Rotifera SP
Rotifera SP
OLEH:
EVI NURSANTI
1922010022
A (BDP)
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirohim.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Teknik kultur Rotifera”.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan......................................................................................... 1
3.1 Kesimpulan….............................................................................. 14
3.2 Saran…....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. untuk mengetahui aspek biologi dari rotifera.
b. untuk mengetahui cara perkembangan dari rotifera.
c. untuk mengetahui manfaat rotifer dalam dunia perikanan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Phylum : Avertebrata
Klas : Aschelmintes
Sub klas : Rotaria
Ordo : Eurotaria
Family : Brachionidae
Sub family : Brachioninae
Genus : Brachionus
Species : Brachionus plicatilis
Brachionus termasuk salah satu genus yang sangat populer diantara
sekian banyak jenis Rotifera. Genus ini terdiri dari 34 spesies Dahril, (1996)
dalam Wahyuni (2009). Menurut Mudjiman (2002) bahwa selain Brachionus
plicatilis dikenal juga beberapa spesies dari genus Brachionus, antara lain:
Brachionus pala, Brachionus punctatus, Brachionus abgularis, dan Brachionus
moliis.
2
Gambar 2.1. Brachionus plicatilis (Sumber; Mokoginta 2003)
Dari hasil penelitian Snell & Garman (1996) dalam Wahyuni (2009),
menyimpulkan bahwa perkembangan rotifera secara kawin atau tidak kawin
sebenarnya terjadi pada waktu yang hampir bersamaan perkawinan. Peristiwa
3
perkawinan Brachionus plicatilis akan sangat bergantung pada peluang
terjadinya kontak antara Brachionus plicatilis jantan dengan Brachionus
plicatlis betina. Pada saat populasi meningkat, jumlah jantan semakin banyak
maka peluang untuk tejadinya perkawinan akan semakin besar.
Lama hidup Brachionus plicatilis betina berkisar antara 12-19 hari dan
umur Brachionus plicatilis jantan berkisar antara 3-6 hari. Antara bentuk
jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang mencolok yaitu, Brachionus
jantan memiliki bentuk tubuh yang jauh lebih kecil daripada yang betina dan
juga mengalami degenerasi dan yang jantan biasanya muncul pada musim-
musim tertentu saja baik secara partenogenesis. (Anonim, 1990)
4
akan menetas menjadi jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan
menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur ini mengalami masa istirahat sebelum
menetas menjadi betina amiktk. Betina amiktik adalah betina yang tidak dapat
dibuahi. Dari betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara aseksual
akan terjadi lagi. Betina miktik hanya akan menghasilkan telur miktik
demikian pula sebaliknya.
5
2.1.4 Makanan Rotifera
Pada suatu unit pembenihan, penyediaan pakan alami untuk larva ikan
dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu kultur murni atau skala laboratorium
dan kultur massal atau dalam bak bervolume besar, Brachionus sp. dapat
berkembang dengan baik jika dipelihara di tempat yang mendapat sinar
matahari (Mujiman, 1998). Brachionus plicatilis bersifat euthermal.
6
a. Suhu
Pada suhu 15°C Brachionus plicatilis masih dapat tumbuh, tetapi tidak
dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu di bawah 10°C akan terbentuk telur
istirahat. Kenaikan suhu antara 15-35°C akan menaikkan laju reproduksinya.
Kisaran suhu antara 22-30°C merupakan kisaran suhu optimum untuk
pertumbuhan dan reproduksi.
b. Salinitas
c. Derajat keasaman
7
Metode panen harian, rotifera dikultur dengan kepadatan 20
individu/mL kemudian dipanen pada hari ke-5 setelah mencapai kepadatan
100-150 individu sebanyak 30% dari total kultur. Selanjutnya bak kultur
rotifera diisi kembali dengan phytoplankton (kepadatan 3-4 juta sel/mL)
pemanean dilakukn dengan menggunakan plankton net 40 mikron dan
disaring kembali dengan plankton net 250 mikron untuk memisahkan kotoran.
a. Pembibitan
8
air kolam bertujuan agar bakteri dan jasad renik sebagai pakan rotifera dapat
tumbuh.
Pada hari ketujuh, bibit rotifera yang diperoleh dari perairan umum
dimasukkan ke dalam media pembibitan. Untuk memastikan ada tidaknya
Rotifera dalam air harus dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Dalam
waktu 1-2 minggu rotifera sudah berkembang dengan baik, dan dapat
diinokulasikan untuk dipelihara. (Mujib, 2008)
b. Pemeliharaan
Setelah tujuh hari, kondisi air media sudah siap ditebari bibit
Rotifera. Panen dapat dilakukan pada minggu berikutnya ketika
populasi Rotifera mencapai puncak. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan plankton net. Kepadatan populasi akan bisa
9
dipertahankan tetap tinggi selama satu bulan apabila setiap 5-6 hari
dilakukan pemupukan ulang sebanyak separuh dosis pupuk awal.
c. Pemanenan
10
Pemupukan ulang perlu dilakukan untuk mempertahankan populasi
Rotifera dengan dosis sebanyak setengah dosis pemupukan awal. Sebaiknya
pemupukan dilakukan setiap 5-6 hari sekali. Rotifera hidup pada perairan
yang banyak tersuspensi bahan organik. Kesukaannya memakan organisme
lain yang mempunyai ukuran lebih kecil, seperti ganggang renik, ragi, bakteri,
dan protozoa. Pada tubuhnya terdapat organ khusus yang disebut korona.
Organ ini bentuknya bulat dan dilengkapi bulu getar sehingga tampak seperti
roda (Mujib, 2008).
11
menyesuaikan dengan kebutuhan kultivan ikan yang dipelihara. Untuk
memenuhi kebutuhan kultivan tersebut disyaratkan sifat fisiologi jenis/species
pakan hidup yang dikultur, ukuran, kecepatan reproduksi, kemampuan
tumbuh, dan nilai nutrisi dari setiap jenis pakan alami.
12
pakan alami dalam pemliharaan larva harua memenuhi kriteria tertentu yaitu:
ukuran sel sesuai dengan bukaan mulut larva, kandungan nutrisi cukup tinggi,
mudah dicerna dan dapat diserap dalam tubuh larva, gerakannya lambat
sehingga larva ikan mudah menangkapnya, mudah dikultur dan mampu
bertahan hidup terhadap lingkungan yang fluktuatif salinitas, suhu, dan
intensitas cahaya, pertumbuhan populasi membutuhkan waktu yang relatif
cepat sehingga dengan segera dapat digunakan dalam keadaan segar dan
hidup, usaha pembudidayaannya memerlukan biaya yang relatif sedikit,
selama daur hidupnya tidak menghasilkan bahan beracun yang dapat
membahayakan kehidupan larva.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Davis, Charles C. 1955. The Marine and Fresh-Water Plankton. Michingan State
University Press.
http://riskakurniaawati.blogspot.com/2014/05/zooplankton.html
http://pande-artana.blogspot.com/2012/01/rotifera-brachionus-plicatilis-dan.html
15