359283563
359283563
Disusun oleh:
NIM. P07224316030
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2O17
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan
Rahmat, Karunia, Taufiq dan Hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan
laporan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan Labioskizis dan
Labiopalatoskizis dengan baik sebagai media pembelajaran dalam ilmu kebidanan
dengan mengutip beberapa referensi. Penyusun berterimakasih kepada rekan
sejawat yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Penyusun berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
laporan yang telah dibuat dimasa yang akan datang. Penyusun juga berharap
laporan ini dapat berguna bagi orang banyak. Semoga laporan sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Labioskizis dan
Labiopalatoskizis..................................................................................................4
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan BBL dengan Labioskizis
dan Labiopalatoskizis...........................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................28
BAB V PENUTUP.................................................................................................30
A. Kesimpulan.................................................................................................30
B. Saran............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama persalinan, pelahiran dan beberapa jam pertama bayi baru lahir,
banyak perubahan yang terjadi pada janin dan bayi baru lahir yang
memungkinkan adaptasi fisiologis pada kehidupan di luar uterus.
Karakteristik perkembangan bayi baru, seperti abnormalitas kongenital atau
genetic, berat lahir, dan usia gestasi , dapat memberi pengaruh yang
bermakna pada proses adaptasi ini. Tim perinatal harus secara terus-menerus
waspada terhadap tanda-tanda komplikasi yang mungkin dialami bayi baru
lahir, melakukan identifikasi masalah lebih awal, mengoreksi gangguan
dengan cepat atau meminimalkan efek selanjutnya, mencegah
ketidakmampuan permanen, dan meningkatkan proses hubungan kasih saying
orang tua (keperawatan maternitas, vol 2, edisi 18 ) .
Cacat bawaan atau kelainan bawaan ini menjadi factor atau sebab
kematian perinatal. Di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, sebab utama
kematian perinatal antara lain ialah ; infeksi, asfiksia neonaturum, trauma
kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan
dismaturitas, imaturitas, dll ( ilmu kebidanan, sarwono : 787) .
1
Untuk itu pada hal ini kita akan membahas tentang penyakit kelainan
bawaan atau cacat bawaan yaitu Labis kisis . Labios kiziz ini merupakan
kelainan yang terjadi pada daerah mulut yang terjadi akibat gagalnya jaringan
lunak untuk menyatu selama perkembangan embrio (pengantar ilmu
keperawatan anak, salemba medika : 22) .
Insiden celah bibir dengan atau tanpa adanya celah pada palatum, kira-
kira terdapat 1:6000 kelahiran; insidens celah palatum saja sekitar 1:10.000
kelahiran. Bibir sumbing lebih lazim terjadi pada laki-laki. Kemungkinan
penyebabnya meliputi ibu yang terpajan obat, kompleks sindrom-malformasi,
murni-tak diketahui atau genetic. Factor genetic pada bibir sumbing dengan
atau tanpa celah palatum, lebih penting daripada celah palatum saja. Namun,
keduanya dapat terjadi secara sporadic; insidens tertinggi kelainan ini terdapat
pada orang Asia dan terendah pada orang kulit hitam. (Nelson,2012)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis dengan menggunakan pola
pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney
dan mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori BBL dengan Labioskizis dan
Labiopalatoskizis.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada BBL
dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada BBL dengan Labioskizis
dan Labiopalatoskizis dengan pendekatan Varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian pada BBL dengan Labioskizis dan
Labiopalatoskizis
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada
2
BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada BBL dengan
Labioskizis dan Labiopalatoskizis
5) Merancang intervensi pada BBL dengan Labioskizis dan
Labiopalatoskizis
6) Melakukan implementasi pada BBL dengan Labioskizis dan
Labiopalatoskizis
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Umur/tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Tanggal masuk RS :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu : Umur pasien seharusnya didapatkan dari
anamnesa dan dicatat untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental
fisiknya belum siap dan termasuk dalam
menunda dan usia 20 - 35 tahun adalah masa
reproduktif, sedangkan umur lebih dari 35
adalah termasuk fase mengentikan dan dapat
juga terjadi faktor risiko (Sulistyawati, 2010).
Pendidikan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
1.
IV 2 jam 2 jam
Pola Keterangan
2. PemeriksaanFisik
Kulit : Warna kulit terihat biru menunjukan bahwa
keadaan bayi buruk dengan angka penilaian 0 Pada
penilaian apgar (UNPAD, 1983). Adanya sianosis pada
evaluasi warna kulit menunjukan adanya tanda tanda
asfiksia (Prawirohardjo, 2010).
Ukuran kecil dan tidak memiliki lemak, kulit
sangat tipis, pembuluh darah mudah terlihat (Jesen,
2004)
Mata : Mata tertutup rapat (Ballard Score)
Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung menandakan
bahwa bayi baru lahir mengalami gawat nafas (Glance
neonatoligi,2009).
Mulut : Terlihat adanya pernafasan megap megap
(Prawirohardjo,2010).Adanya sianosis central yang
terjadi pada bibir bayi(Glance neonatologi,2009).
Dada : Adanya retraksi didinding dada menandakan
bahwa bayi baru lahir mengalami gawat nafas (Glance
neonatologi,2009).
Genetalia : Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi
dan rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun ke
dalam skrotum.untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora belum tertutup oleh mayora
(Surasmi, 2009)
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Neurologis atau Refleks
Refleks moro : Pada bayi Labioskizis dan
Labiopalatoskizis reflex moro negative
(Prawirohardjo, 2010).
Refleks tonic neck : Pada bayi Labioskizis dan
Labiopalatoskizis reflex tonic neck negative
(Prawirohardjo, 2010).
Refleks rooting : Pada bayi Labioskizis dan
Labiopalatoskizis reflex rooting
negatif(Prawirohardjo, 2010).
Refleks sucking : pada bayi Labioskizis dan
Labiopalatoskizis Refleks sucking positive
(Prawirohardjo, 2010).
Refleks graps : Pada bayi Labioskizis dan
Labiopalatoskizis reflex graps negative
(Prawirohardjo, 2010).
Refleks babinski : Pada bayi Labioskizis dan
Labiopalatoskizis reflex babinski negatif
(Prawirohardjo, 2010).
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
II. Interpretasi Data Dasar
Dx :
Ds : Mencantumkan data subyektif yang mendukung adanya diagnosa
Do : Mencantumkan data obyektif yang mendukung adanya diagnosa
III. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial
Diagnosa Potensial :
- Hiperbillirubinemia
- Hipoglikemia
- Pneumonia Aspirasi
- Infeksi
Masalah Potensial :
- Ketidakseimbangan suhu tubuh
- Masalah pemberian ASI
- Penurunan turgor kulit
- Perdarahan karena pembuluh darah yang rapuh
Berdasarkan buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal apabila
asfiksia berlanjut maka akan menimbulkan kerusakan otak yang
menyebabkan kelainan kelainan pada fungsi tubuh (kecacatan) bahkan
dapat menyebabkan kematian neonatal.
IV.Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Untuk memberikan tindakan yang harus segera dilakukan kepada pasien
untuk mengurangi angka kesakitan, kecacatan bahkan kematian pada klien.
V. Intervensi
1. Memberitahukan kepada klien atau orang tua klien mengenai kondisi
klien dari hasil pemeriksaan.
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2007).
2. Memberikan kehangatan pada bayi dan daerah sekitar tempat
resusitasi.
Rasional : Bayi yang kedinginan dengan mudah dapat terjadi
hipotermi (Glance, 2009).
3. Mengganjal bahu dengan gulungan handuk / kain.
Rasional : Mengganjal bahu dengaan gulungan handuk merupakan
cara agar kepala ekstensi yang membuat jalan nafas menjadi terbuka
(Prawirohardjo, 2010).
4. Memberikan stimulasi berupa rangsangan taktil
Rasional : Usaha nafas kembali pada bayi dapat dilakukan
dengan pemberian stimulasi berupa rangsangan taktil yang adekuat
(Varney,2008).
5. Membersihkan jalan nafas.
Rasional : Adanya sumbatan pada jalan nafas merupakan indikasi
dari ventilasi yang tidak adekuat (Varney, 2008).
6. Mempersiapkan untuk rujukan.
Rasional : Segera rujuk bila ada salah satu tanda-tanda bahaya
pada neonatus dengan tetap memberikan ventilasi tekanan positif
secara bertahap (Varney, 2008).
VI.Implementasi
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya
VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
S:
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : By. Ny. R
3. Riwayat antenatal
Usia kehamilan ibu adalah 32 minggu 6 hari. Ibu mengetahui
kehamilannya dengan melakukan PP test sendiri dengan hasil
(+). Ibu pertama kali memeriksakan kehamilannya yaitu pada
bidan pada usia kehamilan 16 minggu. Pada trimester kedua ibu
memeriksakan kehamilannya 1 kali dengan keluhan pusing dan
mual-muntah. Pada pemeriksaan ini ditemukan tekanan darah
tinggi yaitu 130/90 mmHg dan oedem pada kaki. Pada trimester
ke dua pada usia kehamilan 28 minggu ibu melakukan USG
dengan hasil berat badan janin kecil dari usia kehamilan. Pada
trimester III ibu juga melakukan pemeriksaan di bidan yaitu
pada usia kehamilan 32 minggu 6 hari.
4. Riwayat Persalinan yang Lalu
No Tahun BB Keadaan Jenis
JK Komplikasi Ket.
. Kelahiran Lahir Bayi Persalinan
O:
1. Pemeriksaan Umum
TTV :
Nadi :135x/menit
Pernapasan :46x/menit
Suhu :36, 6°C
Antropometri :
Panjang badan :51 cm
Berat badan :3200 gram
LiLA :12 cm
Lingkar kepala :23 cm
Lingkar dada :33cm
Lingkar Perut : 22 cm
2. PemeriksaanFisik
Kepala
Tampak simetris, tampak rambut menempel datar pada kulit
kepala, tidak tampak dan tidak teraba benjolan seperti caput
suksedenum, cepal hematoma, terdapat pontanel anterior
berbentuk belak ketupat dan pontanel posterior berbentuk
segitiga, sutura tidak menyatu dan tidak ada molase.
Muka
Muka tampak simetris dan tidak ada kelainan.
Mata
Bentuk ukuran dan jarak masing-masing mata tampak
simetris, tidak tampak rabas, pada mata kedua bola mata ada
dengan ukuran yang sama gerakan bola mata acak dan tidak
sama (strabismus), tidak ada glukoma kongenital, katarak
kongenital, sclera tidak tampak kuning, terdapat pupil
dengan ukuran sama dan reaksi terhadap cahaya baik,
terdapat 2 alis mata dan terpisah.
Telinga
Simetris kiri dan kanan, letak dan bentuk daun telinga
normal, pendengaran baik dengan merespon bunyi atau
suara.
Hidung
Simetris, tidak purulent/darah, tidak mengalami pernafasan
cuping hidung.
Mulut
Bibir tampak tidak simetris, tidak ada bercak pada mukosa
mulut, mukosa mulut berwarna merah muda, pallatum utuh,
bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu, dan
terdapat celah di bibir sebelah kiri.
Leher
Tampak pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak ada
selaput, tidak ada pembengkakan kelanjar thyroid dan vena
jugularis, pergerakan tidak terbatas atau bebas.
Dada
Gerakan dada simetris, dinding dada dan abdomen bergerak
bersamaan saat bayi bernafas, tidak ada praktur klapikula,
puting susu terbentuk dengan baik, menonjol simetris kanan
dan kiri, bunyi nafas tidak terdengar wheexing dan ronchi,
bunyi jantung tajam jelas dan terdengar tunggal di bunyi
jantung I dan II dan tidak terdengar murmur.
Bahu, lengan dan tangan
Tampak bergerak bebas dan simetris, tidak ada praktur
klapikula, dan praktur humerus, kedua lengan sama panjang,
tidak ada polidaktili dan sidaktili.
Abdomen
Abdomen tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada
abdomen, tampak bergerak bersamaan dengan gerakan dada
saat bernapas, tidak teraba masa dan distensi, tali pusat
tampak di ikat dengan benang, tidak terjadi penonjolan
disekitar tali pusat saat bayi menangis, tidak mengalami
bengkak, tidak bernanah, tidak berbau.
Genetalia
Labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat 2
lubang yang berbeda yaitu uretra dan vagina.
Kaki dan tungkai
Tampak bergerak bebas, kaki dan tungkai simeteris, jari kaki
tidak polodaktili dan sidaktili.
Punggung
Tulang punggung tampak fleksi, tidak ada spina bifida, dan
meningokel.
Anus
Berlubang pada posisi normal
Kulit
Warna kulit bayi merah, terdapat vernix caseosa berwarna
keputihan, dan tidak berbau, tampak lanugo disekitar bahu,
daun telinga dan dahi bayi tidak ada pembengkakan dan
bercak hitam, tidak ada tanda lahir.
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
A:
P:
PEMBAHASAN
Celah bibir dan palatum nyata sekali berhubungan erat secara
embriologis, fungsionil, dan genetic. Celah bibir muncul akibat adanya
hipoplasia lapisan mesenkim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus
nasalis media dan prosesus maksilaris. Celah palatum muncul akibat
terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau memfusikan lempeng
palatum (Nelson,2012) .
Kasus yang terdapat dari kasus diatas adalah merupakan kasus
Labioskizis atau bibir sumbing, jenisnya adalah Unilateral Incomplite,
yaitu celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
Dari kasus pada bab III, data-data subjektif dari yang disampaikan
oleh ibu, bahwa pada bibir bayinya ditemukan celah, sehingga anaknya
susah menelan dan menyusu. Hal ini cocok dengan definisi yang
menjelaskan bahwa Labioskizis adalah merupakan congenital anomaly
yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Celah bibir atau
labioskizis yaitu suatu fisura atau lubang pada yang dapat terjadi secara
tunggal atau secara kombinasi, disebabkan oleh kegagalan jaringan lunak
atau jaringan tulang palatum dan rahang atas menyatu selama minggu
kelima sampai minggu ke-12 gestasi. Defek tersebut umumnya dapat
bersifat unilateral atau bilateral.
Dikarenakan terdapatnya celah dibibir pasien, hal inilah yang
dinyatakan ibu bahwa anaknya sulit untuk menelan.
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi
ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang
meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik.
Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir
sumbing dilakukan hokum sepuluh ( rule of ten ) yaitu berat badan bayi
minimal 10 pon, kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan
kadar leukosit minimal 10.000/UI.
Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu
mempunyai reflex mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin
dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara. Bila anak sukar
menghisap sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bttles). Untuk
mengatasi gangguan menghisap, pakailah dot yang panjang dengan
memeras botol maka susu dapat didorong jauh di belakang mulut hingga
dapat dihisap. Jika anak tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup
sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan
sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan
tindakan bedah.Tindakan bedah, dengan kerjasama yang baik antara ahli
bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli wicara.
Setelah dilakukan pembedahan perlu dilakukan perawatan dari
menjaga nutrisi yang adekuat bagi pasien, menjaga kebersihan luka
pascaoperasi, memberikan dukungan pada anak dan tetap memperhatikan
aktivitas si pasien, serta pastikan keadaan umum bayi membaik, tanda-
tanda vital bayi dalam batas normal dan tetap diberikan perawatn yang
intensif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Celah bibir dan palatum nyata sekali berhubungan erat secara
embriologis, fungsionil, dan genetic. Celah bibir muncul akibat adanya
hipoplasia lapisan mesenkim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus
nasalis media dan prosesus maksilaris. Celah palatum muncul akibat
terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau memfusikan lempeng
palatum (Nelson,2012) .
B. Saran
a. Tenaga Kesehatan
Memberikan informasi kesehatan tentang kelainan bawaan dan
menganjurkan untuk deteksi dini dan pencegahan awal pada kehamilan
sangat dianjurkan pada wanita yang akan hamil dan melahirkan.
Perbaikan nutrisi sebelum hamil dan pemenuhan nutrisi saat kehamilan
sangat penting.Menjelaskan tentang pentingnya mengkonsumsi asam
folat, karena asam folat adalah suatu unsur yang membangun vitamin B
kompleks dan diperlukan bagi perkembangan sel-sel darah merah yang
normal.Defisiensi asam folat pada kehamilan akan menyebabkan
anemia megaloblastik karena sel-sel janin yang berkembang dengan
cepat akan bersaing dalam mendapatkan asam folat untuk membentuk
inti sel.
b. Pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien dan keluarga untuk memeriksakan
kehamilan minimal empat kali dalam kehamilan.Yaitu satu kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester
III.Yang berguna untuk mendeteksi dini dan pencegahan komplikasi
yang tidak diinginkan.
c. Bagi Penulis
Diharapkan bisa menjadi bahan bacaan sebagai informasi yang
bermanfaat bagi untuk perkembangan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia, S.ST. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak 3. Ja.Menu sehatkarta: Info Medika Jakarta
Varney, Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Reeder, Sharon J., “Keperawatan maternitas kesehatan wanita, bayi & keluarga,
volume 2, edisi 18”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Behrman, Richard. E., Robert M. Kliegman, Anna M. Arvin, “Nelson Ilmu
Kesehatan Anak
Volume 2 (Nelson Textbook Of Pediatrics)”, 2002, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul A., “Pengantar Ilmu Keperawatan Anak”, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta.
Marmi, dkk., “Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah”, Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Dewi, Vivian Nanny Lia., “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”, 2013,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta.