Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PBL 1

BLOK SISTEM SARAF DAN SISTEM INDRA

KELOMPOK 3 :
CINDY P. D BANEFTAR 20180811014018
EFRAIM YOSUA YOGI 20170811014016
MUHAMMAD IMAM HANAFRI 20180811014038
HELENA G FAUNNY KARETH 20180811014028
INGGRID GITA BONAY 20180811014057
PASKALIA C. R. SAA 20180811014011
PRICILIA JEANETE KORWA 20180811014003
RISKO AGUNG JULIAN 20180811014046
RONI RONAL YOGI 20170811014042

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2019
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT,
karna atas rahmat dan karunianya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas penulisan laporan
Problem Based Learning pada Blok Penelitian Kesehatan dan Teknologi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan ini, kelompok kami banyak
mendapat bantuan berupa kerjasama, tenaga maupun pikiran dari berbagai pihak. Untuk itu
dalam kesempatan baik ini, kelompok kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan petunjuk petunjuk
sehingga laporan ini terselesaikan dengan tepat waktu.

Dalam kesempatan yang baik ini, kelompok kami menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Kepada dr. Krisno Parammangan


2. Kepada teman teman seperjuangan khususnya angkatan XVII Fakultas Kedokteran
Universitas Cendrawasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan baik
penulisan maupun materi oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sebagai tolak ukur pada penulisan laporan berikutnya. Besar harapan kami kiranya laporan ini
dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.

Jayapura,07 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang Masalah....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
1.3 Manfaat..............................................................................................................................................2
1.4 Sistematika penulisan........................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................3
2.1. SKENARIO.................................................................................................................................3
2.2. LANGKAH SEVEN JUMPS......................................................................................................3
2.2.1. KLARIFIKASI KATA YANG BELUM DIKETAHUI.......................................................5
2.2.2. IDENTIFIKASI MASALAH..............................................................................................5
2.2.3. HIPOTESIS.........................................................................................................................5
2.2.4. MENGANALISIS MASALAH...........................................................................................7
2.2.5. LEARNING OBJECTIVE...................................................................................................7
2.2.6. BELAJAR MANDIRI.........................................................................................................8
BAB 3 PEMBAHASAN...........................................................................................................................57
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................................................63
4.1. KESIMPULAN.........................................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................64

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem saraf, salah satu dari dua sistem regulatorik utama, terdiri dari susunan saraf
pusat (SSP) dan susunan saraf tepi (SST). Susunan saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan
medulla spinalis, yang menerima masukan mengenai lingkungan eksternal dan internal
dari neuron aferen. SSP menyortir dan memproses masukan ini, kemudian memulai
pengaktifan neuron-neuron eferen, yang membawa instruksi ke kelenjar atau otot untuk
melaksanakan respon yang diinginkan berupa sekresi atau gerakan. Banyak dari aktivitas
yang dikontrol oleh saraf ini ditujukan untuk mempertahankan homeostasis. Secara umum,
sistem saraf bekerja melalui sinyal listrik (potensial aksi) untuk mengontrol respons cepat
tubuh.[ CITATION Guy12 \l 1033 ]
Susunan sistem saraf tepi (SST) terdiri dari serat aferen dan eferen yang menyalurkan
sinyal antara SSP dan bagian perifer. Divisi aferen susunan saraf tepi mendeteksi,
menyandi, dan menyalurkan sinyal perifer ke susunan saraf pusat, memberitahu SSP
tentang lingkungan internal dan eksternal. Masukan aferen ke pusat-pusat kontrol SSP ini
sangat penting dalam pemeliharaan homeostatis. Untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian di organ efektor melalui keluaran eferen, SSP perlu mengetahui apa yang
sedang terjadi. Masukkan aferen juga digunakan untuk merencanakan tindakan volunter
yang tidak berkaitan dengan homeostatis.[ CITATION Guy12 \l 1033 ]

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana fisiologi saraf ingatan dan memori ?
2. Dimana letak anatomi organ yang mengatur system saraf ingatan memori dan bahasa ?
3. Bagaimana histologi saraf ingatan dan memori ?
4. Bagaimana biokimia saraf ingatan dan memori ?
5. Bagaimana patologi terjadinya gangguan ingatan dan memori ?
6. Apa saja akibat dari gangguan ingatan dan memori ?
7. Apa penyebab utama seseorang mengalami gangguan ingatan dan memori ?

1
8. Adakah cara pencegahan dan penanganan dalam mengatasi gangguan ingatan dan
memori

1.3 Manfaat
1. Khusus
a. Manfaat bagi penulis dalam penyusunan laporan ini lebih mengetahui
bagaimana cara pengerjaan laporan yang baik, menambah ilmu serta
pengetahuan yang lebih mendalam menganai ilmu saraf dan indra manusia
b. Mengetahui dan memahami fisiologi ingatan dan memori.
c. Paham terhadam anatomi organ yang mengatur ingatan dan sistem bahasa.
d. Mengetahui patologi yang terjadi pada sistem memori dan sistem bahasa.
e. Mengetahui dan dapat menerapkan metode pencegahan gangguan ingatan dan
bahasa pada tubuh kita.
2. Umum
a. Menyelesaikan tugas laporan PBL 1 pada blok safar dan indra.
b. Manfaat penulisan laporan ini adalah agar pembaca dan penulis dapat
memperluas pengetahuan dan wawasan serta dapat menarik kesimpulan dari
laporan ini.

1.4 Sistematika penulisan


Laporan diskusi PBL disusun dalam tiga bagian, yaitu bagian awal laporan, bagian isi
laporan, dan bagian akhir laporan.

Bagian awal laporan terdiri dari: judul, kata pengantar, dan daftar isi

Bagian isi laporan :

BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang: Latar belakang, manfaat, dan sistematika


penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang: SKENARIO dan LANGKAH


SEVEN JUMPS. Dimana langkah seven jumps terdiri atas: klarifikasi kata sulit,
identifikasi masalah, brainstorming, tukar pendapat, rumusan tujuan pembelajaran,
belajar mandiri dan kesimpulan.

2
Bagian akhir laporan terdiri dari :

DAFTAR PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SKENARIO
Rahmat (17) seseorang siswa SMA. Pagi tadi,iya mendengarkan lagu berjudul “ I love you
3000” di youtube. Hingga siang ini, ia selelau bersenandung mengikuti nada lagu tersebut,
namun ia hanya dapat menghafal penggalan liriknya dalam bahasa inggris. Ia kemudian
menceritakan kepada temannya, dan temannya menyarankan agar Rahmat mencatat lirik
tersebut agar lebih mudah untuk menghafalnya. Rahmat mengatakan, dahulu ia mudah
menghafal lagu yang baru saja ia dengarkan. Bahkan hingga saat ini ia masih menghafal lagu
itu dengan baik lagu saat ia kecil tersebut. Rahmat pun merasa takut ada masalah dengan
memori ingatannya dan terkena penyakit amnesia seperti yang ia baca di internet. Ia juga
khawatir karena kakeknya dahulu pernah di diagnosis dengan afasia broca.

2.2. LANGKAH SEVEN JUMPS


Seven jumps sendiri merupakan metode pembelajaran yang mahasiswa gunakan untuk
mempermudah proses pembelajaran, proses dalam metode ini didampingi oleh tutor dalam
pelaksanaannya yang mana tutor akan mengawasi jalannya proses diskusi agar mahasiswa
tidak keluar dari learning obvective atau objek permelajaran yang seharusnya dicapai, langkah
seven jumps sendiri adalah sebagai berikut :

1. Mengklarifikasi hal-hal yang belum diketahui dalam skenario


2. Mendefinisikan masalah-masalah
3. Mengidentifikasi masalah atau Brainstorming
4. Menganalisis masalah atau daftar penjelasan yang dapat diterima
5. Merumuskan tujuan pembelajaran atau yang biasa disebut Learning Objective
6. Belajar mandiri
7. Penyusunan laporan hasil diskusi

3
2.2.1. KLARIFIKASI KATA YANG BELUM DIKETAHUI
Dalam skenario terdapat beberapa kata yang belum difahami oleh kelompok kami,
sehingga kami mengidentifikasi kata tersebut terlebih dahulu kemudian menganalisisnya.
Berikut merupakan beberapa kata tersebut :

1. Amnesia : Kehilangan atau kerusakan ingatan, atau ketidakmampuan untuk


mengingat kejadian pada masa lalu. [ CITATION drL14 \l 1033 ]
2. Diagnosis : Istilah yang digunakan untuk menentukan nama penyakit atau proses
penyakit dengan metode ilmiah dan keterampilannya.[ CITATION drL14 \l 1033 ]
3. Afasia : kesulitan dalam memahami dan /atau memproduksi bahasa yang disebabkan
oleh gangguan (kelainan, penyakit) yang menyebabkan hemisfer otak. [CITATION fk \l
1033 ]
4. Area Broca : (ujung posterior gyrus frontal inferior kiri ) yang mengandung area
motor bicara yang mengendalikan gerakan bibir, lidah, dan pita suara.[ CITATION
drL14 \l 1033 ]
5. Afasia Broca atau afasia motorik terjadi akibat adanya lesi di frontal dalam (tidak
terlibat korteks motorik bawah dan massa alba paraventrikuler tengah). [ CITATION fk \l
1033 ]

2.2.2. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Mengapa rahmat hanya mampu mengingat penggalan lirik lagu yang baru ia dengarkan
?
2. Apa itu penyakit amnesia ? Bagiamana ciri cirinya ?
3. Apa itu memori jangka Panjang dan memori jangka pendek ?
4. Apa penyebab seseorang mengalami afasia ?
5. Ciri ciri seseorang didiagnosis afasia broca ?
6. Adakah hubungan antara amnesia, afasia broca dan memori ?
7. Apakah penyakit afasia broca tersebut meruupakan penyakit genetik ?

2.2.3. HIPOTESIS
1. Rahmat lupa sebagian lirik lagu disebabkan karena rahmat hanya mendengarkan lagu
tanpa mengulang lirik lagu yang didengarnya sehingga ingatan tersebut hanya
tersimpan di memori jangka pendek.

4
2. Amnesia adalah kesulitan dalam mengingat sesuatu hal atau kejadian masa lampau.
Adapun cirinya berupa kesulitan atau hilangnnya memori dari masa lampa
3. Memori jangka panjang adalah ingatan masa lampau yang masih diingat hinnga pada
masa sekarang sedangkan memori jangka pendek adalah memori kerja yang berfungsi
menyimpan informasi sementara dalam jumlah terbatas
4. Terjadinya lesi di bagian otak yang berkaitan dengan korteks Bahasa atau lobus
Wernicke dan broca
5. Bicara tidak jelas dan tiada arti, kesulitan bicara, grammarnya tidak tersusun rapih
6. Tergantung dari bagian otak yang mengalami lesi apakah di bagian ingatan atau
Bahasa
7. Tidak, karena factor utama afasia broca adalah terjadinya lesi dibagian tertentu otak
dan bukan merupakan turunan

5
2.2.4. MENGANALISIS MASALAH

Fisiologi

Anatomi MEMORI His

Biokimia

2.2.5. LEARNING OBJECTIVE


1. Mahasiswa mampu mengetahui fisiologi ingatan dan memori.
2. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi sistem memori
3. Mahasiswa mampu mengetahui histologi sistem memori
4. Mahasiswa mampu mengetahui biokimia sistem memori

6
2.2.6. BELAJAR MANDIRI

1) ASPEK ANATOMI
1.1 Sistem Saraf

Sistem saraf pusat terdiri dari Sistem Saraf terdiri dari sel-sel spesifik yang
berfungsi menerima rangsangan sensorik dan meneruskannya ke organ-organ
efektor, baik muscular maupun kelenjar.

 Sistem saraf Pusat

Pada sistem saraf pusat, otak dan medulla spinalis yang merupakan pusat-
pusat utama terjadinya korelasi dan integrasi informasi saraf. Otak dan medulla
spinalis dibungkus oleh membran yang disebut meninges dan dikelilingi oleh
cairan serebrospinal kemudian dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak dan
columna vertebralis.

Susunan saraf pusat terdiri dari sel-sel dengan processus-processusnya yang


disebut neuron dan disokong oleh jaringan khusus yang disebut neuroglia. Bagian
sistem saraf pusat tersusun atas substansia grisea dan substansia alba. Substansia
grisea terdiri dari sel-sel neuron yang tertanam dalam neuroglia dan berwarna abu-
abu. Substansia alba terdiri dari serabut-serabut saraf yang tertanam di dalam
neuroglia dan berwarna putih karena terdapat materi lipid di dalam selubung
myelin pada sebagian besar serabut-serabut saraf.

Pembagian Utama Susunan Saraf Pusat

1. Otak
Terletak didalam cavum crania dan bersambung dengan medulla spinalis
melalui foramen magnum. Otak dibungkus oleh tiga meninges yaitu:
a. Duramater
b. Arachnoideamater
c. Piamater

7
Ketiganya bersambung dengan meninges medulla spinalis. Cairan serebrospinal
mengelilingi otak didalam ruang subaraknoid.

Secara konvensiaonal, otak dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:

a. Prosencephalon
Terdiri dari :
 Telencephalon
Terdiri dari neucortex, basal ganglia, amygdale, hippocampus, lateral
ventricles. Bagian otak terbesar terdiri dari 2 hemisferium cerebri yaitu
hemisphere dextra dan hemisphere sinistra , yang dihubungkan oleh
suatu commissural alba yang besar yang disebut corpus callosum.
Hemisferium dipisahkan oleh celah yang dalam yaitu fissure
longitudinalis yang merupakan tempat masuknya falx cerebri.
Lapisan permukaan masing-masing hemisferium korteks terbentuk
dari substansia grisea. Permukaan hemisphere diliputi olek Cortex
cerebri (berlipat-lipat) disebut gyrus dan dipisahkan oleh fissura
(lekukan dalam) atau sulcus (lekukan dangkal).Beberapa sulcus yang
besar digunakan untuk membagi masing-masing permukaan
hemispherium menjadi lobus-lobus.
Di dalam hemispherium terdapat pusat substansi alba yang
mengandung massa substansi grisea yang besar yaitu nuclei basalis atau
ganglia basalis. Kumpulan serabut-serabut saraf berbentuk kipas yang
corono radiata melintasi substansia alba dari cortex cerebri ke batang
otak.

8
 Diencephalon
Terdiri dari thalamus di bagian dorsal dan hypothalamus.
Diencephalon terletak di antara setengah bulatan otrak dan otak tengah.
di bagian ventral.diencephalon menghubungkan mesencephalon dengan
hemisphere cerebri dan juga menghubungkan struktur struktur yang
dibatasi oleh ventriculus tertius.
b. Mesencephalon
Merupakan bagian dari brainb stem yang menyempit, dan mesencephalon ini
menghubungkan pons dan cerebellum, dengan strktur struktur yang beraal
dari tonjolan prosencephalon yaitu telencephalon dan disencephalon.
Bagian ventralnya terdiri dari pedenculus cerebri sedangkan bagian
dorsalnya disebut tectum mesencephalon. Rongga sempit di mesencephalon
di tempati oleh aquaductus cerebri sylvii yang menghubungkan ventriculus
tertius dengan ventriculus quartus. Mesencephalon terdiri dari banyak
nucleus dan berkas serabut-serabut saraf ascendens dan descendens.

c. Rhombencephalon
Terbagi menjadi metencephalon dan diencephalons. Yang dimana
mtencephalon akan menjadi pons dan cerebellum, dan diencephalon akan
menjadi medulla oblongata
 Cerebellum
Terletak didalam fossa crania posterior, posterior terhadap pons dan
medulla oblongata. Bagian ini terdiri dari dua hemispherium yang
dihubungkan oleh sebuah bagian median yaitu vermis. Cerebellum
berhubungan dengan mesencephalon melalui pedunculus bellaris
superior, dengan pons melalui pedunculus cerebellaris media dan
dengan medulla oblongata inferior.
Lapisan permukaan masing-masing hemispherium cerebella disebut
korteks dan terdiri dari substansia grisea. Cortex cerebelli tersusun
dalam lipatan-lipatan atau folia yang dipisahkan oleh fissura-fissura
transversal yang tersusun rapat. Pada bagian ini terdapat massa

9
substansia grisea di dalam cerebellum yang tertanam di dalam
substansia alba; yang paling besar disebut nucleus dentatus.
Medulla oblongata, pons, dan cerebellum mengelilingi sebuah rongga
yang berisi cairan serebrospinal yang di sebut ventriculus quartus. Di
bagian superior, rongga ini berhubungan dengan ventriculus tertius
melalui aqueductus cerebri dan di bagian inferior menyambung dengan
canalis centralis medulla spinalis.
 Pons
Pons terletak dipermukaan anterior cerebellum, inferior dari
mesencephalon dan superior dari medulla oblongata.

 Medulla Oblongata
Medulla oblongata berbentuk conus, di bagian superior berhubungan
dengan pons dan di bagian inferior berhubungan dengan medulla
spinalis. Pada medulla oblongata terdapat banyak kumpulan neuron
yang di sebut nuclei dan berfungsi menyalurkan serabut-serabut saraf
ascendens dan descendens.

2. Medulla Spinalis
Terletak di dalam canalis vertebralis coluna vertebralis dan dibungkus oleh
tiga meninges; duramater, arachnoideamater dan piamater. Perlindungan lebih
lanjut dilakukan oleh cairan serebrospinal yang mengelilingi medulla spinalis di
dalam ruang subarakhanoid.
Medulla spinalis berbentuk silindris bagian superior dimulai dari foramen
magnum pada tengkorak,, tempatnya bergabung dengan medulla oblongata
otak. Di sepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang saraf spinl melalui radix
anterior atau radix motoria dan radix posterior atau radix sensoria. Masing-
masing radix saraf memiliki sebah ganglion radix posterior yaitu sel-sel yang
membentuk serabut saraf pusat dan tepi.

10
Struktur
Medulla spinalis terdiri dari substansia grisea di bagian dalam yang dikelilingi
oleh substansia alba di bagian luar. Pada potongan melintang, substansia grisea
terlihat seperti huruf H dengan columna atau cornu anterior dan posterior
substansia grisea yang dihubungkan dengan comissura grisea yang tipis, yang
mana di dalamnya terdapat canalis centralis yang kecil. Untuk
mendeskripsikannya, substansia alba dibagi menjadi columna alba anterior,
lateral dan posterior.

 Sistem Saraf Tepi

Susunan saraf tepi terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal serta ganglia yang
terkait.

1. Saraf Cranial dan Spinal

Saraf cranial dan saraf spinal terbentuk dari berkas serabut saraf (neurofibra)
yang disokong oleh jaringan penunjang.

Terdapat 12 saraf cranial yang meninggalkan otak melalui foramen di


tengkorak. Terdapat 32 pasang saraf spinal yang meniggalkan medulla spinalis
melalui foramen intervertebralis di collumna vertebralis. Saraf spinal dinamakan
menurut daerah columna vertebralis yang sesuai: 8 cervicalis, 12 thoracicae, 5
lumbalis, 5 sacralis dan 1 coccygea. Perhatikan bahwa terdapat 8 nervus cervicalis
dan hanya 4 buah vertebra coccygea.

Masing-masing saraf spinal berhubungan dengan medulla melalui dua buah


radix; radix anterior dan posterior. Radix anterior terdiri dari berkas-berkas serabut
saraf ini di sebut saraf eferen. Serabut eferen yang menuju ke otot-otot rangka dan
menimbulkan kontraksi pada otot-otot tersebut di sebut serabut motorik.Sel-sel
asalnya terletak di cornu anterior substansia grisea medulla spinalis.

Radix posterior terdiri dari berkas-berkas serabut saraf yang di sebut serabut
aferen yang membawa implus saraf menuju susunan saraf pusat. Karena serabut

11
saraf ini berfungsi menghantarkan informasi mengenai sensasi raba, nyeri, suhu
dan getar , serabut aferen di sebut juga serabut sensorik. Badan sel serabut-serabut
saraf yang disebut ganglion radix posterior.

Radix nervus spinalis berjalan dari medulla spinalis ke foramen intervertebralis


yang sesuai, kemudian bergabung membentuk nervus spinalis. Di sini serabut-
serabut motorik dan sensorik bergabung sehingga sebuah nervus spinalis tersusun
dari gabungan serabut motorik dan sensorik.

Karena Pertumbuhan panjang yang tidak seimbang antara columna vertebralis


dan medulla spinalis selama masa perkembangan, radix bertambah panjang secara
progresif dari atas ke bawah. Di daerah cervical atas radix nervus spinalis pendek
dan berjalan hampir horizontal, tetapi radix nervus lumbalis dan sakralis di bawah
tingkat ujung medulla spinalis (batas bawah vertebra lumbalis I pada orang
dewasa) membentuk tali-tali saraf vertikali di sekitar filum terminale secara
bersama-sama, radix saraf bagian bawah ini disebut cauda equine.

Setelah keluar dari foramen intervertebrale, masing-masing saraf spinal segera


bercabang dua menjadi ramus anterior yang lebih besar dan ramus posterior yang
lebih kecil. Masing-masing mengandung serabut-serabut saraf motorik dan
sensorik. Ramus posterior mempersarafi otot-otot dan kulit punggung. Ramus
anterior mempersarafi otot-otot dan kulit dinding antero-lateral tubuh, serta
seluruh otot-otot dan kulit anggota gerak.

Pada pangkal anggota gerak, rami anteriores bergabung menjadi satu


membentuk plexus saraf yang rumit. Plexus cervicalis dan brachialis terdapat di
pangkal anggota gerak atas dan plexus lumbalis dan sacralis di temukan di pangkal
anggota gerak bawah.

12
2. Ganglia

Ganglia dapat di bagi menjadi ganglia sensorik nervi spinale (ganglia radix
posterior) dan nervi craniales, serta ganglia otonom.

 Ganglia Sensorik

Ganglia sensorik adalah benjolan fusiformis yang terletak di radix posterior


pada masing-masing saraf spinal tepat di bagian proksimal pertemuan dengan
radix anterior yang sesuai. Ganglia ini disebut ganglia radix posterior. Ganglia
serupa juga di temukan di sepanjang perjalanan nervus cranialis V,VII,VIII,IX,
dan X yang disebut Ganglia sensorik saraf-saraf ini.

 Ganglia Otonom

Ganglia otonom biasanya berbentuk iregular, terletak di sepanjang perjalanan


serabut saraf eferen susunan saraf otonom. Ganglia ini di temukan di rantai
simpatis paravertebra di sekitar pangkal arteri-arteri visera besar intraabdomen dan
di dekat atau menempel di dinding berbagai organ visera.[ CITATION FKU02 \l 1033 ]

2) ASPEK HISTOLOGI

2.1. Sel – sel Jaringan Saraf (Neuron)


Unit fungsional baik SSP maupun SST adalah neuron atau sel saraf. Neuron terdiri
atas tiga bagian :

 Badan Sel (Perikaryon)

Perikaryon dibentuk oleh inti dan sitoplasma sekelilingnya mempunyi fungsi


reseptik. Pada kebanyakan neuron, ia menerima rangsang yang dibangkitkan
dalam saraf saraf lainnya, akan tetapi peran utamanya adalah sebagai pusat trofik
atau pemberi makan sel sel, mensuplai organel dan makromolekul sampai ke
cabang cabangnya.

13
Diameter badan sel perykarion ini sebesar 135 mikromrter,walaupun perykarion
lainnya ada yang hanya berdiameter 4 makrometer.

3. Dendrit
Dendrit umumnya pendek dan bercabang-cabang mirip pohon. Sering
diselubungi oleh banyak sinaps dan merupakan tempat penerimaan sinyal dan
pemprosesan utama di neuron. Kebanyakan sel saraf memiliki banyak dendrit,
yang sangat memperluas daerah penerimaan sel. Percabangan dendrit
memungkinkan sebuah neuron untuk menerima dan mengintegrasi sejumlah besar
ujung akson dari sel saraf lain. Diperkirakan membawa sejumlah 200.000 terminal
akson membentuk hubungan fungsional dengan dendrit sel Purkinje di serebelum.

4. Akson
Kebanyakan neuron memiliki satu akson, dengan sejumlah kecil yang tidak
mempunyai akson sama sekali. Sebuah akson merupakan cabang silindris dengan
panjang dan diameter yang bervariasi, di sesuaikan dengan jenis neuronnya. Akson
umumnya merupakan processus yang sangat panjang. Contohnya akson sel
motorik di medulla spinalis yang mensarafi otot kaki harus memiliki panjang
hingga 100 cm (~40 inci). Semua akson berasal dari daerah yang berbentuk
pyramid pendek, yaitu muara akson (axon hillock), yang muncul dari perikaryon.
Membran plasma di akson disebut aksolemma dan isinya dikenal sebagai
aksoplasma.
Berdasarkan jumlah dan prosessus yang terjulur dari badan sel, kebanyakan
neuron dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Neuron multipolar, yang memiliki sebuah akson dan dua atau lebih dendrit.
2. Neuron bipolar, dengan sebuah dendrit dan sebuah akson.
3. Neuron pseudounipolar, yang memiliki prosessus yang bercabang dekat
perikaryon, dengan cabang panjang dan menjulur keujung perifer dan yang lain
terjulur ke SSP.
Kebanyakan neuron di tubuh adalah multipolar. Neuron bipolar ditemukan
kedalam retina dan mukosa olfaktorius, dan di ganglion cochleare (telinga dalam)
dan ganglion vestibulare.

14
Neuron juga dapat diklasifikasikan berdasarkan peran fungsionalnya.

1. Neuron motorik (efferen), mengendalikan organ efektor seperti serabut otot dan
kelenjar eksokrin dan endokrin.
2. Neuron sensorik (afferen), terlibat dalam penerimaan stimulus sensorik dari
lingkungan dan dari dalam tubuh.

 Sel Glia (Neuroglia)


Sel glia 10 kali lebih banyak di otak mamalia ketimbang di neuron. Di SSP, sel-
sel glia ini mengelilingi sebagian besar badan sel neuron, yang biasanya jauh lebih
besar daripada sel glia, dan processus akson serta dendritnya yang menempati ruang
antar neuron. Kecuali disekitar pembuluh darah besar, SSP hanya memiliki jumlah
kecil jaringan ikat atau matriks ekstrasel. Sel glia melengkapi lingkungan mikro yang
ideal dan aktivitas neuronal. Terdapat 4 jenis sel glia :

1. Oligendrosit
Oligondendrosit membentuk selubung myelin yang merupakan insulator
listrik neuron pada SSP. Oligondendrosit menjulurkan processus yang
membungkus sejumlah bagian akson, dan menghasilkan selubung myelin.
Oligondendrosit merupakan sel glia yang dominan di substansia alba dan SSP.
Processus tersebut tidak terlihat dengan pelumasan mikroskop cahaya rutin,
karena oligondendrosit biasanya tampak sebagai sel kecil dengan inti bundar
yang terkondendasi dan sitoplasma yang tidak terpulas.

2. Astrosit
Astrosit adalah berbentuk bintang dengan banyak processus yang menjalar
dan unik untuk SSP. Atrosit dengan sedikit processus panjang disebut astrosit
fibrosa dan terdapat disubtansia alba, atrosit protoplasma, dengan banyak
processus bercabang pendek, ditemukan subtansia grisea. Atrosit memiliki peran
suportif bagi neuron yang sangat penting untuk pembentukan SSP secara sesuai
selama perkembangan embrio dan janin. Karena terutama berada di subtansia

15
grisea, astrosit adalah sel glia yang paling banyak dijumpai dan memiliki banyak
perbedaan morfologis, dan fungsional.
Astrosit juga berperan penting dalam pengendalian lingkungan ion dan
kimiawi neuron. Beberapa astrosit memiliki processus dan ujung-ujung
perivaskular(vaskular feet) yang melebar dan menyelubungi sel endotel kapiler
dan ikut membentuk sawar darah-otak. Ujung-ujung perivaskular ini penting
untuk kemampuan dalam mengatur vasodilatasi dan perpindahan O2, dan ion-ion
zat lain dari darah ke neuron.

3. Sel Ependim
Sel ependim adalah sel epiter kuboid atau silindris rendah yang melapisi
vertikel otak dan canalis sentralis di medulla spinalis. Pada lokasi SSP tertentu,
ujung apical sel ependim memiliki silia, yang memudahkan pergerakan cairan
serebrospinal (CSS), atau mikrovilli panjang, dan tampaknya terlibat dalam
absorpsi.
Sel ependim bergabung di bagian apical oleh kompleks taut yang serupa
oleh kompleks taut epitel. Namun, tidak seperti epitel yang sejati, tidak terdapat
lamina basal. Ujung basal sel ependim memanjang dan menjalurkan prosessus
bercabang ke dalam neuropil yang berdekatan.

4. Mikroglia
Mikroglia adalah sel kecil memanjang dengan processus pendek dengan
irregular, yang berjumlah lebih sedikit daripada oligondendrosit atau atrosit
tetapi tersebar lebih merata di seluruh substansia alba dan grisea. Tidak seperti
sel glia lain, migkroglia berimigrasi melaui neuropil, yang menganalisis jaringan
untuk sel yang rusak dan menginvasi mikroorganisme. Mikroglia menyekresi
sejumlah sitokin imunregulatorik dan menjadi mekanisme utama pertahanan
imun pada jaringan SSP. Mikroglia tidak berasal dari tubus neuranik embrionik,
melainkan dari monosit dalam sirkulasi darah, yang termasuk dalam famili yang
sama seperti magrofag dan sel penyaji-antigen lainnya.

16
 Ganglion
Kumpulan kumpulan badan sel saraf yang beralokasi di luar susunan saraf pusat
disebut ganglion, meskipun tidak semua ganglia terletak diluar susunan saraf pusat.
Kumpulan yang serupa dalam substansi susuna saraf pusat disebut nucleus.
Ganglion sendiri memiliki 2 tipe utama yaitu :
1. Glia Kraniospinal (ganglia sensorik)
Ganglia spinalis bentuknya fisuformis atau globular pada cabang posterior, dan
ganglia kranialis merupakan gembungan serupa pada beberapa saraf kranial. Sel
sel ganglion adalah tipe pseudounipolar, globular, mempunyai cabang tunggal
-suatu akson- yang waktu meninggalkan sel badan saraf,menjadi agak tergulung
lalu8 membentuk sebuah glomerulus.
2. Susunan saraf votonom ( ganglia viresal, motorik)
Ganglia ini tampak seperti gembungan sepanjang rantai simpatis dan
percabangannya serta dalam dinding organ organ yang disuplai oleh system
otonom, disini mungkin mereka sangat kecil, seperti ganglion kranio spinal.
Meskipun hanya beberapa dan kecil kecil, ganglia ini berbeda dengan ganglion
sensorik, ganglion ini tidak menunjukkan kecendrungan untuk berkelompok,
akson aksonya pun tidak mengelompok membentuk berkas berkas, perykarion dan
serat serat didalam ganglia ikut bercampur baur.[ CITATION Rol96 \l 1033 ]

17
3) ASPEK FISIOLOGI
1. Struktur Sel Pada Sistem Saraf

Sistem saraf memiliki dua tipe sel saraf, yaitu neuron dan sel-sel pendukung atau sel
glia.

 Neuron
Neuron adalah sel saraf yang merupakan unit dasar sistem saraf dan
berfungsi menghantarkan impuls yang membawa informasi dari lingkungan.
Neuron juga dapat mengontrol gerakan otot dan berkomunikasi satu sama lain.
Neuron berbeda-beda dalam ukuran dan bentuknya tergantung pada tugas khusus
yang harus dilakukannya, namun secara umum setiap neuron terdiri dari: badan
sel (perikarion/soma), nucleus (inti sel), axon, dendrit, dan tombol terminal. Dari
badan sel menjulur prosesus-prosesus (tonjolan) yang disebut axon dan dendrit.
Axon merupakan prosesus yang menghantarkan impuls dari badan sel ke tombol
terminal dan jumlahnya biasanya satu. Sedangkan dendrit merupakan prosesus
yang menghantarkan impuls menuju badan sel dan jumlahnya biasanya banyak.

Ada 3 jenis neuron, yaitu :

1. Neuron sensorik ( neuron aferen )


Fungsinya mengirimkan impuls yang diterima reseptor ke saraf pusat (otak).
Reseptor itu merupakan sel khusus dalam organ penginderaan, otot, kulit,
serta sendi yang mendeteksi adanya perubahan lingkungan.

2. Neuron motorik ( neuron eferen )

Fungsinya membawa isyarat atau impuls yang keluar dari otak/medulla


spinalis menuju ke organ efektor terutama otot dan kelenjar sehingga terjadi
respon motorik.

3. Interneuron ( neuron-neuron asosiatif )

18
Fungsinya menerima isyarat atau impuls dari neuron sensorik dan
mengirimkan impuls ke interneuron lain atau ke neuron motorik.

 Sel Glia (Neuroglia)

Di antara neuron-neuron terdapat sel glia (neuroglia) yang merupakan sel-sel


pendukung (supporting cells) untuk keefektifan kerja neuron. Sel glia ini dapat
membantu neuron melekat pada tempatnya dan memberinya nutrisi. Macam-
macam sel glia yaitu :

1. Astrocyte (star cell), berfungsi mengikat neuron-neuron dengan pembuluh


darah, mengatur larutan kimia dalam cairan yang mengelilingi neuron,
menyokong dan memproteksi sistem saraf.
2. Oligodendrocyte, berfungsi mengikat neuron-neuron dengan jaringan ikat,
membentuk selubung myelin di sekitar axon pada SSP.
3. Microglia, berfungsi sebagai fagosit pada proses fagositosis sel-sel mati di
jaringan otak yang rusak.
4. Sel ependimal, melapisi rongga internal otak dan medulla spinalis berperan
pada pembentukan cairan serebrospinalis.
2. Fisiologi Sinaps
 Struktur Sinaps
Informasi yang dijalarkan dalam sistem saraf berbentuk impuls saraf yang
melewati serangkaian neuron-neuron, dari satu neuron ke neuron berikutnya
melalui penghubung antar neuron (interneuronal junctions) yang disebut sebagai
sinaps. Fungsi sinaps ini menghubungkan tombol terminal pada ujung axon
sebuah neuron dengan membran neuron yang lain. Membran pada tombol
terminal dikenal sebagai membran presinaps, sedangkan membran pada neuron
penerima dikenal sebagai membran postsinaps. Kedua membran tersebut
dipisahkan oleh suatu celah sinaps (synaptic cleft) yang lebarnya ± 200-300
amstrong. Ujung presinaps mempunyai 2 struktur dalam yang berguna untuk
penerus rangsang atau penghambat sinaps, yaitu kantong sinaps (synaptic
vesicle) dan mitokondria. Sebagian besar ujung presinaps bersifat mudah
dirangsang (excitatory) dan akan mensekresi suatu bahan yang merangsang

19
neuron postsinaps, sedangkan yang lainnya bersifat mudah dihambat (inhibitory)
dan akan mensekresi suatu bahan yang dapat menghambat neuron. Kantong
sinaps mengandung bahan transmitter (neurotransmiter) yang bila dilepaskan ke
dalam celah sinaps dapat merangsang atau menghambat neuron tergantung
reseptor pada membran neuron. Mitokondria akan menyediakan ATP yang
dibutuhkan untuk mensintesa bahan-bahan transmitter baru.

 Konduksi Aksonal
Penjalaran impuls saraf terjadi di sepanjang axon. Jika axon terkena
rangsangan pada pusatnya, axon itu akan mengeluarkan impuls ke salah satu
arah, yaitu menuju badan sel atau menjauhi badan sel. Gerakan impuls saraf ini
bersifat elektrokimiawi. Selaput tipis yang menghubungkan protoplasma sel daya
tembusnya tidak sama terhadap berbagai jenis muatan ion listrik yang biasanya
mengapung dalam protoplasma dan cairan sekeliling sel. Dalam keadaan
istirahat, selaput sel mengeluarkan muatan ion sodium positif (Na +) dan memberi
jalan masuk ion potassium (K+) serta klorida (Cl-). Akibatnya terdapat kekuatan
listrik lemah, atau perbedaan voltase di seberang selaput. Di bagian dalam sel
saraf lebih negatif daripada di bagian luar. Keadaan demikian disebut potensi
istirahat (resting potential). Jika axon terkena rangsangan, kekuatan elektrik di
seberang selaput berkurang tepat pada waktu adanya rangsang. Jika pengurangan
potensi itu cukup besar, daya tembus selaput sel mengalami perubahan sehingga
ion sodium memasuki sel, proses ini disebut depolarisasi, dan sekarang bagian
luar selaput sel menjadi lebih negatif dibanding dengan bagian luar sel.
Fenomena ini disebut potensial aksi (action potential) sebagai lawan dari potensi
istirahat.

 Transmisi Sinaptik
Hubungan sinaps antar neuron merupakan hal yang sangat penting karena di
sanalah sel saraf mengantar isyarat sebuah neuron dilepaskan atau dibakar, ketika
stimulus menyentuhnya melalui banyak axon yang melampaui tahap gerbang
tertentu. Aksi potensial pada neuron mengikuti asas “semuanya atau tidak sama

20
sekali” (all or none). Terbakar atau tidaknya neuron itu tergantung pada potensi
bertahap yang ada dalam dendrit dan badan sel. Potensi bertahap itu digerakan
oleh rangsangan dari neuron di seberang sinaps, dan ukuran potensi itu berubah
mengikuti jumlah dan jenis kegiatan yang masuk. Ketika jumlah potensi bertahap
menjadi cukup besar, depolarisasi yang memadai dikeluarkan untuk
menggerakan aksi potensial yang bersifat “all or none”, sehingga informasi dapat
dihantarkan. Misalnya neuron yang menanggapi peregangan otot akan terbakar
dalam ukuran yang sesuai dengan jumlah peregangan, makin panjang peregangan
makin banyak neuron yang terbakar.
3. Susunan Dan Fungsi Sistem Saraf

a. Susunan Sistem Saraf


Secara keseluruhan kerja sistem saraf adalah mengatur aktivitas sensorik dan
motorik, perilaku instingtif dan dipelajari, organ dalam dan sistem-sistem lain
dalam tubuh. Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

b. Struktur Hirarki Otak


Struktur hirarki otak manusia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
5. Bagian bawah; batang otak
6. Bagian tengah; sistem limbik
7. Bagian atas; korteks cerebri (neokorteks)

Batang otak berfungsi sebagai pengatur fungsi vegetatif dan refleks. Bagian otak
ini mengendalikan fungsi-fungsi kehidupan yang sederhana tapi penting (vital),
seperti: pernapasan, pencernaan, sirkulasi, dan refleks. Sistem limbik memiliki
fungsi pengenali emosi, perilaku instinktif, drives, dan motivasi. Sistem limbik
terkait dengan proses penetapan nilai emosional atau isi berbagai objek dan
pengalaman serta mengekspresikan emosi ini sebagai perilaku, sehingga secara
singkat sistem limbik dapat dikatakan sebagai wilayah emosi dan selera. Selera
untuk makanan dan seks, emosi-emosi rasa gembira, marah, sedih, cinta dan
sayang timbul di dalam sistem limbik. Korteks cerebri atau disebut juga

21
neokorteks karena evolusinya yang lebih muda, memiliki fungsi yang lebih tinggi
(fungsi luhur) agar makhluk adaptif terhadap perubahan lingkungan.

c. Struktur dan Fungsi Otak

Otak terletak di dalam tengkorak. Secara anatomis terdiri dari otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak. Batang otak terletak di
ujung atas medulla spinalis dan terdiri dari medulla oblongata, pons, otak tengah,
talamus, dan hipotalamus.

 Otak besar (cerebrum) manusia terdiri dari hemisfer cerebri yang


mempunyai 2 belahan setangkup tapi tidak simetris., yaitu hemisfer kiri
dan hemisfer kanan. Kedua hemisfer kiri dan kanan dihubungkan oleh
struktur padat yaitu corpus calosum. Hemisfer cerebri terdiri dari korteks
cerebri yang merupakan bagian paling luar terdiri dari berbagai macam sel
neuron yang secara makroskopis tampak berwarna kelabu sehingga disebut
substansia nigra. Bagian di bawahnya (subkortikal) terdiri dari lanjutan sel
neuron berupa axon dan dendrit sehingga kumpulannnya tampak berwarna
lebih putih dan disebut substasia alba. Selain itu terdapat juga ganglia
basalis. Area terbesar dari korteks terdiri atas lekukan (sulcus) dan tonjolan
(girus). Korteks cerebri dibagi atas 4 lobus yaitu : lobus frontalis, lobus
parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis.
 Cerebellum (otak kecil) menempati bagian belakang batang otak, melekat
pada otak tengah, dan berfungsi untuk mengkoordinasikan gerakan. Nuklei
pusat motorik somatik di otak tengah mengatur gerakan waktu berjalan,
postur tubuh, gerak kepala dan bola mata.
 Struktur batang otak berkaitan dengan fungsi vital somatik, otonomik, dan
refleks yang merupakan fungsi vegetatif agar manusia dapat bertahan
hidup dan memelihara kehidupannya. Pusat pengawasan sistem respirasi,
kardiovaskular dan pencernaan terletak di medulla, bagian otak yang paling

22
primitif. Pons bertugas untuk mengatur inhibisi pusat pernapasan, pons dan
cerebellum bersama-sama mengatur gerakan motorik. Nuklei retikular di
pons dan medulla merupakan pusat pengatur tidur dan eksitasi struktur otak
besar di atasnya.
 Hipotalamus mempunyai beberapa pusat (nuclei) untuk mengatur
keseimbangan internal atau homeostasis, termasuk suhu tubuh, kadar gula
darah, lapar dan kenyang, perilaku seksual dan hormon. Talamus
merupakan suatu struktur kompleks tempat integrasi sinyal sensori dan
memancarkannya ke struktur otak di atasnya, terutama ke korteks cerebri.
d. Medulla Spinalis

Medulla spinalis memanjang dalam columna intervertebralis (tulang belakang)


mulai dari leher sampai panggul bawah, panjangnya kira-kira 40-45 cm. Medulla
spinalis merupakan struktur penting dari SSP yang menerima sinyal sensorik dari
semua bagian tubuh (kecuali sebagian besar kepala) dan mengirimkan sinyal
motorik ke otot rangka volunter untuk gerakan tubuh, anggota gerak dan kepala,
dan juga sinyal motorik involunter ke otot polos organ viscera. Melalui fungsi
sensorik dan motoriknya, medulla spinalis melakukan komunikasi antara tubuh
dan otak. Medulla spinalis juga bertindak sebagai pusat integratif mandiri bagi
refleks spinal yang bersifat involunter.

e. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri atas saraf yang bekerja somatik dan otonomik. Saraf tepi
menghubungkan SSP dengan reseptor sensorik dan efektor motorik.

 Saraf Kranialis (Nervus cranialis)

Serabut saraf tepi berhubungan dengan otak dan medulla spinalis. Saraf yang
langsung keluar dari otak disebut saraf cranialis atau saraf otak, dan jumlahnya
ada 12 pasang.

1. N. I (Nervus Olfactorius)
2. N.II (Nervus Opticus)

23
3. N.III (Nervus Occulomotorius)
4. N.IV (Nervus Trochlearis)
5. N.V (Nervus Trigeminus)
6. N.VI (Nervus Abducens)
7. N.VII (Nervus Fasialis)
8. N. VIII (Nervus Vestibulococlearis)
9. N.IX (Nervus Glossopharingeus)
10. N.X (Nervus Vagus)
11. N.XI (Nervus Acessorius)
12. N.XII (Nervus Hipoglosus)
 Saraf Spinal

Saraf spinal adalah saraf yang keluar dari medulla spinalis dan merupakan
persatuan kelompok serabut dari dua akar spinal. Akar dorsal membawa serabut
sensorik, akar ventral membawa serabut motorik. Saraf spinal berjumlah 31
pasang, terdiri dari :

1. 8 pasang saraf cervical


2. 12 pasang thoracal
3. 5 pasang lumbal
4. 5 pasang sacral
5. 1 pasang coccigeal
 Saraf Otonom

Fungsi utama dari sistem saraf otonom adalah untuk mengatur kerja organ-organ
viscera yang umumnya bersifat involunter. Sistem saraf otonom terdiri dari saraf
simpatis dan parasimpatis. Hipotalamus merupakan pusat kendali dari kedua
sistem tersebut, namun dapat juga diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di
medulla spinalis dan batang otak.

24
o Saraf simpatis

Saraf simpatis keluar dari serabut saraf spinal daerah thoracal dan lumbal.
Neuron simpatis postganglionik dikendalikan oleh neuron simpatis
preganglionik yang dibungkus myelin, yang terletak pada cornu lateral medulla
spinalis dan mengirimkan axonnya ke ganglia simpatis. Neuron dari rantai
simpatis dihubungkan oleh interneuron. Ganglia simpatis lainnya terletak di
viscera yang berhubungan dengan nervus splanhnicus yang bersifat otonom.
Ganglia simpatis ini mengurus organ target seperti lambung dan medulla
adrenal. Serabut saraf simpatis mengurus hampir semua organ viscera dan
pembuluh darahnya.

o Saraf parasimpatis

Saraf parasimpatis berhubungan hanya dengan saraf cranial tertentu seperti


N.III, V, X, dan saraf spinal dari sacral. Saraf parasimpatis yang paling
menonjol adalah nervus vagus (N.X). Nervus vagus mengurus organ paru-paru,
jantung, dan saluran cerna. Serabut saraf parasimaptis bersifat preganglionik,
badan selnya berada di nuclei motorik batang otak atau medulla spinalis daerah
sacral. Neuron postganglionik pendek, keluar dari ganglia perifer di dekat organ
target. Inervasi parasimpatik organ viscera bersifat selektif. Beberapa organ
target seperti jantung, sistem pencernaan menerima inervasi banyak, sedangkan
organ lain seperti ginjal menerima sedikit.

4. Susunan Saraf Fungsional


1. Sistem Motorik

25
Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada
manusia. Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak., diantaranya
yaitu area motorik di korteks, ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem
motorik ada 2 yaitu : traktus piramidal dan ekstrapiramidal. Traktus piramidal
merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus presentralis (area 4
Broadmann), yang disebut juga korteks motorik primer. Impuls motorik dari
pusat motorik disalurkan melalui traktus piramidal ke saraf perifer menuju ke
otot. Area motorik lain yang terletak di depan korteks motorik primer adalah
korteks premotorik (area 6 Broadmann). Area ini merupakan area asosiasi
korteks motorik yang membangkitkan pola gerakan untuk disampaikan ke
korteks motorik primer. Contoh : Orang tertusuk duri → sensasi diteruskan ke
korteks sensorik; dianalisa → korteks sensorik asosiasi; diterjemahan → korteks
premotorik; program dan pola → korteks motorik primer; eksekusi gerakan →
otot; kontraksi.
Kerusakan korteks motorik primer atau traktus piramidal dapat
menyebabkan paralysis (kelumpuhan) ataupun parese (kelemahan gerakan).
Selain traktus piramidal, jaras sistem motorik ada juga yang melalui traktus
ekstrapiramidal (system ekstrapiramidal). Jaras ini melibatkan ganglia basalis
dan berfungsi untuk mengatur gerakan volunter kasar dan tidak terampil, seperti
mengendalikan posisi berdiri, gerakan tangan pada waktu berjalan, gerak
lambaian tungkai dan lengan. Kerusakan pada ganglia basalis dapat
menimbulkan gangguan-gangguan gerak seperti : gejala-gejala pada penyakit
Parkinson (kekakuan otot atau rigiditas, tremor, akinesia), hemibalismus, chorea,
dan atetosis. Bagian otak yang juga penting pada pengaturan gerakan adalah
cerebellum (otak kecil). Cerebellum sangat penting untuk mengatur ketepatan
dan kelancaran koordinasi aktivitas motorik volunter. Gangguan cerebellum
dapat menyebabkan : postur tubuh buruk, tidak seimbang dan ataksia (kehilangan
koordinasi gerak), langkah kaki lebar dan gontai seperti orang mabuk, bicara
cadel, gerakan volunter diikuti dengan gemetaran dan dismetria.

2. Sistem Sensorik

26
Sistem sensorik pada manusia berhubungan dengan kemampuan mempersepsi
suatu rangsang. Sistem ini sangat penting karena berfungsi terutama untuk
proteksi tubuh. Sistem ini dapat juga dimaknai sebagai perasaan tubuh atau
sensibilitas.

a. Reseptor

Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau
stimulus. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk
energi di lingkungan dalam dan luar. Setiap reseptor sensoris mempunyai
kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi energi fisik ke dalam
sinyal (impuls) saraf.

Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:


1. Exteroseptor ; perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri,
suhu, dan raba,
2. Proprioseptor ; perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
3. Interoseptor ; perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam,
seperti jantung, lambung, usus, dll.
Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :
1. Mekanoreseptor ; kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan
tekanan, memonitor tegangan pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba
atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendn dan organ visceral.
Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus
Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan).

2. Thermoreseptor ; reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu.

Contohnya : bulbus Krause (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk
suhu panas).

3. Nociseptor ; reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon


tekanan yang dihasilkan oleh adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik

27
maupun kimia. Contoh reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa
nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk tekanan).
4. Chemoreseptor ; reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa,
seperti: bau-bauan yang diterima sel reseptor olfaktorius dalam hidung,
rasa makanan yang diterima oleh sel reseptor pengecap di lidah, reseptor
kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen, osmoreseptor
untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, glucoreseptor di
hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah.
5. Photoreseptor ; reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan
dilakukan oleh sel photoreceptor (batang dan kesrucut) di retina mata.

b. Rasa gabungan (combined sensation)

Rasa gabungan atau dikenal juga dengan istilah rasa somestesia luhur
adalah perasaan tubuh yang mempunyai sifat diskriminatif dan sifat tiga
dimensi. Rasa gabungan melibatkan komponen kortikal yaitu lobus parietalis
untuk menganalisis serta mensistesis tiap jenis perasaan, mengkorelasi serta
mengintegrasi impuls, mengenal dan menginterpretasi rangsang. Jadi yang
diutamakan disini adalah fungsi persepsi dan fungsi diskriminatif. Yang
termasuk rasa gabungan diantaranya yaitu :

1. Rasa diskriminasi ; rasa ini melibatkan kemampuan taktil dari kulit, dan
terdiri dari : diskriminasi intensitas (kemampuan menilai kekuatan
stimulus, seperti tekanan benda ke permukaan kulit), dan diskriminasi
spasial atau diskrimisani dua titik (kemampuan membedakan lokasi atau
titik asal rangsang).
2. Barognosia ; kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang.
3. Stereognosia ; kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan meraba,
tanpa melihat.

28
4. Topognosia (topostesia) ; kemampuan untuk melokalisasi tempat dari rasa
raba.
5. Grafestesia ; kemampuan untuk mengenal huruf atau angka yang ditulis
pada kulit, dengan mata tertutup.

c. Jaras somatosensorik

Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai


berikut :

1. Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan
suhu:

sinyal diterima reseptor → dibawa ke ganglion spinal → melalui radiks


posterior menuju cornu posterior medulla spinalis → berganti menjadi
neuron sensoris ke-2 → lalu menyilang ke sisi lain medulla spinalis →
membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus spinotalamikus →
menuju thalamus di otak → berganti menjadi neuron sensoris ke-3 →
menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus
parietalis).

2. Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :

sinyal diterima reseptor → ganglion spinal → radiks posterior medulla


spinalis → lalu naik sebagai funiculus grasilis dan funiculus cuneatus →
berakhir di nucleus Goll → berganti menjadi neusron sensoris ke-2 →
menyilang ke sisi lain medulla spinalis → menuju thalamus di otak →
berganti menjadi neuron sensoris ke-3 → menuju ke korteks
somatosensorik di girus postsentralis (lobus parietalis).

3. Sistem Retikuler

Seluruh daerah perpanjangan batang otak yaitu medulla, pons, dan


mesensefalon merupakan daerah yang mengandung kumpulan neuron-neuron
yang tersebar dan dikenal sebagai formasio retikularis. Perangsanan listrik secara

29
tersebar pada daerah mesensefalon dan pontile formasio retikularis dapat
menimbulkan aktivitas yang segera dan jelas pada korteks cerebri dan bahkan
dapat membangunkan binatang yang sedang tidur. Seluruh sistem ini disebut
sistem aktivasi retikuler. Sistem ini berhubungan dengan proses aktivasi otak
sehingga dapat menimbulkan keadaan siaga (waspada) ataupun sebaliknya
menimbulkan keadaan tidur.

Stimulus utama yang dapat meningkatkan aktivitas system retikuler :

1. Stimulus sensorik dari sebagian besar tubuh, seperti : impuls sakit, impuls
somatic proprioseptif.
2. Stimulus retrograde dari cerebrum, yang terutama akan merangsang bagian
mensensefalon formasio retikularis

Jika seseorang sedang tidur dan tiba-tiba ada sinyal sensorik yang sesuai
masuk ke dalam sistem aktivasi retikuler, maka orang tersebut akan segera
terbangun. Keadaan ini disebut ‘reaksi terbangun’ (arousal reaction).
Perangsangan sistem aktivasi retikuler oleh korteks cerebri akan dijalarkan
melewati jaras-jaras serabut saraf yang menuju ke formasio retikularis dari
semua bagian cerebrum, yaitu: korteks somatosensorik, korteks motorik, korteks
frontalis, ganglia basalis, hipokampus, hipotalamus, dan struktur limbic lainnya.
Serabut saraf dari bagian motorik korteks cerebri yang menuju formasio
retikularis cukup banyak, sehingga aktivitas motorik dikaitkan dengan adanya
aktivasi retikuler yang sangat tinggi, inilah yang menerangkan pentingnya
bergerak kian kemari agar seseorang tetap dalam keadaan siaga.

4. Fungsi Kortikal; korteks cerebri

Otak manusia paling berkembang hemisfer cerebri-nya dibanding makhluk


lain. Korteks cerebri merupakan bagian otak yang berhubungan dengan fungsi
intelektual. Korteks cerebri terdiri dari 4 lobus yaitu : lobus frontalis, lobus
parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis.

30
Korteks cerebri mengandung ± 100 milyar neuron terdiri dari 3 tipe sel
yaitu stellata, fusiform, dan pyramidal yang masing-masing mempunyai axon dan
dendrit yang membentuk sinaps. Tiap bagian dari korteks mempunyai fungsi
spesifik yang dalam kerjanya akan berintegrasi sehingga menghasilkan suatu
aktivitas tubuh. Berdasarkan fungsi dan histologisnya Broadmann membagi
korteks menjadi 47 area. Beberapa area yang terkenal diantaranya : area 4 dan 6
(area motorik dan premotorik), area 17, 18, dan 19 (area penglihatan primer dan
asosiasi), area 41 dan 42 (area pendengaran primer dan asosiasi).

Kedua hemisfer cerebri tidak simetris baik dalam ukuran maupun


fungsinya, masing-masing hemisfer mendapat rangsang atau menerima impuls
dari sisi tubuh yang kontralateral. Hemisfer kiri dan kanan dihubungkan oleh
corpus calosum.

Hemisfer (otak) kiri mempunyai ukuran yang lebih besar dan mengatur fungsi :

a. Berbahasa
b. Logika
c. Angka
d. Analisis
e. Daya ingat
f. Rasionalitas

Sedangkan hemisfer kanan mengatur fungsi :

a. Visuo-spatial
b. Intonasi/irama
c. Musik
d. Imajinasi/lamunan
e. Dimensi

Tiap bagian dari korteks cerebri ini saling berhubungan antar lobus dalam satu
hemisfer melalui jaras asosiasi, dan antar hemisfer melalui jaras tranversa atau

31
kommisural, sedangkan hubungan korteks cerebri dengan bagian otak di
bawahnya sampai medulla spinalis melalui jaras proyeksi.

1. Lobus Frontalis

Merupakan bagian korteks yang terbesar. Mempunyai bagian-bagian :

a. Girus presentralis atau korteks motorik, merupakan pusat gerakan motorik


kontralateral.
b. Area Broca, merupakan pusat bicara ekspresif.
c. Area suplementer motorik, merupakan pusat pergerakan konjugasi kepala
dan mata.
d. Area prefrontal, merupakan pusat kepribadian dan inisiatif.
e. Area paracentralis merupakan pusat inhibisi untuk fungsi miksi dan
defekasi.

Gangguan pada lobus frontalis dapat menimbulkan gejala-gejala :


a) Monoplegi atau hemiplegi
b) Disfasia motorik (disfasia ekspresif)
c) Perubahan kepribadian dengan perilaku antisosoial, kehilangan inisiatif,
akinetik mutism.
d) Inkontinensia urine et alvi.

2. Lobus Parietalis

Mempunyai bagian-bagian :

a. Girus postsentral berfungsi untuk menerima jaras aferen untuk rasa posisi,
raba, dan gerakan pasif.
b. Girus supramarginal dan angular hemisfer dominan untuk area reseptif
untuk bahasa dimana komprehensi anatara aspek pendengaran dan visual

32
berintegrasi selain itu berfungsi juga untuk: kemampuan kalkulasi,
kemampuan untuk konstruksi tubuh, dan pada hemisfer dominan untuk
konsep body image dan kesiagaan terhadap lingkungan eksternal.

Gangguan pada lobus parietalis dapat menyebabkan :

a) Gangguan rasa posisi


b) Gangguan sensorik gerakan pasif
c) Gangguan rasa halus
d) Gangguan two point discrimination
e) Astereognosia (gangguan mengenal bentuk melalui perabaan)
f) Afasia reseptif atau afasia sensorik
g) Kelainan pada sisi dominan akan didapatkan Gerstmann Syndrom dengan
gejala-gejala : tak dapat membedakan ekstremitas kiri dan kanan, kesulitan
mengenal jari tangan (finger agnosia), gangguan berhitung (akalkuli),
gangguan menulis (agrafia).
h) Kelainan pada sisi nondominan akan didapatkan gejala : anosognosia (tak
mengenal ekstremitas kontralateral dan tak mengakui kelumpuhannya),
apraxia (kesulitan melakukan suatu tindakan yang kompleks, seperti
memakai baju, menalikan sepatu), geographical agnosia (tidak mengenal
lokasi tempat), apraksia konstruksional (tak dapat meniru gambar-gambar
geometris).

3. Lobus Temporalis
a. Terdapat korteks audotorik,pada sisi dominan berfungai untuk pusat
pendengaran dalam bahasa dan pada sisi nondominan untuk pendengaran
dari suara, irama,dan musik.
b. Pada girus temporalis media dan inferior berhubungan dengan proses
belajar dan memori.

33
c. Lobus limbik merupakan media dari sensasi olfaktorik, emosi, dan perilaku
afektif.

Gangguan pada lobus temporalis dapat menyebabkan :


a) Tuli sensorik
b) Gangguan pendengaran irama (amusia)
c) Gangguan belajar dan ingatan
d) Kelainan pada sistem limbik: halusinasi olfaktorik, perilaku agresif dan
antisosial, gangguan ingatan jangka pendek.
e) Kelainan pada hemisfer dominan akan menimbulkan disfasia Wernicke
atau disfasia reseptif.

4. Lobus oksipitalis

Terdapat korteks visual yang berhubungan dengan fungsi persepsi visual yang
terletak pada sulkus calcarina (korteks striata) yang diapit oleh korteks
parastriata. Korteks striata (area 17) merupakan korteks visual primer dan
korteks parastriata (area18&19) merupakan korteks asosiasi visual.

Gangguan pada lobus oksipitalis dapat menyebabkan:

a) Gangguan lapang pandang.


b) Buta kortikal bila kelainannya di korteks striata (area17).
c) Gangguan interpretasi visual bila kerusakannya di korteks striata dan
parastriata.

5. Fungsi Perilaku (Sistem Limbik)

Sistem limbik merupakan bagian otak yang berkaitan dengan emosi dan instink.
Dalam struktur hirarki otak sistem limbik berada di tengah, antara diensefalon
(batang otak) dengan cerebrum. Sistem limbik mempunyai fungsi pengendali
emosi, perilaku instinktif, drives, motivasi, dan perasaan. Korteks cerebri

34
maupun sistem limbik , keduanya mempunyai akses ke area motorik batang otak,
sehingga memungkinkan manusia belajar beradaptasi dan mengontrol perilaku
instinktif mereka.

Komponen-komponen emosi diantaranya :

1. Stimulus (real atau khayalan)


2. Afek atau perasaan (feeling)
3. Perubahan aktivitas otonom organ visceral
4. Dorongan aktivitas atau perilaku tertentu

Emosi dasar seperti rasa senang, marah, takut, dan kasih sayang, memiliki fungsi
untuk mempertahankan hidup dan jenis suatu organisme (manusia dan hewan).

Bangunan utama sistem limbik :

1. Amigdala
2. Septum (dinding)
3. Hipokampus
4. Girus singulatus
5. Thalamus anterior dan hipotalamus

Bagian-bagian sistem limbik saling berhubungan secara kompleks dan beberapa


membentuk lingkaran, contoh yang terkenal adalah lingkaran Papez. Bagian otak
yang mengurus fungsi emosi adalah : hipokampus, amigdala, corpus mamillare,
nuclei anterior thalamus dan girus singulatus.

Fungsi spesifik bagian-bagian sistem limbik :

1. Hipotalamus ; merupakan pusat rasa ganjaran dan rasa hukuman.


Perangsangan kuat di nuclei anterior dan nuclei ventromedial hipotalamus
menimbulkan rasa senang, rasa puas, ketenangan (placidity), dan kejinakan

35
(tameness) pada binatang. Sementara perangsangan di zona periventrikuler
hipotalamus menimbulkan rasa tidak senang, takut, panik, dan rasa terhukum.
2. Amigdala ; bagian sistem limbik yang apabila mendapat rangsangan dapat
menimbulkan respon agresifitas atau mengamuk, sementara pengangkatan
amigdala dapat menyebabkan respon pasif dan pemalu.
3. Hipokampus ; merupakan struktur sistem limbik yang menonjol dan berperan
penting dalam proses belajar dan memori, mencatat informasi, melakukan
penyimpanan awal memori jangka panjang dan menguatkan kembali
informasi yang baru dipelajari. Kerusakan hipokampus bilateral dapat
menyebabkan amnesia anterograd.
4. Girus singulatus ; merupakan bagian sistem limbik yang berperan dalam
pengaturan perilaku sosial. Beberapa stimuli (seperti bau-bauan, suara asing,
senyum bayi) akan membangkitkan emosi dan respon tubuh (misal perasaan
senang, respon motorik instinktual seperti senyum, dan efek visceral sepeti
debar jantung). Respon ini diintegrasikan oleh sistem limbik, termasuk
hipotalamus sebagai pintu tempat keluaran utama. Jadi sinyal untuk reaksi
motorik senyum dikirim ke pusat motorik batang otak, untuk efek motorik
visceral debar jantung ke pusat saraf otonom, dan untuk efek neurohormonal
ke sistem endokrin (kelenjar hipofisis). Perasaan diintegrasikan ke fungsi otak
luhur (korteks cerebri), sementara hipokampus terlibat dalam proses belajar
dan memori tentang stimulus-stimulus di atas.[ CITATION Guy12 \l 1033 ]

4) ASPEK BIOKIMIA

1. Struktur Sel Saraf

36
Neuron (sel saraf) mempunyai suatu susunan yang karakteristik. Neuron
mengandung lipid yang tinggi yaitu sekitar 50 % dari substansi kering. Struktur
neuron terdiri dari :
a. Badan sel saraf
Pada bagian ini terdapat nukleus. Badan sel saraf dapat ditemukan di atau dekat
system saraf pusat, yaitu pada batang tubuh. Di tempat ini, badan sel saraf
dilindungi oleh tulang. Tak ada badan sel saraf yang ditemukan di bagian-bagian
tubuh yang mudah mengalami cedera.
b. Dendrit
Dendrit merupakan tonjolan (ekstensi) yang menghantarkan impuls menuju
badan sel.
c. Akson
Akson merupakan tonjolan yang menghantarkan impuls keluar dari badan
sel.
Akson pada sebagian besar neuron mengalami myelinasi (bermyelin), yakni
akson tersebut memiliki selubung myelin, yaitu kompleks protein-lipid yang
membungkus akson yang secara elektrik menginsulasi neuron yang satu dari
yang lain. Tanpa selubung myelin, neuron akan mengalami hubungan singkat
selayaknya kabel listrik.
Di luar SSP, myelin dihasilkan oleh sel Schwann, sel mirip-glia yang
terdapat di sepanjang akson. Ruang diantara rangkaian sel Schwann, atau segmen
pada selubung myelin, disebut nodus Ranvier (nodus neurofibral). Nodus ini
adalah bagian membran sel saraf yang akan terdepolarisasi ketika sebuah impuls
listrik disalurkan.
Pada SSP, sebagian besar neuron bermyelin, tetapi sel yang membentuk
myelin terutama adalah oligodendrosit, salah satu neuroglia. Berbeda dengan sel
Schwann yang membentuk myelin diantara dua nodus Ranvier pada satu neuron,
oligodendrosit mengirimkan tonjolan multiple yang membentuk myelin pada
sejumlah besar akson yang berdekatan.

2. Mekanisme Transmisi Sinyal Sel-Sel Saraf

37
1. Sinaps
a. sinaps kolinergik
Pemindahan sinyal antar neuron-neuron dan neuron ke sel-sel otot terjadi
pada sinaps dengan bantuan substansi sinyal (transmitor). Pada sinaps, sel-sel
terletak erat bersebelahan. Membrane prasinaptik hanya dipisahkan dari
membrane pascasinaptik hanya oleh satu celah yang sempit. Pada celah sinaptik
ini, transmitor disekreesikan dengan cara eksositosis. Transmitor berdifusi ke
reseptor dari membrane pascasinaptik, berikatan pada membrane tersebut dan
dengan demikian menyampaikan sinyal pada sel-sel tetangganya.
Cara penyampaian impuls satu neuron ke neuron lain dibantu oleh protein G
yang bekerja dalam pengaturan kanal-kanal ion yang akan dibuka. Dan untuk
sinaps kolirgenik yang menghubungakan suatu neuron motorik dengan suatu sel
otot, menagndung neurotransmitor asetikolin. Pada pemindahan sinyal
berlangsung langkah-langkah berikut:
 Suatu potensial aksi mencapai membrane prasinaptik
 Sehingga canal Ca2+¿ ¿ yang diatur oleh tegangan terbuka
 Ion-ion Ca2+¿ ¿ dari daerah ekstraseluler mendesak masuk dan kadarnya
meningkat secara drastis di dalam sinaps. Ion kalsium menyebabkan
suatu proses eksositosis. Pada proses ini banyak vesikel sinaptik yang
mensekresikan isinya (asetilkolin)ke dalam celah sinaptik
 Molekul asetilkolin berdifusi melalui celah sinaptik dan mengaktifkannya
 Reseptor asetiklkolin merupakan kanal ion yang diatur oleh ligan, terbuka
untuk ion Na dan K. arus ion Na meningkatkan potensial diam sel-sel
saraf pascasinptik atau sel-sel otot sedemikian rupa sehingga kanal-kanala
yang tergantung pada tegangan terbuka dan dihasilkan suatu potensial
aksi
b. Reseptor asetilkolin nikotinik
Reseptor untuk asetilkolin yang dapat distimulasi oleh nikotin merupakan
suatu protein membrane pentamer yang dapat berfungsi sebagai kanal ion untuk
Na dan K yang diatur oleh ligan. Kedua sub unit alfanya yang membentuk

38
kompleks protein pada sisi ekstraseluler masing-masing mempunyai satu tempat
ikatan untuk asetilkolin.
Pada reseptor dapat berikatan berbagai macam obat. Nikotin bekerja
sebagai agonis seperti asetilkolin, sebaliknya atrofin bekerja sebagai antagonis,
karena obat ini dapat mendesak asetil kolin dari reseptornya tanpa menyebabkan
perubahan alosterik dan pembukaan kanal ion.
c. Metabolism asetilkolin
Asetil kolin adalah suatu ester asam cuka kolin, ia dibentuk dari asetil Ko A
dan kolin didalam sitoplasma akson. Neurotransmitter disimpan di dalam vesikel
sinaptik. Setelah sekresi, asetilkolin berdifusi ke dalam celah sinaptik. Bila tidak
diikat oleh reseptor maka asetil kolin akan dipecah oleh suatu asetilkolin
esterase.enzim ini mempunyai suatu bilangan pertukaran yang sangat tinggi yang
menjamin pemisahan segera dari substansi sinyal,produk pemecahannya yaitu
kolin dan asetat kemudian diambil kembali secara aktif oleh neuron presinaptik
dan digunkan kembali untuuk sintesis asetilkolin.
2. Protein reseptor

Protein reseptor merupakan protein membran integral pada membran


postsinaps yang di bagian luarnya mengikat bahan pembawa sinyal dan
melepaskan suatu sinyal kedua baru pada sisi dalam membran melalui perubahan
struktur ruang reseptor. Berdasarkan hal tersebut, reseptor dapat dibagi dalam 3
jenis, yaitu :

1. Reseptor jenis I

Reseptor ini memiliki aktivitas seperti enzim. Pada banyak kasus, reseptor
tersebut adalah tirosin-kinase yang diaktifkan melalui pengikatan bahan
pembawa sinyal dan memfosporilasi residu tirosin protein. Reseptor
terutama memfosforilasinya dirinya sendiri. Pada residu tirosin yang
terfosforilasi ini kemudian terikat protein-protein spesifik, yang melalui
proses tersebut diaktifkan sebagai enzim dan mengirimkan sinyal ke bagian
dalam sel.

39
2. Reseptor jenis II

Reseptor ini merupakan suatu kanal ion. Pengikatan bahan pembawa sinyal
mengakibatkan kanal ion terbuka. Sel bereaksi terhadap perubahan
konsentrasi ion dengan respon spesifiknya. Neurotransmitter, seperti
misalnya asetilkolin (reseptor nikotinik : kanal Na+ dan K+) dan GABA
(reseptor- A : kanal Cl-) menggunakan mekanisme semacam ini.

3. Reseptor jenis III

Reseptor ini memindahkan sinyalnya dengan bantuan suatu famil protein


yang mengikat nukleotida guanine, yang disebut protein G.

d. Kanal ion

Kanal merupakan protein membran integral yang terdiri atas beberapa subunit
dan dikontrol secara alosterik. Kanal ion berperan dalam mengatur jalannya ion-
ion menembus membran sel. Ion-ion tersebut yakni ion Na+, K+, Cl-, dan Ca2+.

Kanal ion terdiri atas 3 jenis, yaitu :

1. Passive ion channels, yaitu kanal yang secara normal terbuka pada saat sel
istirahat.

2. Ligand gated ion channels, yaitu kanal yang pada umumnya dalam kondisi
tertutup dan kemudian dirangsang oleh senyawa-senyawa kimia seperti
neurotransmitter. Ketika substansi transmiter mengaktivasi kanal ion, kanal
biasanya akan membuka dalam waktu milidetik. Dan ketika substansi
transmiter tidak ada lagi, kanal menutup dengan cepat. Pembukaan dan

40
penutupan kanal ion memberi arti untuk pengaturan yang sangat cepat dari
neuron postsinaps.

3. Voltage gated ion channels, yaitu kanal yang diatur oleh potensial membran.
Kanal ini terbuka bila mendapat rangsangan listrik atau bila ada perubahan
potensial. Kanal ion ini bertanggung jawab dalam pembentukan dan
penghantaran potensial aksi.[ CITATION Jan01 \l 1033 ]

5) MEMORI

1. Memori

Memori adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan


memproduksikan kesan-kesan. Dari definisi memori, dapat kita ketahui 3 unsur
yang berperan dalam memori, yaitu menerima kesan-kesan, menyimpan, dan
memproduksi.

Memori memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Saat
kita melakukan proses berfikir atau menalar, sebenarnya kita sedang menggunakan
memori kita untuk mengumpulkan informasi yang telah kita dapat dan
menghubungkannya dengan hal-hal yang mungkin pernah kita alami.

Dalam mengelola suatu informasi, memori melewati tiga proses, yaitu


perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan.

1. Perekaman (recording) adalah pencatatan atau penerimaan informasi yang kita


terima melalui indra-indra kita.
2. Penyimpanan (storage)
Pada langkah ini terjadi penentuan berapa lama informasi tersebut beserta kita,
dalam bentuk apa, dan dimana. Penyimpanan bisa terjadi secara aktif maupun
pasif.
3. Pemanggilan (retrieval)
Proses mengingat kembali atau menggunakan informasi yang telah kita dapat
sebelumnya. Retrieval ini terjadi melalui 4 tahap:

41
a. Pengingatan (recall)
b. Pengenalan (recognition)
c. Belajar lagi (relearning)
d. Redintegrasi (redintegration)

Memori memiliki beberapa sifat, antara lain:


a. Memori yang cepat dan mudah, yaitu memori yang dapat dengan mudah
menerima dan mengolah kesan-kesan atau stimulus.
b. Memori yang luas, dapat sekaligus menerima banyak kesan/stimulus dalam
area yang luas.
c. Memori yang teguh, kesan/stimulus yang diterimanya itu tidak berubah atau
tetap.
d. Memori yang setia, kesan/stimulus yang diterima tetap dan tidak berubah.
e. Memori yang patuh, stimulus yang diperoleh dapat dengan mudah
direproduksi.

Memori juga terbagi atas 2 jenis. Memori jangka penjang dan memori jangka
pendek.

2. Menjelaskan peristiwa lupa.

Terjadinya lupa.

Informasi yang dikelola dalam memori terkadang tidak semua dapat kita ingat
kembali. Hal ini bisa disebabkan banyak faktor, misalnya kondisi jasmani seperti
kelelahan, sakit, dan kurang tidur dapat mengganggu kemampuan memori. Memori
juga bisa dioptimalkan dengan memberi keunikan atau ciri khas khusus pada
informasi tersebut. Contohnya, semakin suatu informasi bersifat unik, aneh,
menyenangkan, bahkan menyakitkan, semakin membuat informasi tersebut dapat
terus kita ingat. Informasi pada memori juga bisa mengalami replace. Misalnya kita
menghafal nomor induk kita saat kita SMA. Saat memasuki perguruan tinggi kita
akan menghafal nomor induk yang baru. Hal ini sekaligus bisa membuat kita lupa

42
terhadap nomor induk kita semasa SMA, karena info tersebut sudah tidak begitu
penting.

Dari gagasan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa seseorang dapat
mengalami “lupa” jika informasi tersebut kurang menarik, kurang penting atau
tergantikan dengan sesuatu yang lebih penting, atau juga karena kondisi jasmani
orang tersebut sedang tidak optimal untuk mengolah informasi.

3. Gangguan Memori
a. Amnesia

Pasien yang pernah mengalami cerebral ischemia (iskemia cerebral)—yakni


mengalami interupsi pasokan darah ke otaknya—sering kali mengalami amnesia
lobus temporal medial. Juga ada yang di sebut amnesia Sindroma Korsakoff.
Merupakan gangguan yang lazim pada orang yang mengonsumsi banyak alkohol;
gangguan ini sebagian besar dapat diatribusikan pada kerusakan otak yang
berhubungan dengan defisiensi (kekurangan) tiamin yang sering menyertai
konsumsi berat alkohol. Pada tahap lanjut, gangguan ini ditandai oleh berbagai
masalah sensori dan motorik, konfusi ekstrem, perubahan kepribadian, dan risiko
kematian akibat gangguan hati, gastrointestinal, atau jantung. Pemeriksaan
postmortem biasanya menemukan lesi pada diensefalon medial (talamus medial
dan hipotalamus medial) dan kerusakan menyebar pada beberapa struktur otak
lainnya, yang paling jelas tampak pada neokorteks, hipokampus, dan serebelum.

Amnesia Sindroma Korsakoff mirip dengan amnesia lobus temporal medial


dilihat dari beberapa hal. Sebagai contoh, selama tahap-tahap awal gangguan ini,
amnesia anterograd untuk ingatan episodik eksplisit merupakan gejala yang
paling menonjol. Akan tetapi, ketika gangguan ini semakin lanjut, amnesia
retrogad berat, yang dapat meluas hingga kembali ke masa kanak-kanak, juga
berkembang. Onset gradual dan tersembunyi serta perkembangan progresif

43
Sindroma Korsakoff semakin memperkompleks studi tentang amnesia retrogad
yang diakibatkannya. Belum benar-benar jelas sejauh mana amnesia Korsakoff
untuk kejadian-kejadian yang belum lama berselang merefleksikan disrupsi
retrogad pada ingatan yang sudah ada atau blokade anterograd yang meningkat
secara gradual pada pembentukan ingatan-ingatan baru.

Karena kerusakan otak yang berkaitan dengan Sindroma Korsakoff


menyebar, tidak mudah untuk mengidentifikasi porsi yang secara spesifik
bertanggung jawab atas amnesianya. Hipotesis yang pertama, yang didasarkan
atas beberapa studi posmortem kecil, adalah kerusakan pada badan mamilaria
hipotalamuslah yang bertanggung jawab atas berbagai defisit ingatan pasien-
pasien Korsakoff. Akan tetapi, studi-studi selanjutnya menemukan kasus-kasus
amnesia Korsakoff tanpa kerusakan pada badan mamilaria. Akan tetapi, di semua
kasus pengecualian ini terjadi kerusakan pada pasangan nuklei diensefalik medial
lain: nuklei mediodorsal hipotalamus. Terjadi amnesia diensefalik medial
(amnesia, misalnya amnesia Korsakoff dan gangguan –gangguan ingatan yang
serupa, yang berhubungan dengan kerusakan pada diensefalon medial) pada
pasien-pasien stroke dengan lesi iskemik kecil pada nuklei mediodorsal
memberikan bukti tambahan bagi pentingnya struktur-struktur ini bagi fungsi
nemonik. Akan tetapi, tidak mungkin bahwa defisit ingatan pasien Korsakoff
dapat diatribusikan pada kerusakan pada salah satu struktur diensefalik saja.

Beberapa macam contoh Amnesia :

o Amnesia Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyebab utama lain untuk amnesia. Tanda


pertama penyakit Alzheimer sering kali berupa kemunduran ingatan ringan.
Akan tetapi, gangguan ini bersifat progresif. Pada akhirnya, demensia
berkembang dan menjadi sangat berat sehingga pasien tidak mampu melakukan
aktivitas yang sangat sederhana sekalipun (misalnya makan, berbicara,
mengenali pasangannya, atau mengontrol buang air kecil). Penyakit Alzheimer

44
adalah sebuah penyakit terminal. Upaya untuk memahami basis neural amnesia
Alzheimer difokuskan pada pasien-pasien Alzheimer predominan (pasien
Alzheimer yang belum mengembangkan demensia). Defisit ingatan pasien-
pasien ini lebih umum dibanding yang terkait dengan kerusakan lobus temporal
medial, kerusakan diensefalik medial, atau Sindroma Korsakoff. Selain defisit
anterograd dan retrogad berat pada tes-tes ingatan eksplisit, pasien Alzheimer
predemensia sering menunjukan berbagai defisit dalam ingatan jangka pendek
dan di beberapa tipe ingatan implisit. Ingatan implisit mereka untuk materi verbal
dan perseptual sering kali defisien, sementara ingatan implisit untuk belajar
sensorimotor tidak.

Kadar asetilkolin pada otak pasien Alzheimer sangat berkurang.


Pengurangan ini merupakan akibat degenerasi otak-depan basal (daerah garis-
tengah yang berlokasi tepat di atas hipotalamus), yang merupakan sumber utama
asetilkolin otak. Temuan ini, bersama temuan bahwa strokes di daerah otak-
depan basal dapat menyebabkan amnesia, memunculkan pandangan bahwa
deplesi (penipisan jumlah) asetilkolin merupakan penyebab amnesia Alzheimer.

Kerusakan otak yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer sangat


menyebar dan melibatkan banyak daerah, termasuk lobus temporal medial dan
korteks prefrontal, yang memainkan peran utama dalam ingatan. Selain itu,
kerusakan pada beberapa struktur otak-depan basal menghasilkan defisit
pemusatan perhatian, yang dapat dengan mudah disalahpahami sebagai masalah
ingatan.

o Amnesia Pasca-Konkusi: Bukti untuk Konsolidasi

Benturan di kepala yang tidak memenetrasi tulang tengkorak,tetapi cukup parah


hingga menghasilkan concussion (gegar otak, gangguan temporer pada kesadaran
yang diakibatkan oleh cedera kepala nonpenetrasi). Amnesia setelah benturan
pada kepala yang tidak memenetrasi disebut posttraumatic amnesia (PTA/
amnesia pascatrauma).

o Amnesia Pascatrauma

45
Coma (keadaan ketidaksadaran patologis) setelah benturan berat di kepala
biasanya berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit saja, tetapi
pada kasus-kasus yang parah keadaan itu dapat berlangsung berminggu-minggu.
Lalu, begitu pasien sadar kembali, ada periode konfusi. Para korban konkusi
biasanya tidak dites oleh seorang neuropsikolog sampai periode konfusinya
lewat. Tes biasanya mengungkapkan bahwa pasien mengalami amnesia retrogad
permanen untuk peristiwa yang menyebabkan benturan dan amnesia anterograd
permanen untuk banyak kejadian yang terjadi setelah periode konfusi.

o Demensia

Demensia adalah sebuah kondisi progresif yang ditandai oleh kemunduran


secara gradual pada berbagai macam kemampuan kognitif. Demensia adalah
gangguan kognitif yang membuat ketakutan-ketakutan jadi terwujud :
kemunduran fungsi otak yang terjadi secara gradual, yang memengaruhi judg-
ment (penilaian), ingatan, bahasa, dan proses-proses kognitif canggih lainnya.
Umumnya disertai dan ada kalanya diawali, dengan kemerosotan (deterioration)
dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup. Demensia
disebabkan oleh beberapa kondisi medis dan penyalahgunaan obat atau alkohol
yang mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan negatif dalam fungsi
kognitif. Beberapa kondisi—misalnya infeksi atau depresi—dapat menyebabkan
demensia, meskipun keadaan tersebut dapat dipulihkan melalui penanganan
terhadap kondisi primernya. Beberapa bentuk gangguan ini, misalnya
Alzheimer’s disease (penyakit Alzheimer), sampai saat ini belum dapat
disembuhkan. Meskipun delirium dan demensia dapat muncul bersama-sama,
demensia memiliki progresi gradual, sementara delirium memiliki onset akut.
Berbeda dengan penderita delirium, para penyandang demensia tidak mengalami
disorientasi atau kebingungan pada tahap awalnya. Tetapi, seperti delirium,
demensia juga memiliki banyak sebab, termasuk berbagai macam trauma otak,

46
seperti stroke (yang merusak pembuluh darah), penyakit-penyakit infeksi seperti
sifilis dan HIV, cedera kepala berat, introduksi substansi beracun, dan penyakit-
penyakit, seperti Parkinson, Huntington dan Alzheimer, yang merupakan
penyebab paling sering untuk demensia.

Tergantung pada individu yang mengalami dan penyebab gangguannya,


progresi gradual demensia dapat memiliki gejala yang agak berbeda-beda,
meskipun semua aspek fungsi kognitif pada akhirnya akan terpengaruh. Pada
tahap-tahap awal, hendaknya ingatan biasanya terlihat dalam bentuk
ketidakmampuan untuk mencatat kejadian yang sedang berlangsung. Dengan
kata lain, seseorang ingat cara berbicara dan mungkin juga mampu mengingat
berbagai kejadian yang terjadi bertahun-tahun silam, tetapi mengalami kesulitan
dalam mengingat sesuatu yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Efek samping yang umum dialami adalah delusi (keyakinan yang irasional),
depresi, agitasi, agresi, dan apati. Sekali lagi, sulit untuk menetapkan hubungan
sebab-akibat. Kita tidak tahu seberapa banyak perubahan perilaku yang terjadi
disebabkan secara langsung oleh kemunduran otak progresi dan seberapa banyak
perubahan itu merupakan akibat frustasi dan kehilangan semangat yang, secara
tak terhindarkan, menyertai kehilangan fungsi dan perasaan terasing karena
“kehilangan” orang-orang tercinta. Fungsi kognitif terus mundur sampai orang
itu membutuhkan dukungan yang nyaris total untuk menjalankan aktivitas sehari-
harinya. Akhirnya, kematian akan terjadi akibat inaktivitas ditambah onset
penyakit-penyakit lain, seperti pneumonia.

Demensia dapat terjadi di hampir semua usia, meskipun insiden tertingginya


adalah pada orang-orang lanjut usia. Para peneliti menemukan prevalensi sebesar
lebih dari 1 % pada orang-orang yang berusia antara 65 dan 74 tahun. Angka ini
meningkat menjadi hampir 4 % di kalangan orang-orang yang berumur 75
sampai 84 tahun dan menjadi lebih dari 10 % pada orang-orang yang berumur 85
tahun atau lebih.[ CITATION Dur07 \l 1033 ]

b. Gejala Klinis

47
Tergantung pada luas dan lokasi kerusakan struktur dan fungsi otak.

1. Gangguan daya ingat


Merupakan gangguan yang utama. Pada awalnya terlihat sebagai kesukaran
untuk belajar hal-hal yang baru.
2. Gangguan daya nilai
Mengakibatkan penderita mengalami kesukaran untuk mengambil keputusan
yang berdampak sering melakukan perilaku yang tidak realistis, logis dan
proposional dalam kehidupan sehari-hari.
3. Gangguan daya berpikir abstrak
Mengalami kesukaran dalam mencerna atau membuat karangan cerita dan
mengartikan peribahasa maupun perumpamaan, makin nyata dalam
keterbatasan waktu.
4. Gangguan daya pikir
Akibat terganggunya fungsi luhur berupa kemampuan menganalisis, memilah-
milah masalah, mencari solusi (problem solving), membuat perencanaan,
mengantisipasi dampak yang akan terjadi dan mengambil keputusan.
5. Gangguan penempatan dalam ruang (visuospatial)
Nyata pada penderita yang diharuskan bekerja berdasarkan keterampilan yang
membutuhkan ketepatan, kecermatan dan kecepatan.
6. Gangguan bicara
Pada awalnya gangguan berbahasalah yang paling nyata dengan adanya
mencari kata-kata yang tepat (naming) dan mencerna pesan-pesan dalam
komunikasi (comprehension).
7. Gangguan perilaku
Gangguan ini di kenal sebagai “behavior and psycological symptom of
dementia” (BPSD). Gangguan ini dapat berupa serangan yang berhubungan
dengan masa lalu, misalnya berjalan tanpa tujuan (pacing, pottering dan
wandering) seolah-olah mencari rumah masa lalu, perilaku agitatif-agresivitas
dan reaksi kebingungan (acute confusional states) atau lebih menetap seperti
perubahan kepribadian dan pasif (apatis), pencuriga (dapat sampai dengan

48
waham curiga), peilaku asosial dan antisosial, perilaku seksual yang
menyimpang dan dalam keadaan tertentu dapat sampai psikosis.
8. Gangguan mood/suasana perasaan.
Gangguan ini acapkali mengawali demensia dan sangat susah dideteksi, tetapi
cukup merupakan peringatan bila penderita tidak dapat menerangkan
penyebab gangguan ini dengan jelas.
4. Proses Mengingat

Ada tiga tahap mengingat yaitu tahap pemasukan informasi dan pesan-pesan
kedalam ingatan, tahap penyimpanan ingatan dan tahap mengingat kembali.
1. Memasukan ( Learning)
cara memperoleh ingatan pada dasarnya di bagi menjadi dua secara sengaja dan
secara tidak sengaja.
2. Menyimpan (Retention)
Apa yang telah di pelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak
(traces) dan bisa di timbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut disebut juga jejak
memori (memory traces). Neuron yang terlibat dalam jejak ingatan tersebat luas
di daerah korteks dan subkorteks serebrum. Yang terlibat adalah lobus
temporalis, korteks prafrontalis, system limbik, dan serebelum. Walaupun
disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa
sulit untuk ditimbulkan kembali dan hal ini disebut dengan kelupaan.
3. Menimbulkan Kembali
Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat ditempuh dengan
mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize). Yang
disimpan dalam proses belajar adalah konsep bukan kata demi kata. Saat di
panggil kembali maka yang keluar adalah konsep dalam bentuk kata-kata kita
sendiri.

 Proses Ingatan Jangka Pendek

49
Ingatan jangka pendek dicirikan oleh ingatan seseorang mengenai 7 sampai 10
angka dalam nomor telefon (atau 7 sampai 10 fakta jelas lainnya) selama
beberapa detik sampai beberapa menit pada saat tersebut, tetapi hanya akan
berlangsung selama seseorang terus-menerus memikirkan angka-angka atau
fakta-fakta tersebut.

Diperkirakan bahwa ingatan jangka pendek ini disebabkan oleh aktivitas saraf
yang berkesinambungan, yang merupakan hasil dari signal-signal saraf yang
terus berjalan berkeliling pada jejak ingat sementara didalam suatu sirkuit neuron
reverberasi. Teori ini masih belum dapat dibuktikan. Sedangkan penjelasan lain
mengenai ingatan jangka pendek adalah fasilitasi atau inhibisi presinaptik.
Terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak pada fibril-fibril saraf terminal segera
sebelum fibril-fibril tersebut bersinaps dengan neuron-neuron berikutnya. Bahan-
bahan kimiawi neurotransmiter yang disekresikan pada terminal seperti ini sering
kali menyebabkan fasilitasi atau inhibisi yang berlangsung selama beberapa detik
sampai beberapa menit. Lintasan seperti ini dapat menimbulkan ingatan jangka
pendek.

Ingatan jangka pendek yang melibatkan perubahan transien pada aktivitas


sinaps.

Dua bentuk ingatan jangka pendek yaitu: habituasi (pembiasaan) dan sensitisasi
(pemekaan) disebabkan oleh modifikasi berbagai protein saluran di terminal
prasinaps neuron-neuron aferen tertentu yang berperan di jalur yang memerantai
perilaku yang sedang mengalami modifikasi. Modifikasi ini, pada gilirannya,
menimbulkan perubahan pada pelepasan neurotransmiter. Habituasi adalah
penurunan responsivitas terhadap presentasi berulang suatu stimulus indiferen
yaitu, rangsangan yang tidak menghasilkan penghargaan atau hukuman.
Sensitisasi adalah peningkatan responsivitas terhadap rangsangan ringan setelah
rangsangan kuat yang mengganggu.

Mekanisme Habituasi

50
Pada habituasi, penutupan saluran Ca2+ mengurangi masuknya Ca2+ ke dalam
terminal prasinaps, yang menyebabkan penurunan pelepasan neurotransmiter.
Akibatnya, potensial pascasinaps berkurang dibandingkan dengan normal
sehingga terjadi penurunan atau hilangnya respons perilaku yang dikontrol oleh
neuron eferen pascasinaps.

Mekanisme Sensitisasi

Sensitisasi juga melibatkan modifikasi saluran, tetapi dengan mekanisme dan


saluran yang berbeda. Berbeda dari apa yang terjadi dari habituasi, masuknya
Ca2+ ke dalam terminal prasinaps meningkat pada sensitisasi. Peningkatan
pelepasan neurontransmiter yang kemudian terjadi menghasilkan potensial
pascasinaps yang lebih besar sehingga respons menjadi lebih kuat. Sensitisasi
tidak memiliki efek langsung pada saluran Ca2+ prasinaps. Sensitisasi secara tak
langsung meningkatkan pemasukan Ca2+ melalui fasilitasi prasinaps.[ CITATION
Guy12 \l 1033 ]

Ingatan Jangka Panjang

Ingatan jangka panjang dipertahankan dalam hitungan harian sampai tahunan.

Karakteristik Ingatan Jangka Panjang


Waktu penyimpanan Belakangan; harus dipindahkan
setelah perolehan dari ingatan jangka pendek ke
informasi baru jangka panjang melalui
konsolidasi; ditingkatkan oleh
latihan atau daur ulang
informasi melalui cara jangka
pendek.
Durasi Dipertahankan dalam hitungan

51
harian sampai tahunan.
Kapasitas penyimpanan Sangat besar pengambilan lebih
waktu pengambilan lambat kecuali untuk ingatan
kembali (mengingat) yang telah tertanam kuat, yang
cepat kembali diingat.
Ketidakmampuan Biasanya tidak dapat diingat
mengingat kembali atau hanya secara transien; jejak
lupa ingatan relatif stabil.
Mekanisme penyimpanan Melibatkan perubahan
fungsional atau struktural yang
relatif permanen antara neuron-
neuron yang sudah ada,
misalnya pembentukan sinaps
baru, sintesis protein baru yang
berperan penting.

Potensial Jangka Panjang (PJP)

Merujukkan kepada penambahan berkepanjangan kekuatan hubungan sinaps di


jalur-jalur yang mengalami pengaktifan oleh stimulasi berulang dalam waktu
singkat. PJP bertahan hingga beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu yang
cukup lama. PJP terutama banyak ditemukan di hipocampus, suatu tempat yang
sangat penting bagi perubahan ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka
panjang. Jika terjadi PJP, pengaktifan simultan neuron-neuron pra dan
pascasinaps disuatu sinaps eksitatorik menyebabkan modifikasi jangka panjang
yang meningkatkan neuron prasinaps mengeksitasi neuron pascasinaps.

52
Konsolidasi merupakan proses pemindahan dan fiksasi jejak ingatan dari ingatan
jangka pendek menjadi simpanan ingatan jangka panjang.

Perbandingan ingatan jangka pendek dan jangka panjang

Informasi yang baru diperoleh pada awalnya diendapkan di ingatan jangkan


pendek, yang kapasitas penyimpanannya terbatas. Informasi dalam ingatan
jangka pendek mengalami salah satu dari dua nasib. Informasi ini segera
dilupakan atau dipindahkan kedalam mode ingatan jangka panjang yang lebih
permanen melalui latihan aktif atau pengulangan. Daur ulang informasi yang
baru diperoleh melalui ingatan jangka pendek memperbesar kemungkinan bahwa
informasi baru ini akan terkonsolidasi menjadi ingatan jangka panjang. Ingatan
jangka pendek akan segera lenyap kecuali jika ingatan tersebut difiksasi secara
kimiawi (dikonsolidasikan) untuk dapat bertahan lama (ingatan jangka panjang).
Kadang-kadang hanya sebagian dari ingatan yang terfiksasi, sementara yang lain
lenyap. Informasi yang menarik atau penting bagi individu lebih besar
kemungkinannya didaur ulang dan difiksasi dalam ingatan jangka panjang,
sementara informasi yang kurang penting cepat terhapus.

53
Ingatan jangka pendek melibatkan modifikasi transien fungsi sinaps-sinaps yang
sudah ada, misalnya perubahan temporer dalam jumlah neurotransmiter yang
dibebaskan sebagai respons terhadap rangsangan atau peningkatan temporer
responsitivitas sel pascasinaps terhadap neurotransmiter di jalur-jalur saraf yang
terlibat.

Pada trigger, rahmat lupa disebabkan karena ketidakmampuan mengambil


kembali informasi yang disimpan dari ingatan, hal ini disebabkan oleh lagu yang
di dengarkan rahmat di simpan di memori jangka pendek yang bertahan beberapa
detik atau menit, kecuali jika rahmat mengubahnya ke memori jangka panjang
dengan proses konsolidasi melalui mekanisme pengulangan. Hal ini juga dapat
disebabkan pikiran yang dibanjiri informasi sensorik, yang menyebabkan fungsi
otak dapat menyimpan jejak ingatan melalui fasilitasi sirkuit-sirkuit sipnatik
yang disebut sensitisasi, juga memiliki kemampuan mengabaikan informasi yang
irelevan atau berlebihan yang disebut habituation.

Sedangkan lagu SD yang rahmat nyanyikan kemungkinan dinyayikan berulang-


ulang kali sehingga terjadi perubahan struktural disinaps yang meningkatkan atau
menekan hantaran sinyal. Perubahan-perubahan struktural ini mencakup
peningkatan jumlah tempat pembebasan vesicle sinaps, peningkatan jumlah
vesicle sinaps, peningkatan terminal sinaps, perubahan bentuk dan jumlah
tonjolan pasca sinaps.[ CITATION Guy12 \l 1033 ]

54
BAB 3 PEMBAHASAN

1. Mengapa Rahmat tidak dapat mengingat lirik lagu yang baru didengarnya sedangkan lagu
semasa SDnya masih di ingat?

Proses Mengingat

Ada tiga tahap mengingat yaitu tahap pemasukan informasi dan pesan-pesan kedalam
ingatan, tahap penyimpanan ingatan dan tahap mengingat kembali.
1. Memasukan ( Learning)
cara memperoleh ingatan pada dasarnya di bagi menjadi dua secara sengaja dan
secara tidak sengaja.

2. Menyimpan (Retention)
Apa yang telah di pelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces)
dan bisa di timbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut disebut juga jejak memori (memory
traces). Neuron yang terlibat dalam jejak ingatan tersebat luas di daerah korteks dan
subkorteks serebrum. Yang terlibat adalah lobus temporalis, korteks prafrontalis,
system limbik, dan serebelum. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan
maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali dan hal ini disebut
dengan kelupaan.
3. Menimbulkan Kembali
Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat ditempuh dengan
mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize). Yang disimpan
dalam proses belajar adalah konsep bukan kata demi kata. Saat di panggil kembali
maka yang keluar adalah konsep dalam bentuk kata-kata kita sendiri.

Proses Ingatan Jangka Pendek

Ingatan jangka pendek dicirikan oleh ingatan seseorang mengenai 7 sampai 10 angka
dalam nomor telefon (atau 7 sampai 10 fakta jelas lainnya) selama beberapa detik sampai

55
beberapa menit pada saat tersebut, tetapi hanya akan berlangsung selama seseorang terus-
menerus memikirkan angka-angka atau fakta-fakta tersebut.

Diperkirakan bahwa ingatan jangka pendek ini disebabkan oleh aktivitas saraf yang
berkesinambungan, yang merupakan hasil dari signal-signal saraf yang terus berjalan
berkeliling pada jejak ingat sementara didalam suatu sirkuit neuron reverberasi. Teori ini
masih belum dapat dibuktikan. Sedangkan penjelasan lain mengenai ingatan jangka
pendek adalah fasilitasi atau inhibisi presinaptik. Terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak
pada fibril-fibril saraf terminal segera sebelum fibril-fibril tersebut bersinaps dengan
neuron-neuron berikutnya. Bahan-bahan kimiawi neurotransmiter yang disekresikan pada
terminal seperti ini sering kali menyebabkan fasilitasi atau inhibisi yang berlangsung
selama beberapa detik sampai beberapa menit. Lintasan seperti ini dapat menimbulkan
ingatan jangka pendek.

Ingatan jangka pendek yang melibatkan perubahan transien pada aktivitas sinaps.

Dua bentuk ingatan jangka pendek yaitu: habituasi (pembiasaan) dan sensitisasi
(pemekaan) disebabkan oleh modifikasi berbagai protein saluran di terminal prasinaps
neuron-neuron aferen tertentu yang berperan di jalur yang memerantai perilaku yang
sedang mengalami modifikasi. Modifikasi ini, pada gilirannya, menimbulkan perubahan
pada pelepasan neurotransmiter. Habituasi adalah penurunan responsivitas terhadap
presentasi berulang suatu stimulus indiferen yaitu, rangsangan yang tidak menghasilkan
penghargaan atau hukuman. Sensitisasi adalah peningkatan responsivitas terhadap
rangsangan ringan setelah rangsangan kuat yang mengganggu.

Mekanisme Habituasi

Pada habituasi, penutupan saluran Ca2+ mengurangi masuknya Ca2+ ke dalam terminal
prasinaps, yang menyebabkan penurunan pelepasan neurotransmiter. Akibatnya, potensial
pascasinaps berkurang dibandingkan dengan normal sehingga terjadi penurunan atau
hilangnya respons perilaku yang dikontrol oleh neuron eferen pascasinaps.

56
Mekanisme Sensitisasi

Sensitisasi juga melibatkan modifikasi saluran, tetapi dengan mekanisme dan saluran
yang berbeda. Berbeda dari apa yang terjadi dari habituasi, masuknya Ca 2+ ke dalam
terminal prasinaps meningkat pada sensitisasi. Peningkatan pelepasan neurontransmiter
yang kemudian terjadi menghasilkan potensial pascasinaps yang lebih besar sehingga
respons menjadi lebih kuat. Sensitisasi tidak memiliki efek langsung pada saluran Ca 2+
prasinaps. Sensitisasi secara tak langsung meningkatkan pemasukan Ca 2+ melalui fasilitasi
prasinaps.

Ingatan Jangka Panjang

Ingatan jangka panjang dipertahankan dalam hitungan harian sampai tahunan.

Karakteristik Ingatan Jangka Panjang


Waktu penyimpanan setelah perolehan Belakangan; harus dipindahkan dari ingatan
informasi baru jangka pendek ke jangka panjang melalui
konsolidasi; ditingkatkan oleh latihan atau
daur ulang informasi melalui cara jangka
pendek.
Durasi Dipertahankan dalam hitungan harian sampai
tahunan.
Kapasitas penyimpanan waktu Sangat besar pengambilan lebih lambat
pengambilan kembali (mengingat) kecuali untuk ingatan yang telah tertanam
kuat, yang cepat kembali diingat.
Ketidakmampuan mengingat kembali Biasanya tidak dapat diingat hanya secara
atau lupa transien; jejak ingatan relatif stabil.
Mekanisme penyimpanan Melibatkan perubahan fungsional atau
struktural yang relatif permanen antara
neuron-neuron yang sudah ada, misalnya
pembentukan sinaps baru, sintesis protein
baru yang berperan penting.

57
Potensial Jangka Panjang (PJP)

Merujukkan kepada penambahan berkepanjangan kekuatan hubungan sinaps di jalur-


jalur yang mengalami pengaktifan oleh stimulasi berulang dalam waktu singkat. PJP
bertahan hingga beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu yang cukup lama. PJP
terutama banyak ditemukan di hipocampus, suatu tempat yang sangat penting bagi
perubahan ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang. Jika terjadi PJP,
pengaktifan simultan neuron-neuron pra dan pascasinaps disuatu sinaps eksitatorik
menyebabkan modifikasi jangka panjang yang meningkatkan neuron prasinaps
mengeksitasi neuron pascasinaps.

Konsolidasi merupakan proses pemindahan dan fiksasi jejak ingatan dari ingatan jangka
pendek menjadi simpanan ingatan jangka panjang.

Perbandingan ingatan jangka pendek dan jangka panjang

Informasi yang baru diperoleh pada awalnya diendapkan di ingatan jangkan pendek,
yang kapasitas penyimpanannya terbatas. Informasi dalam ingatan jangka pendek
mengalami salah satu dari dua nasib. Informasi ini segera dilupakan atau dipindahkan
kedalam mode ingatan jangka panjang yang lebih permanen melalui latihan aktif atau
pengulangan. Daur ulang informasi yang baru diperoleh melalui ingatan jangka pendek

58
memperbesar kemungkinan bahwa informasi baru ini akan terkonsolidasi menjadi ingatan
jangka panjang. Ingatan jangka pendek akan segera lenyap kecuali jika ingatan tersebut
difiksasi secara kimiawi (dikonsolidasikan) untuk dapat bertahan lama (ingatan jangka
panjang). Kadang-kadang hanya sebagian dari ingatan yang terfiksasi, sementara yang
lain lenyap. Informasi yang menarik atau penting bagi individu lebih besar
kemungkinannya didaur ulang dan difiksasi dalam ingatan jangka panjang, sementara
informasi yang kurang penting cepat terhapus.

Ingatan jangka pendek melibatkan modifikasi transien fungsi sinaps-sinaps yang


sudah ada, misalnya perubahan temporer dalam jumlah neurotransmiter yang dibebaskan
sebagai respons terhadap rangsangan atau peningkatan temporer responsitivitas sel
pascasinaps terhadap neurotransmiter di jalur-jalur saraf yang terlibat.

Pada trigger, ishak lupa disebabkan karena ketidakmampuan mengambil kembali


informasi yang disimpan dari ingatan, hal ini disebabkan oleh lagu yang di dengarkan
ishak di simpan di memori jangka pendek yang bertahan beberapa detik atau menit,
kecuali jika ishak mengubahnya ke memori jangka panjang dengan proses konsolidasi
melalui mekanisme pengulangan. Hal ini juga dapat disebabkan pikiran yang dibanjiri
informasi sensorik, yang menyebabkan fungsi otak dapat menyimpan jejak ingatan
melalui fasilitasi sirkuit-sirkuit sipnatik yang disebut sensitisasi, juga memiliki
kemampuan mengabaikan informasi yang irelevan atau berlebihan yang disebut
habituation.

Sedangkan lagu SD yang ishak nyanyikan kemungkinan dinyayikan berulang-ulang


kali sehingga terjadi perubahan struktural disinaps yang meningkatkan atau menekan
hantaran sinyal. Perubahan-perubahan struktural ini mencakup peningkatan jumlah tempat
pembebasan vesicle sinaps, peningkatan jumlah vesicle sinaps, peningkatan terminal
sinaps, perubahan bentuk dan jumlah tonjolan pasca sinaps.

59
2. Organ organ yang berfungsi untuk proses memori, pembelajaran dan bahasa ?
1. Area broca
Pengertian area broca adalah suatu bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus
frontalis superior pada lobus frontalis korteks otak besar. Peran dari area broca adalah
pada proses bahasa bahasa serta kemampuan dan pemahaman dalam berbicara.
Letak area ini berdampingan dengan area wernicke, keduanya ditemukan hanya pada
salah satu belahan otak saja, umumnya pada bagian otak kiri. Area broca terletak kira
kira pada area brodman 44 dan kadang kadang juga mencakup 45.
2. Area wernicke
Area wernicke adalah suatu bagian otak manusia yang berada di bagian korteks otak
besar, pada bagian posterior kiri gyrus temporalis superior, mengelilingi korteks
pendengaran di fissura sylvii. Bagian ini di sebut juga bagian posterior dari area
brodman no 22. Area ini biasanya terletak di otak besar sebelah kiri, karna mayoritas
manusia memiliki bagian bahasa pada otak kirinya.

3. Bagaimana proses pengolahan memori dan berbahasa melalui proses membaca dan
mendengar ?

60
1a. Untuk mengatakan sesuatu yang dilihat, otak mentransfer informasi visual dari korteks
visual primer ke girus angular korteks asosiasi parietal-temporal-oksipital, yang
mengintegrasikan masukan seperti penglihatan, suara, dan sentuhan.
1b. Untuk menyatakan sesuatu yang didengrkan, otak mentransfer informasi auditorik dari
korteks auditorius primer ke gyrus angular.

2 Informasi tersebut di transferkan ke area wernice, tempat pilihan dan rangkaian kata kata
yang akan di ucapkan di formulasikan.
3 Perintah bahasa ini kemudian di transmisikan ke area broca, yang mentraslasikan pesan
menjadi pol suara terprogram.
4 Program suara ini di bawa kearea korteks motorik primer yang sesuai yang mengaktifkan
otot otot wajah dan lidah tertentu kata kata yang diinginkan dapat di ucapkan.

61
BAB 4 PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
1. Lupa disebabkan karena ketidakmampuan mengambil kembali informasi yang
disimpan dari ingatan, karena ingatan disimpan pada memori jangka pendek yang
hanya bertahan beberapa detik atau menit.
2. Pada memori informasi yang ada danterus dilatih, tentu saja pada awalnya akan
disadap namun kemudian akan disimpan dalam sistem memori tingkat tinggi ( Otak ),
namun apabila respon atau ingatan tersebut telah diadaptasikan dengan sempurna akan
menjadi suatu ingatan yang reflex teringat ulang..

62
DAFTAR PUSTAKA
Barlow, D. &., 2007. Psikologi Abnormal. 4 ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

FK UNCEN, 2019. Buku Panduan Keterampilan Klinik Dasar Semester 2. Jayapura: FK UNCEN.

FK Universitas Airlangga, 2002. Diktat Anatomi Bagian 3. Sudibjo, Subagjo, Wirono, Haryanto ed.
Surabaya: FK Universitas Airlangga.

Hall, G. &., 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 ed. Jakarta: EGC.

Jann Kolnman, K., 2001. Atlas Berwarna & Teks Biokimia. Jakarta: Hipokrates.

Roland, T. &. A., 1996. Buku Ajar Histologi. V ed. Jakarta: EGC.

saputra, d., 2014. Kamus Berwarna Kedokteran. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.

63
64

Anda mungkin juga menyukai