Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGARUH TEKANAN KAPILER PADA OIL WATER CONTACT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Praktikum
Analisa Batuan Reservoir

Oleh :

Alifah Kania (0710018000)

Mario Valentino Dio (071001800061)

Dewi Latifatul Aini (071001800119)

LABORATORIUM ANALISA BATUAN RESERVOIR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2019
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1.............................................................................................................Latar
Belakang .......................................................................................... 1

1.2.............................................................................................................Rumusa
n Masalah ........................................................................................ 2

1.3.............................................................................................................Tujuan
Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II TEORI DASAR ........................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 7

BAB IV KESIMPULAN .......................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 11

DAFTAR SIMBOL ................................................................................... 12


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tekanan Kapiler ................................................................................. 4


iiBAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring perkembangan zaman, kebutuhan energi semakin meningkat dan
cadangan minyak bumi yang tersedia semakin berkurang. Hal ini mendorong
persaingan dalam dunia industri perminyakan semakin ketat untuk
mengoptimalisasikan produksi guna memenuhi permintaan pasar dan
mendapatkan profit sebesar-besarnya. Pengoptimalisasian ini dilakukan
dengan menemukan cadangan baru ataupun mengelola sumur-sumur tua
(brown pits). Berdasarkan permasalahan dalam dunia perminyakan tersebut,
perlu dilakukan analisa untuk mengetahui karakterisasi suatu reservoir agar
dapat diketahui cadangan hidrokarbon yang terkandung didalamnya. Batuan
reservoar yang menarik perhatian ahli perminyakan yaitu batuan yang
mengandung fluida (air, minyak dan gas). Batuan reservoar adalah wadah di
permukaan bumi yang mengandung minyak dan gas, sedangkan bila berisi air
disebut aquifer. Analisis karakteristik reservoir itu sendiri dibedakan antara
analisis routine core dan special core. Analisis routine core dilakukan di
Laboratorium yang akan dihasilkan basic data berupa panjang core (L),
diameter core (D), GD (Grain Density), Pv (Pore Volume), BV (Bulk
Volume), Porositas (Ø), Permeabilitas (K), dan Dry Weight. Sedangkan
analisis special core meliputi pengukuran Kompresibilitas Batuan
(Compressibility), Permeabilitas Relatif (Relative Permeability), Sifat
Kebasahan Batuan (Wettability), Sifat Kelistrikan Batuan, Tekanan Kapiler
(Capillary Pressure). Distribusi fluida vertikal dalam reservoir memegang
peranan penting didalam perencanaan well completion. Distribusi secara
vertikal ini mencerminkan distribusi saturasi fluida yang menepati setiap porsi
rongga pori. Adanya tekanan kapiler (Pc) mempengaruhi distribusi minyak
dengan gas didalam rongga pori tidak terdapat batas yang tajam atau
berbentuk zona transisi. Oleh tekanan kapiler dapat dikonversi menjadi
ketinggian diatas kontak minyak air (H), maka saturasi minyak, air, dan gas
yang menempati level tertentu dalam reservoir dapat ditentukan. Dengan
demikian distribusi saturasi fluida ini merupakan salah satu dasar untuk
menentukan secara efisien letak kedalaman sumur yang akan dikomplesi.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian tekanan kapiler?
2. Apa pengertian water oil contact?
3. Bagaimana hubungan rumus antara tekanan kapiler dan water oil contact?
4. Bagaimana cara menurunkan tekanan kapiler dengan surfaktan?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut;
1. mengetahui pengertian dari tekanan kapiler;
2. mengetahui pengertian dari water oil contact;
3. menjelaskan hubungan antara tekanan kapiler dan water oil contact
bedasarkan rumusnya;
4. mengetahui pengaruh surfaktan untuk menurunkan tekanan kapiler.
2
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Tekanan Kapiler (Pc)

Adanya tekanan kapiler ( Pc ) mempengaruhi distribusi minyak dengan


gas didalam rongga pori tidak terdapat batas yang tajam atau berbentuk zona
transisi. Oleh tekanan kapiler dapat dikonversi menjadi ketinggian diatas kontak
minyak air ( H ), maka saturasi minyak, air dan gas yang menempati level tertentu
dalam reservoir dapat ditentukan. Dengan demikian distribusi saturasi fluida ini
merupakan salah satu dasar untuk menentukan secara efisien letak kedalaman
sumur yang akan dikomplesi. Di dalam batuan reservoir, gas, minyak dan air
biasanya terdapat bersama-sama dalam pori-pori batuan, yang masing-masing
fluida tersebut mempunyai tegangan permukaan yang berbeda-beda. Dalam sistem
hidrokarbon di dalam reservoir, terjadi beberapa tegangan permukaan antara
fluida, yaitu antara gas dan cairan, antara dua fasa cairan yang tidak bercampur
dan juga antara cairan atau gas dengan padatan. Kombinasi dari semua tegangan
permukaan yang aktif akan menentukan tekanan kapiler dan kebasahan dari
batuan porous. Tekanan kapiler ( Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak bercampur ( cairan-cairan atau
gas-cairan ) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan mereka (Amyx, J. W.1960 ). Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah
perbedaan tekanan antara fluida non wetting fasa ( Pnw) dengan fluida wetting
fasa ( Pw) atau :

Pc = Pnw-Pw
Tekanan kapiler mempunyai dua pengaruh yang penting dalam reservoir
minyak atau gas, yaitu :

1) Mengontrol distribusi fluida di dalam reservoir

2) Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau


3
mengalir melalui pori-pori reservoir sampai mencapai batuan yang impermeable.

Tekanan kapiler di dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-pori


dan macam fluidanya. Secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan
sebagai berikut :

Gambar 2.1 Tekanan Kapiler

2.2 Water Oil Contact

Oil water contact (OWC) adalah kedalaman tertentu (secara teori) yang
merupakan batas/level antara yang dominan minyak dan yang dominan air dalam
satu formasi. Karena mengikuti hukum gravitasi, idealnya minyak ada di atas air
dalam satu level horizontal. Akan tetapi dalam realitanya, karena efek tekanan
kapiler dalam pori2 formasi dsb, batasnya tidak jelas dalam satu level tertentu
melainkan seperti gradational (ada zona transisi). Lalu muncul lah istilah Free
Water Level (FWL) untuk menyatakan bahwa di level tersebut adalah batas
dimana fomasinya sudah 100% air.

2.3 Hubungan Rumus Antara Tekanan Kapiler dan Water Oil Contact
4
Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan
dengan sebuah sistim tabung kapiler. Di mana cairan fluida akan cenderung untuk
naik bila ditempatkan didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat
kecil. Hal ini diakibatkan oleh adanya tegangan adhesi yang bekerja pada
permukaan tabung. Besarnya tegangan adhesi dapat diukur dari kenaikkan fluida ,
dimana gaya total untuk menaikan cairan sama dengan berat kolom fluida.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan kecenderungan
rongga pori batuan untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan fluida
yang berisi bersifat membasahi.

Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan
dua fasa fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar
dari pada sisi konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida
terebut merupakan besarnya tekanan kapiler didalam tabung.

Berdasarkan rumus tekanan kapiler (Pc) berbanding lurus dengan H


(WOC) , maka jika menurunkan tekanan kapiler, maka WOC juga ikut berkurang,
apabila tekanan kapiler diperbesar atau naik, maka WOC naik pula. Tekanan
kapiler yang tinggi menyebabkan recovery factor yang rendah. Tekanan kapiler
yang rendah diperlukan untuk merecovery sebagian besar sisa minyak yang masih
terjebak setelah waterflooding. Dengan turunnya tegangan antarmuka tersebut,
minyak akan terkonsentrasi pada permukaan batuan. Pada akhirnya, surfaktan
dapat mengikat minyak dan minyak dapat diproduksi.

2.4 Pengaruh Surfaktan


Injeksi surfactant digunakan untuk menurunkan tegangan antarmuka
minyak-fluida injeksi supaya perolehan minyak meningkat. Jadi effisiensi injeksi
meningkat sesuai dengan penurunan tegangan antarmuka (L.C Uren and E.H
Fahmy). Ojeda et al (1954) mengidentifikasikan parameter-parameter penting
yang menentukan kinerja injeksi surfactant, yaitu :
5
•Geometri pori

•Tegangan antarmuka

•Kebasahan atau sudut kontak

•ΔP atau ΔP/L

•Karakteristik perpindahan kromatografis surfactant pada sistem tertentu

Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang


ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan kapiler,
sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan
surfactant. Percampuran surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang akan
mengurangi tekanan kapiler.

Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak
yang tertinggal. Pada surfactant flooding kita tidak perlu menginjeksikan
surfactant seterusnya, melainkan diikuti dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air
yang dicampur dengan polymer untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan
akhirnya diinjeksikan air.

Untuk memperbaiki kondisi reservoir yang tidak diharapkan, seperti


konsentrasi ion bervalensi dua, salinitas air formasi yang sangat tinggi, serta
absorbsi batuan reservoir terhadap larutan dan kondisi-kondisi lain yang mungkin
dapat menghambat proses surfaktan flooding, maka perlu ditambahkan bahan-
bahan kimia yang lain seperti kosurfaktan (umumnya alkohol) dan larutan NaCl.
Disamping kedua additive diatas, yang perlu diperha¬tikan dalam operasi
surfaktan flooding adalah kualitas dan kuantitas dari zat tersebut.
BAB
6 III

PEMBAHASAN

Di dalam batuan reservoir, gas, minyak dan air biasanya terdapat


bersama-sama dalam pori-pori batuan, yang masing-masing fluida tersebut
mempunyai tegangan permukaan yang berbeda-beda. Dalam sistem hidrokarbon
di dalam reservoir, terjadi beberapa tegangan permukaan antara fluida, yaitu
antara gas dan cairan, antara dua fasa cairan yang tidak bercampur dan juga
antara cairan atau gas dengan padatan. Kombinasi dari semua tegangan
permukaan yang aktif akan menentukan tekanan kapiler dan kebasahan dari
batuan porous. Tekanan kapiler ( Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak bercampur ( cairan-cairan atau
gas-cairan ) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan. Di reservoir biasanya air sebagai fasa yang membasahi (wetting
fasa), sedangkan minyak dan gas sebagai non-wetting fasa atau tidak membasahi.

Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan


dengan sebuah sistim tabung kapiler. Dimana cairan fluida akan cenderung untuk
naik bila ditempatkan didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat
kecil. Hal ini diakibatkan oleh adanya tegangan adhesi yang bekerja pada
permukaan tabung. Besarnya tegangan adhesi dapat diukur dari kenaikkan fluida ,
dimana gaya total untuk menaikan cairan sama dengan berat kolom fluida.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan kecenderungan
rongga pori batuan untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan fluida
yang berisi bersifat membasahi.

Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan
dua fasa fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar
dari pada sisi konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida
terebut merupakan besarnya tekanan kapiler didalam tabung.

Oil water contact (OWC) adalah kedalaman tertentu (secara teori) yang
7
merupakan batas/level antara yang dominan minyak dan yang dominan air dalam
satu formasi. Karena mengikuti hukum gravitasi, idealnya minyak ada di atas air
dalam satu level horizontal. Akan tetapi dalam realitanya, karena efek tekanan
kapiler dalam pori2 formasi dsb, batasnya tidak jelas dalam satu level tertentu
melainkan seperti gradational (ada zona transisi). Lalu muncul lah istilah Free
Water Level (FWL) untuk menyatakan bahwa di level tersebut adalah batas
dimana fomasinya sudah 100% air.

Surfaktan diharapkan dapat menurunkan tegangan antar muka antara


minyak dan air sehingga tekanan kapiler minyak dan batuan berkurang. Menurut
Emegwalu (2009) tekanan kapiler yang tinggi menyebabkan recovery factor yang
rendah. Tekanan kapiler yang rendah diperlukan untuk merecovery sebagian besar
sisa minyak yang masih terjebak setelah waterflooding. Dengan turunnya
tegangan antarmuka tersebut, minyak akan terkonsentrasi pada permukaan batuan.
Pada akhirnya, surfaktan dapat mengikat minyak dan minyak dapat diproduksi.
Injeksi surfactant betujuan untuk menurunkan tegangan antar muka dan mendesak
minyak yang tidak terdesak hanya dengan menggunakan pendorong air sehingga
menaikkan efisiensi pendesakan dalam skala pori. Injeksi alkaline merupakan
sebuah proses dimana pH air injeksi dikontrol pada harga 12-13 untuk
memperbaiki perolehan minyak, biasanya dilakukan dengan penambahan NaOH.
Untuk micellar-polymer flooding akan memberikan tingkat perolehan minyak
yang lebih besar dibanding dengan ketiga injeksi kimia lainnya, dikarenakan
micellar-polymer flooding dapat meningkatkan efisiensi penyapuan dan efisiensi
pendesakan sehingga akan meningkatkan mobilitas minyak di reservoir.

Pada dasarnya ada dua konsep yang telah dikembangkan dalam


penggunaan surfactant untuk meningkatkan perolehan minyak. Konsep pertama
adalah larutan yang mengandung surfactant dengan konsentrasi rendah
diinjeksikan. Surfactant dilarutkan di dalam air atau minyak dan berada dalam
jumlah yang setimbang dengan gumpalan-gumpalan surfactant yang dikenal
sebagai micelle. Sejumlah besar fluida (sekitar 15 – 60% atau lebih) diinjeksikan
ke dalam reservoir untuk mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air,
sehingga dapat meningkatkan perolehan minyak.

Pada konsep kedua, larutan surfactant dengan konsentrasi yang lebih


tinggi diinjeksikan ke dalam reservoir dalam jumlah yang relatif kecil (3 – 20%
PV). Dalam hal ini, micelles yang terbentuk bisa berupa dispersi stabil air di
dalam hidrokarbon atau hidrokarbon di dalam air. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya surfactant pada permukaan air/minyak antara lain :

1. Jenis asam organik yang terkandung


2. Komposisi kimiawi minyak mentah
3. Kadar wax, dan sebagainya

Penelitian yang mendalam mengenai faktor-faktor ini belum pernah


dilakukan. Oleh karena itu, didalam prakteknya, harus kasus perkasus perlu
diteliti. Dengan melihat kenyataan bahwa penurunan tegangan antarmuka yang
drastis dapat memperbesar recovery, maka percobaan pemakaian surfactant yang
dimanufaktur kemudian banyak dilakukan. Dan juga jenis minyak buminya tidak
lagi tergantung pada berapa acid numbernya. Dasar pertimbangan yang diguankan
untuk memilih metoda pendesakan surfactant pada suatu reservoir, yang diperoleh
dari data empiris diantaranya meliputi

1. Sifat fisik fluida reservoir yang terdiri dari : gravity minyak, viskositas
minyak, komposisi dan kandugan kloridanya.
2. Sifat fisik batuan reservoir yang terdiri dari : saturasi minyak sisa, tipe
formasinya, ketebalan, kedalaman, permeabilitas rata-rata dan
temperaturnya.

Performance reservoir setelah injeksi surfactant pada dasarnya tidak sama antara
satu reservoir dengan reservoir lainnya, tergantung pada karakteristik reservoir
tersebut yang lebih sesuai atau tepat untuk pelaksanaan injeksi surfactant. Namun
dari data-data yang diperoleh dari keberhasilan injeksi surfactant pada sumur-
sumur produksi yang telah dilakukan, dapat diambil performance reservoir setelah
injeksi surfactant.

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa didapat berdasarkan pembahasan diatas adalah


sebagai berikut :

1. Tekanan kapiler ( Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang


ada antara permukaan dua fluida yang tidak bercampur
2. Oil water contact (OWC) adalah kedalaman tertentu (secara teori) yang
merupakan batas/level antara yang dominan minyak dan yang dominan
air dalam satu formasi.
3. Surfactant dilarutkan di dalam air atau minyak dan berada dalam
jumlah yang setimbang dengan gumpalan-gumpalan surfactant yang
dikenal sebagai micelle.
4. Surfaktan diharapkan dapat menurunkan tegangan antar muka antara
minyak dan air sehingga tekanan kapiler minyak dan batuan berkurang
5. Laju produksi minyak selama injeksi surfactant meningkat. Perolehan
minyak bertambah jika ukuran buffer mobilitas semakin besar.
DAFTAR
10PUSTAKA

1. Amyx, James W. dkk. 2002. Rekayasa Reservoir Minyak Sifat Fisik Batuan
aaaReservoir. Terjemahan oleh Herlan Adim. Jakarta : Teknik Perminyakan,
aaaFakultas Teknologi Mineral, Universitas Trisakti.

2. Irham, Syamsul dan Mulia Ginting. Tanpa Tahun. Penuntun Praktikum


aaaAnalisa Batuan Reservoir. Jakarta : Jurusan Teknik Perminyakan,
aaaFakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti.

3. Rukmana, Dadang dkk.. 2011. Teknik Reservoir : Teori dan Aplikasi.


aaaYogyakarta : Pohon Cahaya.

4. https://duniaperminyakan.wordpress.com/2016/04/21/tegangan-permukaan-
dan-tekanan-kapiler/ 22/05/2019

5. https://www.academia.edu/5266561/SIFAT-SIFAT_SURFAKTAN
22/05/2019
DAFTAR SIMBOL
11

 = Densitas minyak (lbs/cuft)


 = densitas air (lbs/cuft)
Pc = Tekanan Kapiler (Psi)
Pw = Tekanan fluida wetting phase (psi)
Sw = Saturasi air (fraksi)
Pnw = Tekanan fluida non wetting phase (psi)
12

Anda mungkin juga menyukai