Ischemic Heart GOAL: mengurangi atau mencegah gejala angina dan memperbaiki kualitas
Disease-Angina hidup (jangka pendek) mencegah MI, aritmia dan HF (jangka panjang)
β-Adrenergic Blockers
↓ detak jantung, kontraktilitas, TD MVO2
B blocker tidak memperbaiki suplai oksigen
Monoterapi β-Blockers efektif untuk angina stabil exertion kronis dan
kombinasi dengan nitrat dan CCB
Monoterapi CCB jika β-Blockers tidak efektif dan tidak dapat
ditoleransi
β-Blockers kardioselektif meminimalkan efek samping difungsi
seksual, bronkospasme
ES: hipotensi, bradikardi, dekompensasi gagal jantung, kelelahan ,
malaise, depresi, merubah metabolisme glukosa
Nitrates
Nitrat ↓ MVO2 sekunder pada venodilatasi dan dilatasi arteri
Melewati metabolisme lintas pertama di hati, waktu paruh pendek 1-5
menit, kecuali ISMN (5 jam), Vd besar, kadar kliren tinggi
Digunakan untuk serangan angina akut, mencegah stress induksi
serangan
Untuk profilaksis panjang kombinasi dengan CCB dan β-Blockers,
tablet kunyah, oral dan trandermal dapat diterima untuk profilaksis
jangka panjang
NGT SL 0,3-0,4 mg meredakan nyeri 75% dalam waktu 3 menit
ISDN dimetabolisme menjadi ISMN
ES: Hipotensi postural, takikadia, sakit kepala
Calcium channel blocker
Bekerja langsung melalui vasodilatasi arteriol sistemik dan arteri
koroner, ↓ tekanan arteri
Verapamil dan diltiazem memiliki efek vasodilatasi perifer lebih kecil
dibandingkan Nifedipin, tetapi lebih baik dalam ↓ konduksi AV
CCB ↓ MVO2 → ↓ tekanan arteri
Digunakan untuk pasien KI β-Blockers, angina prizmental, PAD,
hipertensi dan disfungsi ventrikel
Amlodipin piilihan untuk disfungsi ventrikel
Ranolazine
↓ kelebihan Ca mikosit eskemik melalui ≠ aliran Natrium
Dindikasikan untuk angina kronis
QT interval yang panjang, maka dikombinasikan dengan Amlodipin,
β-Blockers dan Nitrat
ES: Pusing, sakit kepala, konstipasi dan mual
Acute Coronary Fibrinolitik
Syndrome STE Diindikasikan pada pasien STE MI dengan onset nyeri dada 12 jam
MI KI: riwayat perdarahan, stroke, stroke iskemik, perdarahan internal
aktif, lesi struktur cerebrovaskuler, trauma kepala
Alteplase, reteplase, tenecteplase agen fibrin spesifik yang lebih
disukai dibanding agen fibrin non spesifik
Digunakan segera atau 30 menit setelah gejala dengan regimen
tunggal
Alteplase 15 mg IV bolus diikuti 0,5 mg/kg infus, Reteplase 10 unit
IV setelah 2 menit, diikuti 30 menit kemudian 10 unit, Tenecteplase
30 mg/<60 kg setelah 5 detik, Streptokinase 1,5 jut unit
ES: Perdarahan intrakranial dan perdarahan mayor, resiko ICH pada
streptokinase
Aspirin
Diberikan jika tidak KI dan sebelum 24 jam sebelum masuk RS
↑ resiko perdarahan oleh aspirin ditambah P2Y12 inhibitor, diberikan
dosis rendah 81 mg
Dosis maintenance 75-162 mg
RS: dispepsia, mual, perdarahan lambung
Platelet P2Y12 inhibitor
Clopidogrel, prasugrel, ticagrelor memblok ADP reseptor (P2Y12)
dalam platelet, mencegah ikatan ADP dengan reseptor
Ditambahakan dengan aspirin pada pasien STE MI
Clopidogrel loading dose 300 mg diikuti 75 mg oral, 600 mg sebelum
PCI primer, Prasugrel 60 mg diikuti 10 mg, Ticagrelor 180 mg diikuti
90 mg
ES: Clopidogrel mual muntah, diare, trombotik trombositopenia
purpurea. Ticagrelor mual, diare, dispnea, bradiaritmia
Glikoprotein IIb/IIIA receptor inhibitor
Memblok jalan akhir agregasi platelet yaitu tautan silang platelet
melalui jembatan antara GP IIB dan IIa reseptor pada permukaan
platelet
Abciximab, eptifibatide, tirofiban digunakan pada pasien STE MI
yang menjalani PCI
Tidak dianjurkan digunakan rutin apabila telah menggunakan
fibrinolitik dan bivalirudin karena resiko perdarahan
ES: perdarahan meningkat pada CKD maka dosis epftibatide dan
tirofiban diturunkan, trombositopenia
KI: riwayat stroke perdarahan dan stroke iskemik
Antikoagulan
UFH dan bivalirudin disukai pada pasien yang menjalani PCI
UFH dimulai pada PCI primer 50-70 unit/kg apabila GP Iib/IIIa
direncanakan
Bivalirudin untuk PCI dengan STE MI 0,75 mg IV bolus
Enoxaparin 1 mg/kg tiap 12 jam ClCr > 30 ml/min, 24 jam pada
gangguan ginjal CrCl 15-29 ml/min
Gunakan UFH minimal 48 jam, fondaparinux selama perawatan
sampai 8 hari
β-Adrenergic Blockers
Jika tidak KI, gunakan segera (24 jam pertama)
↓ detak jantung, kontraktilitas miokard dan tekenan darah, ↓
kebutuhan oksigen miokardial, ↓ resiko serangan ulang iskemik
Metoprolol 5 mg ulangi tiap 5 menit dengan total dosis 15 mg,
Propanolol 0,5-1 mg, Atenolol 5 mg
ES: hipotensi, gagal jantung akut, bradikardia
Statin
Berikan dosis tinggi baik atorvastatin maupun rosuvastatin untuk
semua pasien dengan PCI untuk ↓ frekuensi dari periprosedural MI
Nitrat
NTG → venodilatasi, ↓ preload dan kebutuhan oksigen miokardial,
vasodilatasi arteri→ ↓ TD juga meredakan vasopasme, memperbaiki
aliran darah miokard serta oksigenasi
NTG SL 0,5 mg tiap 5 menit hingga 3 dosis untuk meredakan nyeri
dada dan iskemik miokard
NTG IV 5-10 mcg/menit diindikasikan pada pasien ACS iskemik
persisten dan tidak KI.
ES: takikardia, sakit kepala dan hipotensi
KI: pasien yang menggunakan posfodiesterase 5 inhibitor atau
vardenafil dalam waktu 24 jam atau tadalafil dalam waktu 48 jam
Calsium Channel Blocker
Setelah STE MI, CCB digunakan untuk meredakan gejala iskemik
pada pasien yang KI dengan β-blockers
CCB yang ↓ detak jantung (diltiazem, verapamil) lebih disukai
meski mengalami bradikardia.
Hindari pemakaian Nifedipin karena → aktivasi refleks simpatis,
takikardia, dan memperparah iskemik miokardial
Diltiazem 120-360 mg SR 1 x sehari, Verapamil 180-480 SR 1 x
sehari, Amlodipin 5-10 mg 1 x sehari
Stroke Iskemik Alteplase (t-PA tissue plasminogen activator) diberikan dalam 4,5
jam serangan untuk ↓ disabilitas dari stroke iskemik
Hindari penggunaam antikoagulan dan antiplatelet dalam 24 jam
Statin ↓ reisko stroke pada pasian CAD
Heparin Berat Molekul Rendah atau UFH SC dosis rendah untuk
pencegahan trombosis vena dalam
Pencegahan sekunder
Aspirin 160-325 mg/hari dimulai antara 24 dan 48 jam setelah selesai
alteplase
Antiplatelet pada stroke nonkardiembolik, Aspirin, clopidogrel,
Dipiridamol ER + aspirin merupakan lini pertama
Batasi kombinasi clopidogrel dengan ASA pada pasien riwayat IM.
Dan stenosis intrakranial, hanya dosis ultra kecil untuk minimalisir
perdarahan
Antikoagulan oral rekomendasi untuk fibrilasi atrial, Warfarin
(antagonis vit k) merupakan lini pertama, tetapi antikoagulan
dabigatran direkomendasikan pada beberapa pasien
Hiperlipidemia BAR
Kolestiramin, kolestipol, kolesevelam mengikat asam empedu di
usus halus, ≠ sirkulasi enterohepatik asam empedu, merangsang
sintesis asam empedu hepatik
BARs untuk hiperkolestrolemia familial, hipoliprotenemia IIa
ES: konstipasi, kembung, perut penuh, mual. Diatasi dengan
konsumsi air, gangguan absorbsi vit A,D,E,K, hipernatremia,
hiperkloremia, ↓ BA obat asam warfarin, as nikotinat, PCT, HCT
diatasi dengan interval pemberian 6 jam
Niasin
↓ sintesis HLDL hepatik→ ↓ LDL, ↑ HDL dengan cara melalui ↓
metabolisme
Lini kedua hiperkolestonemia
Lini pertama atau altenatif hipertrigliseridemia dan dislipidemia
diabetes
Rasa gatal dikurangi dengan aspirin 325 mg, gunakan dengan
makanan
ES: abnormalitas hasil lab tes fungsi hati, huperurisemia,
hiperglikemia, eksaserbasi gout dan diabetes
KI: Penyakit hati
Nilaspan harus diresepkan
Nikotinamide tidak digunakan untuk dislipidemia karena tidak efektif
↓ TG dan kolesterol
HMG-CoA Reductase Inhibitors
Statins (atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pitavastatin, pravastatin,
rosuvastatin, dan simvastatin) ≠ 3-hydroxy-3-methylglutaryl
coenzyme A (HMG-CoA) reductase
≠ konversi HMG CoA menjadi mevalonat, ↑ katabolisme LDL
Monoterapi paling potent untuk TC dan LDL (30%)
Kombinasi BAR + Statin lebih kuat dalam degradasi LDL, ≠ sintesis
kolesterol intraseluler, ≠ siklus ulang enterohepati dari asam empedu
Kombinasi Statin + ezetimibe ≠ absorpsi kolesterol melalui sal cerna
(12-20%)
Asam Fibrat
Monoterapi gemfibrozil, fenofibrate, clofibrate efektif ↓ VLDL,
tetapi LDL dapant ↑ dan TC relatif tidak berubah. HDL↑ 10-15%
Gemfibrozil ↓ sintesis VLDL, Clofibrat kurang efektif dibanding
gemfibrozil dan niasin
ES: gangguan GI, ruam, pening, ↑ transaminase dan alkalin
posfatase, mialgia, kaku, malaise, kelelahan, ↑ Creatin kinase dan
AST pada gangguan ginjal
Mempotensiasi antikoagulan oral dan monitoring INR jika
dikombinasikan dengan antikoagulan
Ezetimibe
Mengganggu absorbsi kolesterol di usus
Diberikan dengan atau tanpa makanan
Pemberian tunggal ↓ LDL 18%, Ezetimibe + Statin ↓ LDL 12-20%
ES: gangguan GI
Suplemen Minyak Ikan
Diet tinggi asam lemak omega 3 polyunsturated, umumnya
eicosapentaeonic acid, ↓ TG, LDL, VLDL, ↑ HDL
ES: trombositopenia, gangguan perdarahan
BARs, statins, niacin, atau ezetimibe untuk hiperkoletolemia
familial, hiperlipoprotenemia IIa
Statins, niacin, atau gemfibrozil hiperlipoprotenemia IIb,
Fibrat atau Niasin untuk Hiperlipoproteniemia III
Niasin untuk TG yang cukup tinggi
Fibrat dan Niasin untuk HDL rendah
INFEKSI
ISPBA Otitis Media Nyeri otitis media menggunakan analgesik oral
H. influenzae, M. Asetaminofen atau ibuprofen
catarrhalis, Dekongestan tidak direkomendasikan pada karena
S.pneumoniae keuntungan yang sedikit
Menunda pengobatan antibiotik pada anak 6-12 tahun
tanpa gejala dan diagnosa pasti
Amoxisilin, Amok-Klavu Lini pertama, jika gagal lini 1
maka diberikan Cefdinir, Cefuroxime, Cefdoxime,
Cefprozil, Ceftriaxone IM
Azytromisin, klaritomisin jika alergi tipe 1
Anak <6 tahun dengan OM moderat, AB digunakan 5-7
hari atau 3-5 hari tetapi tidak direkomendasikan pada
anak <2tahun
Faringitis Asetaminofen dan NSAID direkomendasikan untuk
Streptococcus meredakan nyeri
pyogenes, Viruses Penggunaan AM harus dibatasi apabila terdapat
(rhinovirus, epidemiologi dan GABHS
coronavirus, and Penicilin V, Penisilin G (benzatin), Amoksisilin adalah
adenovirus) AB yang lebih disukai lama pengobatan 10 hari kecuali
group A β-hemolytic Benzatin satu dosis
Streptococcus Cephalexin, Cefadroxil, Klindamisin, Klaritromisim
(GABHS) (10 hari pengobatan) Azytromisin (5 hari pengobatan)
digunakan jika alergi dengan golongan penisilin
Sinusitis Fenileprin dan oksimetazolin adalah dekongestan nasal
S. pneumoniae H. mengurangi inflamasi melalui vasokontriksi
influenzae Anak: Amoks-Klavu lini pertama, Klindamisin dan
Levofloksasin digunakan jika alergi β-Lactam
Dewasa: Amox-klavu lini pertama, Doksisiklin lini
kedua. Jika alergi dengan β-Lactam gunakan Doksisiklin,
Levofloxacin, Moxifloxasin
ISPBB Bronkitis Akut
Haemophilus Aspirin, Asetaminofen, Ibuprofen diberikan 4-6 jam,
influenzae, Dekstrometorfan diberikan jika terdapat batuk ringan,
Streptococcus Kodein untuk batuk sedang, Azitromisin dan
pneumoniae, Lefofloksasin jika disebabkan M. Pneumoniae
Escherichia coli, Aspirin dihindari pada anak karena sindrom Reye
Enterobacter Goal: memberikan kenyamanan pada pasien, mengobati
species, Klebsiella, dehidrasi
and Ampisilin, Amoksisilin, Siprofloksasin, Levofloksasin,
Pseudomonas Doksisiklin, Tetrasiklin, dan Cotrimoksatol (lebih
aeruginos disukai) Azitromisisn, Eritomisin dan Klaritromisin
(tambahan)
Kronik
Bronkodilator oral/aerosol (Albuterol) digunakan untuk
eksaserbasi pulmonari akut
Inhalasi kerja panjang Ipatropium/tiotropium ↓
frekuensi batuk, volume sputum dan keparahan batuk.
Makrolida generasi ke 2, Sefalosporin gen 2 atau 3 untuk
Bronkitis kronis dengan gejala tidak menetap dan tidak
ada faktor resiko
Parkinson Antikolinergik
Triheyphenidil dan Benztropin memperbaiki tremor dan terkadang
distonia. Monoterapi antiparkinson
ES: mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, lupa,
kebingungan, sedasi, depresi dan ansietas
Levodopa dan Carbidopa
L-dopa paling efektif, merupakan prekursor dopamin dan dapat menembus
sawar otak
Pada SSP dan perifer, L-dopa dikonversi menjadi dopamin oleh L- asam
amino dekarbiksilase (LAAD). Pada perifer, Carbidopa dapat memblok
LAAD menyebakan ↑ penetrasi L-dopa ke SSP, ↓ ES dopamin
Waktu paru eliminasi 1 jam
Amantadin
Diberikan untuk tremor, bradikinesia, kekakuan
ES: Sedasi, mulut kering, halusinasi, pusing dan kebingungan
Monoamin Oksidase B inhibitor
Selegline dan Rasagline inhibitor MAOB selektif reversibel.
KI: meperidin dan analgesik opioid karena resiko sindrom serotonin
Seleglin ≠ pemecahan dopamin dan dapat memperpanjang durasi kerja L-
dopa sampai 1 jam. ↑ pucak efek L-dopa dan dapat memperparah diskinesia
atau gejala pisikiatri.
Metabolit selegline adalah l-metamphetamine dan l-amphetamine
Rasagline diberikan 1 jam , lini pertama manajemen fluaktuasi L-dopa
Catechol-O-Metiltransferase Inhibitor (COMT)
Tolcapon dan entacapone digunakan dengan carbidopa utnuk mencegah
konversi perifer L-dopa→ Dopamin
Hindari pemakaian bersamaan MAOi untuk menghindari inhibisi jalur
metabolisme katekolamin
COMT menhambat lebih efektif dibandingakan CR Carbidopa
Tolcapon digunakan terbatas karena potensi toksisitas hati yang fatal
Entacapon memiliki waktu paruh pendek. ES: urin coklat kekuningan
Antagonis Dopamin
Derivat ergot Bromokriptin dan nonergot Pramipexole, Rotigotine dan
Ropinirole berguna terapi tambahan pada pasien fluaktuasi L-dopa
Nonergot lebih aman dan efektif sebagai monoterapi. Lebih disukai pada
pasien muda.
Bromokriptin jarang digunakan karena resiko fibrosis pulmonal dan kurang
efektif
Pramipexole diekskresikan ginjal, Ropinirole dimetabolisme CYP
P4501A2 , Rotigotin patch pelepasan panjang 24 jam, Apomorphin SC
untuk pasien episode off intermitten
ES: gangguan tidur, mimpi , halusinasi dan delusi
Sakit Kepala Mencapai konsintensi, mempercepat peredaan sakit kepala dengan ES
dan minimal, meminimalkan disabilitas dan tekanan emosional
Migraine Terapi antiemesis 15-30 (Metoklopramid, Klorpromazin, Prokloperazin)
menit sebelum terapi oral/nonoral migrain jika mual muntah
Analgesik
NSAID merupakan lini pertama untuk migrain ringan-sedang
Aspirin, diklofenak, ibuprofen, ketorolak, naproksen, asam, tolfenamid
dan kombinasi asetaminofen + aspirin dam kafei efektif
NSAID mencegah inflamasi yang dimediasi secara neurologis pada
trigeminovaskuler melalui inhibisi prostaglandin
NSAID waktu paruh panjang lebih disuskai. Ketorolak IM dan suppos
pilihan untuk mual muntah parah
Midirin ( Asetaminofen + isometepten + diklorofenazon alternatif pada
pasien migrain ringan-sedang
Derivat ergot
Alkaloid ergot berguna untuk migrain sedang-parah. Merupakan 5HT1
antagonis reseptor yang menciutkan pembuluh darah intracranial dan
inhibisi perkembangan inflamasi neurogenik
Ergotamin tartrat oral/rektal mengandung kafein untuk ↑ absorpsi dan
potensi analgesik
Dihidroergotamin intranasal dan parenteral .
Hindari pengunaan derivat ergitamin dan triptan dalam 24 jam
ES: mual-muntah, nyeri perut, lemah, iskemik perifer, nyeri ototr, diare dan
sesak dada
KI: gagal ginjal dan hati
Antagonis reseptor serotonin
Triptan lini pertama untuk migrain sedang-parah. Antagonis selektif 5HT1B
dan 5HT1D meredakan migrain sakit kepala
Sumatriptan SC ↑ efektifitas dan onset kerja lebih cepat dibandingkan oral
ES: parestesia, kelelahan, pusing, sensasi panas
KI: IHD, hipertensi tak terkendali, penyakit cerebrovaskuler, hemiplegik,
migrain basilar, wanita hamil
Opioid
Meperidin, butorphanol, oksikodon, hidromorphone untuk pasien sakit
kepala parah
Profilaksis
Antagonis β-adrenergik: Propanolol, Timolol dan Metoprolol mengurangi
frekuensi serangan migrain sekitar 50%. Atenolo dan nadolol juga efektif.
Efek bronkokontriksi dan hiperglikemik dapat ditangani dengan β1-selectif
β-blockers. ES: ngantuk, kelelahan, gangguan tidur, bermimpi, depresi,
disfungsi seksual, bradikardia dan hipotensi.
Gunakan hati-hati pada gagal jantung, ganggyan vaskuler perifer,asma,
depressi dan diabetes
Antidepresi: Amitriptilin dan venlafaxin efektif untuk profilaksis migrain.
Penggunaan terbatas pada lansia, Benign prostat hiperplasia dan glaukoma
Minum malam hari unruk menghindari sedasi. ↑ nafsu makan, penambahan
BB.
Phenelzine digunakan untuk sakit kepala refactory
Antikonvulsan: As.valproat, sodium divalproex, dan Topiramat dapat ↓
frekuensi, keparahan dan durasi dari sakit kepala. ES As. Valproat: mual,
tremor, penamabahan BB, rambut rontok dan hepatotoksitas
KI: Wanita hamil dan pasien riwayat pankreatitis atau penyakit hati kronis
ES topiramat: kelelahan, penambahan BB, anoreksia, diare, sulit mengingat,
masalah bahasa, perubahan rasa, batu ginjal dan miopi akut
NSAID: ↓ frekuensi, keparahan dan durasi serangan migrain, memiliki
potensi GI dan toksisitas ke ginjal
Diminum 1 atau 2 hari sbelum sakit kepala. Untuk pencegahan, naproksen
paling efektif
Obat lain
Verapamil secara luas digunakan tetapi bukti efektifitas inadekuat.
Fruvatriptan efektif untuk profilaksis mograin menstruasi. Riboflavin,
Guanfasin, Histamin, Lisinopril, Candesartan dan klonidin efektif
Nyeri akut Goal: Meminimalkan nyeri, memaksimalkan fungsi dan meninmbulkan
kenyamanan dan kualitas hidup dengan dosi terkecil paling efektif
Nyeri ringan: Non opioid , NSAID
Nyeri ringan-sedang: Asetaminofen atau NSAID + opioid (Kodein,
Hidrokodon, Oksikodon). Tambahan: TCA (Amitriptilin/Imipramin),
antikonvulsan (Gabapentin/Pregabalin), Analgesik sentral (Tramadol)
Nyeri sedang-parah: Opioid (Oksikodon, Morfin, Hidromorfon,
Metadon, Fentanil), NSAID. Tambahan: TCA, antikonvulsan
Non opioid
Paling efektif dengan ES paling sedikit. Lebih disukai untuk nyeri ringan-
sedang.
Salisilat dan NSAID ↓ prostaglandin, ↓ jumlah impuls nyeri yang diterima
SSP. NSAID berguna untuk nyeri tulang kanker dan nyeri punggung bawah
NSAID: Asam antranilik (As.mefenamat), Asam fenilasetat (Kalium
diklofenak, Natrium diklofenak), Asam indolasetat (Etodolak), Asam
propionat (Ibuprofen, Ketoprofen, Naproxen, Fenoprofen), Asam
pirrolasetat (Ketorolak oral/parenteral), Asam salisilat (Diflunisal,
Aspirin), COX-2 selektif (Celecoxib)
Garam salisilat ES GI lebih sedikit dibanding aspirin dan tidak ≠ agregasi
platelet
Jangan berikan obat mirip aspirin pada anak/remaja dengan penyakit virus
(influenza) karena menyebakan sindrom Reye
Asetaminofen memiliki aktivitas analgesik dan antipiretik, tetapi sedikit
inflamasi. Hepatotoksisas apabila overdosis.
Opioid
Mula kerja opioid oral 45 menit, efek terlihat 1-2 jam
Kecanduan disebabkan gangguan kontrol penggunanan obat berlebihan,
penggunaan untuk kejang, melanjutkan meski bahaya.
Agonis dan antagonis parsial (Pentazocine) bersaing dengan reseptor agonis
opioid dan menghambat aktivitas campuran agonis-antagonis.
Pasien dengan nyeri berat perlu peningkatan dosis. Opioid berkaitan dengan
gatal, ruam akibat pelepasan histamin dan degranulasi sel mast.
Pemberian opioid langsung ke SSP (intratekal/epidural) untuk nyeri akut,
nyeri kronis non kanker, dan nyeri kanker. Pemberian harus hati hati karena
ES sedasi, depresi pernafasan, pruritus, mual-mual, retensi urin dan
hipotensi.
Nalokson digunakan untuk depresi pernafasan. Monitor pernafasan selama
24 jam setelah pemberian morpin intratekal.
Morfin dan sejenisnya
Lini pertama untuk nyeri sedang-berat. Pilihan untuk nyeri Infark miokard
dengan ↓ kebutuhan oksigen.
Depresi pernafasan dengan manifestasi penurunan pernafasan atau Refleks
batuk. Dapat diatasi dengan nalokson
Morfin dapat → hipotensi ortstatik, hipovolemik.
Penantren (Morfin, Kodein, Oksikodon). Fenilpiperidin (Meperidin,
Fentanil). Difenilheptan (Metadon), Agoni-Antagonis/agonis parsial (
Pentazocine, Butorphanol). Antagonis opioid (Nalokson). Analgesik
sentral (Tramadol, Tapentadol)
Meperidin kurang poten dan durasi kerja singakat dibandingkan morfin.
Dengan dosis tinggi/ pasien gagal ginjal dapat terakumulasi menyebabkan
tremor, kejang, otot berkedut, Hindari kombinasi dengan MAOI karena
menyebabkan depresi pernafasan, eksitasi, hiperpireksia, kejang
Fentanil terapi tambahan anestesia umum. Lebih poten dan cepat dibanding
meperidin. Bentuk transdermal untuk nyeri kronis memerlukan waktu 12-24
jam
Metadon memiliki durasi kerja panjang dan mampu menekan Simptom
witdrawal. Digunakan untuk nyeri kanker kronis
Nalokson antagonis opioid berikatan secara kompetitif dengan reseptor
opioid. Tidak memiliki efek analgesik, digunakan untuk mengatasi toksisitas
agonis opioid.
Tramadol untuk nyeri ringan-berat, nyeri neuropati. Mengikat μ opiat
receptor dan ≠ ambilan noreepinefrin dan serotonin.
Tulang dan Persendian
Rheumatoid DMARDs diberikan segera setelah serangan
astritis DMARDs memperlambat perkembangan RA. Nonbiologi DMARDs:
Metroteksat, Hidrokloquinon, Sulfasalazin, Leflunomid. MTX
digunakan karena outcome superior dan biaya lebih murah
Kombinasi non biologik + biologik DMARD efektif. Kombinasi
disarankan: MTX + hidroklorokuin, MTX + leflunamid, MTX +
sulfasalazin, MTX + hidroklorokuin + sulfasalazin
DMARDs biologis: anti TNF seperti Etanersep, Infliximab,
Adaliumab, Certolizumab dan Golimumab, modulator stimulan
Abatacept, Antagonis respeto IL-6 Tocilizumab dan Rituximab
Anti TNF digunakan pada pasien aktivitas tinggi, penyakit awal, dan
prognostik buruk.
DMARD yang jarang diapakai Anankira (IL-1 antagonis reseptor),
Azatioprin, Penisilamin, Garam emas, Minosiklin, Siklosporin,
Siklopospamid. Efektifitas kurang toksisitas tinggi
NSAID /Kortikosteroid digunakan untuk menredakan gejala
Osteoatritis Lutut dan Panggul
Parasetamol lini pertama max 4 g/hari, kurang refektif dibanding
NSAID tetapi resiko GI dan kardiovskuler kecil
Nonselektif NSAID (Aspirin, Diklofenak, Ibuprofen, Indometasin,
Etodolak, Ketoprofen, As.Mefenamat, Meloksikam, Naproxen,
Piroksikam) / COX-2 (Celekoksib) disarankan jika gagal dengan
asetaminofen
Topikan NSAID (Capsaisin, Diclofenak 1% gel, 1,3 % patch, 1,5 %
larutan) disarankan untuk lutut jika dengan asetaminofen gagal atau
pasien > 75 tahun membutuhkan selain oral
Intra articular kortikosteroid disarankan untuk lutut dan panggul jika
asetaminofen / NSAID tidak optimal. ES: Infeksi, osteonekrosis, ruptut
tendon, atropi kulit
Jangan berikan injeksi lebih dari 3 bulan untuk minimalis efek GI
Tramadol disarankan jika gagal dengan asetaminofen, NSAID topikal
dan oral, IA kortikostroid. Dapat ditambahkan dengan
Asetamiofen/NSAID. ES: mual-muntah, pusing, konstipasi, sakit
kepala, kejang, ↑serum serotonin.
Opioid dapat diberikan pada pasien tidak respon adekuat terapi
nonfamakologi dan lini pertama farmakologi. Dapat diberikan pada
pasien bedah beresiko
Duloxetine dapat digunakan terapi tambahan pada pasien respon
sebagian denga analgesik lini pertama. Lini kedua pada pasien
neuropati da nyerei OA muskuskeletal. ES: mual, mulut kering,
konstipasi, anoreksia, kelelahan, pusing, Sindrom steven jonson, gagal
hati, ↑serum serotonin.
As.Hialouronat IA tidak disarankan rutin digunakan untuk nyeri OA
lutut. ES: bengkak, kaku, efusi , ruam, pruritus
Glukosamin -Kondroitin dan Rubifacients topikal efektifitas kurang
untuk panggul dan lutut . ES: perut kembung, kram perut, mual
OA tangan
NSAID topikal lini pertama OA ditangan
Oral NSAID alternatif lini pertama pada pasien tidak toleransi dengan
reaksi kulit lokal/ inadekuat dengan NSAID topikal
Capsaisin krim alternatif lini pertama pada pasien tidak dapat menelan
bentuk oral. ES: iritasi kulit dan terbakar
Tramadol alternatif lini pertama pada pasien tidak respon dengan
topikal, oral NSAID, kardiovaskuler atau resiko ginjal
Kontrasepsi Goal: Mencegah kehamilan
Spermisida
Spermisida mengandung nonxynol-9, merusak dingding sel sperma dan
masuknya kerdalam seviks. Memberi perlindungan 24-30 jam
Kontrasepsi hormonal
Mengandung sintetik estrogen dan progestin atau progestin saja
Progestin menebalkan mukus serviksa, menunda perpindahan sperma,
merangsang atropi endometrial. Memblok LH sehingga menghambat
ovulasi.
Estrogen menekan pelepasan FSH dan menstabilkan lapisan
endometrial
Wanita lebih dari 35 tahun tanpa merokok mengunakan kombinasi
kontrasepsi hormonal (CHC) mengandung estrogen
CHC tidak disarankan untuk wanita diatas 35 tahun yang migrain,
hipertensi tak terkendali, merokok, diabetes atau penyakit vaskuler
Wanita lebih dari 35 tahun yang merokok dan menggunakan
kontrasepsi oral (OC) ↑ resiko infark miokard, CHC diberikan dengan
hati-hati.
Wanita perokok 15 batang atau lebih/hari usia lebih dari 35 tahun KI
dengan CHC. Progestins saja dapat diberikan.
CHC dapat ↑ tekanan darah. Pada wanita hipertensi, OC ↑ resiko
infark miokard dan stroke. Gunakan CHC dosis rendah pada wanita
dibawah 35 tahun dengan hipertensi termonitoring dan terkontrol.
Wanita dengan hipertensi dan merokok sebaiknya tidak menggunakan
CHC
TD sistol > 160 / TD diastol > 100 mmHG diontraindikasikan dengan
CHC
Wanita diabetes lebih dari 20 tahun tidak menggunakan CHC
Progestin ↓ HDL dan ↑ LDL. Estrogen ↓ LDL dan ↑ HDL & TG
Mekanisme penyakit kardiovaskuler akibat tromboemboli bukan
aterosklerosis.
Wanita dengan dislipidemia terkontrol dapat menggunakan CHC dosis
kecil dengan monitoring lipid. Wanita dengan dislipidemia tak
terkontrol (TG >250, HDL < 35 LDL >160 mg/dL) meggunakan
kontrasepsi alternatif.
Wanita dengan migrain dapat mengalami ↑ atau ↓ frekuensi migrain
ketika menggunakan CHC. Wanita dengan migrain + aura + >35 tahun
sebaiknya tidak menggunakan CHC
Wanita dengan riwayat kanker payudara sebaiknya tidak menggunakan
CHC
Wanita dengan lupus istemik eritematosus menghindari penggunaan
CHC.
OC memiliki efektifitas rendah pada wanita obesitas. Kontrasepsi patch
sebaiknya tidak digunakan untuk wanita >90 kg
Pil monofasik mengandung estrogen dan progestin dalam jumlah tetap
untuk 21 hari diikuti 7 hari plasebo
Pil bifasik dan trifasik mengandung variasi jumlah estrogen dan
progestin untuk 21 hari diikuti 7 hari plasebo
Wanita dengan tanpa hidup berdapingan, disarankan menggunakan OC
yang mengandung 35 mg EE dan < 0,5 mg norethindrone
Wanita remaja, Wanita BB <50 kg, wanita > 35 tahun, Wanita
perimenopause dapat mengalami ES lebih kecil dari OC yang
mengandung EE.
Beritahukan untuk menghentikan CHC jika mengalami tanda nyeri
perut, nyeri dada, sakit kepal, masalah mata, nyeri kaki berat.
Ripamfin ↓ efektifitas OC. Sarankan menggunakan kontrasepsei
nonhormonal
Fenobarbital, Carbamazepine dan Fenitoin ↓ efektifitas OC dan
diketahui teratogen. IUD, injeksi medroxyprogesteron atau non
hormonal disarankan.
Kontrasepsi emergensi
Formula yang hanya progestin mengandung levonegestrel.
Levonegestrel 1,5 mg diminum dalam 72 jam setelah hubungan tanpa
proteksi
Mual-muntah terjadi pada progestin only
Kontrasepsi transdermal
Patch ditempelkan pada abdomen, pantat, torso atas, lengan atas pada
permulaan siklus menstruasi dan diganti tiap minggu selama 3 minggu
Long acting Injectable dan Implantable kontrasepsi
Depot medroxyprogesterone asetat (DMPA) diberikan melalui injeksi
intramuskular dalam 5 hari perndarahan menstruasi dan diulangi tipa 12
minggu
Dapat diberikan pada wanita pospartus yang tidak menyusui. Untuk
menyusui ditunda sampai 6 minggu.
Gout NSAID
NSAID memiliki aktifitas baik dan toksisitas minimal dengan
penggunaan jangka pendek
Indometasin, naproksen dan sulindak terbukti untuk gout
Terapi dimulai 24 jam serangan dan dilanjutkan sampai resolusi selesai
5-8 hari
ES: gastritin, perdarahan dan perforasi, ginjal
COX-2 selektif inhibitor (celecoxib) terapi alternatif untuk pasien tidak
dapat menerima NSAID
Kortikosteroid
Efektifitas kortikosteroid sama dengan NSAID, sistemik dan
intrarticular
Prednison atau prednisolon 0,5 mg/kg/ hari 5-10 hari kemudian
dihentikan tiba-tiba, 0,5 mg/kh/hari 2-50 hari kemudian di tapering 7-
10 hari
Metilprednisolon IM (long acting kortikosteroid) untuk pasien tidak
dapat menerima bentuk oral
Triamsinolon asetonid IA injeksi
Hormon Adrenokorticotropik (ACTH) IM tiap 6-8 jam selama 2-3 hari
kemudian dihentikan. Batasi jika KI dengan lini pertama (gagal
jantung, gagal ginjal)
Kolkisin
Efektifitas tinggi meredakan serangan gout akut. Gunakan hanya dalam
36 jam serangan karena kemungkinan ↓ keberhasilan jika ditunda
ES: mual-muntah, duare, neutropenia, neuromiopati axonal yang akan
memburuk pada penguna obat miopati
Jangan gunakan dengan P-glikoprotein/CYP 450 3A4 inhibitor kuat
(Klaritromisin) karena ↓ ekresi empedu dan mengarah ↑ kadar Kolkisin
dan toksisitas
Gunakan secara hati-hati pada gangguan ginjal dan fungsi hati
As. Urat Xantin Oksidase Inhibitor
(Hiperurisemia) ↓ Asam urat melalui penghambatan konversi hipoxantin→ xantin dan
xantin → asam urat
Allopurinol ↓ kadar AS.urat. Dosis lebih 100 mg disarankan dititrasi
tiap 2-5 minggu maksimal 800m mg/ hari. Pasien gagal ginjal dosis
lebih dari 50 mg/hari
ES: ruam kulit, sakit kepala, masalah GI, urtikaria, eritema dan
sindrom hipersensitif allopurinol seperti eosinofil, dermatitis, vaskulitis,
disfungsi ginjal dan hati
Febuxostat ↓ As.urat 40 mg 1 x sehari. ES: mual, atralgia, hepatik
transaminase↑
Urikosurik
Probenesid ↑ klirens ginjal melalui inhibisi reabsorpsi as.urat di
tubukus proksimal. Pasien riwayat urolithiasis sebaiknya tidak
menggunakan urikosurik
ES: iritasi GI, ruam, hipersensitif,
KI: gangguan ginjal ClCr <50 ml/menit dan produksi berlebihan as,urat
Pegloticase
Rekombinan pegilat uricase yang ↓ serum as.urat melalui konversi
asam urat→ allantoin yang larut dalam air
Dosis 8 mg IV selama 2 jam tiap 2 minggu.
ES: reaksi alergi dapat ditangani dengan antihistamin dan
kortikosteroid
SISTEM GINJAL DAN SALURAN KEMIH
Gagal Ginjal Pencegahan
Akut Goal: Identifikasi pasien beresiko, monitor pasien beresiko tinggi,
penerapan strategi pencegahan
Hidrasi rutin dilakukan untuk mencegah kontras induksi nefropati
(CIN). Isotonik kristaloid diberikan pada pasien beresiko tinggi,
termasuk CKD, diabetes dan instabilitas hemodinamik
Sodium bikarbonat atau infus normal salin disarankan
Asam askorbat dan N-asetilsistein tiap 12 jam selama 2-3 hari
merupakan antioksisdan pencegahan CIN
Mengontrol gula darah 110-149 dengan insulin untuk mencegah ICU
AKI (Acute Kidney Injury)
Penggunaan terbatas diuretik loop/kuat untuk manajemen kelebihan
cairan.
Tidak menyarankan penggunaan Dopamin, Eritropoioetin dan
Fenodolpan untuk pencegahan AKI
Pengobatan
Goal: meminimalkan keparahan ginjal, mengurangi komplikasi ekstra
renal, mempercepat pemulihan fungsi ginjal
Manitol 20% dimulai pada dosis 12,5-25 g IV slama 3-5 menit.
Diuretik kuat efektif ↓ kelebihan cairan seperti Furosemid,
Bumetanide, Torsemid, Asam etakrinat. Asam etakrinat ditujukan
untuk pasien alergi sulfa
Diurteik yang bekerja pada tubulus distal menghasilkan efek sinergis
dengan diuretik kuat seperti Amilorid, Triamteren dan Spironolakton
Metolazon secara umum digunakan, diuresis efektif dengan GFR
kurang dari 20 ml/menit
Managemen elektrolit: Monitor serum elektrolit (Na, Mg, Posfat).
Hiperkalemia paling sering terjadi. Hipernatremia dan retensi cairan ,
memerlukan perhitungan asupan Natrium.
Gagal Ginjal Goal: Menunda progres CKD, meminimalkan perkembangan dan
Kronis (CKD), keparahan komplikasi
End stage renal Batasi protein sampai 0,8 g/kg/hari jika GFR kurang dari 30 ml/min
disease (ESRD) Berhenti merokok. Berolahraga 30 menit 4 x . minggu
Diabetes dan Hipertensi pada CKD
Progresi CKD dapat dibatasi dengan kontrol optimal hiperglikemia
dan hipertensi. Rekomendasi TD dengan target 140/90 jika ekskresi
albumin kurang dari 30mg/24 jam
Jika ekskresi albumin urin lebih dari 30 mg/24 jam, target TD 130/80
mmHg
ACEI atau ARB lini pertama. Tambahkan diuretik tiazid kombinasi
dengan ARB jika penururunan proteinuria diperlukan.
Nondihidropiridin CCB umum digunakan lini kedua obat
antiproteinuria ketika ACEI/ARB tidak dapat ditoleransi atau KI
Kliren ACEI menurun pada CKD, terapi dimulai dengan dosis rendah
Metformin KI jika GFR < 30 mg/dl
Anemia pada CKD
Anemia jika HB < 13 g/dl untuk laki-laki dewasa dan <12 g/dl untuk
wanita dewasa
Stimulan eritropoetik (ESA:erythropoietic stimulating agent) diberikan
pada pasien dengan HB antar 9 dan 10 g/dl
Defisiensi zat besi penyebab primer resistensi pengobatan ESA.
Suplemen zat besin dibutuhkan untuk memenuhi simpanan besi yang
hilang
Terapi parenteral zat besi memperbaiki respon ESA dan mengurangi
kebutuhan dosis.
ES: reaksi alergi, hipotensi, pusing, dispnea, sakit kepala, yeri
punggung bawah, atralgia, sinkop dan atritis. Reaksi dapat
diminimalkan dengan penurunan dosis dan kecepatan infus.
Sodium Ferric glukonate, sukrosa besi dan ferumoxitol memiliki
keaman yang lebih baik daripada dextran besi
Epoetin alfa SC disukai karena via IV tidak diperlukan.
Darbepoetin alfa memiliki waktu paruh panjang dibanding epoetin
alfa, memperpanjang aktivitas biologis. ES: hipertensi
Gangguan mineral dan tulang pada CKD
Gannguan mineral dan tulang umum terjadi pada CKD dan termasuk
abnormalitas hormon paratiroid, kalsium posfat, vit D, pergantian
tulang
Membatasi diet posfat, dialisis, pendekatan paratiroidektomi untuk
manajemen hiperposfatemia
Kalsium, posfat, Kasium Posfat
Pengikat posfat: ↓ absorbsiposfat dari usus dan lini pertama untuk
kontrol serum posfat dan konsentrasi kalsium
ES: efek GI seperti konstipasi, diare, mual-muntah, nyeri perut. Resiko
hiperkalsemia
Pengikat kalsium tidak disarankan dipakai secara teratur karena toksik
terhadap SSP dam memperburuk anemia
Terapi Vit D, Calcitriol menekan sintesis hormon paratiroid dan
sekresi Vit D. Paricalcitol dan Doxercalciferol dengan hiperkalsemia
lebih ringan
Calsimimetik (Cinacalcet) ↓ sekresi hormon paratiroid melalui
peningkatan sensifitas reseptor kalsium. ES: mual-muntah
Hiperlipidemia
Prevalensi hiperlipidemia meningkat pada gangguan fungsi ginjal.
Atorvastatin, Fluvastatin, Rosuvastatin, Simvastatin disarankan
untuk dewasa 50 tahun atau lebih CKD stage 1-5 tanpa dialisis
Hiperplasia Goal: mengontrol gejala, mencegah progresi komplikasi dan menunda
Benigna Prostat kebutuhan intervensi pembedahan
Terapi farmakologi merintangi efek stimulasi dari testosteron pada
pembesaran kelenjar prostat, relaksasi otot halus prostat, relaksai otot
kandung kemih
Terapi dengan antagonis α1-adrenergik untuk meredakan gejala lebih
cepat.
Pemilihan 5α-reduktase inhibitor (Finasterid, Dutasterid,
Bicalutamid, Flutamid, Megestrol asetat) pada pasien dengan
kelejar prostat >40 g
Berikan monoterapi Fosfodieterase inhibitor atau kombinasi dengan
antagonis α1-adrenergik apabila disfungsi ereksi dan TD tinggi
Lutenizing hormon-agonis pelepas hormon seperti Leuprolide dan
Goserelin ↓ libido dan dapat menyebabkan disfungsi ereksi,
ginekomastia.
Antiandrogen Bicalutamid dan Flutamid → mual, diare dan
hepatotoksitas
Antagonis α-adrenergik
Relaksasi otot halus pada prostat dan kandung kemih, ↑ aliran urin dari
2-3 ml/detik, ↓ volume PVR urin
antagonis α1-adrenergik tidak menurunkan volume prostat/kadar PSA
Prazosin, Terazoisn, Doksazoin dan Alfuzosin antagonis α1-
adrenergik generasi ke 2. Mengantagonis reseptor α1-adrenergik pada
vaskuler perifer prostat. ES: sinkop, hipotensi ortostatik dan pusing.
Titrasi perlahan untuk meminimalkan hipotensi ortostatik saat tidur.
Tamsulosin dan Silodosin antagonis α1-adrenergik generasi ketiga,
selektip pada reseptor α1A prostat.
Tamsulosin pilihan baik untuk pasien tidak toleransi dengan hipotens
memiliki CAD, aritmia jantung, ortostasis berat atau gagal jantung.
Penurunan metabolisme antagonis α1-adrenergik oleh CYP 3A4
inhibitor (Simetidin dan Diltiazem)dan peningkatan katabolisme
antagonis α1-adrenergik oleh CYP 3A4 stimulator (Karbamazepin
dan Fenitoin)
Penurunan dosis Silodosin pada gangguan ginjal sedang atau disfungsi
hati.
5α-Reductase Inhibitors
Memperlambat progresi penyakit dan ↓ resiko komplikasi
Digunakan untuk pasien aritmia, angina, tidak toleran dengan ES
hipotensi dari antagonis adrenergik
Dutasterid ≠ 5α-Reductase tipe I dan II, Finasterid ≠ tipe I.
Posfodiesterase inhibitor
↑ siklus GMP melalui Posfodiesterase inhibotar yang merelaksasi
kandung kemih
Tadalafil memperbaiki gejala tapi tidak ↑ aliran air.
Antikolinergik
Oksibutinin dan Tolterodin ditambahkan ke antagonis α-adrenergik
untuk meredakan gejala iritasi kemih. ES: mulut kering
Darifenacin/Solifenasin jika toleransi ES dari antikolinergik buruk.
KULIT
Acne Vulgaris Goal: Mengurangi jumlah dan keparahan lesi, memperlambat progresi
penyakit, membatasi durasi penyakit, mencegah formasi lesi baru,
mencegah hiperpigmentasi
Proliferase P.acne : Benzoil peroksida, topikal/oral antibiotik,
isotretionin
Kretinisasi abnormal: As. Salisilat, Benzoil peroksida, topikal retinoid,
Isotretionin
Respon Inflamasi: Intralesi kortikosteroid, antibiotik
Sebum abnormal:antiandrogen. Isotretionin, antibiotik topikal/oral,
kortikosteroid, estrogen
Jerawat noninfalamasi komedo: Retinoid topikal adalah obat pilihan.
Benzoil. As. Azelaic dapat diberikan
Jerawat inflamasi papulopustular ringan-sedang : Fix dose
Adapalen+Benzoil peroksida. Fix dose Klindamisin + Benzoil
peroksida. Alternatif retinoid topikal lain + AB topikal lain
Jerawat papulopustular nodular sedang: Isotretionin oral monoterapi
pilihan pertama. Alternatif AB sistemik + Adapalen, Fix dose
Adapalen + Benzoil peroksida
Jerawat nodular/conglobat: Monoterapi isotretionin. Alternati AB
sitemik + Asam azelaic
Maintenance untuk jerawat: retinoid topikal. Alternatif asam azelaic.
Terapi selama 12 minggu.
Menyebabkan kekeringan ringan dan pengelupasan melalui iritasi,
pengerusakan lapisan kulit superfisial, mengakibatkan inflamasi. ↓
keringat, mempertebal epidermis.
Resorsinol keratolitik ringan dibandingkan Asam salisilat. Efektif dan
dan aman jika dikombinasikan dengan sulfur
Asam salisilat sebagai keratolitik, memiliki aktivitas antibakteri kecil
melawan P.acne dan memberikan aktivitas antiinflamasi . Kurang
poten dari benzoil peroksida. Digunakan jika tidak toleran dengan
retinoid karena iritasi
Sulfur keratolitik dan antibakteri. Memperbaiki pustula, papula dan
lesi, menyebabkan iritasi dan pelupasan kulit
Retinoid topikal
Mengurangi obstruksi dan berguna untuk komedo dan inflamasi, ≠
formasi mikrokomedon, mengurangi komedo matang
Langkah pertama pada jerawat sedang. Tunggal/kombinasi dengan
antibiotik dan benzoil peroksida
ES: eritema, xerosis, terbakar dan terkelupas
Dipakai malam hari, setengah jam setelah dibersihkan, dimulai tiap 1-
2 minggu. Dosis dapa ditingkatkan hanya untuk 4-6 minggu.
Tretionin larutan, gel dan krim sebaiknya dihindari pada wanita hamil
karena resiko fetus.
Adapalen pilihan pertama untuk pengobatan dan maintenance karena
efektif dan iritasi lebih kecil
Tazaroten mengurangi jumlah lesi inflamasi non inflamasi. Efektif
untuk komedo dan lesi inflamasi jika dpakai 1 x sehari
Antibakteri topikal
Benzoil peroksida bakterisidal dan menekan produksi sebum,
mengurangi asam lemak bebas yang memicu komedo dan
inflamasi.Standar terapi untuk papulopustular acne sedang. ES: kering,
dermatitis. Memutihkan rambut dan pakaian.
Klindamisin dan Eritromisin topikal sedikit efektif untuk P.acne
resisten. Benzoil/retinoid + Makrolida lebih efektif dibandingkan
monoterapi. Klindamisin lebih disukai karena absorbi sistemik kurang
dan aksi yang poten.
Asam azelaic memiliki antibakteri, antiinflamasi dan aktivitas
komedolitik. Digunakan untuk acne ringan-sedang. ES: pruritus,
terbakar, pedas, eritema, kering, pelupasan dan iritasi
Dapson adalah sulfonat bersifat antiinflamasi dan antibakteri.
Digunakan jika sensitif dengan anti akne konvensional dan alergi
sulfonamid
Antibakteri oral
Terapi standar untuk acne sedang-parah/berat. Eritromisin efektif,
batasi penggunaan karena resintensi pada wanita hanil dan anak <8
tahun.
Ciprofloxacin dan Cotrimoksazol dapat digunakan jika AB lain tidak
efektif
Tetrasiklin (Minosiklin dan Doksisiklin) bersifat antibakteri dan
antiinflamasi. Minosiklin → endapan pigmentasi pada kulit, membran
mukus dan gigi. ES: urtikaria, hipersensitif, hepatitis autoimun, Lupus
sitemik eritematosus. Doksisiklin fotosenstiser.
Antisebum
Isotretionin ↓ produksi sebum, ≠ pertumbuhan P.acne, mengurangi
inflamasi. Digunakan untuk jerawat nodular membandel berat. Hanya
gunakan untuk jerawat berkepanjangan
ES: mulut, hidung dan mata kering. ↑ kolesterol, TG, kreatin kinase,
hiperglikemia, fotosensitif, abnormalitas tulang, atralgia, kaku otot,
pseudotumor serebri,insiden teratogenitas tinggi
Karena teratogenitas, dua bentuk kontrasepsi berbeda diberikan pada
wanita berpotensi melahirkan 1 bulan sebelum terapi, terapi
dihentikan setelah 4 bulan
OC yang mengandung estrogen berguna untuk jerawat pada wanita.
Termasuk nergestimate + EE dan norethindrone + EE
Spironolakton dosis tinggi merupakan antiandrogenik. Dosis 50-200
mg efektif untuk jerawat
Asam siproteron adalah antiandrogen yang efektif pada wanita jika
dikombinasikan dengan EE
Kortikosteroid oral dosis tinggi berguna untuk inflamasi berat
Dermatologi drug Dematitis kontak
reaction Kompres dingin. Calamin atau Burow lotion.
Kortikosteroid topikal. Dermatitis Kontak Alergen respon lebih baik
pada penggunaan kortikostreoid
Mandi oatmeal/ Antihistamin generasi pertama untuk meredakan gatal
berlebihan
Pelembab untuk mencegah kekeringang dan kulit retak-retak
Dermatitis popok
Zink oksida bersifa astringent dan adsorben
Candida popok diatasi dengan antijamur. Imidazol adalah pengobatan
pilihan.
Pada infamasi berat, Hidrokortison topikal dapat dipakai 1-2 minggu.
Dermatitis atopik
Kortikosteroid topikal pengobatan pilihan. Hidrokortison untuk wajah,
betametason valerat untuk badan
Takrolimus dan Pimecrolimus imunomodulator topikal ≠
kalsineurin. Terbukti untuk dermatitis atopik pada deasa dan anak > 2
tahun. Takrolimus salep untuk dermatitis sedang-berat untuk anak >2
tahun, Pimecrolimus untu dermatitis ringan-sedang anak 2>tahun.
ES: rasa terbakar
Obat penginduksi hiperpigmentasi
Obat penginduksi hiperpigmentasi ↑ melanin (Hidantoin),
Seperti Perak, Merkuri, Tetrasiklin, Antimalaria dan Fluorourasil
Psoriasis Goal: minimalisir/eliminasi lesi kulit, meringankan prurutus,
mengurangi frekuensi flare, mencegah ES.
Terapi topikal
Kortikosteroid antiinflamasi, anti proliferatif, imunosupresif dan efek
vasokontriksi
Produk potensi kecil digunakan untuk bayi dan lesi diwajah. Produk
potensi Medium- tinggi digunakan pada badan dewas.
ES: atropi kulit, dermatitis kontak, hipertrikosis, hipopigmentas
Calcipotriene Vitamin D3 sintetik, analaog yang berikatan dengan
reseptor Vitamin D, ≠ proliferasi keratinosit, ↑ diferensiasi keratinosit
dan ≠ aktivitas T-limfosit
Untuk psoriasis ringan, Calcipotriene kategori C untuk kehamilan dan
efektif dibandingkan antralin. ES: dermatitis kontak, pruritus,
pengelupasan, kekeringan dan ertitema.
Tazatorene adalah retinoid topikal yang menormalkan diferensiasi
keratinosit, mengurangi hiperproliferasi keratinosit. ES: eritema, rasa
terbakar. Kategori X pada wanita hamil.
Antralin memiliki efek proliferatif langsung pada keratinosit
epidermis, menormalkan diferensiasi keratinosit. Salep Zink oksida
dipakai untuk melindungi dari iritasi. Terapi kontak singkat lebih
disukai. ES: iritasi, folikulitis, dematitis kontak alergi
Asam salisilat bersifat keratolitik digunakan mengatasi psoriasis.
Sebaiknya tidak digunakan pada anak.
Terapi sistemik
Acitrecin adalah derivat sam retinoat dan metabolit aktif etretinat.
Umun dikombinasikan dengan Calcipotriene / fototerapi. Lebih baik
digunakan dengan makanan
ES: hipertrigliseridemia, mata kering, hidung dan mukosa mulut
kering, seilitis, epistaxsis, xerosis
Semua retinoid teratogenik dan kategori X pada kehamilan.
Siklosporin inhibitor kalsineurin sitemik, efektif untuk induksi remisi
dan terapi maintenance untuk plak psoriasis sedang-berat. Efektif
untuk psoriasis kuku, eritodermis.
Karena penghentian siklosporin → relaps dalam 4 bulan, pasien
harus diberi terapi alternatif sebelum/sesudah penghentian siklosporin.
MTX memiliki efek anitinflamasi pada ekspresi gen Sel-T dan
memiliki efek sitostatik. Lebih efektif dari Acitretin. Dosis 7,5-15 1 x
seminggu. ES: mual-muntah, stomatitis, toksisitas hepatik dan
pulmonal dan anemia makrositik.
Hindari penggunaan MTX pada infeksi aktif dan penyakit hati
Terapi sistemik dengan pemodifikasi respon biologi
Biologic respon modifier (BRM) digunakan untuk psoriasis sedang-
berat jika inadekuat atau KI dengan sitemik. Biaya menjadi alasan
pengguaan lini pertama.
Adalimumab antibodi monoklonal TNF-α mengontrol cepat psoriasis.
Digunakan untuk psoriasis atritis dan untuk pasien dewasa dengan
plak psioriasi berat kronis yang akan mendapatkan terapi fototerapi
Etanercept protein yang mengikat TNF-α, dapat meminimalisir
resiko imunogenitas. Mengurangi tanda dan gejala dan ≠ progresi
kerusakan pada pasien tidak respon dengan MTX. ES: Infeksi GI,
nyeri abdomen, mual-muntah, sakit kepala, ruam.
Infliximab antibodi monoklonal chimeric melawan TNF-α.
Digunakan untuk psoriasis atritits dan plak psoriasis kronik berat. ES:
sakit kepala, demam, menggigil, kelelahan, diare, faringitis, ISPBA
dan ISK, urtikaria, dispnea dan hipotensi
Alefacept protein dimerik gabungan yang mengikat CD2 pada Sel T ≠
aktivasi dan proliferasi cutaneous sel T. ↓ sirkulasi limfosit total.
Digunakan untuk psoriasis sedang-berat dan psoriasis atritis. ES:
faringitis, gejala seperti flu, mengigigl, pusing, mual, sakit kepala,
inflamasi dan nyeri area suntikan.
Ustekinumab antibodi monoklonal IL-12/23 digunakan untuk
psoriasis ≥ 18 tahun atau plak psoriasis sedang-berat. ES: ISPBA, sakit
kepala, kelelahan, jamur, infeksi virus, kanker.
Alternatif
Mikofenolat mofetil ≠ sintesis DNA dan RNA dan memiliki efek
antiproliferatif limfosit. Efektif pada psoriasis sedang-berat. ES: diare,
mual-muntah, anemia, neutropenia, trombositopenia, infeksi virus dan
bakteri.
Hidroksiurea ≠ sintesis pada fase S dalam siklus DNA. Digunakan
untuk psoriasis membandel. ES: menekan sumsum tulang, eritema
lesi, hiperpigmentasi reversibel.
Onkologi,Imunologi, Nutrisi, Gawat Darurat, Vaksin, Produk Biologi
Anemia Goal: Meniadakan tanda dan gejala
Obat dapat menyebabkan anemi melalui penurunan absorbsi folat
seperti fenitoin, antagonisme folat seperti MTX
Anemia defisiensi zat besi
Zat besi oral dalam bentuk garam besi, salut enreik non coated
direkomendasikan
Zat besi absorbsinya buruk dari sayuran, gandum, dan telur. Absorbi
baik dari daging, ikan dan daging unggas
Berikan zat besi 1 jam sebelum makan
Berikan parenteral Besi untuk pasien malabsorpsi, intoleran dengan
terapi besi
Besi dekstran, Sodium ferric glukonat, ferumoksitol, sukrosa besi
preparasi besi parenteral dengan efektifitas sama.
Sukrosa besi: pasien CKD. Sodium ferric gluconat: pasien
hemodialisis. Ferumoksitol: pasien CKD dewasa
Anemia defisiensi Vitamin B12
Suplemen B12 oral efektif bentuk parenteral, karena absorpsi vitamin
B12 tergantung faktor intrinsik.
Bentuk parenterlal lebih cepat dari oral dan disarankan jika disertai
gejala neurologis.Sianokobalamin 1000 mcg IM tiap hari sekama 1
minggu.
Anemia defisiensi Folat
Folat oral, 1 mg /hari selama 4 bulan. Jika terjadi malabsorpsi, dosis 1-
5 mg / hari diperlukan
Anemia inflamasi (AI)
Berikan terapi zat besi jika defisiensi zat besi.
Eritropoesis stimulating agent (ESA) dapat diberikan, tetapi respon
dapat terganggu pada anemia inflamasi
Epoetin alfa 50-100 unit/kg 3 x seminggu dan Darboetin alfa 0,45
mcg/kg sekali seminggu
Toksisitas meningkat seprti peningkatan TD, mual, sakit kepala, nyeri
tulang dan kelelahan.
Anemia pada pediatri
Anemia pada prematur ditangani dengan transfusi RBC.
Bayi 9-12 bulan diberikan zat Besi sulfat 3 mg/kg 1 atau 2 kali sehari
dengan makanan selama 4 minggu
Vaksin BCG untuk tuberkulosis diberikan pada bayi <3 bulan
DPT untuk Difteri Pertusis Tetanus diberikan sebanyak 5 kali (2,4,6,18
bulan dan 4-6 tahun)
Vaksin Campak untuk campak diberikan pada usia 9 bulan dan diulang
pada umur 2 tahun
Vaksin hepatitis B untuk hepatiti B diberikan dalm 3 dosis. (baru lahir
12 jam, usia 1-2 bulan, usia 6-12 bulan)
Vaksin HIB untuk meningitis pneumonia (Haemophilus influenza B)
diberikan 3/ atau 4 dosis.( 2,4,6 dan diulang pada 12-15 bulan)
Vaksin influenza diberikan pada usia 6 bulan-8 tahun
Vaksin MMR (Measles/Campak Mumps/Gondongan Rubela/Campak
jerman) diberikan pada usia 12-15 bulan dan usia 4-6 tahun
Polio diberikan pada saat lahir, usia 2,4,6 bulan dan diulang pada usia
18 bulan dan 4-6 tahun. Disimpan pada suhu -15 oC s/d – 25oC pada
freezer
Vaksin tiphoid untuk demam thipoid (Salmonella thipi) diebrikan pada
balita <2 tahun, wisatawan yang akan berpergian ke wilayah endemik
(2 minggu sebelum berangkat). Setiap 3 tahun sekali untuk dosis
booster
Vaksin rabies diberikan pada saat dibutuhkan
Vaksin selain polio disimpan pada suhu 2OC s/d 8oC pada lemari es
bukan freezer.
Toksoid difteri tersedia untuk pediatri lebih dari 6 minggu dan dewasa
Kanker Regimen terapi kanker: AC: Adriomisin (Doxorubicin),
Cyclosphophamid. FAC: Fluorouraci + AC. TAC: Dosetaxel + AC.
Kanker payudara Tahap awal
Antrasiklin (Doksorubicin dan Epirubicin) menurunkan serangan ulang
dan kematian dibandingkan dengan Siklopopamid, MTX dan
Fluorourasil
Penambahan taxan seperti Docetaxel dan Paclitaxel menurunkan resiko
serangan ulang jauh dan mortalitas
Terapi dimulai dalam 12 minggu setelah bedah. Hindari penurunan
dosis meski toksisitas berat
Terapi tambahan biologi: Trastuzumab kombinasi dengan kemoterapi
tambahan untuk tahap awal, HER2-postif kanker payudara.
Terapi tambahan endokrin: Antiestrogen (Tamoxifen, Toremifene),
Aromatase Inhibitor (Anastrazol, Letrozol, Exemestan) , Lutenizing
Hormon Releasing Hormon (Goserelin, Leuprolid). terapi primer untuk
kanker payudara tahap awal
Kanker payudara Stage III
Kemoterapi dengan antrasiklin dan taxan. Trastuzumab jika positif
tumor HER-2
Kanker payudar metastatik Stage IV
Terapi endokrin: pilihan untuk pasien reseptor hormon positif metastase
pada jaringan lunak, pleura .
Aromatase Inhibitor lini pertama pada wanita postmenopause,
menurunkan sirkulasi dan target organ estrogen melalui pemblokan
konversi perifer dsri prekursor androgen.
AI gene III : Anastrazol, Letrozole dan AI steroid : Exemestane paling
lebih selektif dan poten dibandingkan aminoglutetimid
Antiestrogen : Tamoxifen dan Toremifene. Antiestrogen: Fluvestrant.
LHRH agonis: Goserelin, Leuprolid, Tripotrelin. Progestin : Meegestrol
asetat, Medroksiprogesteron. Androgen: Fluoxymesteron. Estrogen: EE,
konjugat estrogen
Gawat Darurat Darurat Kardiovaskuler
Digoksin memperlambat respon ventrikel pada fibralasi atau flutter
atrium Alternatif untuk terapi paroxysmal supraventrikular tachycardia
(PSVT) Chronic heart failure (CHF) Shok kardiogenik
Dobutamin untuk gagal jantung dan kongesti paru-paru
Dopamin pengobatan syok (misalnya, MI, operasi jantung terbuka,
gagal ginjal, dekompensasi jantung) yang bertahan setelah penggantian
volume cairan yang adekuat
Efineprin henti jantung (untuk resusitasi jantung-paru)
Furosemid Udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi
tambahan pada udem pulmonari akut dan udem otak yang diharapkan
mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat.
Nitrogliserin untuk angina dan Natrium bikarbonat untuk asidosis
metabolik
Asma dan COPD
β2-adrenergik (Efinefrin) β2-agonis (Terbutalin sulfat, Albuterol,
Metoproteronol Aerosol). Derivat Xantin (Teofilin injeksi).
Antikolinergik (Ipatropium bromida ineksi)
Efineprin lini pertama asma akut Bekerja menstimulasi reseptor β2
adrenergik menyebabkan dilatasi bronkus dan mengurangi pelepasan
mediator kimiawi (histamin) sehingga juga mengurangi alergi dan
inflamsi.
Terbutalin merelaksasikan otot polos bronkus dengan aksi pada
reseptor beta2 dengan efek yang lebih kecil pada detak jantung
Albuterol bekerja secara langsung pada reseptor β2- adrenergik
merelaksasi otot polos bronkus menyebabkan berkurangnya resistensi
saluran pernapasan, meningkatkan kapasitas vital paru-paru dan
mengurangi spasme bronkus.
Metoproterenol merelaksasikan otot polos bronkus dengan aksi pada
reseptor beta2 dengan sedikit efek pada detak jantung
Ipratropium bromida untuk asma eksaserbasi melalui aksi
menghambat aksi asetilkolin di lokasi parasimpatis pada otot polos
bronkus yang menyebabkan bronkodilasi
Diabetes Mellitus
Larutan Dektrosa 40-50% 40-50% hipoglikemi karena efek samping
penggunaan insulin/obat antidiabetik oral yang berlebihan dan juga
pada koma/kejang yang tidak diketahui penyebabnya
Glukagon untuk hipoglikemia dan over dsois β-bloker
Insulin reguler
SSP
Benzodiazepin (Diazepam dan Lorazepam) Manitol, Nalokson (Morfin/
Heroin)
Diazepam \ntuk mengontrol kejang, status epileptikus, ansietas akut,
relaksasi otot, dan pengobatan pada sindrom putus alkohol
Manitol udem sereberal
Antidotum Penghambat absorbsi
Menghambat absorbsi: arang aktif (norit), ipecancuanha untuk
mengeluarkan racun pada pasien sadar. Pencahar MgSO4
Zat pembentuk kelat
Dimekaprol untuk keracunan As, Hg, Pb
EDTA untuk keracunan logam transisi: Pb
Penisilamin untuk keracunan Cu pada individu penyakit Wilson’s, Hg,
terapi tambahan untuk Pb dan As
Deferoksamin untuk keracunan logam besi. Menyebabkan urin merah.
KI: gagal ginjal
Trientin untuk keracunan Cu, terbatas untuk penyakit wilson’s
Detoksifikasi
Etanol untuk keracunan metanol dan etilen glikol dengan kompetisi
memperebutkan enzim alkohol dehidrogenase
Atropin dan pralidoksim untuk keracunan pestisida organosfospat,
karbamat. Mengikat enzim asetilkolinesterase. Pralidoksim
ditambahkan dengan atropin untuk pestisida sedang-berat
Asetisistein dan metionin. Asetilsistein untuk keracunan parasetamol
Nalokson antagois opioid untuk keracunan opioid seperti Morfin
Flumazenil antagonis BZ untuk keracunan BZ
Oksigen untuk keracunan CO
Digoksin fab fragmen untuk keracunan digoksin
Piridoksin untuk keracunan isoniazid
Protamin untuk keracunan Heparin
Vit K untuk keracunan Kumarin
Nutrisi PPN pilihan untuk pasien stres ringan-sedang, resiko infeksi metabolik
lebih rendah denga komplikasi Tromboflebitis. Diberikan melaui rute
pembulah vena perifer
TPN cairan hipertonik untuk pasien rawat inap lebih dari 7-14 hari.
Diberikan melalui pembulih darah sentral
Makronutrien: glukosa 3,8 Kkal, lemak 1 gram menghasilkan 9 kkal
dan protein 1 g menghasilkan 4 kkal. 1 g N = 6,25 g protein, 1 g N =
25 Kkal
Orlistat lipase inhibitor yang menginduksi penurunan BB melalui
menurunkan absorpsi. ES: perut kembung, kolik, nyeri abdomen,
urgensi BAB
Lorcaserin agonis selektif reseptor seretonin (5-HT2C) untuk
manajemen BB. Menekan nafsu makan. ES: sakit kepala, pusing,
konstipasi dan mulut kering
Pentermin kombinasi dengan Topiramat ER untuk managemen BB
kronis. ES: konstpasi, mulut kering, paraestesia, disgeusia dan insomnia
Amfetamin harus dihindari karena potensi aditif dan efek stimulannya
yang kuat
Gangguan Hemofilia
Pembekuan Kriopresipitat adalah komponen darah non selular yang mengandung
Darah faktor VIII, fibrinogen dan faktor Von Willebrand
Konsentrat F VIII/ F IX , Fres Frozen Plasma
Desmopressin meningkatkan aktivitas faktor VIII pasien, dapat
digunakan untuk persiapan bedah minor seperti cabut gigi
As. traneksamat agen fibrinolitik secara kompetitif menghambat
aktivasi
plasminogen menjadi plasmin
EACA (asam amino kaproat epsilon) mirip dengan traneksamat dengan
waktu paruh plasma pendek dan lebih toksik
MATA, TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN
Glaukoma Hipertensi okuler dan Open angle glaukoma
Terapi dimulai dengan β-blockers. Timolol obat pilihan jika tidak
KI.
Analog prostaglandi alternatif lini pertama. (Lataprost,
Bimatoprost, Travoprost) Brimonidin juga dapat diberikan.
Pilokarpin, Dipivefrin, prodrug Efineprin terapi lini ketiga karena
ES, efektifitas menurun
Carbachol, inhibitor kilinesterase topikal dan oral CAI
(acetozolamid) pilihan terakhir jika terapi lain gagal
Penghambat β-Adrenergik: betaxolol, carteolol, timolol,
levobunolol
Inhibitor karbonat anhidrase (CAI) brizolamid, dorzolamide
(topikal). Acetazolamid, methazolamid (sistemik)
Closed angle glaukoma
Terapi menggunakan osmotik dan inhibitor sekresi (β-blockers,
latanoprost)
Terapi osmotik digunakan karena penurunan cepat dari Increase
Occular Pressure (IOP) seperti gliserin dan manitol