Anda di halaman 1dari 15

RTA 3322 – TEORI DAN KRITIK ARSITEKTUR

“Kritik atas Kritik”


KRITIK ‘DEPIKTIF’ ARSITEKTUR PADA PETRONAS TWIN TOWERS
KUALA LUMPUR - Ronim Azizah
KELAS B

Kelompok 7
Chelsea – 170406082
Ellisa Linata – 170406083
Prima Nicolaus – 170406084
Ricky – 170406085
Sabrina Adiaty – 170406102
Dorothy Sinurat – 170406120

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mendeskripsikan Tema ataupun Gaya Arsitektural sebagai Alat
Kritik dari Bangunan PETRONAS TWIN TOWER (MALAYSIA)
Pengenalan
Menara Petronas atau yang biasa dikenal dengan Twin Tower merupakan bangunan monumental
yang berada di Kuala Lumpur, Malaysia dan selesai didirikan pada tahun 1998 dan menempati
posisi pertama bangunan tertinggi selama 6 tahun sebelum Taipei 101 dibangun. Arsitek yang
bertanggung jawab untuk merancang Twin Tower adalah César Pelli dari Argentina.

"Menurut Laozi, realitas benda be-ruang adalah ruang kosongnya dan bukan pada dinding yang
membatasinya. Tentunya dia berbicara mengenai realitas spiritual. Ini juga merupakan realitas
bagi Menara Petronas. Tenaga kekosongan ditingkatkan dan dibuat lebih jelas dengan adanya
jembatan pejalan kaki yang ... dengan struktur pendukung yang dibangun sebagai gerbang ke
angkasa ... sebagai pintu ke alam maya."

—César Pelli, arsitek (1995)

(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Petronas_Towers)

Pendeskripsian Tema dan Gaya Arsitektural


Sebuah bangunan barulah bisa dikatakan berhasil jika maksud dari sebuah bangunan yang
didirikan itu tercapai ke semua orang tanpa adanya ucapan dan penjelasan dari Arsitek yang
berkaitan yang bersangkutan. Meskipun kebanyakan orang paham maksud dari suatu bangunan
didirikan, tapi pada tiap bangunan pasti tetaplah ada beberapa perbedaan pendapat tentang cara
mengartikannya dan pendekatan yang dilakukan untuk mengartikannya. Sama halnya pada
Menara Petronas, terdapat beberapa pendapat dalam mengartikan bangunan tersebut dari tema
maupun gaya yang digunakan dalam merancang. Beberapa tema yang sering dikaitkan dalam
mengartikan Twin Tower:

1. Tema Monumental
Bangunan Twin Tower sering diartikan bangunan monumental karena kemegahan dan
kemewahan dalam bangunan tersebut sudah seperti melambangkan negara tersebut .
Bahkan sampai saja ada perkataan jika belum berkunjung ke Twin Tower maka sama saja
belum pernah ke Malaysia .

2. Tema Arsitektur Post Modern


Gaya dari Asitektural Menara Petronas sering disebut merupakan langgam dari zaman
post modern karena bentuk dan pengerjaannya sudah termasuk pembangunan dari cara
pasca modern dan waktu berdirinya Menara Petronas itu sendiri pun sudah merupakan
zaman dimana Arsitektur sudah berubah dan memasuki zaman Post Modern. Sehingga
tidak sedikit yang berpendapat begitu.
3. Tema Bangunan Teknologi Tinggi(HighTech Building)
Tema berikut merupakan tema yang terbentuk karena cara pembangunan dan teknologi
yang terdapat pada bangunan itu sendiri , seperti yang diketahui , Menara Petronas
setinggi 88 lantai , hanya dibangun dalam waktu 12 bulan(1tahun) yang merupakan
waktu yang cukup singkat untuk membangun sebuah bangunan . Teknologi yang terdapat
pada bangunan itu sendiri pun merupakan teknologi yang cukup canggih dan dapat
mengikuti berjalannya zaman bahkan sampai sekarang .

Diatas merupakan pendekatan terhadap tema sebagai alat untuk mengkritik suatu bangunan yang
dapat kita lakukan dalam mengkaji bangunan Menara Petronas. Dalam kajian tema Monumental
dan gaya post modern bisa dikatakan sudah cukup berhasil karena Menara Petronas bahkan
sudah bisa menjadi lambang dari Negara Malaysia. Namun pendekatan untuk Mengkritik dalam
segi teknologi dari abngunan tersebut cukup dibutuhkan dan termasuk belum sempurna karena
hal tersebut berhubungan dengan fasilitas dan keselamatan dari suatu bangunan yang kita
rancang.
Petronas Twin Tower

Menara kembar Petronas adalah bangunan tertinggi di dunia setelah gedung Sears Tower
di Chicago, Illinois, Amerika Serikat bermula dari tahun 1996 hingga 2003. Bangunan tersebut
merupakan tugu nasional yang agung dan lambang kemajuan Malaysia dalam mencapai status
negara maju menjelang tahun 2020. Pada awalnya, perdana menteri Malaysia, Datuk Seri Dr.
Mahathir Mohamad, menginginkan sebuah bangunan bagi Petronas yang beridentitas Malaysia,
yang memenuhi standar kelas dunia dan merupakan kebanggaan bagi Malaysia. Oleh karena itu
diselenggarakan kompetisi desain bagi pengembangan KLCC sebelah Barat Laut termasuk The
Mandarin Oriental Hotel, KLCC Suria, Maxis Tower and Esso Tower, yang dimulai pada
pertengahan tahun 1991.
Melalui “undangan” kompetisi desain, berarti hanya perusahaan bonafit yang jejaknya
terbukti dalam perkembangan perancangannya pada skala besar yang diundang pada kompetisi
kali ini. Proses sayembara ini rata-rata untuk proyek pembangunan yang megah yang dilakukan
di negara manapun di seluruh dunia. Dr. Mahathir mengadakan sayembara dengan mengundang
8 konsultan bonafit di seluruh dunia, dan pemenangnya adalah Cesar Pelli, arsitek dari Amerika
Serikat yang pada tahun 1995 menerima penghargaan medali emas AIA (American Institute of
Architects). Petronas mulai dibangun pada tahun 1992 dan selesai dibangun pada tahun 1998.
Gedung Petronas terletak pada kawasan KLCC (Kuala Lumpur City Centre) yang
merupakan kawasan pusat kegiatan masyarakat kota. Gedung Petronas memiliki ketinggian 452
m dan total luas lantai 8 juta sq ft. Fungsi bangunan terbagi atas 7 fasilitas yaitu fasilitas
perkantoran, fasilitas perbelanjaan, fasilitas konferensi, museum petroleum, masjid, sympony
hall dan parkir 4500 mobil. Gedung ini terbagi atas 5 lantai basement dan 88 lantai diatas ground
floor. Bangunan ini memiliki 76 elevator dengan 58 elevator double decker dan 10 buah
escalator. (sumber: www.emporis.info, 2002)
Konsep : Ide Awal :

Input :

Rencana denah berdasarkan dua kotak yang


saling terkait.
Ini merupakan keteraturan dan harmoni.

Cesar Pelli Modifikasi :

Plat lantai yang dirancang oleh PM tidak


memberikan luas lantai yang diinginkan
Cesar Pelli, dihiasi gambar denah dengan
kerang setengah lingkaran.
Menyelesaikan desain butuh waktu 8 bulan.
Tantangan Desain :

Lokasi rinci penelitian menunjukkan bahwa struktur yang diusulkan berdiri di tepi depresi di
bawah permukaan. Menara bergeser 60m ke arah depresi dan tumpukan besar diletakkan di
tempat tidur batuan keras (120m mendalam). Menggantikan baja dengan beton bertulang
• Malaysia memiliki kekurangan baja dan mengimpor itu akan ditiup anggaran di luar proporsi.
• Beton yang diperlukan untuk melayani tujuan ini adalah kelas 140 Mpa
Sirkulasi Vertikal:
ELEVATOR DOUBLE
Luas lantai terlalu kecil untuk menampung terlalu banyak ruang untuk shaft, sehingga elevator
ganda digunakan. Passengers yang ingin pergi
• Tingkat Aneh tinggal di lobi
• Bahkan tingkat naik satu tingkat dengan menggunakan eskalator Setiap poros memiliki 2
elevator ganda, 56 secara total

ELEVATOR EXPRESS
Hal ini berlangsung setengah jalan, yang disebut langit lobi.
Bagian yang menunjukkan sirkulasi vertical.
Layout dan Desain:

Kekurangan Menara Petronas menurut berbagai sumber yang


terpercaya

Mebandingkan struktur pada WTC dengan struktur pada Petronas/ Twin Tower Malaysia
Diambil dari artikel New Tork Times (nytimes.com, 23/10/2002), tentang perbandingan struktur
pada dua “twin tower”, yaitu World Trade Center dan Petronas Twin Tower.

Banyak sekali analisa tentang perbandingan mengenai struktur banguunan menara kembar yang
terlah menumpuk. Analisa ini dimulai karena ingin menemukan pemikiran tentang kejadian
runtuhnya WTC.

Sebaga peneliti dan insinyur yang melihat kejadian ini sebagai sebuah tragedi, timbul sebuah
pertanyaan. Apakah ada menara lain yang bila mengalami kejadian yang sama dengan WTC
akan bertahan lebih baik dibandingkan dengan menara WTC?

Dr. Thornton, seorang insinyur terkenal memiliki pemikiran bahwa menara Petronas akan
bertahan lebih baik daripada menara WTC bila mengalami kejadian yang sama. Ini bisa
dikarenakan ego dari Dr. Thornton yang merupakan salah satu orang yang berperan dalam
pembangunan menara petronas. Ini membuat seorang insinyur bernama Dr. Nordenson
berpendapat, “ bila anda membandingan gedung ini dan itu memiliki performa lebih baik
dibandingkan dengan menara WTC, sebagai seorang insinyur, buktikanlah dengan perhitungan.”

Lalu pada sebuah wawancara, Dr Thorton mengatakan bahwa memang sebenarnya nalar logika
manusia itu bisa menggantikan banyak sekali perhitunggan yang ada. Beliau juga menyatakan
bahwa sebenarnya dirinya juga ada sedikit keraguan terhadap performa menara Petronas dari
segi ketahanannya terhadap ledakan dan api. Yang diragukan Dr. Thornton adalah apakah rangka
yang diselimuti beton setebal 30 inci yang ada pada petronas dapat memiliki performa lebih abik
dibanding dengan wallboard gypsum yang merupakan bahan yang ringan pada WTC.

Seorang advokat konstruksi baja yang terlah berkecimpung lama didunia perdagangan baja dna
beton menyatakan bahwa ada orang yang memiliki persepsi bahwa bila kita menyelimuti sesuatu
pada beton, maka itu akan terlindung dari api. Ini adalah sebuah pemilikiran yang salah.

Menurut hasil analisa Tim Bunnell (NUS, National University of Singapore) dalam laporan
analisa tentang sudut pandang menara petronas.

Kritik tentang kekurangan yang diterima oleh menara Petronas dalam UMNO adalah beberapa
arsitek dari barat mengkritik bahwa menara Petronas yang diangkat menjadi ikon Negara
Malaysia dengan tujuan sebagai representasi merupakan hal yang subjektif dan tidak benar-benar
merepresentasikan secara keseluruhan negara tersebut karena mempertimbangkan bahwa
masyarakat di Malaysia sangat beragam dari suku dan agama, tapi hanya memakai satu unsure
saja sebagai representasinya.

Metoda Pengkritik

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.
Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat
atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi
atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah.

Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya
arsitektur. Di dalam arsitektur terdapat 6 macam kritik arsitektur yaitu kritik deskriptif, kritik
normatif, kritik tipikal, kritik impresionis, kritik interpretif, dan kritik terukur.

Metoda kritik yang digunakan oleh pengkritik adalah kritik deskriptif. Kritik Deskriptif adalah
kritik yang menjelaskan sebuah kritik seolah kita adalah seorang jurnalis arsitektur atau
sejarahwan dan menilai bangunan secara apa adanya bedasarkan pengalaman.

Pada kritik deskriptif, menjelaskan bagaimana perasaan terhadap sebuah bangunan dengan
merasakan bangunan tersebut dan kemudian mencatatnya, dan juga bisa mencatat pengalaman
seseorang/ orang lain mengenai sebuah bangunan/kota. Jadi secara tidak langsung, mengetahui
pendapat/kritik yang berasal dari orang lain yang merasakan/melihat bangunan tersebut. Kritik
deskriptif memiliki tujuan yaitu untuk menilai sebuah bangunan dengan mengetahui proses
bangunan tersebut dan dilihat dari unsur bentuk bangunan.

Metoda kritik deskriptif dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Depictive Criticism (Gambaran Bangunan)

Depictive criticism terbagi lagi menjadi tiga jenis yaitu, aspek statis, dynamic (secara verbal),
dan process (secara prosedural).

- Aspek Statis

Aspek statis memfokuskan pada elemen-elemen bentuk, bahan dan permukaan. Depictive
cenderung tidak dipandang sebagai sebuah bentuk kritik karena tidak berisikan pernyataan baik
atau buruk sebuah bangunan. Kritik Depictive tidak memerlukan pernyataan benar atau salah
karena penilaian dapat menjadi bias akibat pengalaman seseorang di masa lalunya. Depictive
criticism dalam aspek statik memfocuskan perhatian pada elemen-elemen bentuk ( form ),  bahan
( materials ) dan permukaan ( texture ). Penelusuran aspek statik dalam Depictive
criticism seringkali digunakan oleh para kritikus untuk memberi pandangan kepada pembaca
agar memahami apa yang telah dilihatnya sebelum menentukan penafsiran terhadap apa yang
dilihatnya kemudian.

- Dynamic (secara verbal)

Merupakan metode pengamatan berdasarkan fisik bangunan atau kota dilihat dari seluruh sisi
bangunan. Atau dapat dikatakan kondisi pengamat berada pada posisi bergerak mengelilingi
bangunan atau kota yang dikritik.

- Process ( secara prosedural )

Merupakan metode pengamatan berdasarkan fisik bangunan atau kota dilihat dari proses awal
memasuki bangunan, mencapai bagian dalam bangunan, dan akhirnya proses akhir keluar
bangunan.
2. Biographical Criticism (Riwayat Hidup)

Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas
yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat diperlukan
untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada karyakaryanya secara spesifik

3. Contextual Criticism (Peristiwa)

Hal yang perlu diketahui dalam Contextual criticism adalah: Informasi tentang aspek social,
politik dan ekonomi pada saat bangunan di desain. Tekanan-tekanan apakah yang diterima sang
arsitek atau klien pada saat  bangunan akan dan sedang dibangun? Untuk memeberikan lebih
ketelitian untuk lebih mengerti suatu  bangunan, diperlukan beragam informasi deskriptif,
informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, politikal, dan ekonomi konteks bangunan yang
telah didesain. Kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia informasi mengenai faktor yang
mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat.

Kritik terhadap Konsistensi Perancang

Pada artikel tersebut menyatakan bahwa: Dr. Thornton, seorang insinyur terkenal memiliki
pemikiran bahwa menara Petronas akan bertahan lebih baik daripada menara WTC bila
mengalami kejadian yang sama. Dr. Thornton merupakan salah satu orang yang berperan dalam
pembangunan menara petronas. Ini membuat seorang insinyur bernama Dr. Nordenson
berpendapat, “bila anda membandingan gedung ini dan itu memiliki performa lebih baik
dibandingkan dengan menara WTC, sebagai seorang insinyur, buktikanlah dengan perhitungan.”

Ini menunjukkan bahwa pandangan perancang tersebut tidah bisa dinyatakan benar, bila tanpa
perhitungan yang jelas.

Lalu pada sebuah wawancara, Dr Thorton mengatakan bahwa memang sebenarnya nalar logika
manusia itu bisa menggantikan banyak sekali perhitunggan yang ada. Beliau juga menyatakan
bahwa sebenarnya dirinya juga ada sedikit keraguan terhadap performa menara Petronas dari
segi ketahanannya terhadap ledakan dan api. Yang diragukan Dr. Thornton adalah apakah rangka
yang diselimuti beton setebal 30 inci yang ada pada petronas dapat memiliki performa lebih abik
dibanding dengan wallboard gypsum yang merupakan bahan yang ringan pada WTC.

Keraguannya menunjukkan bahwa dalam merancang menara Petronas, ia tidak memperhatikan


hal tersebut, dan menjadikannya tidak konsisten dengan pendapatnya sendiri yang menyatakan
tentang ketahanan rancangannya itu. Hal ini juga dibuktikan denganpernyataan dari seorang
advokat konstruksi baja yang terlah berkecimpung lama didunia perdagangan baja dan beton
menyatakan bahwa ada orang yang memiliki persepsi bahwa bila kita menyelimuti sesuatu pada
beton, maka itu akan terlindung dari api. Ini adalah sebuah pemilikiran yang salah.

Berarti Dr. Thornton sebagai salah satu orang yang berperan dalam pembangunan menara
Petronas ini menunjukkan ketidak konsistensi beliau terhadap pernyataan beliau sendiri. Dia
tidak dapat membuktikan dengan perhitunatas mengenai ketahanan menara Petronas terhadap
ledakan dan api.

Kritik terhadap Pengkritik

Jadi setelah kami membaca Jurnal Sinetika Vol. 13 No.2, 2013 ada beberapa hal yang membuat
kami mempertanyakan tentang kredibilitas tentang Jurnal Sinetika. Terkhususnya bagaimana
Jurnal Sinetika menggunakan hasil kritik dari peneliti yang data-data dari kritik tersebut sudah
berubah pada saat ini atau pada tepatnya pada tahun jurnal tersebut dipublikasikan ke publik. Hal
yang dimaksudkan data yang sudah berubah tersebut adalah bahwa Petronas Twin Tower sebagai
gedung tertinggi didunia, yang sebenarnya saat tersebut data tersebt sudah tidak valid lagi karena
gedung tertinggi di dunia dari tahun 2010 – saat ini adalah Burj Khalifa dengan ketinggi 829,8
meter dengan 163 lantai (dikutip dari laman www.casaindonesia.com).

Kritikus juga dalam hal ini dalam kritiknya tidak menggunakan metode metode mengkritik yang
benar. Dalam melakukan kritik depiktif sang pengkritik perlu melakukan survei khusus ke
tempat ataupun bangunan yang akan sang kritikus kritik ataupun bisa dilakukan dengan
wawancara dengan narasumber yang sudah pernah ketempat tesebut ataupun orang-orang yang
memiliki hubungan dengan tempat tersebut. Tapi dalam hal jurnal kriik tersebut tidak ada hal-hal
ataupun data-data yang menunjukan bahwa sang kritikus pernah datang ke Petronas Twin Tower
tersebut ataupun data hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait. Jadi dalam hal ini sang
kritikus sudah salah dalam langkah melakukan kritiknya. Jadi saran dari kami terhadap pihak-
pihak yang terkait dengan Jurnal Sinetika Untuk lebih memilih dan menyaring data data apapun
yang akan dikeluarkan ke publik yang akan menjadi konsumsi publik dan diharapkan untuk
dapat memilih peneliti yang sudah memiliki kredibilitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Daftar Pustaka

Bunnell, T. (1999). VIEWS FROM ABOVE AND BELOW: THE PETRONAS. Singapore Journal of Tropical
Geography, 1-23.

Glanz, J. (2002). Comparing 2 Sets Of Twin Towers; Malaysian Buildings Offered as Model. The New York
Times, Section B, Pages 1.

Kamaratih, R. (n.d.). Kritik Arsitektur. Academia, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai