Anda di halaman 1dari 9

PERILANGAN TANAMAN PADI

LAPORAN PRAKTIKUM PERMULIAN TANAMAN

Oleh

Nova christiani 512018080

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2020
I. DASAR TEORI
Hibridisasi adalah persilangan antar tanaman (dalam spesies sama) yang memiliki sifat-sifat
genetik yang berbeda. Tujuan diadakannya proses hibridisasi adalah agar menghasilkan
perpaduan genetik antara kedua tanaman sehingga diharapkan akan menghasilkan rekombinasi
baru (Soeranto, 2003).
Penyerbukan adalah proses perpindahan tepung sari atau kepala sari ke kepala putik,apabila
perpindahan tersebut terjadi pada satu bunga atau bunga lain pada satu tanaman, maka disebut
dengan penyerbukan sendiri (self pollination). Serbuk sari jika berasal dari bunga tanamn lain
disebut dengan penyerbukan silang (cross pollination), baik tanaman yang menyerbuk sendiri,
maupun tanaman yang menyerbuk silang memiliki kemungking yang sama untuk terjadinnya
penyerbukan yang berkebalikan. Tanaman yang menyerbuk silang memiliki kemungkinan
terjadinnya penyerbukan sendiri sebesar 5 %,begitu juga tanaman yang menyerbuk sendiri
memiliki peluang terjadinya penyerbukan silang sebesar 5 %. Terjadinnya penyerbukan silang
akan meningkatkan keragaman sifat dan genotip dari tanaman. Sedangkan penyerbukan sendiri
akan meningkatkan kehomogenitasan dari suatu tanaman (Sunarto, 1997).
Tujuan lain persilangan adalah pembentukan bangsa baru, grading up, dan pemanfaatan
heterosis. Melakukan persilangan harus betul-betul diperhatikan keunggulan dan kelemahan dari
kedua tetua yang akan disilangkan serta tujuan yang ingin dicapai. Selain itu hal penting dalam
melakukan persilangan yaitu menjaga kelestarian plasma nutfah (Matondang dan Rusdiana,
2013).
Padi merupakan bahan makanan pokok sehari-hari pada kebanyakan penduduk di negara
Indonesia. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan
utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang besar,
serta berkembangnya industri pangan dan pakan (Wahid, 2003). Tanaman padi merupakan
tanaman jenis rumput-rumputan. Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Spesies : Oryza sativa(Herawati, 2012).
Padisecara alami merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang kemampuan menyerbuk
silangnya (outcrossing) sangat rendah (0,5-6,8%). Pada pemuliaan padi hibrida peningkatan
kemampuan menyerbuk silang antara tetua diharapkan dapat meningkatkan produksi benih.
Keberhasilan produksi benih hibrida antara lain ditentukan oleh karakter bunga, kesesuaian
waktu pembungaan kedua tetua, dan karakter morfologi yang lain yang mempengaruhi transfer
tepungsari dari tetua jantan (galur B atau R) ke tetua betina (galur A). Beberapa karakter
agronomi padi seperti jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah spikelet per malai, tinggi
tanaman, daun bendera yang sempit dan pendek, serta eksersi malai juga dapat mempengaruhi
tingkat serbuk silang padi (Widyastuti et al., 2012).
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang
sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsip
yang memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri adalah kleistogami. Kleistogami yaitu
kondisi saat terjadi penyerbukan pada bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya
pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain. Jumlah penyerbukan silang yang mungkin terjadi
pada tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0%-4 atau 5% (Nasir, 2001).
Penyerbukan silang pada tanaman menyerbuk sendiri terjadi di alam secara spontan.
Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya.
Penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari pohon induk
baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan akibatnya hasilnya seringkali
mengecewakan. Persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan diharapkan dengan
dilakukan penyerbukan silang buatan (Welsh, 1991).

II. TUJUAN
1. Mengetahui proses hibridasi atau perkawinan silang
2. Menambah wawasan tentang perkawinan silang pada padi

III. METODOLOGI
3.1 Waktu : 24 Februari 2020 pukul 08:00 WIB
3.2 Tempat : Jalan Kemiri 3 ,kecamatan sidorejo Lor , Kota Salatiga
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Gunting
 Plastic
 Peniti / lidi
 Label nama
 Tali
 Gunting
Bahan :
 Padi varietas mekonggang (jantan)
 Padi varietas umbul (betina)

V. CARA KERJA
 Dicari padi yang masih bunting
 Dipindahkan kedalam ember sedang
 Ditentukan varietas jantan dan varietas betinanya
 Dilabel atau diberi nama padi jantan dan betina
 Dibersihkan bagian padi yang tidak dibutuhkan (kastrasi)
 Lalu dipotong ¾ bagian padi jantan dan betina
 Lalu malai yang ada didalam padi betina dibuang
 Lalu malai yang ada dijantan diambil dan dipindahkan kedalam betina
 Dan lalu dicungkup dan ditunggu
VI. HASIL PENGAMATAN
Pembersihan padi yang tidak dibutuhkan pembuangan alat kelamin jantan

Penyungkupan

VII. PEMBAHASAN
Varietas umbul (bunga jantan) dengan varietas mekonggang (bunga betina) diperoleh benih (F1).
Hal itu menunjukkan bahwa keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh kematangan bunga
jantan (serbuk sari umbul) dan bunga betina (putik sari mekonggang) selain itu keberhasilan
persilangan juga ditentukan oleh waktu persilangan antara jam 10.00 – 13.00. Pada waktu antara
10.00-13.00 suhu udara mempengaruhi kematangan bunga jantan maupun bunga betina yang
akan disilangkan. Metode penyerbukan juga ikut menentukan keberhasilan persilangan.
Serbuksari (bunga jantan) digoyang – goyang diatas putik (bunga betina) yang siap diserbuki
dengan harapan serbuk sari dapat mencapai putik sari dan membuahi. Putiksari yang matang atau
siap diserbuki apabila diserbuki dengan serbuksari yang matang akan menghasilkan embrio.
Perlakuan kastrasi bunga jantan juga ikut menentukan keberhasilan penyerbukan, kastrasi
dilakukan pada saat kepala sari terletak ditengah – tengah butir padi. Sehingga hari berikutnya
putiksari sudah matang dan siap diserbuki. Bunga jantan yang dikastrasi harus dikeluarkan dari
kulit bunga padi secara hati-hati agar putik tidak rusak. Dengan harapan bunga jantan tidak
menyerbuki putik dalam satu bunga padi. Sebab putik yang rusak dapat menyebabkan kegagalan
penyerbukan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persilangan antara Umbul
(bunga jantan) dengan Mekonggang (bunga betina) dan tidak menghasilkan biji F1. Berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan gejala busuk pada bulir padi dan berwarna hitam serta ditumbuhi
jamur. Hal ini diduga karena kelembaban udara relatif tinggi dalam glacine bag dengan
penjelasan sebagai berikut : 1. Setelah proses penyerbukan dilakukan, maka bunga yang
diserbuki segera ditutup dengan glacine bag agar terlindungi dari air hujan maupun hama dan
penyakit. Ternyata kelembaban dalam glacine bag meningkat hal ini dibuktikan dengan
munculnya embun dalam glacine bag. Embun tersebut diduga masuk ke dalam bunga yang
diserbuki yang menyebabkan tumbuh jamur dan kemudian membusuk serta berwarna hitam. 2.
Kelembaban udara dalam glacine bag relatif tinggi, diduga karena suhu dilokasi penelitian relatif
tinggi sehingga menyebabkan kandungan air dalam batang padi yang dibungkus dengan glacine
bag menguap dan ditahan oleh glacine bag. Uap air berubah menjadi air kemudian jatuh masuk
ke dalam bunga padi yang sudah diserbuki. Hal ini didukung dengan bukti pengamatan kondisi
iklim pada bulan April September 2008, yaitu suhu udara rata-rata 28,4 C, suhu udara maximum
33,9 C dan suhu udara minimum 24,4 C. Suhu udara tersebut lebih tinggi dibanding bulan April
sampai dengan Septemer 2008. Data rata-rata lama penyinaran matahari pada bulan September
2008 sebesar 1013 %, lebih tinggi dibanding bulan April-Agustus. Sedangkan pada bulan
September 2008 Intensitas Penyinaran matahari sebesar 881 cal/cm/hari, lebih tinggi dibanding
bulan April-Agustus. Padahal kegiatan persilangan dilakukan antara bulan September – Oktober
2008. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penguapan air dalam tanaman yang ditutup
dengan glacine bag sehingga uap tertahan oleh glacine bag. Kemudian uap air tersebut
mengembun dan masuk ke dalam kulit bunga padi dan merusak proses penyerbukan. Faktor lain
yang menyebabkan persilangan tidak menghasilkan biji F1 diduga karena serbuk sari yang
digunakan mengalami kerusakan secara fisik. Benih padi varietas umbul yang ditanam dilokasi
penelitian kurang begitu banyak menghasilkan bunga padi sehingga sedikit menghasilkan serbuk
sari. Padahal tetap dibutuhkan serbuk sari Varietas umbul untuk diserbukkan pada bunga betina
padi varietas mekonggang. Karena dalam pengambilan sampel cara membawanya kurang baik.
Hal ini dilakukan setiap kali mau melakukan penyerbukan. Hal ini diduga dengan terjadinya
kerusakan fisik serbuk menyebabkan penyerbukan gagal terjadi dan tidak menghasilkan buah
(benih F1). Faktor manusia juga ikut menentukan keberhasilan proses penyerbukan silang
tersebut, sebab menyerbukan memerlukan keahlian khusus dalam persilangan bunga padi.
Keahlian seseorang dalam persilangan bunga padi merupakan salah faktor yang menentukan
keberhasilan persilangan.

VIII. KESIMPULAN
1. Secara garis besar tahapan hibridisasi adalah persiapan, emaskulasi, isolasi, pengumpulan
serbuk sari, penyerbukan, penutupan bunga, pelabelan.
2. Yang dimana Faktor manusia juga ikut menentukan keberhasilan proses penyerbukan
silang tersebut, sebab menyerbukan memerlukan keahlian khusus dalam persilangan
bunga padi. Keahlian seseorang dalam persilangan bunga padi merupakan salah faktor
yang menentukan keberhasilan persilangan

IX. DAFTAR PUSTAKA


Herawati, D. W. 2012. Budidaya Padi. Javalitera, Yogyakarta.
Matondang, R. H., dan Rusdiana, S. 2013. Langkah-Langkah Strategis Dalam Mencapai
Swasembada Daging Sapi Atau Kerbau. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 32(3):131-
139.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Soeranto, H. 2003. Peran IPTEK Nuklir dalam Pemuliaan Tanaman untuk Mendukung Industri
Pertanian. Jurnal Pemuliaan Tanaman. Vol 3(1).
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.
Wahid, A. S. 2003. Peningkatan Efisiensi Pupuk Nitrogen pada Padi Sawah dengan Metode
Bagan Warna Daun. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 22(4): 156-161.
Welsh, J. R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga, Jakarta.
Widyastuti, Y., I. A. Rumanti., dan Satoto. 2012. Perilaku Pembungaan Galur-galur Tetua Padi
Hibrida. Iptek Tanaman Pangan. Vol 7(2): 67-78.

X. LAMPIRAN

Pembersihan padi yang tidak dibutuhkan pembuangan alat kelamin jantan

Penyungkupan
 

Anda mungkin juga menyukai