN
Protein yang terlipat kedalam konformasi rantai yang normal dan yang
aktif secara faali dikatakan berada dalam keadaan alami (asal). Denaturasi terjadi
ketika protein alami membentang akibat putusnya jembatan disulfida atau
terganggunya daya tarik lemah.
Denaturasi protein mungkin dapat balik (reversible) dan mungkin juga
tidak (irreversible). Protein pada putih telur membentang dan membeku menjadi
bahan serupa karet jika anda merebus telur. Denaturasi ini tak dapat balik karena
protein tersebut tidak mungkin kembali ke keadaan semula. Tidak semua protein
peka panas. Termolisin, yaitu enzim pemotong protein dari Bacillus
thermoproteolyticus yang hidup di sumber air panas, tidak membentang sekalipun
dalam air mendidih. Pada pH yang ekstrim dan banyak bahan-bahan kimia,
terutama pelarut organik dan larutan urea yang pekat, juga dapat menyebabkan
denaturasi tak dapat balik (irreversible) yaitu dengan mengganggu gaya tarik yang
lemah (ikatan hidrogen, ikatan disulfida, inetraksi hidrofobik, gaya elektrostatik).
Pada denaturasi yang dapat balik, protein membentang karena adanya
senyawa pendenatur seperti larutan urea pekat tetapi kembali melipat setelah
senyawa tersebut tidak ada. Denaturasi yang dapat atau tak dapat balik cukup
beragam, bergantung pada protein yang bereaksi dan keadaan reaksi.
105

Pencernaan dan Penyerapan Protein


pencernaan dimulai dari mulut sampai anus. Setelah makanan melewati
mulut, makanan masuk langsung menuju lambung. Pencernaan tersebut dimulai
dengan kontraksi otot pada lambung yang akan mengaduk-aduk makanan dan
mencampurkannya dengan getah lambung yang terdiri dari HCl dan pepsinogen
(enzim yang tidak aktif). Pepsinogen apabila bereaksi dengan HCl akan berubah
menjadi pepsin (enzim aktif). HCl dan pepsin akan memecah protein menjadi
senyawa yang lebih sederhana seperti polipeptida, protease, pepton dan peptida.
Aktivitas optimum pepsin dijumpai pada pH sekitar 2,0. Apabila makanan sudah
berubah menjadi kimus (bubur usus dengan warna kekuningan dan bersifat asam)
maka akan didorong masuk usus halus. Keasaman (pH) lambung berkisar antara
2,0 sampai dengan 3,5. Dalam lambung, kimus akan mengalami proses
pencernaan mekanis dengan cara penggilasan dan pencampuran oleh kontraksi
otot-otot lambung. Setelah itu, kimus kemudian didorong ke ke dalam usus halus.
Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum. Kimus kemudian akan
bercampur dengan empedu yang dihasilkan oleh sel hati. Fungsi empedu adalah
untuk menetralkan kimus yang bersifat asam dan menciptakan pH yang baik
(sekitar 6 sampai dengan 8) untuk kerja enzim pankreas dan enzim usus.
Pankreas menghasilkan endopeptidase berupa enzim tripsinogen dan
kimotripsinogen. Enzim tripsinogen apabila bereaksi dengan enterokinase akan
berubah menjadi tripsin. Setelah terbentuk, tripsin akan membantu meneruskan
aktivasi tripsinogen, dan tripsin sendiri mengaktifkan kimotripsinogen menjadi
kimotripsin. Berbagai enodpeptidase yaitu pepsin, tripsin dan kimotripsin akan
memecah ikatan-ikatan di dekat asam amino tertentu. Kerja sama enzim ini
diperlukan dalam proses fragmentasi molekul protein. Pepsin hanya memecah
ikatan yang dekat dengan fenilalanin, triptofan, metionin, leusin atau tirosin.
Tripsin hanya memecah ikatan yang dekat dengan arginin atau lisin dan
kimotripsin akan memecah ikatan yang dekat dengan asam amino aromatik, atau
metionin. Eksopeptidase yang terdiri dari karboksipeptidase dan aminopeptidase
yang disekresikan oleh pankreas dan usus halus akan bekerja pada ikatan peptida
terminal, dan memisahkan asam amino satu demi satu. Karboksipeptidase
memecah asam amino terminal dengan gugus karboksil bebas sedangkan
106

aminopeptidase memisahkan asam amino terminal dengan gugus amino (NH 2)


bebas. Produk akhir dari pencernaan protein adalah asam amino dan peptida.
Lebih dari 60 persen protein dicerna dalam duodenum sisanya dicerna dalam
jejenum dan ileum. Makanan yang tidak dicerna akan didorong memasuki usus
besar.
Penyerapan dimulai dengan membesarnya usus karena adanya kimus, otot
yang teregang bereaksi karena kontraksi. Beberapa kontraksi menyebabkan
kontraksi lokal, disebut segmentasi, yang membantu dalam mencampurkan kimus.
Kontraksi lain yang disebut peristalsis lebih menyerupai gelombang. Satu lapisan
otot dinding usus berkontraksi sepanjang beberapa sentimeter dan diikuti dengan
lapisan lainnya. Kontraksi demikian ini menggerakkan makanan melalui jarak
pendek. Mukosa usus terdiri dari lapisan otot licin, jaringan ikat dan akhirnya
epitel kolumnar sederhana dekat lumen. Pada epitel pelapis tersebut terdapat
banyak sel goblet yang menghasilkan lendir dan sekresinya membantu melicinkan
makanan dan melindungi lapisan usus terhadap kelecetan dan luka-luka karena
zat-zat kimia. Pada mukosa terdapat banyak vilus (jonjot) kecil berbentuk jejari
tempat terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfa kecil. Lipatan sirkular
dalam mukosa usus, vilus dan mikrovilus membentuk suatu permukaan yang
sangat luas untuk absorpsi (penyerapan). Pasa dasar vilus terdapat bagian yang
berbentuk tabung yang disebut kripta Lieberkuhn. Pembelahan mikotik sel-sel
epitel pada dasar kripta akan terus menerus menghasilkan sel baru yang pindah
keluar melalui vilus dan terlepas. Dalam perjalanan keluar, sel-sel itu berubah
menjadi sel-sel goblet yang menghasilkan lendir dan sel-sel absorpsi. Lapisan
epitel ini akan menyerap air dan zat-zat makanan. Eksopeptidase usus terdapat
juga pada permukaan membran sel absorpsi dari vilus dan sel-sel yang sama ini
juga merupakan tempat absorpsi asam amino. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam-asam amino L-isomer lebih siap diabsorpsi
dibandingkan dengan asam-asam amino D-isomer. Perbedaan ini ditandai dengan
tingkat absorpsi diantara asam-asam amino itu sendiri. Tingkat absorpsi pada 18
L-asam amino tergantung pada berat molekul, tetapi asam amino dengan ujung
rantai non polar seperti metionin, valin, dan leusin lebih siap diabsorpsi
107

dibandingkan dengan asam amino dengan rantai polar. Dijumpai juga bahwa L-
metionin dan L-histidin diabsorpsi lebih cepat dibandingkan dengan D-isomer.
Transport asam amino dari lumen usus halus ke sel mukosa melalui proses
aktif dengan menggunakan gradien konsentrasi. Mekanisme transport
membutuhkan energi khusus untuk bentuk L dari asam amino. Bentuk D dari
asam amino lebih lambat diserap dibandingkan dengan bentuk L. Tiga
mekanisme transport dideteksi dalam mukosa intestinal. Sistem pertama khusus
untuk monoamino-monokarboksilat atau asam amino netral, sistem kedua untuk
arginin, lisin dan asam amino basic seperti sistin, dan sistem ketiga untuk
dikarboksilat atau asam amino acidic.
Secara umum asam-asam amino setelah diserap oleh usus akan masuk ke
dalam pembuluh darah, yang merupakan percabangan dari vena portal. Vena
portal membawa asam-asam amino tersebut menuju sinusoid hati, dimana akan
terjadi kontak dengan sel-sel epitel hati. Darah yang berasal dari sinusoid hati
kemudian melintas menuju ke sirkulasi umum melalui vena-vena sentral dari hati
menuju ke vena hepatik, yang kemudian masuk ke vena kava kaudal.

Pembentukan Polipeptida
Proses metabolisme protein didahului dengan proses katabolisme
(penguraian) protein menjadi asam amino. Dalam sel, asam amino akan dibentuk
kembali menjadi protein dengan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut
meliputi proses pembukaan (inisiasi), perpanjangan (elongasi) dan pengakhiran
(terminasi). Proses sintesis protein melibatkan asam amino, transfer RNA
(tRNA), massanger RNA (mRNA) dan ribosom. Dalam sel yang tidak aktif,
terdapat asam amino bebas, tRNA, ribosom dan prekursor mRNA (yaitu
nukleosisde trifosfat bebas). Bila sel memerlukan protein, maka akan terjadi
rangkaian aktivitas yang dimulai dengan : (1) transkripsi mRNA dalam inti sel,
kemudian mRNA masuk ke dalam sitoplasma, (2) asam amino bebas akan
berikatan dengan tRNA membentuk asam amino asil tRNA, (3) amino asil tRNA
akan menempel pada mRNA yang cocok di ribosom, yang selanjutnya akan
menyebabkan asam-asam amino saling berikatan membentuk polipeptida, dan (4)
108

setelah terjadi proses sintesis protein berakhir, mRNA akan terurai menjadi
ribonukleosisdetrifosfat dan ribosom akan kembali terpisah menjadi unit-unitnya.
Langkah pertama dalam proses inisiasi (pembukaan) dibuka oleh N-formil-L-
methionine-transfer RNA complex (fMet-tRNAfMet). Kompleks ini dapat
mengenal initiator kodon (kodon pembuka) AUG (atau GUG) yang merupakan
tanda untuk memulai pengkodean rangkaian protein dalam mRNA dan dapat
membedakan dari AUG internal, yang juga kode dari metionin (atau GUG internal
yang merupakan kode dari valin). oleh N-formil-L-methionine-transfer RNA
complex (fMet-tRNAfMet) dapat memulai sintesis protein karena ada dua
sebab, yaitu : (1) hanya fMet-tRNAfMet yang dapat langsung mengikat P site
(permukaan P) di ribosom sedangkan semua aminoacyl-tRNA hanya dapat mulai
mengikat pada A site (permukaan A) dan (2) hanya fMet-tRNA fMet yang dapat
berikatan dengan hidrogen pada kodon pembuka.

Tabel 28. Posisi Masing-Masing Asam Amino Dalam Pembentukan Ikatan


Peptida

5'OH Middle base 3'OH


terminal U C A G terminal
base base
U Fenilalanin Serin Tirosin Sistin U
Fenilalanin Serin Tirosin Sistin C
Leusin Serin Terminal Terminal A
Leusin Serin Terminal Triptofan G
C Leusin Prolin Histidin Arginin U
Leusin Prolin Histidin Arginin C
Leusin Prolin Glutamin Arginin A
Leusin Prolin Glutamin Arginin G
A Isoleusin Treonn Asparagin Serin U
Isoleusin Treonn Asparagin Serin C
Isoleusin Treonn Lisin Arginin A
Metionin Treonn Lisin Arginin G
Metionin
G Valin Alanin Asam Glisin U
aspartat
Valin Alanin Asam Glisin C
aspartat
109

Valin Alanin Asam Glisin A


glutamat
Valin Alanin Asam Glisin G
glutamat
Metionin

Permukaan P (P site) akan tepat berada pada fMet-tRNA fMet ,


sedangkan permukaan A (A site) akan berhadapan dengan kodon yang ada di hilir
kodon awal. Permukaan A siap menerima tRNA yang cocok, yaitu yang
mempunyai antikodon yang antiparalel terhadap kodon pada permukaan tersebut.
Suatu tRNA dengan antikodon yang tidak sesuai akan ditolak menempati
permukaan A. Bila sudah terdapat tRNA yang cocok pada permukaan P
(yaitu fMet-tRNAfMet ) maka akan dibentuk ikatan polipeptida, yaitu dengan
melepaskan asam amino yang terdapat pada permukaan P dan mengaitkannya
pada ujung -NH3+ asam amino pada permukaan A. Tugas pembentukan ikatan
peptida dilakukan oleh enzim peptide transferase. Setelah ikatan peptida
terbentuk, ribosom akan bergesar satu kodon ke arah ujung 3' OH mRNA.
Transfer RNA yang asalnya terdapat pada permukaan A akan pindah ke
permukaan P, dan tRNA yang asalnya berada pada permukaan P akan keluar
bebas dalam sitoplasma. Permukaan A akan menjadi kosong dan siap untuk
menerima tRNA yang lain.
Ikatan aminoasil-tRNA yang tepat pada permukaan A memerlukan
pengenalan kodon yang tepat. Elongation faktor 1 (EF-1) membentuk kompleks
dengan GTP (guanin tri phospat) dan aminoasil-tRNA yang masuk. Kompleks ini
kemudian memungkinkan aminoasil-tRNA untuk memasuki permukaan A.
Gugus -amino dari aminoasil-tRNA yang baru pada permukaan A melakukan
serangan nukleofilik terhadap gugus karboksil yang diesterkan dari peptidil tRNA
yang menduduki permukaan P. Reaksi ini dikatalis oleh komponen protein,
peptidil transferase. Karena asam amino pada aminoasil-tRNA sudah "aktif",
tidak ada energi yang selanjutnya diperlukan untuk reaksi ini. Reaksi
menghasilkan pengikatan rantai peptida yang sedang tumbuh pada tRNA pada
permukaan A. Pada pembuangan bagian peptidil dari tRNA pada permukaan P,
tRNA yang dikeluarkan dengan cepat mengosongkan permukaan P. Elongation
110

faktor 2 (EF-2) dan GTP bertanggung jawab untuk translokasi peptidil-tRNA


yang baru terbentuk pada permukaan A ke dalam permukaan P yang kosong.
GTP yang diperlukan untuk EF-2 dihidrolisis menjadi GDP (guanin di
phospat) dan fosfat selama proses translokasi. Translokasi peptidil-tRNA
yang baru terbentuk dan kodonnya yang sesuai ke dalam permukaan P kemudian
membebaskan permukaan A untuk siklus pengenalan dan elongasi kodon
aminoasil-tRNA selanjutnya.
Setelah elongasi yang menghasilkan polimerasasi asam-asam amino
spesifik ke dalam molekul protein diulang berkali-kali, kodon nonsense atau
terminasi mRNA timbul pada permukaan A. Tidak terdapat tRNA dengan
antikodon untuk mengenal signal terminasi tersebut. Releasing faktors mampu
mengetahui bahwa signal terminasi terdapat pada permukaan P. Releasing
faktors dalam hubungan dengan GTP dan peptidil transferase, menghidrolisis
ikatan antara peptida dan tRNA yang menduduki permukaan P. "Releasing
factor" adalah protein yang menghidrolisis ikatan peptidil-tRNA bila suatu kodon
nonsense menduduki permukaan A.

TUGAS
1. Jelaskan peran dan fungsi masing-masing jenis protein yang saudara
ketahui
2. Jelaskan yang menyebabkan perbedaan struktur protein

PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia, Jakarta


Whitney, Ellie., Rolfes, Sharon R. 2008. Understanding Nutrition. Thomson,
Belmont, CA, USA
111

KEGIATAN BELAJAR II
METABOLISME PROTEIN

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:


Setelah mempelajari ini mahasiswa akan dapat menjelaskan metabolisme protein

MATERI PEMBELAJARAN

Siklus Metabolisme Energi dari Protein


Metabolisme protein tidak secara langsung terlibat dalam memproduksi
energi. Tetapi metabolisme protein terlibat dalam produksi enzim, hormon,
komponen struktural, dan protein darah dari sel-sel badan dan jaringan.
Metabolisme energi yang berasal dari protein didahului dengan degradasi protein
menjadi asam-asam amino. Kemudian asam-asam amino dilepas gugus aminonya
melalui deaminasi oksidatif di sel-sel hati. Hasil deaminasi akan masuk dalam
siklus Krebs guna pembentukan energi, atau melalui piruvat dan asetil koenzim A
sebelum masuk siklus Krebs.
Kerangka karbon dari asam-asam amino alanin, sistein, sistin, glisin,
treonin, serin dan hidroksiprolin diubah menjadi piruvat. Pembentukan piruvat
dari glisin dapat terjadi dengan konversi menjadi serin yang dikatalisis oleh enzim
serin hidroksimetiltransferase.
Reaksi alanin transaminase dan serin dehidratase, keduanya memerlukan
piridoksal fosfat sebagai koenzim. Reaksi serin dehidratase berlangsung melalui
pembuangan H2O dari serin, membentuk suatu asam amino tidak jenuh.
112

Kemudian disusun kembali menjadi asam -amino yang terhidrolisis spontan


menjadi piruvat dan amonia.
Jalan katabolik utama dari sistin adalah konversi menjadi sistein yang
dikatalisis oleh enzim sistin reduktase. Setelah itu akan bergabung dengan
katabolisme sistein.
Sistein dikatabolisme melalui dua jalan katabolisme utama yaitu jalan
oksidasi langsung (sistein sulfinat) dan jalan transaminasi (3-merkaptopiruvat).
Kedua jalan tersebut memerlukan enzim transaminase.
Treonin dibelah menjadi asetaldehida dan glisin oleh treonin aldolase.
Kemudian asetaldehida membentuk asetil koenzim A, sementara glisin sudah
dibicarakan diatas.
Tiga dari lima karbon 4-hidroksi-L-prolin dikonversi menjadi piruvat, dua
sisanya membentuk glikosilat. Kemudian tahap akhir reaksi melibatkan aldolase
yang memecah hidroksiprolin menjadi piruvat dan glioksilat.
Semua asam amino yang membentuk piruvat dapat dikonversi menjadi
asetil koenzim A. Disamping itu ada lima asam amino yang membentuk asetil
koenzim A tanpa membentuk piruvat lebih dahulu. Asam-asam amino tersebut
adalah fenilalanin, tirosin, triptofan, lisin dan leusin. Fenilalanin mula-mula
dikonversi menjadi tirosin oleh fenilalanin hidroksilase. Lima reaksi enzimatik
berurutan mengkonversi tirosin menjadi fumarat dan asetoasetat, yaitu (1)
transaminasi menjadi p-hidroksifenilpiruvat, (2) oksidasi dan migrasi sekaligus
dari rantai samping 3-karbon dan dekarboksilasi yang membentuk homogentisat,
(3) oksidasi homogentisat menjadi maleilasetoasetat, (4) isomerasi
maleiasetoasetat menjadi fumarilasetofumarat dan (5) hidrolisis fumarilasetoasetat
menjadi fumarat dan osetoasetat. Asetoasetat selanjutnya dapat mengalami
pembelahan tiolitik menjadi asetat dan asetil koenzim A.
L-lisin dikonversi menjadi -aminoadipat dan -ketoadipat. L-lisin
pertama kali berkondensasi dengan -ketoglutarat yang memecah air dan
membentuk basa Schiff. Kemudian direduksi menjadi sakaropin oleh
dehidrogenase dan kemudian dioksidasi oleh dehidrogenase kedua. Penambahan
air membentuk L-glutamat dan L--aminoadipat--semialdehida. Katabolisme
113

lebih lanjut dari -aminoadipat memerlukan transaminasi menjadi -ketoadipat,


yang mungkin diikuti oleh dekarboksilasi oksidatif menjadi glutaril-KoA.
Triptofan oksigenase (triptofan pirolase) mengkatalisis pembelahan cincin
dengan inkorporasi 2 atom oksigen yang membentuk N-formilkinurenin.
Oksigenasenya adalah metaloprotein besiforfirin. Pengeluaran gugus formil dari
N-formilkinurenin secara hidrolitik dikatalisis oleh kinurenin formilase yang
menghasilkan kinurenin. Kemudian dideaminasi dengan transaminase gugus
amino rantai samping ke ketoglutarat. Metabolisme lebih lanjut dari kinurenin
melibatkan konversi menjadi 3-hidroksikinurenin. Kinurenin dan
hidroksikinurenin dikonversi menjadi hidroksiantranilat oleh enzim kiruneninase
suatu enzim piridoksal fosfat. Leusin sebelum diubah menjadi asetil koenzim A
diubah dahulu menjadi asetoasetat, sama dengan pengubahan tirosin.
Suksinil koenzim A merupakan hasil akhir amfibolik dari katabolisme
metionin, isoleusin dan valin yang hanya sebagian rangka dikonversi. Empat per
lima karbon valin, tiga per lima karbon metionin dan setengah karbon isoleusin
membentuk suksinil koenzim A. l-metionin berkondensasi dengan ATP
membentuk S-adenosilmetionin atau "metionin aktif". Pengeluaran gugus metil
membentuk S-adenosil-homosistein. Hidrolisis ikatan S-Peserta menghasilkan L-
homosistein dan adenosin. Homosistein selanjutnya berkondensasi dengan serin,
membentuk sistationin. Pembelahan hidrolitik sistationin membentuk L-
homoserin dan sistein. Kedua reaksi ini oleh karenanya juga terlibat dalam
biosintesis sistein dan serin. Homoserin dikonversi menjadi -ketobutirat oleh
homoserin deaminase. Konversi -ketobutirat menjadi propionil-KoA
selanjutnya terjadi dengan cara biasa untuk dekarboksilasi oksidatif asam -keto
membentuk derivat asil KoA.
Sebagaimana diharapkan dari kemiripan strukturnya, katabolisme L-valin
dan L-isoleusin pada awalnya memerlukan reaksi yang sama. Jalan ini kemudian
memisah dan masing-masing rangka asam amino mengikuti jalan unik menjadi
zat antara amfibolik.
Kerangka karbon dari asam-asam amino glutamin, glutamat, arginin,
histidin, dan prolin memasuki siklus Krebs melalui -ketoglutarat. Katabolisme
114

glutamin dan glutamat berlangsung dengan bantuan enzim glutaminase dan


transaminase.
Prolin dioksidasi menjadi dehidroprolin yang dengan penambahan air akan
membentuk glutamat -semialdehida. Selanjutnya dioksidasi menjagi glutamat
dan ditransaminasi menjadi -ketoglutarat. Arginin dan histidin juga membentuk
-ketoglutarat, satu karbon dan baik 2 (histidin) maupun 3 (arginin) pertama-tama
harus dikeluarkan dari asam amino 6 karbon ini. Arginin hanya membutuhkan
hanya satu langkah yaitu pengeluaran gugus guanidino secara hidrolisis yang
dikatalisis oleh arginase yang menghasilkan ornitin. Ornitin mengalami
transaminasi gugus -amino, membentuk glutamat -semialdehida, yang
dikonversi menjadi -ketoglutarat.
Bagi histidin, pengeluaran karbon dan nitrogen yang berlebih
membutuhkan empat reaksi. Deaminasi histidin menghasilkan urokanat.
Konversi urokanat menjadi 4-imidazolon-5-propionat, yang dikatalisis oleh
urokanase melibatkan penambahan H2O dan oksidasi-reduksi interna. Reaksi
selanjutnya adalah 4-imidazolon-5-propionat dihidrolisis menjadi N-
formiminoglutamat yang diikuti oleh pemindahan gugus formimino pada karbon
alfa ke tetrahidrofolat yang membentuk N5-formiminotetrahidrofolat. Kemudian
dengan bantuan enzim glutamat formimino transferase, N5-
formiminotetrahidrofolat diubah menjadi L-glutamat dan akhirnya menjadi
oksaloasetat dengan bantuan enzim transaminase.
.
115

Gambar 20. Proses Katabolisme Protein


(Rolfes&Whitney,2008)
Siklus urea
Setiap saat makhluk hidup baik manusia maupun hewan mengekskresikan
nitrogen dengan pembagian 95% dibuang oleh ginjal dan sisanya sebesar 5%
dibuang oleh feses. Jalan utama ekskresei nitrogen adalah sebagi urea yang
disintesis dalam hati, dilepas dalam darah dan ditarik oleh ginjal.
Terdapat lima tahap reaksi dalam siklus urea. Reaksi pertama adalah
sintesis karbomoil fosfat. Kondensasi 1 mol masing-masing ion amonium, karbon
dioksida, dan fosfat (yang berasal dari ATP) untuk membentuk karbamoil fosfat
dikatalisis oleh karbamoil fosfat sintase, enzim yang terdapat dalam mitokondria
hati organisme ureotelik. Dua mol ATP yang dihidrolisis selama reaksi ini
menyediakan tenaga penggerak untuk sintesis 2 ikatan kovalen-ikatan amida dan
ikatan campuran asam karboksilat-asam fosfat anhidrida dari karbamoil fosfat.
Di samping Mg2+, suatu asam dikarboksilat, lebih disukai N-asetilglutamat,
dibutuhkan. Peranan tepat N-asetilglutamat tidak diketahui dengan pasti.
Kehadirannya menyebabkan banyak perubahan konformasional (penyesuaian
bentuk) dalam struktur karbamoil fosfat sintase yang membuka (expose) gugus
116

sulfidril tertentu, menyembunyikan gugus lainnya, dan mempengaruhi afinitas


enzim untuk ATP. Reaksi kedua adalah sintesis sitrulin. Pemindahan gugus
karbamoil dari karbamoil fosfat ke ornitin, membentuk sitrulin + Pi, dikatalisis
oleh L-ornitin transkarbamoilase mitokondria hati. Reaksi sangat spesifik untuk
ornitin dan keseimbangan cenderung kuat ke sintesis sitrulin. Reaksi ketiga
adalah sintesis argininosuksinat. Dalam reaksi argininosuksinat sintase, aspartat
dan sitrulin diikat bersamaan melalui gugus amino aspartat. Reaksi membutuhkan
ATP, dan keseimbangan cenderung kuat ke sintesis arginosuksinat. Reaksi
keempat adalah pembelahan argininosuksinat menjadi arginin dan fumarat.
Pembelahan reversibel arininosuksinat menjadi arginin + fumarat dikatalisis oleh
argininosuksinase, suatu enzim hati dan jaringan ginjal. Reaksi berlangsung
melalui mekanisme pembuangan trans. Fumarat yang dibentuk dapat dikonversi
menjadi oksaloasetat melalui reaksi fumarase dan melat dehidrogenase dan
selanjutnya ditransaminasi untuk membentuk kembali (regenerasi) aspartat.
Reaksi kelima adalah pembelahan arginin menjadi ornitin dan urea. Reaksi ini
menyempurnakan siklus urea dan membentuk kembali (regenerasi ornitin),
substrat untuk reaksi 2. Pembelahan hidrolitik gugus guanidino dari arginin
dikatalisis oleh arginase, yang terdapat dalam hati semua organisme ureotelik.
Dalam jumlah yang lebih kecil, arginase juga terdapat dalam jaringan ginjal, otak,
kelenjar mamae, jaringan testikuler dan kulit. Arginase hati mamalia diaktifkan
oleh Co2+ atau Mn2+. Ornitin dan lisin merupakan penghambat kuat yang bersaing
dengan arginin.

TUGAS
Buatkan grafik / mindmap tentang metabolisme protein

PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia, Jakarta


Whitney, Ellie., Rolfes, Sharon R. 2008. Understanding Nutrition. Thomson,
Belmont, CA, USA

Anda mungkin juga menyukai