FISIOLOGI MIKROBA
OLEH
NIM : 1806050017
Kelas/Semester : A / IV
KUPANG
2020
I. Judul Praktikum
Praktikum yang dilakukan berjudul “Uji VP Pada Biakan Bakteri Klebsiella sp.
dan E. coli”.
Sel-sel bakteri seperti halnya sel semua organisme hidup, umumnya melakukan
aktivitas kehidupan untuk kelangsungan hidupnya. Semua sel membutuhkan suatu
sumber energi. Walaupun sangat beraneka ragam jenis substansi yang berperan
sebagai sumber energi bagi mikroorganisme, namun terdapat pola dasar metabolisme
yang sangat sederhana yaitu terjadi perubahan dari satu bentuk energi yang kompleks
menjadi bentuk energi yang lebih sederhana, sehingga dapat masuk ke dalam
rangkaian metabolik. Bakteri dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi kebentuk
yang berguna untuk kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan
fotosintesis.
Uji biokimia bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi melalui
sifat – sifat fisiologinya. Proses biokimia erat kaitannya dengan metabolisme sel,
yakni selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel yang menghasilkan energi
maupun yang menggunakanenergi untuk sintesis komponen – komponen sel dan
untuk kegiatan selular,seperti pergerakan. Suatu bakteri tidak dapat dideterminasi
hanya berdasarkan sifat – sifat morfologinya saja, sehingga perlu diteliti sifat – sifat
biokimia dan faktor!faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Ciri fisiologi
ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi
spesimen bakteri yang tidak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel
bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pegamatan fisiologis yang
memadai mengenai kandungan organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya
tidak mungkin dilakukan. Karakterisasi dan klasikasi sebagian mikroorganisme
seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik maupun biokimia. Mikroorganisme
dapat tumbuh pada beberapa tipe media yang memproduksi tipe metabolit yang dapat
dideteksi dengan reaksi antara mikroorganisme dengan reagen test yang dapat
menghasilkan perubahan warna reagen (Cowan, 2004).
b. Bahan
Biakan bakteri Klebsiella sp.
Biakan bakteri E. coli
Media cair MR-VP
Larutan Barrit’s A (α-naphtol) 5%
Larutan Barrit’s B (KOH) 40%
Alkohol
V. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan yang akan digunakan dicuci dan disterilisasi dengan autoklaf.
VII. Pembahasan
Pada awal percobaan, dimulai dengan persiapan seluruh alat dan bahan yang akan
digunakan serta melakukan proses sterilisasi alat-alat tersebut. Sterilisasi ini bertujuan
agar alat-alat yang akan digunakan bersifat klinis, bebas dari kontaminan sehingga
memudahkan percobaan yang erat kaitannya dengan bakteri. Kemudian dilanjutkan
dengan adanya media MR-VP yang disiapkan sebagai media dalam percobaan ini.
Dalam percobaan ini, media MR-VP beserta biakan kultur bakteri Klebsiella sp. dan
biakan bakteri E. coli yang digunakan merupakan media instan yang sudah dibeli jadi,
sehingga mempercepat perlakuan dan percobaan.
Untuk uji VP ini sendiri, digunakan 2 reagen berbeda yaitu larutan Barrits’s A (α-
naphtol) 5% dan larutan Barrit’s B (KOH) 40%. Setelah penambahan reagen, tabung
dikocok untuk membantu menyediakan oksigen untuk mempercepat terjadinya
homogenisasi dan pembentukan warna akibat penambahan reagen. Dengan adanya
penambahan KOH 40%, keberadaan asetoin ditunjukkan dengan perubahan warna
medium menjadi merah, dan perubahan ini makin jelas dengan penambahan α-
naphtol beberapa tetes. Uji VP ini sebenarnya merupakan uji tidak langsung untuk
mengetahui adanya 2,3 butanadiol. Karena uji ini lebih dulu menentukan asetoin, dan
seperti yang kita ketahui bahwa asetoin adalah senyawa pemula dalam sintesis 2,3
butanadiol, sehingga dapat dipastikan bahwa dengan adanya asetoin dalam media
berarti menunjukkan adanya produk 2,3 butanadiol sebagai hasil fermentasi glukosa.
Gambar 1. Reaksi antara asetoin dengan α-naphtol dan KOH sehingga terbentuk
diasetil. Dengan adanya guanidine akan menyebabkan terbentuknya warna merah.
Gambar 2. Hidrolisis glukosa menjadi butanediol dan diasetil dengan hasil antara
asetoin (Leboffe dan Pierce, 2011).
Pada pengamatan yang dilakukan, pada 2 tabung berbeda yang berisi bakteri
Klebsiella dan E. coli, diperoleh hasil yang berbeda pula. Pada tabung 1 hasil
inokulasi bakteri Klebsiella terbentuk warna merah muda di permukaan media.
Berdasarkan teori dan penjelasan di atas, jika terbentuk warna merah muda di
permukaan media maka dapat diindikasikan bahwa media tersebut menghasilkan
asetoin. Hal ini dibuktikan dengan jenis bakteri Klebsiella yang merupakan bakteri
fermentasi butanadiol. Asetoin yang ditunjukkan dengan terbentuknya perubahan
warna merah muda merupakan senyawa antara untuk membentuk btanadiol itu
sendiri.
Pada tabung 2 hasil inokulasi bakteri E. coli diperoleh hasil tidak terjadi
perubahan warna atau tetap. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri E. coli tidak
menghasilkan asetoin dalam fermentasinya. Pernyataan ini dibuktikan dengan jenis E.
coli itu sendiri yang merupakan bakteri fermentasi asam suksinat. Karena zat yang
dihasilkan pada proses fermentasi adalah asam, maka tidak terbentu perubahan warna
merah muda kerena asetoin itu sendiri bersifat netral. Uji asam pada E. coli disebut
uji MR, yang sering dilakukan bersama dengan Uji VP, dengan jenis reagen berupa
metil merah. Namun percobaan ini hanya membatasi pada uji VP saja sehingga hasil
uji VP pada E. coli adalah negatif.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bakteri
Klebsiella sp. mampu membentuk asetil metil karbonil (asetoin) dari hasil fermentasi
glukosa sedangkan bakteri E. coli tidak dapat membentuk asetoin melainkan
membentuk produk asam dari hasil fermentasi glukosa.
Ashton Acton, Q. 2013. Klebsiella: New Insights for the Healthcare Professional:
2013 Edition. Georgia : Scholarly Edition.
Darmawati, Sri. Monograp: Sistematika Polifasik untuk Deteksi
Keanekaragaman Genetik Salmonella typhi. Ar-ruzz media