Paper Sindroma Mata Kering Arvind (Recovered) PDF
Paper Sindroma Mata Kering Arvind (Recovered) PDF
PAPER
Disusun oleh:
Pembimbing:
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha, yang telah
memberikan berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis M.Ked(Oph), Sp.M(K)
selaku supervisor yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah
ini.
Makalah ini berjudul “Sindroma Mata Kering” dimana tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan Astigmstisma. Dengan demikian diharapkan makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran serta diharapkan
mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan
yang bersifat membangun dan saran – saran yang akhirnya dapat memberikan
manfaat bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR ISI
ii
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR GAMBAR
iii
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
permukaan mata dan pelepasan mediator inflamasi ke dalam air mata. Kerusakan
epitel melibatkan kematian sel oleh apoptosis, hilangnya sel goblet, dan gangguan
musin yang mngakibatkan ketidakstabilan lapisan air mata. Ketidakstabilan ini
memperparah hiperosmolaritas permukaan mata dan dapat juga diprakarsai oleh
beberapa etiologi, termasuk obat-obatan xerosis, xeroftalmia, alergi mata,
penggunaan pengawet topikal, dan memakai lensa kontak. Cedera epitel yang
disebabkan oleh mata kering merangsang ujung saraf kornea, menyebabkan gejala
ketidaknyamanan dan peningkatan berkedip.5
Sindroma mata kering dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang
komprehensif. Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata
dan permukaan depan bola mata, termasuk pengukuran dan evaluasi produksi air
mata.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Astigmatisma ini antara lain:
1. Membahas mengenai definisi, faktor resiko, klasifikasi, diagnosis dan
penatalaksanaan dari sindroma mata kering.
2. Menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik senior di Departmen Ilmu
Penyakit Mata RS USU Medan.
1.3. Manfaat
2
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Kornea
Kornea mudah terpapar oleh lingkungan karena terletak pada fisura
interpalpebral. Kornea memiliki nosiseptor-nosiseptor sensoris yang tersebar
merata pada permukaan epitel guna untuk melindungi diri.9
3
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.1.3 Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang terdiri dari epitel squamous
nonkeratinisasi, mengandung banyak sel goblet yang mensekresi musin, susbtantia
propia yang kaya akan vascular, pembuluh limfatik, sel plasma, makrofag dan sel
mast.10,11
Gambar 2 Mekanisme terbentuknya lapisan airmata pada saat mengedip dan saat
terbuka di antara kedipan13
Secara terus menerus air mata diisi ulang dengan cara mengedipkan mata.
Pada saat mata terbuka, lapisan air mata (aquous) akan berkurang akibat dari
evaporasi serta aliran keluar melalui pungtum dan duktus nasolakrimal. Apabila
mata mulai terasa kering dan terjadi dry spot pada kornea, mata akan terasa perih,
menimbulkan rangsangan pada saraf sensoris dan terjadi refleks mengedip sehingga
lapisan airmata terbentuk lagi dan seterusnya. Produksinya kira-kira 1,2 µl per
4
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
menit dengan volume total 6 µl. Tebal lapisan air mata diukur dengan interferometri
adalah 6,0 µm ± 2,4 µm pada mata normal dan menurun menjadi 2,0µm ±1,5 µm
pada pasien dry eye.12,14
5
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.3.2 Klasifikasi
Mata kering dapat terjadi sendiri atau bersamaan dengan kelainan lain.
Berdasarkan etiopatologi, mata kering dikelompokkan menjadi dua, yaitu mata
kering defisiensi aqueous (ADDE) dan mata kering evaporasi (EDE):
1. Mata Kering Defisiensi Aqueous (MKDA)
Disebabkan oleh kegagalan sekresi air mata lakrimal akibat disfungsi
kelenjar lakrimal asinar atau penurunan volume sekresi air mata. Keadaan ini
menyebabkan hiperosmolaritas karena evaporasi tetap berlangsung normal.
Hiperosmolaritas menstimulasi mediator inflamasi (IL-1α, IL-1β, TNF α, matriks
metaloproteinase 9, MAP kinase, dan NFkβ pathway). MKDA dikelompokkan
menjadi dua sub-kelas, yaitu mata kering sindroma Sjogren (MKSS) dan mata
kering bukan sindroma Sjogren (MKBSS). MKSS merupakan penyakit autoimun
yang menyerang kelenjar lakrimal, kelenjar saliva, dan beberapa organ lain.
Infiltrasi sel T pada kelenjar saliva dan lakrimal menyebabkan kematian sel asinar
dan duktus serta hiposekresi air mata atau saliva. Aktivasi mediator inflamasi
memicu ekspresi autoantigen di permukaan sel epitel (fodrin, Ro, dan La) dan
retensi sel T CD4 dan CD8.16
MKBSS merupakan kelompok MKDA akibat disfungsi kelenjar lakrimal
yang bukan bagian dari autoimun sistemik. Keadaan yang paling sering ditemukan
adalah mata kering berkaitan dengan usia. Defisiensi kelenjar lakrimal juga dapat
terjadi akibat penyakit lain seperti sarkoidosis, AIDS, Graft vs Host Disease
(GVHD) atau keadaan obstruksi ductus kelenjar lakrimal akibat trakoma juga
berperan dalam MKBSS. Pada Beave Dam study ditemukan angka kejadian mata
kering pasien Diabetes Mellitus 18,1% dibandingkan dengan pasien non-Diabetes
Mellitus (14,1%).16,17
2. Mata Kering Evaporasi (MKE)
MKE terjadi akibat kehilangan air mata di permukaan mata, sedangkan
kelenjar lakrimasi berfungsi normal. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh faktor
intrinsic (struktur kelopak mata) dan ekstrinsik (penyakit permukaan mata atau
pengaruh obat topikal), keterkaitan kedua factor masih sulit dibedakan.16
6
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
7
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
v. Pemakai lensa kontak mata terutama lensa kontak lunak yang mengandung
kadar air tinggi akan menyerap air mata sehingga mata terasa perih, iritasi,
nyeri, menimbulkan rasa tidak nyaman/intoleransi saat menggunakan lensa
kontak, dan menimbulkan deposit protein.
vi. Faktor lingkungan seperti, udara panas dan kering, asap, polusi udara, angin,
berada diruang ber-AC terus menerus akan meningkatkan evaporasi air
mata.
vii. Mata yang menatap secara terus menerus sehingga lupa berkedip seperti
saat membaca, menjahit, menatap monitor TV, komputer, ponsel
viii. Pasien yang telah menjalani operasi refraktif seperti Photorefractive
keratectomy (PRK), laser-assited in situ keratomileusis (LASIK) akan
mengalami dry eye untuk sementara waktu.14
2.3.4 Diagnosis
Urutan pemeriksaan mata kering antara lain:
1. Riwayat pasien dengan kuesioner
2. Tear film break-up time dengan fluoresein
3. Pewarnaan permukaan mata menggunakan fluoresein atau lissamine green
4. Tes Schirmer I dengan atau tanpa anestesi/tes Schirmer II dengan stimulasi nasal
5. Pemeriksaan kelopak mata dan kelenjar meibomian.
Diagnosis sindroma mata kering dapat ditegakkan dengan kombinasi gejala
dan penurunan hasil tear film breakup time (TBUT). Informasi gejala, riwayat
tindakan operasi mata, penggunaan obat topikal atau sistemik, dan penyakit
penyerta (blefaritis atau alergi). Beberapa kuesioner yang bisa digunakan antara lain
Ocular Surface Disease Index (OSDI), Impact of Dry Eye on Everyday Life
(IDEEL), McMonnies, dan Womens’s Health Study Questionnaire. OSDI
merupakan kuesioner yang paling sering digunakan untuk diagnosis sindroma mata
kering jika nilainya di atas 30.16,18,19
Tear film breakup time (TBUT) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
tear film untuk pecah mengikuti kedipan mata. Pemeriksaan kuantitatif ini berguna
untuk menilai kestabilan tear film, dan waktu normal TBUT adalah 15-20 detik,
8
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
sedangkan pada mata kering nilai TBUT adalah 5-10 detik.6 Tes Schirmer I untuk
menilai produksi air mata oleh kelenjar lakrimal selama 5 menit. Kertas filter
fluoresein diletakkan pada cul-de-sac kelopak mata bawah dan mata pasien tertutup
selama 5 menit kemudian dinilai panjang kertas yang basah, ambang batas
diagnostik adalah kurang dari 5 mm dalam 5 menit.16,20
9
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
Gambar 6 (a) Ilustrasi pemeriksaan Schirmer I, strip Schirmer diletakkan pada cul-
de-sac inferior dekat kantus lateral. Produksi aqueous mata kanan tidak normal. (b)
Disfungsi kelenjar meibom pada tepi kelopak matabawah.18
Keratografi okulus merupakan metode baru dan tidak invasif untuk
menganalisis tear film. Keratografi menggunakan lingkaran plasido pada kamera
yang dapat menilai permukaan konjungtiva bulbar, TBUT noninvasif, TBUT rata-
rata, dan tinggi meniskus air mata. Pemeriksaan penanda inflamasi matrix
metalloproteinase (MMP-9) pada air mata juga menjadi fokus diagnosis dengan
nilai normal <40 ng/mL. Peningkatan kadar MMP-9 dapat dideteksi pada fase awal
dan 53% pasien dengan gejala mata kering memiliki kadar MMP-9 >40 ng/mL.9
Inflammadry ( RPS Diagnostic) merupakan alat deteksi cepat peningkatan MMP-9
pada air mata.22,23
2.3.5 Penatalaksanaan
Asian dry eye society mengembangkan konsep tatalaksana sindroma mata
kering sesuai dengan klasifikasi etipatologi. Tear film terdiri atas mucin, aqueous,
dan lipid; gangguan salah satu lapisan dan ketidakstabilan tear film menyebabkan
10
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
11
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
12
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
13
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB 3
KESIMPULAN
Sindroma mata kering atau dry eye syndrome adalah penyakit multifaktorial
dari air mata dan permukaan okuler yang mengakibatkan gejala ketidaknyamanan,
gangguan visual, dan ketidakstabilan film air mata dengan potensi kerusakan pada
permukaan mata. Penyakit ini disertai dengan peningkatan osmolaritas air mata dan
peradangan permukaan okuler. Beberapa studi menunjukkan bahwa sindroma mata
kering dapat memiliki dampak besar terhadap fungsi visual, aktivitas sehari-hari,
fungsi sosial dan fisik, produktivitas kerja, biaya langsung dan tidak langsung dari
penyakit, dan kualitas hidup. Komplikasi tahap lanjut dari dry eye adalah keratitis,
ulkus dan selanjutnya dapat menimbulkan kebutaan.1,2
Berdasarkan etiopatologi, mata kering dikelompokkan menjadi dua, yaitu
mata kering defisiensi aqueous (ADDE) dan mata kering evaporasi (EDE). Faktor-
faktor yang dapat memicu terhadap resiko terjadinya mata kering baik pada wanita
maupun pria dan beberapa diantaranya tidak dapat dihindari antaranya usia lanjut,
reaksi hormonal pada wanita, penghidap penyakit artritis rematik, diabetes mellitus,
kelainan tiroid, asma dan lupus erythematosus, obat-obatan yang menurunkan
produksi air mata, pemakai lensa kontak, factor lingkungan, mata yang mentap
terus menerus sehingga lupa berkedip dan pasien yang telah menjalani operasi
refraktif.14
Diagnosa ditegakkan mengikuti urutan pemeriksaan antaranya yang
pertama dengan melihat riwayat pasien dengan menggunakan kuesioner seterusnya
dengan tear film break-up time denagan fluorescein seterusnya menggunakan
metode pewarnaan permukaan mata mengguknakan fluorescein atau lissamine
green seterusnya melakukan tes Schirmer I dengan tau tanpa anastese/tes Schirmer
II dengan stimulasi nasal dan akhirnya melakukan pemeriksaan kelopak mata
dengan kelenjar meibomian.16,18
Penanganan mata kering ditujukan untuk membantu penderita meringankan
gejala dan mengatasi penyebab mata kering. Jika penyebab mata kering terkait
faktor medis, langkah penanganan yang perlu didahulukan adalah mengatasi
14
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
penyebab tersebut. Untuk mata kering yang tergolong ringan atau hanya sesekali
terjadi, maka penderita dapat menggunakan obat pelumas mata atau dikenal dengan
air mata buatan. Jika penanganan di rumah belum berhasil, maka dokter dapat
melakukan beberapa pilihan terapi, antara lain obat-obatan seperti obat antibiotik,
LipiFlow thermal pulsation, intensed-pulsed light theraphy, lensa kontak khusus
ataupun prosedur operasi.16,22,29
15
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
16
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
Lee (eds), Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Film.
USA. Elsevier.Inc. 2013; p. 23 - 27.
11. Lawrence M. L, Vikram S, Michael H. Goldstein, Alon Kahana, William R.
Katowitz, Simon K, David A. 2014. Anatomy: Conjunctiva, in
Fundamentals and Principles of Ophthalmology, American Academy of
Ophthalmology. San Fransisco. p. 30
12. Hosaka E., Kawamorita T., Ogasawara Y. Interferometry in the evaluation
of precorneal tear film thickness in dry eye. Am J Ophthalmol.2011; p. 18 -
23
13. Beuerman Roger W., Austin Mircheff, Stephen C. Pflugfelder, Michael E.
Stern. The Lacrimal Functional Unit, in Stephen C. Pflugfelder, Roger W.
Beuerman, Michael E. Stern (eds). Dry Eye and Ocular Surface Disorders.
New York. Marcel Dekker, Inc. 2004; p. 11 – 32
14. Asyari F. Dry Eye Syndrome (Sindroma Mata Kering). Volume 20 Number
4. Indonesia. Dexa Media.2007; p. 162 – 166
15. American Academy of Ophthalmology, Fundamentals and Principles of
Ophtalmology, Basic and Clinical Science Course. Dry Eye Syndrome
Preferred Practice Pattern.2019-2020: p. 294
16. Tear Film & Ocular Surface Society. Report of the international dry eye
syndrome. Ocular Surface 2017;5(2):59-200.
17. Munir SZ, Aylward J. A review of ocular graft-versus-host disease.
Ophtometry and Vision Science 2017;94(5):1-11.
18. Messmer EM. The pathophysiology, diagnosis and treatment of dry eye
disease. Dtsch Arztebl Int. 2015;112:71-82.
19. Tsubota K, Yokoi N, Shimazaki J, Watanabe H, Dogru M, Yamada M, et
al. New perspectives on dry eye definition and diagnosis: A consensus
report by the Asia dry eye society. The Ocular Surface 2017;15(1):65-76.
20. Phadatare S P, Momin M, Nighojkar P, Askarkar S, Singh KK. A
comprehensive review on dry eye disease: Diagnosis, medical management,
recent developments, and future challenges. Advances in Pharmaceutics
2015;1-13.
17
PAPER NAMA : Arvind a/l Chelvaray
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100463
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
18